Maafkan jika fic ini kurang sempurna atau tidak berkenan di hati Minna semua. Saya minta maaf jika fic pertama saya kurang diminati. Tapi makasih yang sudah mereview~ Saya harap fic yang masih banyak kekurangan ini dapat diminati sama reader maupun reviewers! Oke? Makasih semua yang sudah menyemangati saya buat nulis fic lagi. Ehehehhee~
ENJOY!
Naruto © Masashi Kishimoto
Thereat or Something? © Luscania Effect
Akasuna Sasori x Haruno Sakura
Genre: Romance/Drama
WARNING:
OOC, typo(s) LITTLE LIME AND JUST FOR 15+ :p
~Happy Reading~
.
CHAPTER I
.
Seorang gadis muda berjalan dengan tegap, matanya menatap lurus kearah depan. Ia menghiraukan tatapan hormat pada semua orang yang telah melewatinya. Rambut merah mudanya yang panjang diikat kuda bergoyang kekanan dan ke kiri akibat langkah kakinya. Matanya yang dilindungi kacamata membuat sinar hijaunya kurang menampakkan sinarnya yang indah. Dengan pakaian yang elegan, sebuah kemeja putih ketat dan rok suai selutut membuat bentuk tubuh gadis itu berbentuk, menampakkan tubuh proposional serta kaki yang jenjang, membuat kaum Adam terkadang ngiler melihatnya sedangkan kaum Hawa yang iri padanya.
"Kau cantik sekali, Shion-chan."
Langkahnya terhenti. Dari kejauhan ia melihat sepasang lawan jenis sedang bermesraan di ujung koridor. Namun tampaknya sang perempuan tidak terlalu menyukainya.
Gadis itu tetap melihat dari kejauhan, melihat tindakan selanjutnya dari lelaki yang ia dapati tersebut. Gadis itu tersenyum horror. Orang yang kebetulan lewat hanya bisa melihat pemandangan itu dengan tatapan menakutkan. Lebih baik segera pergi daripada terkena hantaman dari gadis itu.
'Berbuat ulah lagi heh?' tawanya dalam hati.
"Umm, se-senpai, bi-bisa lepaskan aku? A-aku harus masuk ke kelas…" kata gadis yang dipanggil Shion itu menunduk. Ia tampaknya ingin segera berlari menjauh dari lelaki yang ia rasa siap menerkamnya kapan saja. "Hmm? Shion-chan, nanti saja kelasnya. Bagaimana kalau kita bersenang-senang sebentar, aku akan membuatmu puas~" jawab lelaki bertato segitiga di masing-masing pipinya, "aku berjanji akan melakukannya dengan lembut, asalkan kau mau menerima tawaranku ini. Aku tahu tempat yang cocok untuk kita berdua Shion-chan. Aku sudah lama tidak mencicipimu hmm?" Lelaki yang bernama lengkap Inuzuka Kiba itu tersenyum ngeri, membuat Shion menelan ludahnya. "ta-tapi ma-maaf senpai, aku benar-benar—" Kiba memegang salah satu helai rambutnya, ia memajukan wajahnya sampai desah nafasnya terdengar oleh telinga Shion, membuat gadis beriris lavender itu merinding, "kau menolakku?" Kiba mencium leher jenjang gadis itu, menghasilkan erangan muncul dari bibir tipis sang gadis.
"Wah, kalian mesra sekali ya."
Kiba menghentikan aktivitasnya, ia segera menoleh ke kanan, mendapati seorang gadis berdiri sambil melipat tangan di dadanya melihatnya dari kejauhan. Gadis itu tersenyum licik, "kau sudah hebat rupanya, Inuzuka." Lanjutnya kemudian.
Kiba mundur selangkah, kakinya sedikit bergetar, "Se-Sensei…"
Sedangkan Shion, tersenyum sumringah dengan leganya. Ia mengucapkan beribu terima kasih pada Kami-sama yang telah mengirimkan pahlawannya, "Sensei, Konnichiwa."
Gadis brengsek, dia malah menyapanya. Sial!
Sedangkan gadis yang dipanggil sensei itu hanya tersenyum manis, membalas sapaan siswinya itu, "kau tidak ke kelas Shion-chan? Cepatlah, sebentar lagi mungkin Kurenai-sensei akan datang." Shion membungkuk dan segera berlari menjauhi Kiba yang terdiam layaknya patung. Saat Ia melewati senseinya itu, ia masih mengucapkan terima kasih padanya, dan dibalas dengan senyuman manis oleh senseinya itu.
Setelah Shion bebas dari bejatan seorang Inuzuka Kiba, hanya tinggal mereka berdua. Kiba hanya menatap gadis dihadapannya ini dengan pandangan takut.
Di matanya, orang itu bukan perempuan. Tapi monster.
"Apa kau tidak ingat apa yang kita bicarakan dua hari yang lalu, Inuzuka?" gadis itu menyeringai, ia masih terdiam di tempatnya, dengan melipat tangan di dada.
Kiba menelan ludahnya, ia ingin kabur! Tapi rasanya percuma, karena monster ini akan menemukannya dengan mudah, "Gomen'ne, se-sense—"
"aku tidak membutuhkan ucapan maafmu Inuzuka," katanya datar, "apa kau masih ingat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?" lanjut gadis itu.
