Sudah jadi rahasia umum jika hubungan si bungsu Namikaze dan si bungsu Uchiha sama sekali tidak pernah akur. Mereka sudah selayaknya air dan minyak yang tidak dapat si satukan dalam satu wadah yang sama. Mereka seperti biasa akan selalu bertengkar jika mereka bertemu satu sama lain.
Kebanyakan mereka akan saling melempar ejekan seperti kata 'Dobe' lalu dibalas dengan kata 'Teme' atau yang paling parah mereka akan saling adu jotos meskipun Sasuke akan lebih sering mengalah jika sudah sampai ke tahap itu. Banyak yang mengira jika Sasuke adalah orang yang pengecut. Namun ada pula yang menilai jika Sasuke tidak menyukai hal-hal kekanakan seperti berkelahi di sekolah meskipun sebenarnya dia punya hobi aneh yaitu menggoda Naruto. Yah, dia memang mempunyai tempramen yang lebih stabil dibanding rivalnya sendiri. Namun tak ada yang tahu pasti, mengapa Sasuke selalu mengalah dalam hal adu fisik. Lemah? Tentu saja bukan! Bahkan fisik Sasuke jauh lebih tangguh dan sempurna diantara remaja laki-laki di sekolahnya.
"Teme!"
"Dobe! Totally dobe! Tak tertolong lagi."
"Dasar tiang listrik jelek!"
"Aku berani bertaruh jika 98% siswi disini adalah fansku, Dobe cebol idiot."
Napas Naruto kembang kempis. Pipinya menggembung lucu kala dia menyadari fakta menyebalkan satu itu. Hanya orang idiot yang mengatakan Sasuke itu jelek.
Siswa-siswi yang lain pun nampak biasa-biasa saja seolah pertengkaran semacam itu sudah biasa mereka lihat.
"Aku benci kepadamu,Teme! Benci, benci, benciii!!!"
Naruto berlari kencang meninggalkan sosok Sasuke yang masih terdiam di halaman.
"Aku mencintaimu,dobe!" ujarnya lirih bak desiran angin.
愛のライバル
Ai no Raibaru
NARUTO belongs to Masashi Kishimoto
Story by Kuroi Sora18
Rated : T
Genre : Romance/Humor receh
Summary : Dua orang rival yang tak pernah akur. Apakah mereka bisa bersatu?/"Teme!"/"Dobe!"/Onyx Sasuke memandang dengan tatapan tajam. /"Ya! Kurasa dia juga menyukai Maruto!"/"Naruto!" Hubungan rumit diantara keduanya pun dimulai!
WARNING!!!
Fic ini mengandung konten BL/Shounen-ai/ AU!/School Life/ typo menjamur/ maybe OOC/ alur kecepetan/ update ngaret.
DONT LIKE DONT READ! No flame, kritik dan saran yang baik dan sopanlah yang layak di kotak review saya. Saya tekankan, bagi yang alergi dengan konten fic ini, silahkan klik menu BACK di layar masing-masing.
Ai no Raibaru
Chapter 1 : He's mine!
Menghentakan kakinya kesal, Naruto berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor menuju kelasnya. Ini adalah tahun keduanya di Konoha Gakuen. Sekolah swasta biasa-biasa saja di dekat pusat distrik. Dan dari sekian banyak sekolah di distrik ini, kenapa Naruto harus selalu satu sekolah dengan Sasuke? Bukannya memuji, Naruto yakin Sasuke cukup cerdas -ahh bahkan dia terbilang cukup jenius untuk bisa masuk ke St. Mangekyo. Yah, sekolah elit satu itu pasti bukan apa-apa untuk orang sekelas Uchiha. Apa karena kebetulan? Naruto rasa tidak! Dari masuk play group, TK, SD, SMP bahkan kini sampai SMU pun mereka selalu ditempatkan di kelas yang sama. Naruto misuh-misuh sendiri. Apa lagi dengan adanya fans Sasuke yang begitu menyebalkan. Teriakan mereka saja bahkan lebih berisik dari dengungan ribuan lebah atau bahkan dari suara mesin jet sekalipun! Dan hal itu membuat Naruto tidak betah berlama-lama menghirup oksigen yang sama dengan si bungsu Uchiha.
"Nampaknya moodmu memburuk hari ini?"
Naruto mendongkak, mendapati sosok tinggi Nara Shikamaru -sahabatnya yang mencegatnya di depan kelas barunya.
"Kau tidak perlu tanya! Kau pasti sudah tahu apa penyebabnya." ujar Naruto dengan wajah tertekuk kesal.
