BLACK GRIMOIRE

Naruto © Masashi Kishimoto

This Is My Story

By : M. Danu Kurniawan

Disclaimer

Naruto dan karakter milik penciptanya.

Warn : Gaje, Typo, OOC, Ecchi, Rated T,

.

.

.

Chapter 1 – Anak yang dibenci mana

.

.

.

Sinar jingga cerah bersinar lembut saat ini. Burung-burung nampak beterbangan kesana kemari. Mereka nampaknya kembali kesarangnya setelah mencari makan seharian penuh. Bentukan siluet yang dihasilkan dari bayangan rumah dan pepohonan menambah kesan damai.

Tepat disebuah lapangan hijau. Seorang anak tengah memukul sebuah pohon dengan seriusnya. Bersamaan dengan itu, tiga anak tengah berjalan ditempat yang tidak jauh dari anak yang tengah memukul pohon tadi.

"Hei. Bukankah itu Naruto?!" Ucap Kidomaru, anak yang memakai ikat kepala berwarna hitam. Ia menunjuk kearah anak bersurai pirang yang sedang memukul sebuah pohon yang tak jauh dari mereka. Sontak, ketiga orang itu tertawa dengan kerasnya.

"Ahahaha. Maksudmu bocah gagal itu.." sahut remaja yang badannya lebih besar dari kedua temannya. Dengan langkah tegap, ia berjalan kearah remaja pirang yang ada disana. Tidak lupa, kedua temannya mengekor dari belakang.

"Jirobo. Sebaiknya kita beri pelajaran dia.." Ujar Sakon, anak yang bersurai abu-abu. Penampilannya sedikit nyentrik dibandingkan kedua temannya. Ia terlihat memakai kalung manik berwarna hitam dengan lipstik senada dengan warna kalung miliknya. Dan jangan lupakan sebuah antingan terpasang ditelinga kirinya.

"Kau ini tidak sabaran Sakon. Tapi aku setuju dengan perkataanmu.." Jawab Kidomaru menyetujui perkataan Sakon. Mereka bertiga adalah anggota preman yang diketuai oleh seseorang yang bernama Kimimaro. Sudah banyak kerusakan didesa ini karena ulah mereka. Para warga yang ada disana hanya bisa pasrah karna orang yang bernama Kimimaro mempunyai pengaruh yang besar. Ayahnya adalah pemimpin desa.

"Hoi Bocah gagal! Sampah sepertimu tidak akan pernah berkembang. Lebih baik hentikan saja latihan yang tak bergunamu ini!" Teriak Jirobo lantang kearah Remaja pirang itu. Seolah tak mendengar perkataan Jirobo, Remaja itu kembali memukul pohon yang terlihat berbekas. Sepertinya ia telah memukul ratusan kali.

Melihat tidak ada respon, Kidomaru maju dan melesatkan pukulan kearah kepala Remaja pirang tersebut. Namun, dengan sigap remaja pirang itu menahannya dengan telapak tangan kanannya.

"Dia menahan pukulanku?! Boleh juga. Bagaimana dengan yang satu ini.." pikir Kidomaru kembali melesatkan pukulan kearah Remaja pirang itu. Tetapi, pukulan kali ini sedikit berbeda.

Melihat pukulan Kidomaru, Remaja itu tak tinggal diam. Dengan reflek cepatnya ia bersalto kebelakang. Dibarengi Kedua kakinya dengan mulus menyentuh tanah. Sedangkan Kidomaru, pukulannya hanya meninju angin lalu. Membuat ia menggeram kesal.

"Jangan sombong kau bocah. Hanya karna dapat menghindari satu seranganku. Kita lihat apa kau masih dapat menari setelah menerima serangan ini.." Tegas Kidomaru

"Wind Magic : Wind Quail Cutters"

Sebuah angin puyuh tercipta dari tangan Kidomaru. Rumput-rumput yang ada ditempat itu tertebas satu demi satu. Layaknya sebuah pemotong rumput, angin puyuh itu dengan cepat melesat kearah Remaja pirang yang belum diketahui namanya itu.

Lagi-lagi, Remaja pirang itu berniat untuk menghindar. Terbukti saat ia dengan lincah melompat kearah kiri. Tetapi, Kidomaru sepertinya telah memprediksi gerakan Remaja pirang tersebut. Ia menyeringai lalu berkata..