Dengan keberanian yang masih ia punya, Kiba mengangguk perlahan. Tidak berani menatap mata Emerald itu. Kemudian gadis itu tertawa pelan, membuat Kiba keringat dingin. "lalu kenapa kau mengulanginya lagi hmm? Kau tidak puas dengan peringatanku kemarin?" ia tersenyum tipis, "kau tahu? Itu hanya peringatan semata, karena aku masih kasihan melihatmu kedua kalinya aku menemukan kau bersama wanita. Kau tidak lihat betapa takutnya Shion melihatmu? Aku tidak menyalahkannya, dari yang kulihat saja, aku sudah tahu kau ingin mengajaknya bercinta denganmu kan?" kata gadis itu. Masih dengan posenya yang biasa, "jika aku tidak menemukan kau tepat waktu, entah apa yang akan kau lakukan dengan siswiku. Mungkin kau menggeretnya ke lapangan belakang, atau toilet khusus wanita? Kemarin kau melakukannya dengan Kurama, sekarang Shion. Tapi mereka berdua gagal kau sentuh karena aku datang bukan?" ia tertawa lagi, "terserahmu kau membenciku atau apa, tapi kuperingatkan, ini adalah sekolah. Untuk menuntut ilmu, bukan sebuah hotel yang kau pakai untuk bercinta dengan wanita-wanita disini. Jika kau ingin bercinta, lebih baik lakukan dikamarmu, Inuzuka." Gadis itu menyeringai. Kiba hanya bisa terdiam, tidak berani bertingkah, tidak berani melawan. Menunggu perkataan selanjutnya dari monster itu.
"kau di skors satu bulan, selama itu aku akan menceritakan semua kelakuanmu pada orang tuamu." Lanjut gadis itu tanpa dosa, "kau boleh kembali ke kelas, Inuzuka."
Oh, shit!
Kiba hanya bisa pasrah dan berjalan melewati orang itu, ia menggumamkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh seorang siswa. Namun dia tidak peduli, ia terus mengucapkannya dalam hati dan menghina orang itu.
Brengsek. Suatu saat kau akan kubalas, Haruno Sakura!
Setelah Kiba menghilang dari pandangan gadis itu, gadis bernama lengkap Haruno Sakura itu hanya mengelus kepalanya pelan. Bagaimana tidak stress? Ia adalah guru Bimbingan Konseling, dan menemukan beberapa siswa yang menjahili sesama atau bahkan lawan jenis. Bahkan hampir melakukan pelecehan, seperti sekarang ini. Sakura terpaksa menskors Kiba karena dia sudah berulang-ulang melakukan pelecehan terhadap siswi. Bukan Kiba saja, bahkan banyak siswa lain yang kedapatan seperti itu. Membuat Sakura sebagai guru BK, untuk melakukan tindakan tegas terhadap siswa-siswa tersebut. Setelah ia rasa tempat ini aman, dia segera melanjutkan patroli ke tempat lain.
SREK
Terdengar pintu geser yang terbuka, membuat orang-orang didalamnya segera berlarian dan duduk manis di bangku masing-masing. Seorang gadis berkacamata dengan rambut merah muda berjalan elegan menuju kursi khusus untuknya. Ia menatap siswa-siswi yang sedang memperhatikannya. Ia hanya bisa menatap datar pada lelaki yang memberikan tatapan menjijikan padanya, bahkan ada yang bersiul.
Haruno Sakura tersenyum melihat murid-muridnya. Meskipun dia guru BK, dia harus bersikap sabar dan memperhatikan siswa-siswinya. Jika itu sudah kelewatan, maka dia akan melakukan tindakannya sebagai sensei.
Sakura memulai pelajarannya sebagai guru Biologi. Ia sangat berwibawa sebagai seorang wanita muda. Ia memerhatikan ekspresi masing-masing muridnya. Ada yang menatapnya mesum, ada yang menyalin perkataannya, ada bahkan yang tersenyum-senyum gaje. Entah apa yang dipikirkan oleh siswa-siswinya itu.
"jadi, ketika sel kelamin betina bertemu dengan sel kelamin jantan, mereka akan menghasilkan pembuahan yang disebut zigot. Selanjutnya, zigot segera tumbuh dan memasuki rongga rahim, setelah minggu pertama zigot akan menghasilkan embrio. Embrio akan—"
Seseorang mengangkat tangannya, membuat Sakura menghentikan pelajarannya sejenak, "ya, Hidan-san?"
Siswa yang dipanggil Hidan itu hanya tersenyum mesum, "sensei, aku ingin bertanya~" katanya dengan senyum manja.
Sakura tersenyum ramah, "apa itu, Hidan-san?"
Hidan memperlihatkan giginya, "bagaimana sperma dan ovum bertemu sensei? Aku masih tidak mengerti~" jawab Hidan dengan raut wajah bingung dan mengedipkan mata. Tapi Sakura hanya bisa berdeham tidak membalas perkataan manja Hidan, "itu dilakukan dengan hubungan seks Hidan, tentu di pelajaran SMP kau sudah mengetahuinya." Sakura hanya bisa menghela nafas melihat Hidan yang memberikan seringai mesum, "seks? Hubungan intim antara lelaki dan perempuan sensei?"
"Ya, dan hanya bisa dilakukan oleh pasangan yang sudah terikat dalam janji pernikahan." Lanjut Sakura.
Hidan tertawa kecil, "hubungan pernikahan ya? Apakah sensei sudah menikah?"
Sakura tersenyum, "belum Hidan-san, kau tahu kan aku baru berumur 21 tahun."
"Lalu Sakura-sensei belum pernah melakukan hubungan intim?"
"tentu saja belum."
"dan Sensei masih perawan?"
"tentu saja."