Shikamaru mengekor mengikuti Naruto yang berjalan menuju bangkunya yang berada di barisan paling pinggir nomor 4 dari depan. Bangku yang dekat dengan jendela adalah bangku favoritnya.
"Yah aku hanya mencoba sedikit berbasa-basi denganmu." balas Shikamaru. Dia menguap lebar. Menarik kursi di sebelah Naruto dan duduk disana. "Dan masalah apa lagi yang kalian ributkan? Kuingatkan jika masalah kaos kakimu yang hilang sebelah karena ulah Sasuke kemarin itu membuatku tidak bisa tidur dengan nyenyak."
Naruto memutar bola mata. Dia cukup dibuat malu sekaligus kesal karena dia harus pulang dengan kaos kaki yang cuma sebelah karena Sasuke mencurinya dan menyimpannya di atas loker. Yah, karena Sasuke tahu. Naruto tidak mungkin bisa menggapainya karena tubuhnya pendek untuk ukuran remaja laki-laki seusianya.
"Aku sungguh tidak tahan karena dia terus menggangguku setiap kali kami bertemu."
"..." Shikamaru diam saja. Dia masih menunggu kelanjutan cerita Naruto. Meskipun netranya sudah agak menyipit karena menahan kantuk.
"Aku tentu saja tidak akan berulah jika dia tidak menggangguku! Dan aku baru tahu jika si Teme jelek itu bisa melakukan hal konyol seperti mencuri kaos kakiku. Cuma sebelah pula!" lanjut Naruto dengan diakhiri suara gebrakan di meja.
"Kurasa itu hanya pelampiasannya saja karena dia tidak mungkin kan mencuri celana dalammu."
BLETAK!!!
Tepat dua detik setelah Shikamaru mengutarakan pendapatnya, sebuah bogem mentah mendarat dengan mulus di puncak kepalanya. Membuat empunya mengaduh sakit.
"Sakit!" Shikamaru meringis sakit sembari mengelus puncak kepalanya yang berdenyut nyeri.
"Kau gila ya?! Jangan mengada-ada! Kalau kau berkata seperti itu, kau membuatku ragu jika IQ-mu itu 200 seperti yang Iruka-sensei katakan!"
"Karena IQku 200 lah aku berkata hal yang tak mungkin dinalar olehmu."
Naruto mengapit dagu sambil manggut-manggut. Mungkin perkataan Shikamaru ada benarnya juga. Sasuke terbilang cukup aneh. Untuk ukuran cowok paling populer di sekolah pun Sasuke sama sekali tidak punya pacar. Haruno Sakura -siswi tahun kedua yang Naruto klaim sebagai siswi paling cantik di sekolah saja Sasuke tolak dengan mentah-mentah! Bahkan Naruto ingat saat siswi bersurai musim semi itu menangis tersedu di kelas sesaat setelah pernyataan cintanya di belakang sekolah.
"Hei,Shika!"
Shikamaru menyangga kepalanya. Menatap malas Naruto yang nampak berwajah aneh.
"Apa?"
"Tidakkah kau berpikir jika Uchiha Teme itu abnormal?"
Shikamaru masih diam saja. Dia tahu jika Naruto belum puas bicara jika cuma satu kalimat.
"Banyak siswi cantik di sekolah ini yang menyatakan cinta kepadanya tapi ditolaknya dengan mentah-mentah! Apa mungkin seleranya itu tante-tante kesepian yang banyak uang?"
Shikamaru menghela nafas. Nampaknya otak sahabat pirangnya bergeser beberapa centimeter dari posisi awalnya.
"Uchiha itu sudah kaya. Untuk apa dia melakukan itu?"
"Umm...kau benar juga. Tapi aku tetap merasa jika dia itu abnormal. Rambutnya yang mirip bokong unggas saja sudah terbilang abnormal untuk ukuran manusia."
Lalu rambut Naruto yang mirip durian itu termasuk kategori apa? Shikamaru memutar bola matanya -jengah.
"Sesukamu sajalah!" ujar Shikamaru tak peduli.
"Tapi kenapa dari sekian banyak siswa disini harus aku yang diganggunya?!"
Shikamaru menelungkupkan kepalanya. Lagi-lagi pertanyaan itu. Ini sudah sekian ratus bocah pirang di samping Shikamaru bertanya dengan pertanyaan yang sama. Rasanya Shikamaru sudah sangat bosan mendengarnya. Jika Shikamaru mengatakan jawabannya, dia takut Naruto akan pingsan dengan mulut berbusa nantinya. Dia tidak tahu apakah Naruto itu bodoh atau polos untuk hal seperti ini.