"Sakon! Sekarang giliranmu.." Teriak Kidomaru

Paham dengan perkataan Kidomaru. Sebuah listrik muncul dari kedua tangannya. Dengan gerakan cepat Sakon menghentakkan tangannya ketanah. Alhasil, sebuah percikan listrik tercipta dan melesat sekaligus menyebar kearah Remaja pirang tersebut.

"Lightning Magic: Electrical Resistance"

Serangan itu dengan telak mengenai Remaja pirang tersebut. Terlihat dari tubuhnya yang terjatuh ketanah. Tetapi, sepertinya Remaja itu mencoba untuk bangkit lagi. Dengan sisa tenaganya ia mencoba untuk berdiri. Meskipun dengan kakinya yang tengah gemetar.

"Dengan ini kau tidak akan bisa bergerak. Jirobo, sisanya kuserahkan padamu.." Sahut Sakon

Jirobo yang mendengar perkataan Sakon dengan santainya berjalan kearah Remaja itu. Sesampainya dihadapan Remaja itu. Jirobo nampak membuat sebuah kuda-kuda diiringi tangan kanannya yang sedikit demi sedikit berubah menjadi batu.

"Earth Magic : Boxing Stone"

"Ahahaha. Sudah cukup main-mainnya bocah gagal. Kau yang tak punya mana sedikit pun tidak akan bisa mengeluarkan sihir. Bukankah itu sebuah kutukan dan biarkan aku menghapusnya dengan cara membunuhmu!.." Teriak Jirobo

Tanpa memperdulikan perkataan Jirobo. Remaja tersebut masih tetap berjuang untuk berdiri. Dengan dibantu kedua tangannya, ia mencoba untuk berdiri tegap menatap Jirobo. Pandangan Jirobo bertemu dengan manik biru kelam milik Remaja pirang tersebut.

"Heh..! Aku suka dengan tatapanmu. Apa kau punya kata-kata terakhir..?!" Tanya Jirobo

Remaja pirang tersebut masih terdiam. Ia mengangkat tangan kanannya kearah pundak Jirobo. Kepalanya ditegakkan kearah telinga Jirobo. Lalu, seraya mengatakan sebuah perkataan yang membuat Jirobo kesal bukan main.

"Persetan denganmu..!" bisik Remaja tersebut

Jirobo yang tersulut amarah dengan cepat meninju perut Remaja pirang itu dengan kekuatan penuhnya. Alhasil, liquid merah keluar dari mulut Remaja tersebut. Tidak puas dengan satu pukulan, Jirobo kembali melayangkan pukulan yang kedua dan tepat kearah yang sama.

BUAKK...

"OHOK..!"

Remaja pirang tersebut memuntahkan darah lagi dari mulutnya. Seakan tidak kuat lagi, ia kemudian terjatuh ketanah dengan pasrah. Melihat itu, ketiga remaja Jirobo, Sakon, dan Kimimaro menatap puas setelah membuat Remaja pirang tersebut babak belur.

Tiba-tiba...

"Apa yang kalian lakukan dengan anakku dattebane!" Teriak seorang perempuan dengan rambut merah yang berkibar-kibar. Sakon yang mengetahui itu kemudian mengajak kedua temannya untuk pergi darisana.

"Jirobo, Kimimaro, sebaiknya kita pergi darisini. Orang itu adalah Ibu dari Bocah ini. Dan aku tidak ingin urusan ini menjadi panjang.." Ucap Sakon

Kimimaro mengangguk setuju. Tetapi, Jirobo sepertinya tidak mendengarkan perkataan Sakon. Ia malah menginjak tubuh Remaja pirang yang tak sadarkan diri itu. Seolah ingin memancing keributan kearah Ibu dari Remaja pirang tersebut.

Melihat keadaan anaknya yang diperlakukan semena-mena. Perempuan bersurai merah itu menatap bengis Jirobo. Seolah tidak takut dengan badan besar Jirobo, Perempuan itu melesat cepat kearahnya.

"Apa yang kau lakukan Jirobo?! Kau tidak dengar perkataanku. Asal kau tahu saja, orang yang sedang kau hadapi ini adal..~"

"Berhentilah mengoceh ditelingaku, Sakon! Aku tidak peduli siapa yang kulawan..!" Potong Jirobo dengan teriakan keras.