Siswa-siswi hanya bisa menonton pembicaraan mereka yang sudah mulai kelewatan. Tapi Sakura masih tersenyum ramah dan menjawab pertanyaan Hidan yang semakin ngaco. Namun mereka dapat lihat dari raut Sakura, itu merupakan tanda bahaya.
'Malangnya nasibmu, Hidan…' gumam mereka bersamaan.
"Sensei biasanya kalau malam minggu, biasanya dirumah memakai bra berwarna apa?"
"hmm? Kalau libur yah, biasanya aku tidak memakai bra apapun, mungkin hanya memakai gaun tipis berwarna putih."
"benarkah? Sensei kalau sedang mastrubasi, apa yang sensei lakukan? Apa sensei akan bercinta dengan seorang pria?"
"Aku tidak tahu Hidan-san, sayangnya aku belum pernah mastrubasi, dan aku belum pernah mengundang lelaki manapun ke apartemenku." jawab Sakura masih dengan senyumnya.
Orang yang ada di kelas tersebut hanya bisa membeku ditempat, mereka mendengar semua percakapan Sakura dengan Hidan. Dari tidak mendetail sampai sangat mendetail.
Kaum pria hanya bisa menahan liurnya untuk membayangkan Sakura yang tidak memakai bra, hanya sebalut kain tipis polos yang mampu mengekspos tubuhnya yang membuat mereka ingin menyentuhnya. Para gadis hanya bisa menahan malu dan melakukan aktivitas lain, seperti menulis misalnya?
Hidan menopang dagunya dengan tangannya, memperhatikan Sakura dari ujung rambut sampai ujung kaki, "sensei, kau manis sekali.." katanya jujur.
Sakura tersenyum manis, membuat Hidan menelan ludahnya, "terima kasih atas pujianmu, Hidan-san."
"Untukmu selalu ada sensei." Hidan bersandar di bangkunya, "ada satu pertanyaan lagi yang harus kau jawab dengan jujur sensei,"
Sakura berpura-pura penasaran, ia memiringkan wajahnya dan ia menyeringai, "apa itu?"
Dengan santainya dan tidak merasakan aura mengancam, ia menanyakan hal yang seharusnya tidak ditanyakan sebagai seorang murid.
"kalau aku mengajak sensei bercinta, apa sensei akan menerimanya?"
Semuanya terdiam. Bahkan Naruto, yang biasanya aktif dalam masalah seperti ini, mulutnya tertutup rapat. Ia tidak berani menyela kalau lawan bicaranya adalah seorang sensei, apalagi dengan Haruno Sakura.
Yah, dia masih punya harga diri.
Tidak seperti Hidan.
Benar-benar tidak sayang nyawa.
"…Hmm?" hanya itu yang terdengar dari bibir gadis itu. Ia terkikik geli, membayangkan Hidan bercinta dengannya?
Sungguh menjijikkan.
Itulah yang dipikirkan oleh sensei kita ini.
"bagaimana ya? Mungkin kalau kau hebat di ranjang, mungkin aku akan menerimanya." Jawab Sakura enteng. Ia melihat ekspresi wajah Hidan yang cerah dan antusias, membuat Sakura tertawa dalam hati. "benarkah? Kalau begitu—"
TENG TENG TENG
Bel keparat!
"baiklah minna, pelajaran sampai disini. Semuanya jangan lupa mengerjakan evaluasi halaman 219. Oh Hidan-san, bisakah kau ikut denganku? Ada yang mau kubicarakan," kata Sakura sambil menatap Hidan yang langsung berdiri dan menyusulnya.
Hidan dan Sakura telah pergi, meninggalkan murid kelas XI-A yang berdiam diri. Tidak ada yang beranjak, mereka masih membayangkan apa yang terjadi pada salah satu temannya itu.
Deidara menggeram frustasi, "apa yang dipikirkan si bodoh itu sih!? Kenapa dia bertanya hal-hal menjijikkan seperti itu!?"
Konan beranjak berdiri, ia berbalik melihat Deidara yang sewot sendiri, "kau tahu kan, dia itu tergila-gila dengan Sakura-sensei. Wajar saja dia seperti itu,"
"tapi apakah dia tidak tahu kalau Sakura-sensei adalah ketua Bimbingan Konseling? Memang kalau masalah tentang Sakura-sensei, dia pasti akan melupakan semuanya."
Yahiko menarik tangan Konan, mengajaknya untuk pergi. "kita hanya bisa berdoa, semoga saja Kami-sama melindunginya dari Sakura-sensei,"
Kemudian kedua pasangan itu telah pergi, meninggalkan Deidara sendirian. Oh, dia tidak sendirian.
"Sasori, sampai kapan kau mau tidur terus?"
Deidara menghampiri pria yang duduk sambil menelungkupkan kepalanya ke meja, punggungnya naik turun mengartikan dia sedang tertidur lelap. Deidara menggoyang tubuh itu dengan pelan, membuatnya sedikit membuka matanya.
"Sudah selesai pelajaran Sakura-sensei," katanya sambil menatap jendela, ia melihat Sasori mengucek-ngucek matanya, "hmm…"
Sasori berdiri dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku, ia menatap Deidara dengan pandangan malas. Deidara tersenyum penuh arti, "Sasori, kau mendengar pembicaraan tadi kan?"
"Pembicaraan apa?"
Deidara melipat tangannya di dada, "sepertinya Hidan akan terkena imbasnya, kau mendengarnya. Aku yakin,"
Sasori menguap lebar, seperti tidak tertarik. "yaya, terserahmu sajalah. Aku mau ke perpustakaan," Sasori meninggalkan Deidara yang masih meneriakkan namanya.
