Terdengar suara 'ting-tong' yang disusul dengan 'drap-drap-drap' alias langkah kaki orang yang terkesan terburu-buru begitu Sasuke memencet bel pintu rumah kediaman Uzumaki. Pintu terbuka dengan lebar secara tiba-tiba hingga si Bungsu Uchiha berjingkat kaget sendiri begitu melihat wajah rival sekaligus sahabatnya yang terkesan…

…uh, tidak dapat diungkapkan melalui kata-kata.

"Kau pikir jam berapa sekarang, Temee?! Ayo, sebentar lagi keretanya berang—"

"Memangnya ada kereta yang berangkat pada pukul enam pagi, Dobe?"

Hening seketika.

Dengan wajah stoik khas Uchiha, Sasuke menunjuk ke arah jam dinding yang tergantung di atas rak sepatu. Naruto menatap jam dinding yang ia lihat setiap hari itu dengan mulut membulat, lalu mencocokkan waktu di jam itu dengan jam di ponselnya serta jam tangan Sasuke.

Di jam dinding dan jam tangan Sasuke, waktu menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit.

Di layar ponsel Naruto, terlihat angka digital 13.00 berwarna merah di sudut kiri atas.

Si pirang jabrik yang baru sembuh dari traumanya itu mengecek zona waktu ponselnya (yang ternyata, eh, ternyata adalah zona waktu Eropa, entah mengapa bisa demikian jadinya), lalu meringis minta maaf pada sosok berambut hitam ala pantat ayam di hadapannya sambil menundukkan kepala.

Di ujung koridor dan berada tepat di belakang Naruto, sosok Minato Namikaze berdiri dengan tangan terlipat di depan dada serta senyuman lega di wajah.

Oo—O—oO

Open the Beans!

[Sequel of 'And Then There Were None']

Oo—O—oO

Genre: Mystery – Horror

Rate: T—dan ada kemungkinan bakal naik di kemudian chapter.

Warning: horor belakangan, AU, kemungkinan adanya; OOC (lagi), gore scene (lagi dan lagi), serta misstypo yang kemungkinan tersebar dimana-mana. Dan seperti di ATTWN: death charas. Don't like? Don't read, then.

Disclaimer: Karakter di sini seluruhnya punya Masashi Kishimoto-sensei. Saia cuma punya plot yang lumayan absurd dan mungkin ada plot hole-nya.

Oo—O—oO

Prologue

~Disastrous Holiday~

Oo—O—oO

"Lho? Bukannya Itachi-kun dan teman-temannya juga akan ikut dengan kalian?" tanya Kushina. Di tangannya terdapat nampan berisikan minuman ringan dan cemilan untuk tamu mereka dan juga duo berambut pirang yang sedang duduk di sofa. Minato tidak berkata apapun, namun hanya menunjukkan senyum tanda terima kasih pada sang Istri yang selalu setia menunggunya di rumah ketika ia diharuskan bekerja di luar kota.

"Katanya dia akan pergi belakangan. Tugas kuliahnya sudah jadi dua tumpukan setinggi lemari di kamarnya, soalnya," jelas Sasuke dengan bulir keringat menggantung di belakang kepala. Kushina meng-oh mengerti, lalu tersenyum miris.

Jika saja Kurama masih hidup, mungkin ia akan pergi belakangan bersama Itachi untuk mengerjakan tugasnya dengan teman-teman kuliahnya.

Tak mau berlama-lama diselimuti kesedihan lagi, Kushina langsung kembali ke dapur untuk menyibukkan pikirannya dengan tugas khas ibu rumah tangga sehari-harinya. Dan lagi, ia tak ingin menunjukkan kesedihannya di hadapan Minato dan (khususnya) Naruto.

Minato menghela napas pendek, lalu berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka menjadi 'apa saja yang akan mereka lakukan selama liburan nanti'.