"Cih. Terserahlah, aku sudah capek menasehati Si gendut ini.." Batin Sakon tak peduli. Bersama Kidomaru, ia meninggalkan Jirobo yang masih keras kepala ditempat tersebut.

.

.

.

"Jadi. Kau Ibu dari Bocah gagal ini yah..!" Teriak Jirobo angkuh.

"Bocah gagal?! Jangan pernah kau menghina Naruto dengan sebutan itu. Grr, aku tak akan memaafkanmu dattebane..!" Jawab Ibu dari Remaja pirang yang kita ketahui bernama Naruto itu.

Tidak takut dengan ancaman Perempuan bersurai merah tersebut. Jirobo menghentakkan tangannya ketanah. Kemudian, terciptalah sebuah bor besar dari tanah dan melesat kearah Perempuan tersebut.

"Matilah kau Perempuan tua!"

"Earth Magic : Ground Drill"

Bor besar itu sedikit demi sedikit mengikis jarak yang ada. Perempuan merah itu tetap tidak bergeming melihat serangan Jirobo. Kemudian, dari ketiadaan sebuah buku tercipta dan terkalung dileher Perempuan tersebut.

"Secret Magic : Binding Chains"

Tercipta sebuah rantai dari tanah dan menghancurkan bor Jirobo dengan sangat cepat. Jirobo yang melihat itu terkejut bukan main. Tepatnya, bocah itu terkejut melihat buku yang terkalung dileher Perempuan tersebut.

"T-Tidak mungkin..?! D-Dia memiliki Grimoire.." Batin Jirobo takut. Grimoire adalah sebuah buku yang tercipta disaat seseorang mempunyai mana yang cukup untuk membangkitkannya. Mana adalah energi yang digunakan untuk menghasilkan sebuah sihir. Mereka yang membangkitkan Grimoire dapat memasuki tahap sihir yang lebih tinggi.

"Hoi Bocah Gendut! Kau akan menerima balasan karna telah menyakiti anakku!" Teriak Perempuan itu kearah Jirobo. Manik birunya memandang tajam Bocah gendut tersebut. Seolah tidak terima melihat apa yang terjadi dengan anaknya.

Selanjutnya, buku kecil seukuran saku yang terkalung di Perempuan tersebut terbuka dan bercahaya putih. Buku tersebut kemudian membuka lembar tiap lembar halaman hingga berhenti di salah satu halaman yang ada. Sebuah tulisan yang berisi tentang sihir tertulis disana.

"A-Ampuni aku! A-Aku hanya bercanda dengan anakmu tadi. Percayalah.." Sahut Jirobo kearah Perempuan tersebut. Kepercayaan diri yang ada didalam dirinya tiba-tiba lenyap digantikan rasa takut. Ia merutuki kekeras kepalaannya sekarang.

"Apakah menyerangnya sampai babak belur itu masih disebut bermain dattebane?! Kau pikir aku akan mengampunimu. Setelah apa yang kau lakukan pada Anakku.." Tegas Perempuan tersebut kearah Jirobo.

Melihat keadaannya yang semakin gawat. Jirobo berniat untuk kabur dari tempat itu. Langkah kakinya yang berat disebabkan oleh berat tubuhnya yang besar membuat dirinya harus berekstra keras untuk berlari.

"Secret Magic : Chains Barrier"

Muncul sebuah rantai-rantai dari tanah dan membentuk sebuah penghalang dengan Jirobo didalamnya. Tidak seperti rantai sebelumnya. Rantai ini mempunyai duri disetiap sisinya dan semakin lama menghimpit tubuh Jirobo yang ada disana.

"Aku sudah bersumpah untuk tidak lagi menggunakan kekuatanku setelah aku pensiun dari pekerjaanku sebagai Ksatria sihir. Tetapi, melihat anakku yang diperlakukan seperti ini. Aku rela melanggar sumpahku sekarang. Lenyaplah bersama dengan sihirmu bocah gendut!" Terang Perempuan tersebut dan bersiap untuk menghabisi nyawa Jirobo.

Tiba-tiba...