"Kyaaaa...kyaaaa!!!"
Suara riuh dari arah koridor membuat wajah Naruto kembali tertekuk cemberut. Jika sudah ada teriakan-teriakan seperti itu bisa dipastikan Uchiha Sasuke ada di sekitar mereka. Dan benar saja! Pintu geser dibuka dan menampilkan sosok Sasuke.
Bibir Naruto mengerucut. Lagi-lagi mereka sekelas. Naruto mengutuk siapapun yang meletakan mereka berdua di kelas yang sama.
.
.
.
Sasuke berdiri di atap sekolah sembari menatap kearah kerumunan siswa-siswi Konoha Gakuen yang baru saja menyelesaikan jam pelajaran mereka hari ini. Manik onyxnya terpaku ke arah sosok pirang yang berjalan berdampingan dengan remaja berkucir tinggi yang baru saja dia ketahui jika dia bernama Nara Shikamaru. Yah, dia ingat tentang siswa peraih nilai tertinggi seangkatan sewaktu SMP dulu. Shikamaru lah orangnya. Rival Sasuke yang sesungguhnya.
Awalnya dia sedikit heran karena Shikamaru malah mengikuti jejak Naruto yang diterima di sekolah biasa-biasa saja semacam Konoha Gakuen.
Bibir Sasuke berdecak saat dengan akrab Naruto merangkul bahu Shikamaru dan berjalan beriringan bersama. Sasuke akui jika dia merasa sangat iri. Dia dan Naruto memiliki hubungan yang rumit. Jangankan berjalan bersama seperti itu, bertatap muka saja mereka akan berakhir bertengkar satu-sama lain. Sebenarnya ejekan dan pertengkarannya selama ini dengan Naruto hanya caranya saja untuk menarik perhatian Naruto. Meskipun dengan resiko dia dibenci oleh si pirang.
"Kau tidak pulang?"
Sasuke menoleh mendapati sosok sahabatnya -Hyuuga Neji datang dan menepuk bahunya lumayan keras.
"Hn." ujarnya pendek. Maniknya kembali mencari sosok si pirang yang ternyata sudah hilang di balik tembok.
"Kenapa kau tidak menembaknya saja?"
Onyx Sasuke menatap tak paham Neji yang mesem-mesem tak jelas di sampingnya.
"Huh?"
"Namikaze Maruto."
"Naruto!" koreksi Sasuke.
"Ah ya! Anak itu, kupikir kau menyukainya." ujar Neji menjawab wajah tak paham Sasuke. Dia ikut bersandar di pagar pembatas dan memandang langit biru dengan manik lavendernya.
Jauh dari reaksi yang diharapkan Neji, Sasuke mendengus kasar dengan wajah kesalnya.
"Kau tidak usah mengajariku!"
"Kalau kau tidak bertindak cepat, dia bisa direbut orang lain. Kau kenal anak laki-laki dengan kuciran mirip nanas itu?"
"Shikamaru?" tebak Sasuke dengan sebelah alis terangkat. Pasalnya tak ada anak lain dengan model rambut seperti itu terkecuali Iruka-sensei -guru Sastra mereka.
"Ya! Kurasa dia juga menyukai Maruto."
"Naruto."
"Maaf. Habisnya kau selalu memanggilnya dengan sebutan Dobe. Jadi aku tidak tahu nama aslinya."
Sasuke merotasi kedua matanya mendengar alasan Neji.
"Hn."
Neji sepertinya sedikit kecewa dengan respon cuek Sasuke. Dia pikir dengan pergi ke atap dan menggoda Sasuke akan sedikit menghiburnya. Nyatanya anak bermarga Uchiha itu memang terlalu sulit diprovokasi.
"Atau jangan-jangan dia sudah punya pacar?" celetuk Neji saat melihat Sasuke menyambar tasnya yang tergeletak dan melenggang pergi menuju ke arah pintu keluar. Agaknya Neji belum menyerah untuk menggoda Sasuke. Binggo! Langkah Sasuke terhenti tepat setelah Neji mengatakan itu. Wajahnya masih terlihat datar seperti biasanya. Namun Neji tahu jika pertanyaannya itu membuat Sasuke sedikit terusik.
"Anak itu pacaran?" Sasuke berdecih dengan senyum meremehkannya. "Melihatnya bergandengan tangan dengan wanita saja aku tidak pernah."
"Pacar wanita mungkin memang tidak punya. Bagaimana dengan pacar laki-laki? Kau tahu hubungan semacam itu sudah tidak tabu lagi di jaman sekarang. Kau saja yang kuno!"
