Title : Sweet Target
Author : Scarlet Azur4sky
Rated : T/M (Diperhatiin aja deh jalan ceritanya lebih menuju kemana)
Pairing : TaoRis, SuLay, HunHan, KaiDo, BaekYeol, XiuChen dan beberapa anggota SM Entertainment
Genre : Romance/ Sci-fi
Disc : Saya mengambil beberapa cerita dari komik dan memilihnya secara acak, Semua member disini adalah milik SM Entertainment. ^ v ^
Summary : EXO baru memiliki 6 orang. 6 orang ini mencari pasangan elemen mereka. Jika kedua belas legenda terkumpul, Pohon Kehidupan akan bersemi. Tapi apa jadinya jika keenam namja yang dicari
Malah berusaha menjauhi mereka? *Bad Summary* - _ -"
C'mon, see my FF ^ v ^
Note : Boys Love /BL/ Anak baru dalam dunia FF/ ceritanya maksa/ penuh Typo *plakk*/ masih butuh bantuan - _ -/ This is YAOI~! YAOOOIIII! AND JUST FOR YAOI FANSSS!
~~~~uhum uhum~~~~~ Selamat Malam, hehe *Ketahuan Authornya bikin malam ya* Saya baru disini, jadi kalau ada kesalahan tolong dibantu ^ v ^
THIS IS MY FF
.
.
.
SEEEEE Azura FF
.
.
.
JUST FOR FUJOSHI, NEEE~~~~
.
.
.
AND NOWWWW…..
.
.
.
.
.
.
.
Terkadang ada kalanya aku berpikir.
Mengapa aku terlahir disini?
Untuk apa aku berada disini?
Apa gunaku disini?
Apakah aku berguna? Atau pembuat masalah?
Ataukah…
Jalan yang aku pilih sekarang benar?
Dari semua pemikiranku itu, aku tidakpernah menemukan jawabannya. Meskipun aku cari da kadang harus berhenti disetiap jalannya. Satu katapun atau petunjuk tak pernah muncul.
Kupikir apa yang berada dalam pikiranku tak pernah ada jawabnya, namun aku menarik setiap kata-kataku ketika aku bertemu seseorang yang dengan berani mengajarkan dan memberikan semua kunci itu.
Ya.
Dia mengajarkanku untuk mencintai hidup.
Udara yang dingin sangat menusuk kulit hingga menembus tulang dinegeri yang terkenal dengan ginseng. Seoul, Korea.
Seorang namja berambut blonde dengan tinggi 188 sentimeter tampak terlihat berjalan sambil menatap kedepan dengan matanya yang tajam. Setiap yeoja yang lewat tidak bisa tidak untuk memalingkan wajah mereka demi melihat ketampanan namja itu. Tidak peduli tatapannya menusuk bagaikan mata pisau yang baru diasah, para yeoja itu harus mengakui kegentleman namja itu saat berjalan.
Namja bermata tajam itu menapakkan kakinya kesebuah Café. Seoul Café.
Sekali lagi, saat namja itu masuk, mata-mata semua yeoja yang ada disitu menatapnya dengan kagum dan intens. Nafas mereka semua seakan tertahan ditenggorokkan saat melihat namja itu.
"Kris!" Namja yang bernama Kris menoleh kepojok kiri café dan mendapati dua orang sahabatnya tengah duduk disana.
"Lama tak berjumpa, sobat." Sapa seorang namja dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya yang tampan.
Kris baru saja duduk. "Sudah 3 tahun, bagaimana keadaan kalian?"
"Haha, baik, sangat baik. Aku bersamanya selama 3 tahun ini dan disinilah kami. Masih bernafas dan menikmati secangkir Mocca." Kata namja berambut keriting dengan senyum yang mengembang diwajahnya. Dia menyeruput Moccanya.
Kris tersenyum simpul. "Itu berlaku untuk dirimu sendiri Chanyeol, beda dengan Suho."
"Aku baik." Jawab Suho singkat. Kris mengangguk.
"Hyung, ketiga anak itu kemana?" Tanya Chanyeol menyenggol Suho. Kris menatap Suho. Menanti jawaban.
Suho bergidik ketika matanya bertabrakan dengan mata Kris yang duduk didepannya. "Matamu tidak berubah selama 3 tahun." Kris hanya mengangkat bahunya.
"Sehun, Kai dan Chen sedang dalam perjalanan kesini. Sebentar lagi mereka sam…" kata-kata Suho lenyap begitu mendengar suara bel pintu Café berbunyi.