"Secret Magic : Teleportation"

SRINGG

Jirobo yang awalnya berada dikurungan rantai tiba-tiba telah berpindah tempat disamping tubuh Naruto. Bersama dengan seseorang berambut pirang seperti Naruto. Nampaknya, ia merupakan Ayah dari Naruto karna terlihat dari kesamaan mereka berdua.

"Kushina, apa yang sedang kau lakukan?! Tadi itu sangat berbahaya sekali. Jika aku tidak cepat-cepat menolong anak ini. Mungkin saja ia sudah tewas karna sihirmu tadi.." Ucap Laki-laki itu.

Kushina yang mendengar penjelasan dari Suaminya itu mendadak terdiam. Apakah menolong Anaknya sendiri adalah perbuatan salah. Kenapa Suaminya tidak mengerti apa yang berusaha ia lakukan sekarang. Saat ini, Suaminya malah tidak memihak dirinya.

"Minato. Aku melakukan apa yang menurutku benar. Aku hanya ingin membalas perlakuan mereka terhadap Naruto. Ibu mana yang tidak sedih saat anaknya diperlakukan seperti sampah oleh orang lain.." Lirih Kushina.

"Hanya karna Naruto tidak bisa menggunakan sihir. Kenapa ia harus menerima semua ini. Ia memang cuma Anak angkat kita. Tetapi, Aku menyayanginya seperti Anak kandungku sendiri.."

Minato, nama ayah Naruto itu terdiam mendengar perkataan Istrinya. Apa yang dikatakan Istrinya itu memang tidak ada yang salah. Hanya saja, cara yang Istrinya lakukan saat ini adalah salah.

"Aku mengerti Kushina. Dan kau Bocah, jika aku melihatmu ataupun anggotamu yang lain mengganggu Naruto. Aku tidak akan bertoleransi lagi. Sekarang pergilah.." Ucap Minato kepada Jirobo.

Remaja gendut itu dengan cepat berlari meninggalkan tempat itu. Sedangkan Minato, ia terlihat mendukung Naruto bersama Kushina yang berjalan disampingnya. Meninggalkan tempat itu dan menuju kerumah mereka.

.

.

.

[Alam bawah sadar Naruto]

Naruto POV

Gelap...

Apakah aku sudah mati..?! Tidak kusangka hidupku akan sesingkat ini. Egoiskah aku jika kubilang dunia ini sedikit kejam. Dunia dimana sihir adalah segalanya. Tetapi, kenapa aku tidak mempunyai hal itu.

Sejak kecil, aku tidak tahu siapa orang tuaku. Ditemukan dipinggir sungai yang tak jauh dari desa ini. Aku dipungut dan diangkat menjadi Anak oleh sepasang Suami Istri. Ayah angkatku bernama Namikaze Minato dan Ibuku bernama Uzumaki Kushina.

Meskipun hanya Anak angkat. Mereka berdua menyayangi aku layaknya Anak kandung mereka sendiri. Aku senang dengan perlakuan itu. Tetapi, disisi lain aku sedih dengan keadaanku ini.

Didunia ini, hidup tanpa sihir sangat menyulitkan. Disaat umurku menginjak 6 tahun. Aku sudah mengalami diskriminasi dikarenakan keadaanku ini. Awalnya aku sempat frustasi. Cacian dan perlakuan mereka membuatku tidak ingin berlama-lama untuk hidup. Namun, kedua orangtua angkatku berkata bahwa hidup tak sesingkat itu.

Setiap manusia memang tidak ditakdirkan seperti apa yang mereka inginkan. Tetapi, Ayah angkatku percaya kalau takdir itu dapat diubah. Tergantung sekeras apa kemauan kalian untuk mengubah takdir tersebut.

Berkat perkataannya, aku termotivasi untuk bangkit. Aku tidak lagi meratapi keadaanku yang tak punya sihir ini. Setiap hari kuhabiskan waktuku untuk melatih tubuhku. Push up, Sit up, dan berbagai jenis olahraga lainnya kulakukan untuk menutupi kekuranganku itu.

Karna aku sadar, hidupku tidak terlalu buruk. Mendapatkan kehangatan dari keluarga meskipun bukan keluarga asliku itu sudah cukup membuatku terus berjalan kedepan. Jika saja, Ayah dan Ibu angkatku tak memungut aku waktu itu. Aku tidak tahu harus berbuat apa.