Sakura berjalan dengan santai menuju perpustakaan, ia tertawa kecil mengingat pembicaraannya dengan Hidan. Ia sudah memberikan sanksi yang cukup berat terhadap pria itu.
Gadis itu memberikan SP pada Hidan.
Kalau Hidan mengulanginya lagi, Tsunade—kepala sekolah—tidak segan-segan akan menendangnya keluar dari sekolah ini.
Memang terdengar seenaknya, tapi itulah tindakan Sakura terhadap anak-anak mesum di Konoha Senior High School. Ia adalah ketua Bimbingan Konseling, seorang guru yang mengajar di pelajaran Biologi.
Dan sebagai guru BK, menurut Sakura itu wajar.
Dan Hidan benar-benar keterlaluan.
Bertanya yang tidak-tidak dan melompat ke masalah pribadi, bahkan sampai menanyakan ukuran dada Sakura.
Kalau Sakura emosional, Sakura berani mengusir Hidan pada saat itu juga.
Ia membuka pintu perpustakaan. Sepi, tidak ada siapa-siapa disini. Dengan tidak ragu ia memasuki perpustakaan tersebut. Mencari buku yang enak dibaca, dan segera duduk di kursi yang telah disediakan. Ia tidak menatap siswa yang kini tidak jauh darinya.
Sakura mengenalnya.
Dia ketua OSIS, Akasuna Sasori.
Siswa yang terbilang cukup pandai dan tampan. Dia siswa yang tergolong baik dalam akademik maupun non-akademik. Yah, bisa dibilang saingan Sasuke Uchiha.
Mereka tidak saling berbicara, mata mereka masing-masing terpaku pada buku yang ada di pangkuan masing-masing.
"Sensei,"
Sakura mendelik ke depan, dilihatnya mata coklat madu orang itu menatapnya datar. "ya, Akasuna-san?"
Sasori menggaruk tengkuknya. Ia terlihat canggung, "apa yang Anda lakukan dengan Hidan?"
Sakura menatap intens siswanya itu. Ia memperlihatkan senyum ramahnya, "hanya memberikan hadiah yang pantas dia dapatkan."
Oke, sekarang Sasori tidak berani bertanya. Ia sudah mendapatkan intinya
Intinya, laki-laki mesum itu mendapatkan balasan yang hebat dari Sakura.
Sasori mengalihkan pandangannya ke buku, sama seperti Sakura. Namun di pikiran lelaki itu akhirnya mengerti.
Ketua Bimbingan Konseling tahun ini benar-benar menakutkan.
Sakura memang tidak memberikan hukuman fisik, tapi ia memberikan hukuman dari tahap rendah menuju tahap berbahaya.
Dari teguran, surat peringatan, sampai pengusiran siswa.
Sasori mengangguk-ngangguk. Sasori tahu bahwa Sakura adalah gadis yang baik, ia juga bertanggung jawab akan siswa-siswinya. Dia juga tidak memberikan keputusan sembarangan. Memang kau yang salah Hidan, kau berbicara seperti itu pada seorang sensei. Yah, wajar saja sih.
Mereka berdua terdiam. Tidak ada yang memulai pembicaraan, sampai bel berbunyi dengan keras.
Sakura segera berdiri meninggalkan perpustakaan, menghiraukan tatapan lelaki itu yang sama sekali tidak Sakura tangkap artinya.
Sasori's POV
Dia sudah pergi. Jadi tinggal aku ya disini? Huh, membosankan.
Tidak ada pemandangan yang menarik. Aku hanya bisa menatap kosong kursi yang ia duduki tadi.
Jeezz, kenapa dia harus jadi senseiku sih? Padahal aku belum pernah melihat perempuan secantik dia.
Berapa umurnya? 21 tahun? Tidak jauh juga. Hanya berbeda 5 tahun saja. Jadi tidak masalah kan kalau sedikit tertarik padanya?
Bukan aku saja, banyak anggota OSIS lain yang suka membicarakannya. Dia lumayan cantik, matanya unik malah. Membuatku semakin penasaran dengan orang itu.
Yang kulihat dari dirinya.. dia gadis yang misterius heh? Tentu saja. Dia tidak pernah menceritakan kehidupannya pada orang lain. Kurenai-sensei yang kurasa paling dekat dengannya bahkan tidak tahu apa-apa tentang Sakura-sensei.
Banyak isu yang tersebar tentangnya, aku masih ingat ketika Kakashi-sensei yang paling populer di kalangan siswi yang sok tampan itu ditolak olehnya.
Mungkin dia tidak suka laki-laki yang mesum.
Iya kan, Kakashi-sensei?
Aku masih ingat ketika Sakura-sensei dengan santainya menolak permintaan cintanya Kakashi-sensei. Heh, dasar sensei mesum, dia terlalu percaya diri.
Aku dan semuanya yang ada di lapangan belakang itu tertawa keras-keras, mengasihani Kakashi-sensei yang ditolak oleh Sakura dengan pernyataan yang terlalu menusuk.
"Apa?! Kau menyukaiku? Maaf saja, aku suka lelaki yang gentle dan baik-baik. Tidak seperti kau yang hobinya membaca novel mesum setiap hari."
Hah! Rasanya aku ingin pingsan saja kalau ingat kejadian memalukan itu. Pasti akan dicatat dalam sejarah Konoha.
Bahwa Kakashi ditolak oleh seorang gadis.