Ngomong-omong, kalau para pembaca belum tahu, latar waktu cerita ini adalah awal musim panas (yang berarti liburan selama sepuluh hari bagi Naruto dan Sasuke serta cuti beberapa minggu bagi Minato), setahun setelah pesta Halloween berdarah di Wargrave Manor yang telah memakan nyawa sembilan orang tamu undangannya itu (pengecualian khusus bagi Neji yang datang tanpa undangan namun ikut menjadi korban) terjadi. Naruto dan Sasuke berencana pergi ke tempat Nagato—paman Naruto dari pihak Ibu—tinggal bersama Itachi dan duo yang membuka pintu manor setahun yang lalu. Namun si Sulung Uchiha itu masih sibuk menyelesaikan tugas kuliahnya yang menumpuk di saat tidak tepat bersama Deidara dan Sasori sehingga ketiganya akan menyusul mereka belakangan.

"Kalau begitu, selamat bersenang-senang di tempat Nagato-kun, ne?" ucap Minato dengan senyum hangat terukir di bibir. Naruto balas tersenyum cerah, sedangkan Sasuke hanya tersenyum tipis.

Senyuman Minato memang mampu membuat siapapun ikut tersenyum juga, eh?

#

"Kudengar keponakanmu akan tinggal di sini selama liburan, Nagato."

Lelaki berambut merah khas klan Uzumaki (1) yang menutupi sebagian wajahnya itu menoleh ke sumber suara, lalu menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan tidak langsung dari sahabat sejak kecilnya; si wanita berambut biru sebahu dengan gulungan rambut di sisi kanan kepalanya. "Bersama teman-temannya, kalau boleh kutambahkan. Apakah kau dan Yahiko keberatan, Konan?"

Wanita yang dipanggil 'Konan' itu mengangkat bahu, lalu tersenyum tipis. "Sama sekali tidak. Setidaknya, rumah ini akan menjadi sedikit lebih ramai daripada biasanya." Menyadari nada sarkastik di ucapan satu-satunya wanita di rumah itu, Nagato tersenyum geli. Sebenarnya, tanpa kedatangan keponakannya yang hiperaktif itu juga, rumah tempat ia tinggal bersama dua sahabatnya ini sudah kelewat ramai dengan kehadiran seorang lelaki berambut oranye jabrik bernama Yahiko.

"Yah, tidak akan terlalu ramai kok. Ada anggota keluarga Uchiha yang ikut datang."

Konan mendengus. "Kuharap begitu. Menangani Yahiko yang sudah hiperaktif ditambah keponakanmu yang kau deskripsikan sendiri sama hipernya dengan dia, aku hanya bisa berdoa agar tidak mengalami penuaan dini."

"Aku akan menyumbang beberapa alat kosmetik milik sepupuku yang tertinggal untuk mendukung niatmu itu, Konan."

"Ahahaha. Tidak lucu sama sekali, Nagato."

Nagato meniru gerakan Konan sebelumnya (baca: mengangkat bahu sambil tersenyum tipis), lalu berkata, "Aku memang tidak berniat untuk jadi pelawak, kok."

Begitu sadar kalau pembicaraan mereka makin lama makin pointless, Konan langsung mengubah topiknya sebelum menjadi lebih absurd dari sekarang. "Kau masih ingat pesan saudara iparmu, 'kan?"

Ekspresi wajah lelaki bermata ungu itu langsung berubah. "Kalau aku sampai melupakannya, berarti sama saja aku mengkhianati keluargaku sendiri. Dan aku masih sayang mereka dan nyawaku, terimakasih banyak. Aku masih belum mau kena gamparan dari Bloody Red Habanero yang siap menerorku kapan saja dan dimana saja jika ia tahu aku berkhianat pada musuh yang membunuh keponakanku sendiri."

"Sungguh khas Kushina sekali cara itu, Nagato."

"Well—kalau sifatnya tidak begitu, bukan Kushina Uzumaki namanya."

Dan Konan hanya bisa tertawa geli melihat wajah kesusahan sahabatnya sejak kecil itu tanpa niat menghibur hatinya yang sedang suram.

#

"Itachi~… Kenapa ndadak banget sih, itu dosen ngasih tugasnya? Dan kenapa harus pas awal liburan musim panas, coba?" keluh Deidara sambil mengipasi dirinya dengan kipas kertas milik Itachi. Padahal sudah duduk di depan AC, tetap saja dia mengipasi dirinya sendiri sambil memakan buah semangka yang dihidangkan oleh Mikoto beberapa waktu lalu.