Tes... Tes...

Sepertinya aku mendengar sesuatu. Seperti suara gemericik air. Sumbernya berada tepat diarah depanku. Tapi pandanganku hanya menatap kegelapan dimana-mana. Kuberanikan diriku berjalan kearah asal suara.

Tes... Tes...

Semakin dekat. Suara tersebut nampak terdengar jelas dipendengaranku. Manik biruku kini dapat melihat sebuah cahaya putih didepan. Kupercepat langkahku. Sepertinya ada sesuatu dibalik sana.

DEG...

"Hei Bocah! Tidak kusangka kita akan bertemu secepat ini.." Ucap sesosok makhluk hitam besar kepadaku. Tingginya seperti raksasa, kira-kira hampir mencapai 5 meter. Dengan kedua tanduk dan manik merah darah.

"S-Siapa kau?! Bagaimana seorang Monster bisa ada disini..?!" Tanyaku kearah sosok makhluk yang menyerupai monster itu. Entah karna sebab apa, Monster itu kemudian tertawa dengan keras.

"Hahaha...! Disebut Monster dengan diriku sendiri rasanya agak aneh. Bocah, biar kuberitahu sesuatu padamu. Aku adalah Kau dan Kau adalah Aku. Kita ini sebenarnya adalah eksistensi yang sama. Tetapi, mempunyai pikiran masing-masing..." Jelas Monster itu kepadaku.

Sulit untukku mengerti perkataannya. Maafkan tentang kapasitas otakku ini. Dia bilang kalau Dia adalah Aku dan Aku adalah Dia. Sederhananya berarti ia mengira kalau aku dan dia adalah makhluk yang sama. What..?! Dilihat dari sisi mananya. Makhluk ini jelas-jelas berbeda denganku..

"Hoi Bakemono! Aku tidak percaya dengan ucapanmu. Jangan harap kau bisa menipuku dengan omong kosong seperti tadi.." Balasku seraya menjulurkan lidah kearahnya.

"Jadi Kau tidak percaya dengan apa yang Aku katakan tadi. Biarkan aku memberitahumu hal lain. Mungkin saja kau akan percaya ini.." Ucap Monster itu kepadaku. Mau sekeras apapun Dia memberitahuku tetap saja Aku tidak akan percaya begitu saja dengannya. Kau kira Aku ini bodoh.

"Apapun yang kau bicarakan Aku tet..~"

"Apa kau pernah berpikir kenapa kau tidak mempunyai sihir..?!"

DEG...

Aku terdiam. Monster ini, apakah ia tahu sesuatu tentang jati diriku sebenarnya. Ragu untuk percaya. Tetapi, sepertinya aku akan mendapatkan sesuatu dari Monster ini.

"Bakemono. Jelaskan padaku semua yang kau ketahui!" Tegasku menatap tajam kearah manik merah darah tersebut. Sedangkan dia, Monster tersebut menatapku dengan seringai seramnya.

"Untuk sekarang. Aku hanya akan menjelaskan kenapa kau tidak mempunyai sihir dan juga akan kubantu mendapatkan Grimoire untukmu.." Balas Monster tersebut.

"Grimoire?! Maksudmu benda yang seperti buku milik Ayah dan Ibuku. Kau bercanda, membangkitkan hal seperti itu membutuhkan kapasitas mana yang cukup. Sedangkan aku sedikitpun tidak mempunyai mana. Hebat sekali kebohonganmu itu.." Jawabku

Lagi-lagi Monster itu kembali tertawa. Ayolah aku serius dengan apa yang kubicarakan ini. Apakah aku terlihat seperti anak kecil dimatanya. Sialan, Aku merasa dipermainkan saat ini.

"Hahaha...?! Sepertinya kau tidak tahu tentang cara kerja Grimoire. Dengarkan Aku bocah, Grimoire hanyalah sebuah media untuk menyimpan sihir. Lalu, apa jadinya jika Grimoire digunakan untuk menyimpan hal lain selain sihir..?!" Ucap Monster itu

"Hal lain selain sihir..?! Apa maksudmu.." Tanyaku tak mengerti.