Berikutnya Sasuke terdiam. Bibirnya terkunci rapat dan kedua tangannya terkepal erat. Sepertinya Neji berhasil mengusik sisi gelap seorang Uchiha Sasuke.
"Yah, lagi pula bukannya Ma-Naruto cukup manis? Sifatnya yang humoris dan easy going tentu jadi daya tariknya. Meskipun dia terbilang cukup hiperaktif untuk ukuran manusia normal."
BRAK!!!
Neji hampir tertawa terbahak-bahak saat melihat Sasuke tanpa tendeng aling-aling menendang pintu atap dengan sangat keras lalu berjalan keluar dengan tergesa-gesa.
"Oi, kau bisa merusak engsel pintunya, bodoh!" teriak Neji begitu dilihatnya pintu keluar itu menjadi korban kekerasan Sasuke.
"Cih, padahal aku belum puas memanas-manasinya."
.
.
.
.
.
Hari berikutnya Naruto sukses dibuat heran karena tidak seperti biasanya, begitu Sasuke bertemu pandang dengannya kali ini tak ada satu pun kata-kata bernada mengejek ditujukan kepadanya. Anehnya lagi, sejak kapan bangku Sasuke pindah jadi di belakangnya?! Dan apa lagi, sejak tadi tengkuk Naruto merasa merinding saat dirinya merasa seperti sedang diawasi oleh singa kelaparan. Perubahan itu pun tak luput dari pengawasan Shikamaru yang kini duduk tepat di samping Sasuke. Entah apa yang sedang dipikirkan si raven yang tak juga mengalihkan pandangnnya dari si pirang dengan tatapan yang sulit diartikan. Tak hanya Naruto dan Shikamaru, para penghuni kelas yang lain pun turut serta merasa heran dengan perubahan itu. Meskipun kelas jadi terlihat lebih tenang, namun entah mengapa ada sebuah atmosfer kurang menyenangkan ada di kelas itu.
Dan begitu pelajaran telah usai, Naruto dengan sigap menoleh kearah Sasuke yang sedang menata alat tulisnya.
"Bisakah kau berhenti menatapku terus?!"
Seluruh penghuni kelas secara spontan melihat interaksi dua orang yang paling tidak akur itu.
"Apa?"
"Jangan berpura-pura bodoh! Aku tahu kau selalu mentapku dari belakang. Itu sungguh membuatku merasa terganggu!"
"Kenapa kau merasa seperti itu? Kau ada di depanku, tentu saja aku melihatmu. Dasar dobe!"
Naruto bungkam untuk sejenak.
"Lalu kenapa kau duduk disini? Tadinya ini tempat Lee!"
"Bukankah siapa saja boleh duduk disini? Lagi pula Lee tidak keberatan menukar tempat duduknya denganku."
Manik biru Naruto mencari sosok Lee. Remaja dengan alis tebal itu nampak mengacungkan jempolnya dari arah bangku yang tadinya di tempati Sasuke. Pantas saja, Lee dengan suka rela menukar tempat duduknya! Di sampingnya ada Sakura yang merupakan pujaan hati si alis tebal.
"K-kau..."
Sebelum Naruto melayangkan jotosannya, Shikamaru dengan segera melerai si pirang.
"Sudahlah, Naruto! Untuk apa kau mempermasalahkannya?"
Seketika itu manik onyx Sasuke berinteraksi dengan manik kuaci milik Shikamaru. Singkat, namun Shikamaru merasa ada hawa permusuhan di tatapan itu.
"Kita pergi ke kafetaria saja! Hari ini tanggal 28 kan? Ramen kesayanganmu akan habis jika kau tetap disini."
"Astaga! Hampir saja aku lupa! Gara-gara si Teme ini aku hampir saja melupakannya."
Berikutnya Sasuke hanya bisa melihat punggung Naruto menjauh dan menghilang di balik pintu.
"Aku tidak tahu apa motifmu yang sebenarnya. Tapi bisakah kau berhenti mengganggunya?"
Shikamaru memandang Sasuke yang masih terdiam di bangkunya. Remaja raven itu sedikit tertawa kecil.
"Baiklah!" Sasuke berdiri dan menghampiri Shikamaru. Mereka bertatapan satu sama lain dengan tatapan tajam mereka.
"Aku akan berhenti jika kau menjauh dari sisinya. Dia milikku!" ujar Sasuke lirih namun cukup untuk bisa tertangkap oleh indra pendengaran Shikamaru. Dan Sasuke berlalu begitu saja meninggalkan Shikamaru yang masih belum percaya dengan apa yang sudah di dengarnya dari Sasuke.
.
.
.
.
.
.
Continue or Discontinue?