"Berhentilah mengeluh, Deidara. Kau sudah memonopoli AC selama dua jam penuh, kau sudah menghabiskan tiga semangka dari lima yang disajikan, dan kau sudah mengulangi pertanyaanmu itu sebanyak sepuluh kali setiap sepuluh menit sejak dua jam yang lalu. Aku memang bukan yang kau tanyai, tapi tetap saja telingaku ikutan panas mendengarmu bercuap-cuap," sahut Sasori geram. Urat terlihat berkedut di balik surai merah vermillion-nya. Si pirang itu sudah membuatnya kepanasan selama dua jam penuh dan dia masih belum puas memonopoli AC-nya? Demi Tuhan, hidup di manakah dia sebelum musim panas tiba?

"Aku hanya bisa mengulangi jawaban sekaligus pertanyaanku sebelumnya, Dei: kenapa kau malah bertanya pada orang yang tidak tahu?" Jawaban dari Itachi yang tidak berubah itu membuat Deidara mendesah pasrah, lalu berguling-guling kesana kemari hingga nyaris menabrak piring berisi semangka jika Sasori tidak langsung menyelamatkan dua yang tersisa. Akibatnya, mahasiswa yang tinggal seapartemen dengan Sasori itu otomatis menabrak bagian bawah lemari Itachi yang berada satu jengkal dari tempat piring itu berada semula dan suara 'jduak!' pun berkumandang merdu di telinga Sasori.

/'Akhirnya dia mendapatkan ganjaran yang sesuai…'/ batin si rambut merah puas sambil mengambil alih tempat Deidara di depan AC. Sementara itu, roommate-nya mengaduh kesakitan di pojok ruangan karena yang terbentur kaki lemari itu adalah belakang kepalanya. Ternyata suhu udara yang kelewat panas untuk ukuran musim panas di Jepang bisa membuat seorang Sasori OOC juga, ya…

Ketika Sasori sedang menikmati hawa dingin pendingin ruangan yang sejak tadi dimonopoli Deidara dan yang disebutkan belakangan sedang mengelus belakang kepalanya yang masih sakit, ponsel Itachi berdering. Nama 'Hidan' terlihat di layar ponselnya. Dan begitu diangkat, suara yang familiar dengan ciri khas-nya pun menyambut telinga Itachi dengan volume besar.

/"Yooo, Itachi! Bagaimana suasana kota kecil yang jauh dari hiruk pikuk kendaraan dan polusi udara? Menyenangkan kah?"/

Itachi tertawa hambar. "Aku belum pergi, Hidan. Jadi tunda dulu niatmu memiliki koleksi kumbang langka yang hanya ada di daerah tempatku berlibur nanti—setelah aku selesai mengerjakan tugas-tugas dari Pak Sarutobi."

/"Are? Tugas dari dosen itu? Memangnya ada?"/

Karena Itachi me-loudspeaker-kan ponselnya agar telinganya tidak terancam bahaya penulian dini, maka Sasori dan Deidara yang ikut mendengarnya pun menunjukkan reaksi sama seperti Itachi: membeku di tempat.

"…bisa tolong ulangi yang barusan?"

/"Hei, masa' kau belum dengar kalau dia masuk rumah sakit sejak seminggu yang lalu? Kabarnya sudah menyebar cepat lho, di kalangan mahasiswa! Apa Tobi belum memberitahumu?"/

"Maksudmu Obito (2)?"

/"Apapun itu namanya, dia tetap maniak topeng yang hobinya makan lolipop."/

Dalam hati, Itachi sangat membenarkan ucapan Hidan tersebut. "Kalau Obito, sudah sejak beberapa hari yang lalu dia pergi berlibur dengan Kakashi dan Rin."

/"Jaaah, pantesan! Ngomong-omong, emang kapan kamu nerima tugas itu?"/

Itachi dan kedua temannya saling bertatapan dalam diam. Selama lima menit penuh, ketiganya tutup mulut hingga akhirnya Deidara mengeluarkan suara yang membuat Hidan berteriak kaget.