Aku menaikkan sudut bibirku, masih menatap intens bangku yang ia duduki tadi. Entah kenapa, rasanya aku sedang berbunga-bunga.
"Aah Sakura-sensei, kenapa kau begitu menarik?"
Sakura's POV
Aku berjalan seperti biasa, aku menghiraukan tatapan muridku yang menunduk hormat padaku. Aku harus pergi. Pergi dari tempat itu!
Entah kenapa aku jadi benci perpustakaan.
Aku menggertakkan gigiku saking kesalnya. Apa sih yang dilakukan bocah itu di perpustakaan!? Lagipula kenapa menatapku dengan pandangan lapar seperti itu hah? Haah, memang bocah jaman sekarang, benar-benar keterlaluan.
Oh, atau jangan-jangan dia sudah terkena virus temannya yang lain? Jangan sampai itu terjadi. Pokoknya, jangan biarkan itu terjadi!
Sial, apa menjadi seorang sensei itu keputusan yang salah? Kenapa aku jadi serba salah begini…
Yang salah mereka yang memang dari lahir sudah pervert, atau aku yang memang salah menjadi seorang sensei?
Cih, aku tidak tahu.
Atau—bocah itu ingin balas dendam padaku? karna tadi aku sudah menyeret Hidan!? Kami-sama, kumohon jangan alasan itu! Pasti dia ada alasan lain, toh dia kan tidak dekat dengan Hidan.
Oke, berharap seperti itu.
Tapi, Hidan kan OSIS! Wajar jika ketua OSIS dekat dengan anggotanya kan!?
Akasuna Sasori! Kau benar-benar—ugh!
Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu brengsek! Lihat jadinya kan!? Aku jadi gila sendiri!
Brengsek kau, Akasuna Sasori!
Aku tidak mengherankan tatapan siswa yang semakin ngeri melihatku. Mataku bergerak liar dan berjalan dengan suara dentuman yang keras.
Sampai suara itu benar-benar membuatku gila.
NORMAL POV
"Sakura-sensei?"
Sakura yang sedari tadi sibuk degan pikirannya, terkejut ketika seseorang dengan santai menegurnya tanpa rasa takut. Sakura mengangkat wajahnya, tubuhnya menegang ketika matanya menatap langsung oleh mata lelaki itu.
Benar-benar brengsek kau!
"A-Ada apa, Akasuna-san?" Sakura menaikkan kacamatanya yang sedikit mengendur, keringat dingin sudah muncul di pelipisnya. Menandakan kalau dia benar-benar gugup.
"Bisakah Anda hentikan langkah monster itu? Anda sedikit mengganggu yang lain sensei," Sasori menaruh tangannya di saku celananya. Masih menatap Sakura yang terlihat salah tingkah.
"Ada apa sensei? Kau terlihat takut," lanjut pria itu tanpa dosa. Ia rasa tubuh Sakura mulai menegang. Sasori tersenyum sangaaaatt tipis, bahkan Sakura tidak bisa melihatnya.
Sedangkan Sakura menatap Sasori marah. Mata Emeraldnya berapi-api. Tapi Sasori tidak terlihat takut, hanya berdiri, diam, santai.
"apa maksudmu Akasuna-san?" Sakura menatap langsung mata Sasori yang menurutnya indah. Tapi Sakura tetap menjaga imejnya sebagai sensei.
Murid-murid disana hanya bisa menatap pertarungan antara mereka. Bahkan ada yang berlari karena merasa aura Sakura sudah berbahaya.
"Aku hanya memperingatkan sensei untuk menjaga ketertiban, bisakah Anda pelankan langkah Anda sensei?"
"Lalu apa yang kau maksud dengan langkah monster huh?" Sakura melipat tangannya di dada, mata yang terlindungi oleh kacamata itu menatap tajam ke arah Sasori. Laki-laki yang jauh lebih tinggi itu terkekeh kecil, "maksudku—langkah itu sangat berbeda dari langkah wanita-wanita lain yang pernah kutemui sensei, dan kau—jauh berbeda dari mereka," jawab Sasori innocent.
Wanita-wanita lain katanya!?
Sakura tersenyum licik kearah Sasori, wajah gadis itu sudah memerah akibat menahan amarah yang sudah sampai ke ubun-ubun. Sasori hanya bisa tertawa dalam hati, kalau gadis itu bukan senseinya, dipastikan Sasori akan selalu mengejek Sakura sampai dia puas.
"wanita lain heh? Dan kau pernah bercinta dengan salah satu dari mereka, Akasuna-san?"
"huh? Kau kira aku lelaki murahan sensei? Aku tidak tertarik dengan wanita."
"lalu kau—"
"aku tidak homo sensei."
Mereka terdiam. Tidak ada lagi percakapan yang mulai keluar dari jalurnya. Sakura berdeham, ia tidak mau mencari masalah dengan lelaki ini. Benar-benar laki-laki yang—ugh, tidak bisa diartikan.
"Baiklah," Sakura berdeham lagi, "kembali ke kelasmu, Akasuna-san." Sasori menatap datar sensei muda itu, mata Hazelnya menatap Sakura dengan pandangan dari bawah ke atas, maksudnya—
BUAK!
"JANGAN MENATAPKU SEPERTI ITU, AKASUNA!"
Hari sudah menjelang malam, murid KHS sudah pulang beberapa jam yang lalu. Haruno Sakura, salah satu guru disana, masih berada di sekolah tersebut. Sakura sedang berkutat dengan beberapa lembar yang merupakan hasil test ujian siswa-siswinya. Terkadang dahi Sakura berkerut, melihat hasil mereka yang terkadang wow itu. Sakura menghela nafas frustasi. Banyak dari mereka yang harus mengulang akibat nilai mereka yang dibawah standar.