Dari balik pintu café yang terbuka, muncullah tiga sosok namja yang tampan. Salah satu diantaranya memiliki kulit tan yang seksi dan dua orang lainnya berkulit putih.
"-pai" Chanyeol melanjutkan kata terakhir Suho ketika ketiga namja itu mendekati meja mereka.
"Yo, ge, apa kabar?" sapa seorang namja bersuara merdu dengan dua lesung pipit di pipinya.
"Baik." Jawab Kris singkat.
Kai mendengus. "Ya, bisa dilihat."
Kris menatap Kai tajam. "Woa! Aku hanya bercanda hyung." Kai mengangkat kedua tangannya seakan-akan seorang penjahat yang mengaku mencuri didepan seorang polisi.
"Haha, kalah telak." Sehun yang memiliki kulit bening namun tetap dengan kegagahannya itu, hanya menatap Kai geli.
Chen dan Kai duduk disamping Kris yang menggeser duduknya menjadi diluar. Sementara Sehun juga menggeser tempat duduk kedua hyungnya. Kris memperhatikan kelima sahabatnya.
"Hanya kurang Time, Ice, Light, Life, Earth dan Gravity." Bisik Kris. Suho menatap Kris karena mendengar gumamannya.
"Kita pasti akan menemukan mereka." Kata Suho.
"Kalian membicarakan 6 anggota lain?" Tanya Kai mengernyitkan dahinya. "Mereka susah dilacak. Kadang muncul. Kadang hilang. Mereka seperti itu.
"Ada kemajuan Kai?" Tanya Chanyeol memajukan badannya dan menopangkan dagu.
Kai menggaruk kepalanya. "Ani, mereka seperti angin! Susah dilacak."
Sehun menatap lurus kearah Kai. "Itu elemenku."
Kai mendengus. "Temanmu berada diluar kalau begitu."
Kai menunjuk angin musim dingin yang bertiup sedang dengan dagunya. Sehun hanya memutar matanya.
Chen mengacuhkan perdebatan Kai dan Sehun. "Tugas kita selama ini mencari mereka berenam. Tapi hasilnya selalu kosong. Mereka betul-betul susah dilacak."
Pertepatan dengan mereka membahas tentang keenam anggota lain yang belum mereka temukan. Tidak jauh dari Seoul Café terjadi tabrakkan antara mobil dengan mobil.
Salah satu penumpang mobil ada yang selamat dan satunya terluka sangat parah saat mencoba keluar dari mobil yang menjebaknya didalam.
Yang bertindak cepat adalah Kris dan Suho yang segera berlari untuk melihat keadaan korban tabrakkan yang ternyata terjadi di persimpangan jalan.
Mereka berlima meninggalkan Kai untuk membayar biaya makanan. Dan sekarang kelima namja itu tampak berdiri disisi jalan.
Kris berusaha mendekati salah satu penumpang yang terluka.
"Waktu yang melahirkanku, berhenti."
Tiba-tiba angin musim dingin yang menerpa kulit menghilang. Bising-bising kepanikan yang disebabkan oleh suara gas, klakson dan uap juga ikut suara kegaduhan yang sangat ribut pun hilang.
Kris hanya bisa terdiam ditempat begitu menyadari begitu menyadari waktu telah terhenti. Begitu juga dengan keempat namja lainnya. Yang dapat mereka dengarkan adalah suara nafas mereka masing-masing.
Suho membuka suaranya. "Waktu…berhenti?"
Kai yang baru saja sampai hanya diam dan kaget begitu mendapati keadaan dipersimpangan kota Seoul yang mendadak sunyi. Tidak bersuara.
"Woa! Apa ini?" Tanya kai pada Sehun yang dijawab singkat. "Ini ulah The Time."
Kai menatap Sehun tidak percaya, kemudian dia ,menatap para hyungdeulnya dan mendapati anggukan.
Kris bereaksi terhadap suasana yang dia alami sekarang dan mundur perlahan kembali ketempat ia berdiri tadi. "Ini aura The Time."
Tidak lama Kris mengatakan itu, muncul 3 sosok namja manis dari salah satu Distro yang berada didekat tempat kejadian.
Salah satu namja manis dengan rambut warna madu mendekat kesalah satu mobil yang ditumpangi oleh pengemudi yang terluka parah.
Namja manis dan imut itu mengarahkan telapak tangannya kearah pintu mobil yang sudah penyok kedalam. Tanpa disentuh.
"Aku mengendalikan apa yang aku inginkan."
Setelah dia mengatakan itu, Pintu mobil yang penyok itu melayang keatas dan namja manis itu meletakknya disisi jalan.
Sehun terhenyak. "Tidak mungkin, Gravity…?"