/"What?! Delapan hari yang lalu jam dua siang?! Itu 'kan pas Pak Sarutobi kena kecelakaan! Emang siapa yang ngasih tugasnya ke kalian?!"/

"Uh, kami dikasih tau lewat SMS, sih…" (Sasori)

/"Dari?!"/

"…nomornya Pak Sarutobi." (Itachi)

/"…beneran enggak ada yang ngasih tau kalian kalau ponselnya Pak Sarutobi dicuri pagi hari sebelum dia kecelakaan?"/

Ketiganya saling pandang, sama-sama merasakan firasat buruk yang kemungkinan besar berhubungan dengan buronan yang masih dicari-cari polisi.

/"Oh, ya. Nngomong-omong lagi, katanya si mata duitan itu, dia ngeliat Pak Sarutobi ngobrol ama anak SMA perempuan yang kayaknya seumuran sama Sasuke sebelum Pak Sarutobi kecelakaan. Emangnya Pak Sarutobi punya cucu yang rambutnya pirang sepunggung, ya? Warna matanya ungu, pula…"/

Tanpa dikomando atau diperintah, wajah ketiga mahasiswa itu memucat dalam waktu bersamaan. Tentu saja kemungkinan terduga yang baru saja dideskripsikan oleh Hidan itu sama di pikiran mereka semua.

"Eh, makasih infonya, ya! Kubawain kumbang sama miniaturnya sekalian kalau aku pulang nanti!"

/"Wokeeeh! Makasih banyak, Berang-berang (3)! Sampe ketemu pas liburan selesai nanti!"/ Itu kalau mereka bertiga selamat dari amukan psikopat bernama Shion yang sampai sekarang jadi buronan polisi dan tergila-gila pada Naruto, Hidan.

Segera setelah sambungan terputus, ketiga mahasiswa yang tadinya bersantai-santai itu pun langsung berlari ke garasi untuk menyusul dua remaja SMA yang kini sedang terancam bahaya. Siapa sangka setelah hampir setahun menghilang, psikopat haus darah yang berhasil kabur dari penjara itu muncul lagi di saat yang tidak bisa diduga?

#

Dari balik salah satu pilar stasiun, sepasang mata violet mengamati dua targetnya dengan tatapan mata berbeda—penuh rindu ketika melihat sosok pirang jabrik yang sedang tersenyum lebar, serta kesal bukan main ketika melihat sosok si Bungsu Uchiha yang berada dekat dengan orang yang seharusnya jadi miliknya.

"Kita akan segera bertemu lagi, Naruto-kun…"

Di dalam tas selempang violet yang ia bawa, sebuah pistol perak tergeletak tanpa tahu alasan mengapa ia bisa berada di tangan seorang gadis remaja berhati iblis penghuni neraka.

.

#

.

To Be Continued

Glossary:

1-referensi dari manga Naruto volume 54 chapter 510. Berdasarkan chapter itu, saia bikin si Nagato jadi sepupu jauhnya Kushina di sini... (-.-)

2-Soal yang ini… silahkan baca manga Naruto chapter terbaru… (_ _)v

3-Saia pernah baca entah dimana (narutopedia kayaknya) kalau arti nama 'Itachi' itu 'berang-berang' ('weasel'—nyaris aja saia ngetik 'weasley'). Jadi yah, itu jadi nama panggilan khusus buat Itachi dari Hidan di cerita absurd ini…

A/N: Nah, readers-san. Sequel dari ATTWN udah muncul. Arti dari judulnya silahkan lihat di kamus, tapi jangan di-translate per kata. Nanti malah jadi enggak sesuai ama ceritanya… u(=.=)a Buat yang review anonym di chapter terakhir ATTWN, makasih banyak udah review! Ini sequel-nya, jawaban dari pertanyaan kalian bakal muncul di sini (di kemudian chapter, tentunya). XP

Tanpa banyak bacot lagi, boleh minta sumbangan concrit/saran/kritik/pujian (yang terakhir ngarep #plak!) di review readers semua? :D

~Shinku Tsuu-ki~