Tapi Sakura bersyukur karena masih ada seperempat muridnya yang lulus dengan hasil baik. Bahkan ada yang mendapat nilai sempurna. Sakura tersenyum tipis, di tangan kecilnya terdapat selembar kertas komputer yang bukan miliknya. Ia mengangguk-ngangguk dan tersenyum, matanya menangkap jawaban-jawaban yang tertera disana.
Akasuna Sasori, XI-A
Sakura tertawa kecil. Sudah berapa kali heh orang ini mendapat nilai sempurna? Dua kali? Empat kali? Seratus kali?
Cih, untuk apa dihitung? tidak berguna.
Bibir tipis itu terangkat lagi, membuat kesan dalam diri gadis itu semakin cantik, "Akasuna…Sasori…"
"ada apa sensei?"
1…
2…
3…
"KYAAAAAAAAAAAAAAA! KA-KAU!?"
Sasori mengangkat tangannya, seakan ingin melambaikan tangan, "yo,"
Sakura tidak membalas sapaan pria itu, ia sibuk menenangkan jantungnya yang ingin melompat keluar. Siapa sih yang tidak kaget kalau dikejutkan di malam hari!? Sendirian lagi.
"Ka-kau sedang apa disini, Akasuna?" Sakura menaikkan kepalanya, melihat lawan bicaranya ini menggaruk rambutnya itu, "aku ada urusan mendadak, jadi pulang telat. Hey, itu punyaku?" Sasori merampas lembar kerjanya dari tangan Sakura, "hey, kembalikan!"
Sasori menghiraukan teriakan Sakura yang ingin segera kertas itu dikembalikan. "nilai A+ lagi heh? Hmm…" Sakura berjinjit supaya dapat meraih kertas itu dari tangan kekar Sasori, "AKASUNA SASORI! Kembalikan itu!"
Sasori berhenti memeriksa hasil ujiannya. Kepalanya menunduk dan melihat Sakura yang berusaha meraih tangannya, pria itu menyeringai, " ."
"Akasuna! Kembalikan!" emosi Sakura mulai naik, ia menarik seragam Sasori dengan keras. Namun apa daya, tubuh laki-laki itu terlalu besar untuk gadis semungil Sakura, jadi—
BRUK!
"Ugh—ittai~" Sakura merasakan nyeri di daerah punggungnya. Rambut gadis itu menjadi terurai akibat ikat rambut gadis itu tidak kencang. Sasori segera meletakkan kedua tangannya di samping gadis itu, supaya tidak membuat Sakura terbebani lagi.
Kalau tubuh Sasori menimpa tubuh Sakura, entah akan apa yang terjadi akan tubuh gadis itu.
"Daijobu, sensei?"
Sakura terdiam. Oh tidak, suara itu sangat dekat-!
Sakura menatap Sasori yang ia rasa tidak jauh darinya, hanya sekitar beberapa cm saja. Emerald gadis itu membulat ketika ada sebersit perasaan yang terpancar dari matanya yang gelap.
Hasrat?
"Le-Lepaskan aku, Akasuna."
"Tidak,"
Itu adalah sinyal bahaya bagi seorang Haruno Sakura.
Brengsek!
"Bisakah kau menuruti satu permintaanku, Akasuna? Aku ini ketua Bimbingan Konseling! Jadi bisakah kau men—"
"Tidak. Aku bahkan tidak peduli kalau kau adalah kepala sekolahku, sensei."
Oke, mata Sasori sekarang terlihat sedikit menyeramkan.
Di satu ruangan, gelap, tidak ada siapa-siapa, hanya ada dua orang yang berbeda status.
Antara murid dan guru.
Ketua Bimbingan Konseling dan Ketua OSIS.
Sedang berada di posisi yang 'berbahaya'.
Sakura menggeram, "jadi—apa yang ingin kau bicarakan?"
"Tidak ada."
"Lalu?"
"Lalu apa?"
"Cih, bisa kau lepaskan aku Akasuna!? Masih banyak yang harus kulakukan!" teriak Sakura tepat di depan wajah Sasori. Namun wajah Sasori tidak berekspresi.
"kalau kau tidak mau, aku akan menendangmu," ancam Sakura. Matanya berkilat. Oh ayolah, dia ini harus pulang dan ingin tidur. Menjadi seorang guru itu tidak mudah, oke?
Sasori menyeringai, itu membuat Sakura sedikit bergetar. "kau tahu, kau begitu berisik untuk seorang sensei. Dan—menarik."
"Apa maksud—Hmmmppfhh!"
Mata Sakura membulat, tubuhnya menegang ketika ia merasakan sensasi aneh di mulutnya. Sasori menekan bibir Sakura, bermaksud untuk ingin memasuki mulut gadis itu. Tapi Sakura menahannya dan Sasori merasa itu adalah sebuah penolakan. Sasori menggeram, dengan sengaja ia menggigit bibir mungil Sakura, membuat gadis itu mengerang dan membuka mulutnya, Sasori langsung menerjang gadis itu dengan memasuki lidahnya dan bermain di dalam sana. Lidah Sasori yang bergerak liar di mulut Sakura.
Sakura's POV
A-Apa ini!?
Dia—Dia MENCIUMKU! APA MAKSUDNYA INI!?
BRENGSEK KAU, BRENGSEK! AKASUNA SASORIIII!