Setelah namja berambut madu itu menyingkir. Maju lagi seorang namja berambut Dark-Choco dengan senyum yang mengembang diwajahnya.
Terlihat dari sisi yang dapat dilihat oleh Kris dan teman-temannya. Namja itu berjongkok didekat pengemudi yang terluka parah itu. Dia meletakkan tangannya di kening pengendara tersebut.
"Kembalikanlah apa yang dulu menjadi miliknya."
Luka yang terdapat dibeberapa badan pengendara itu perlahan-lahan menghilang dan tidak berbekas. Seolah kecelakaan yang terjadi dipersimpangan kota Seoul itu tidak pernah terjadi dan sang pengendara tak pernah terluka.
"Bagaimana Luhan ge? Apa ini cukup?" Tanya namja cantik yang memiliki senyum malaikat kepada namja manis yang memiliki rambut madu tadi.
Namja berambut madu itu tersenyum. "Itu sudah lebih dari cukup, Lay. Dengan ini setidaknya nyawanya bisa diselamatkan." Namja itu kemudian berputar dan menatap salah satu saengnya sedang mengamati mereka. Namja yang memiliki surai hitam dengan kantung mata yang seperti Panda, hewan Cina yang menggemaskan, tengah berdiri terpaku dibelakang kedua gegenya. Bola matanya yang memiliki warna Dark terpaku pada satu titik didekat jalan yang berlawanan arah dengan mereka.
Namja cantik yang sedang berjongkok tadi,Lay, kemudian berdiri dan mendekati namja bermata Panda itu. "Tao-ie, waeyo?"
Namja bermata panda itu hanya bisa menatap nanar kesisi jalan yang berlawanan arah dengan mereka dan kemudian membuka suara. "Dragon-ge…"
Kris POV
Dadaku terasa bergemuruh keras begitu melihat satu sosok yang sudah lama aku cari dan aku kenal dulu. Disitu. Dia berdiri dengan tenang, tidak bersuara, mata Pandanya yang cantik dan Dark itu mengamati kedua member EXO yang ada didepannya, Life dan Gravity.
Maksudku, lihatlah sosoknya. Dia hanya berdiri diam. Dia hanya tersenyum jika diajak bicara oleh Gravity. Dia malaikatku, Dia kekasihku, Dia jiwaku. Aku tidak henti-hentinya mengucapkan ketiga kalimat itu didalam hatiku. Aku menoleh kearah Suho dan Sehun. Aku paham apa yang ada dalam pikiran kedua sahabatku. Rasa ingin berlari dan memeluk, mencium lembut, meresapi aroma manis yang keluar dari tubuh itu sendiri, berusaha meninggalkan tanda kepemilikkan dibadan itu.
Suho tetap menatap The Life. "Kris, itu mereka… Time, Gravity, dan…" nafas Suho tercekat. "…Life."
Sehun tidak jauh beda dari Suho. Matanya mengikuti gerak-gerik Gravity yang sangat menggoda dimatanya. Ketiga member EXO menyadari perubahan yang terjadi denganku, Suho dan Sehun. Chanyeol maju dan menepuk pundakku. "Hyung, ini kesempatan kita, The Time, Gravity dan Life tidak jauh dari posisi kita berada. Kita bisa kesana dan…" Chanyeol menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. "…membuat mereka kembali untuk kalian bertiga."
Aku menghela napas berat. Disaat aku ingin membalas perkataan Chanyeol. Mataku dan mata Panda yang aku ketahui bernama Tao saat sang Gravity mengajaknya mengobrol menatap tepat kearah mataku. Aku limbung dan bingung. Antara senang, takut, kangen dan jengkel. Mata itu menghisap seluruh nyawaku. Aku mengira mata itu akan menatapku dengan penuh kasih sayang. Seperti dulu. Tapi yang dapat aku baca dari sepasang mata itu hanyalah rasa kaget dan…Apakah itu rasa takut?
Dari mataku, aku dapat melihat Life dan Gravity yang menghampiri The Time.
"Dragon-ge…" Aku bersumpah saat aku mendengar Tao memanggil namaku, aku ingin terbang membawa Tao menjauh dan menyekap Tao dalam pelukanku. Memuaskannya dan mencumbunya. Sial! Aku bahkan bisa membayangkan wajah Tao yang memerah berada dibawahku, memanggil namaku saat mencapai pelepasan bersamaku.
Tapi bayangan itu buyar saat Gravity dan Life mendapati kami tengah memperhatikan mereka bertiga barusan.
Gravity, Luhan, dan Life, Lay masih terbengong. Tao yang merasa takut begitu melihatku yang dulu menjadi pengisi harinya langsung menarik kedua gegenya menjauh.
Aku ingin berteriak memanggil nama Kai, tapi kecepatanku berteriak masih kalah cepat dengan Tao.
"Waktu yang melahirkanku, berputar!"
Tidak butuh waktu lama. Kebisingan dan keributan yang awalnya terdiam menjadi berputar. Mataku menangkap sosok Tao yang sedang berlari. Aku berusaha mengejar namun pandanganku menjadi terhalang karena dari arah kananku, aku melihat beberapa orang berlari ketempat tabrakkan itu berlangsung. Aku menyingkir dan membiarkan mereka lewat. Meskipun itu berarti aku harus kehilangan dia.
Tao POV
Aku berlari, berlari dan terus berlari.
Bagaimana tidak? Aku melihatnya. Berdiri disana. Dia menatapku. Matanya yang indah bak berlian itu menatap manik mataku. Dia yang dulu aku puja, aku damba dan aku cinta berada disana dan memperhatikanku.
"Tao!"
Aku berhenti berlari dan menoleh kebelakang. Kudapati Luhan-ge dan Lay-ge yang terengah-engah dibelakangku sedang menarik napas. Lay-ge menyandarkan badannya kedidnding dan baru aku sadari bahwa kami telah memasuki gang kecil yang dihimpit oleh beberapa rumah.
Luhan-ge yang sudah mengatur napasnya, menatapku. "Mereka…mereka keenam 'orang itu'kan?" Tanyanya. "Aku merasakan aura mereka. Aku merasakan Wind."
Mata Luhan-ge menahan kepedihan yang dalam saat mengucapkan nama Wind. Aku mengangguk. "Ne, Luhan-ge."
Aku tertunduk dan menatap ujung sepatuku. Sebagai sesama pemilik kekuatan EXO. Kami diberkahi penampilan, bakat, pikiran dan kemampuan yang berbeda dari yang lain. Kami juga bisa merasakan aura pasangan kami. Ah~~. Pasangan. Sudah berapa lama aku tidak menggunakan kata-kata itu. Sudah berapa abad aku tidak mengucapkan kata-kata itu. Masih bisa aku rasakan dan aku resapi mata bening coklat yang menatapku saat dipersimpangan jalan tadi. Tatapannya untukku tidak pernah berubah.
Puk.
Aku merasakan sesuatu yang keras memukul kepalaku dengan lembut. Aku mengangkat kepalaku dan kudapati Lay-ge yang memukul ringan kepalaku barusan. Dia menatapku dengan senyuman yang tidak lupa menghias wajahnya dengan lesung pipit sebagai pembingkai bibirnya. "Tao, semua akan baik-baik saja." Kata Lay-ge kepadaku. "Lebih baik kita kembali keapartemen dan menceritakan hal ini ke member yang lain. Mereka berhak tau."
Meskipun tersenyum lembut dan mengelus puncak kepalaku dengan sayang. Lay-ge tidak bisa menyembunyikan rasa kaget dan sedihnya. Aku bisa merasakannya dari tangannya yang bergetar saat menyentuh kepalaku tadi.
Luhan-ge mendekat. "Ne, kita perlu membicarakan hal ini kepada mereka." Luhan-ge menghela napas. "Siapa yang menyangka bahwa mereka akan menemukan kita. Selama ini aku mengira kekuatan penetral dari Lay dapat menyembunyikan aura keberadaan kita dari mereka dan mereka tidak akan mudah menemukan kita."
"Mungkin…" Aku tidak meneruskan kata-kataku. Aku menutup mata dan menarik napasku yang entah kenapa sangat susah untuk aku hirup. "Ini sudah waktunya bagi kita dan mereka bersama-sama untuk menghancurkan Sheals Shadow."
Lay-ge hanya terdiam mendengar perkataanku dan Luhan-ge terlihat berpikir keras terhadap ucapanku barusan.
"Apakah ini berarti kita harus berdampingan lagi? Apakah tak ada yang bisa kita lakukan untuk tidak membuat mereka.." Lay-ge menatapku dan Luhan-ge bergantian. Meskipun Lay-ge tidak meneruskan ucapan akhirnya. Aku dan Luhan-ge telah mengerti maksud dari pernyataan Lay-ge.
"Tidak ada cara lain." Aku hanya mengangguk pasrah dan putus asa. "Tak ada cara lain."
***TBC***
Gimana? hehe Mian kalo masih banyak yang kurang ( - 3 -) Azura masih baru kekekk
Mind to Review?