Cih, aku sudah berusaha memberontak. Tapi tiba-tiba saja ia mendekapku dan aku tidak bisa bergerak bebas. Deru nafasnya sampai menerpa wajahku, terkesan hangat dan geli. Aku hanya bisa berdiam diri dan membiarkan lidah menjijikkan itu mengelilingi mulutku. Pria ini begitu liar, ia sampai menghisap dan melumat bibirku ini.
Aku tidak tahu kalau dalam diri Sasori yang terkesan dingin dan datar itu—
Bisa begitu liar.
Ia melepaskan mulutnya dariku, tapi tangannya masih menggenggam erat tanganku. Kami berdua tersengal-sengal. Membiarkan saliva yang melar antara bibirku serta bibirnya. Matanya menatap sayu ke arahku. Nafasnya terasa hangat di wajahku, dan terdengar—seksi.
Ia memajukan wajahnya menuju wajahku, ia menghirup aroma tubuhku dari leherku yang memang paling dekat dengan wajahnya. Ia menciumi telingaku, lagi-lagi terkesan geli. Entah dari perintah dari siapa, eranganku muncul dan aku yakin pria ini sedang tersenyum di sampingku. Brengsek.
"Apa ini yang pertama, sensei?"
Sial. Aku tahu dia sedang mengejekku sekarang. Me-memang ini yang pertama, aku saja tidak tahu apa yang harus kulakukan waktu kau menciumku bodoh! Tapi apa salahnya kalau aku belum punya pengalaman tentang berciuman hah!?
"Le-Lepas, Akasuna." Gumamku, aku masih merasa nafasku memburu akibat kekurangan oksigen. Tapi, rasanya dia tidak mau ambil pusing. Ia masih saja berada di depanku.
"Sensei…"
Wajahku terasa panas seketika, suara itu! SUARA ITU MAKSUDNYA APA!? Ja-jangan mengagetkanku, Sasori…
"A-Ada apa?"
Aku merasa dia mencium pipiku dengan bibirnya itu. Aku seakan terlena dengan sentuhan lembutnya. Ia menciumku lagi dan lagi, tapi tidak kasar seperti tadi. Ia mencium telingaku, daguku, keningku, dan pipiku. Membuatku terdiam. Matanya menatap ke arahku, seakan meminta jawaban. Tapi—jawaban apa?
Sasori mulai menggigit dan menjilat leherku, aku memekik karena merasakan geli di leherku. Tapi aku berusaha menolaknya, aku menendangnya dengan keras karena kakiku yang kurasa bebas itu. Tapi ia masih saja memperlancar aksinya itu. Tiba-tiba dia menggigit leherku dengan keras, membuatku teriak dan menahan rasa sakit.
Aku merasa sudut bibir tipisnya naik, dan akhirnya aku tahu kalau dia—
Memberikan kissmark padaku.
Dia menatapku dengan pandangan lapar, membuatku seketika merinding. Ia memajukan wajahnya lagi, aku tahu dia ingin menciumku lagi.
Tapi, aku salah besar.
BUK!
Karena dia malah melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.
NORMAL POV
Sakura membuka matanya, kepalanya sedikit pusing. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba fokus dia ada dimana. Matanya hanya menatap datar dinding hijau yang ada di hadapannya itu. Gadis itu menguap lebar.
Syukurlah, ternyata mimpi.
Ia melihat jam yang ada di sampingnya, matanya membulat ketika jarum pendek menunjukkan angka 7 dan 8, sedangkan jarum panjangnya menunjukkan ke angka 3.
"Sial! Aku terlambat!"
Tanpa ba-bi-bu lagi, Sakura segera melesat kearah kamar mandi. Tidak memperdulikan nasib jam wekernya yang ia lempar begitu saja.
.
.
.
SREK!
Murid-murid disana segera duduk di bangku masing-masing. Ia menatap datar bangku nomor tiga di barisan nomor dua. Kalian sudah tahu kan itu bangku siapa?
Lupakan dia.
Kita fokus ke kelas XI-A. Ia hanya bisa melemparkan senyum ramah pada murid kelas itu.
"Baiklah, tutup buku kalian semua. Kita akan mengadakan remedial."
"Eh? Remedial untuk apa sensei?" Tanya Rock Lee, sepertinya ia ingin protes.
"Tentu saja remedial Biologi Lee, nilaimu hanya mendapat D-. Kalau kau ingin lulus, kau jangan banyak bertingkah dan ikuti saja perintahku ini." jawab Sakura jujur dan senyum innocentnya.
Wajah Rock Lee memerah karena melihat senseinya yang bagaikan bunga sakura itu, ia mengangguk dan segera duduk.
Sakura mulai membagikan soal serta lembar kerja terhadap siswa-siswi kelas XI-A. Soalnya sama dengan ujian yang dulu. Jadi Sakura berharap nilai kelasnya ini tidak terlalu hancur seperti dulu.
"Oke, ujian dimulai dari—sekarang!"
Sakura kembali berkutat dengan beberapa lembaran kertas, istirahat dimulai sekitar 10 menit yang lalu. Sakura memilih untuk melanjutkan pekerjaannya dan berharap cepat selesai. Ia tidak tahu kalau dari balik pintu kelas, ada seseorang yang sedang memperhatikannya.
SREK!
Suara geseran pintu itu terdengar jelas di telinga Sakura. Ia menolehkan kepalanya ke kiri, terdapat sosok lelaki berambut merah sedsang berjalan kearahnya.
Sakura ingin berteriak, tapi Ia urungkan. Ia tidak mau kalau orang ini mengetahui mimpinya yang terkesan menjijikkan itu.
"Ada apa, Akasuna-san?" tanyanya sambil tersenyum. Tapi Sasori masih menatapnya dengan tatapan biasa.
Sasori berhadapan dengannya, dihadapan Sakura. Ia tidak membalas senyuman yang masih melekat di bibir senseinya itu.
"Sensei,"
"…ya?"
Sasori meletakkan tangan kanannya di saku celananya. Ia mengeluarkan sesuatu.
Mata Emerald gadis itu membulat seketika.
Sasori tersenyum licik, ia menggoyangkan benda itu ke kanan dan ke kiri. Membuat mata Sakura juga ikut kearahnya.
"i—itu…" tubuh Sakura bergetar hebat. Ia tidak menyangka kalau—
Sasori menyeringai berbahaya, ia semakin memajukan benda itu menuju wajah Sakura. Membuat Sakura semakin terbelalak tak percaya.
Itu—sungguh tidak mungkin.
Sakura menatap Sasori, meminta penjelasan.
BRAK!
"Darimana kau mendapatkan itu!?" teriak Sakura emosi. Nafasnya tersengal-sengal dan wajahnya memerah hebat. Sasori hanya bisa bersiul dan kembali menatap benda yang ada di tangannya, pria itu menaikkan sudut bibirnya, "kau tidak ingat ya, sensei?"
Pupil Emerald Sakura mengecil, dia sungguh tak percaya kalau—
Sasori memegang selembar foto yang berisi dirinya setengah telanjang. Dengan kemeja yang sudah terlepas, memperlihatkan dua buah tonjolan yang dilapisi bra putih, sedangkan roknya terlepas dan mengekspos—ugh—celana dalam Sakura yang menutupi area sensitifnya.
Sakura ingin menangis. Ia tidak percaya ini, dirinya—seperti itu! Dan yang pertama kali melihatnya adalah siswanya sendiri!
Itu—bukan mimpi.
"Akasuna… Cepat serahkan itu!"
Sasori menaikkan alis, ia menggelengkan kepalanya. "tidak mau."
"CEPAT SERAHKAN!"
"TIDAK." Sasori menatap tajam kearah Sakura yang langsung terdiam melihat tatapan penuh penekanan itu.
"Kau tidak ingin foto ini tersebar kan sensei?" Sasori menyeringai, "bagaimana reaksi mereka ketika melihat foto ini huh? Pasti kau akan menderita." Jawabnya.
Sakura tahu apa yang Sasori maksud mereka, adalah murid-murid KHS.
"Pasti mereka akan melecehkanmu. Seorang guru wanita pertama sebagai Ketua Bimbingan Konseling, terkapar tidak berdaya dengan keadaan seperti ini. Sungguh mengerikan kalau itu benar-benar terjadi, iya kan sensei?"Sasori memegang ujung rambut Sakura yang diikat, Sakura hanya bisa berdiam diri. Melanjutkan apa yang diucapkan Sasori. Benar-benar tidak bisa dibayangkan, apa yang terjadi pada dirinya kalau foto itu tersebar.
"Sa-Sasori… Kumohon, kembalikan…" Sakura menundukkan kepalanya, gadis itu berusaha menahan tangis.
Sasori meletakkan foto itu dimeja Sakura, ia memegang dagu gadis itu, memaksa Sakura menatapnya. "aku ingin kau melakukan sesuatu untukku, Sakura."
Sakura menggigit bibir bawahnya, sungguh malang nasibnya. Seharusnya ia yang memerintah, bukan orang ini yang seenaknya memerintahnya.
Tapi apa boleh buat, toh saat ini Sasori sedang memegang nasib harga dirinya sebagai sensei.
"Apa itu?" Sasori tersenyum saat melihat sebersit rasa takut yang ia lihat dari mata Sakura.
Apa dia—mengancamku?
"aku ingin kau menjadi gadisku, Haruno Sakura-sensei."
Yo, kembali dengan saya, huahuahuahua~! #narigaje
Saya kembali dengan rated M pertama saya lho~! Ihihihihihihi #apaansih
Ehem, memang di chapter pertama ini lime nya implisit banget, Sasori lakuinnya cuma mpe di leher, ga sampe di –piiiiiiiiiiiiiip- #ditabok
Heheee, meskipun saya ini 15 tahun, saya ini kdng2 mesum juga lho~ tapi saya orngnya baik2 ya. ^^
Saya harap fic kedua saya ini dapat kesan baik untuk minna semua~!
Disini karakternya OOC semua ya. Sakura nganggap Sasori itu 'serba brengsek' ._.
Oiya, makasih semua yang sudah review di Miracle of Rain, hiks—saya jadi terharu ada yang mereview fic saya yang ga ada kesan sama sekali~
Mmm, mungkin mulai dari fic ini, saya akan menerima FLAMERS. Kenapa? Karena teman saya mengatakan kalau saya ini egois, KENAPA? Karena saya dibilang ingin selalu memiliki kesan baik dalam fic saya. Dia juga bilang kalau readers itu juga memiliki yang namanya UNEK-UNEK. Saya jadi bengong-bengong juga sih. Saya juga terkadang kesal juga kenapa tokoh fav saya dibikin OOC. Nah, disitu saya nyadar saya memang mementingkan diri sendiri, gak mementingkan perasaan reader semua… hehehe, maaf ya minna.. saya ini dibilang egois sama sahabat saya sendiri… TT^TT
Satu review satu semangat buat saya!
Jadi, Mind to REVIEW?
THANK YOU! ^^ :3