"Bisa dibilang hal itu sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan sihir dan kau bisa menyebutnya dengan Anti-sihir. Dilihat dari prinsipnya, sihir itu sama seperti kita menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Berbeda dengan Anti-sihir, ini hampir semacam kekuatan untuk menghapus sihir. Apa kau mengerti, Naruto..?!" Terang Monster itu panjang lebar.

Sepertinya aku paham dengan penjelasan Monster ini. Sederhananya, ada hal lain selain Sihir dan itu adalah Anti-sihir. Sihir pada dasarnya adalah penciptaan dan Anti-Sihir adalah Penghapusan. Aku mengangguk mengerti...

"Lalu, bagaimana aku membangkitkan Grimoire yang berisi Anti-Sihir tersebut. Pada kasus orang yang mempunyai Sihir, mereka hanya perlu menunggu hingga mana mereka cukup dan Grimoire akan tercipta dengan sendirinya. Bagaimana dengan diriku yang tidak mempunyai mana sedikitpun..?!" Tanyaku pada sosok Monster itu.

"Kau tidak perlu mana untuk membangkitkan Grimoiremu. Sihir adalah sesuatu yang lahir karna cinta, harapan, dan keberuntungan. Sedangkan Anti-sihir adalah kebalikannya. Itu lahir karena kebencian, dendam, dan tragedi yang menyakitkan. Mereka yang dibenci mana berada dibawah naungan iblis dan kau adalah salah satunya, Naruto..."

"Kesimpulannya. Grimoiremu akan tercipta disaat kau mengalami trauma yang mendalam!" Perkataan terakhir Monster itu sedikit samar-samar. Bersamaan dengan itu juga. Cahaya terang menyelimuti tubuhku dan semuanya terlihat putih.

.

.

.

Naruto POV END

"..To"

"..Ruto"

"Naruto!"

DEG...

"Syukurlah dattebane. Akhirnya kau bangun juga. Kaa-chan sempat khawatir melihatmu tidak sadarkan diri.." Ucap Kushina khawatir

Istri dari Minato itu tak kuasa menahan dirinya untuk tidak memeluk Naruto. Sedangkan Naruto, remaja pirang itu masih memikirkan mimpi saat bertemu dengan Monster yang berada dialam bawah sadarnya tadi.

"Hei jagoan. Apa yang sedang kau lamunkan hah..?!" Tanya Minato seraya mengelus puncak rambut Naruto. Mendapat perlakuan seperti itu dari ayahnya entah kenapa ia sedikit merinding. Oh ayolah, ia sudah 16 tahun dan terlalu tua untuk menerima semua itu.

"Tou-chan berhentilah mengelus kepalaku seperti itu. Aku sudah terlalu tua untuk meneri..~"

BLETAKK...

Satu jitakan kuat dengan tepat mendarat dikepala Naruto. Pelakunya tak lain adalah Kushina ibu Naruto sendiri. Minato yang melihat itu menggeleng-geleng dan tersenyum menatap keakraban mereka berdua. Lebih tepatnya penganiayaan terhadap anak...

"Ittai! Kenapa kau memukulku, Kaa-chan.." pekik Naruto diiringi tangan kanannya mengelus tempat yang terkena jitakan tadi. Sedangkan Kushina, ibu dari Naruto itu memasang wajah yang tidak bersalah dan seolah perbuatannya itu hanya angin lalu.

"Hanya karna tumbuh beberapa tahun bukan berarti kau sudah dewasa dattebane. Sifatmu itu masih seukuran bocah. Karna itulah jangan menolak perlakuan yang kami berikan yah.." Ucap Kushina mengelus puncak kepala Naruto sama seperti yang dilakukan Minato tadi.

Naruto yang melihat itu terdiam. Lalu, beberapa detik kemudian seulas senyum terpatri dibibirnya. Hal inilah yang membuat dirinya menyayangi keluarga angkatnya itu melebihi apapun.

"Baiklah, Kaa-chan.."

.

.

.

[Menjelang Malam Hari : Kediaman Naruto]

Bau harum masakan tercium dimeja makan saat ini. Kushina selaku ibu rumah tangga dengan piawainya menyiapkan semua keperluan makan malam di meja makan yang tersedia. Sedangkan Minato, pria yang sudah lama menjadi suami Kushina itu menyeruput kopi yang telah dibuat istri tercintanya itu dengan hikmat.

"Semuanya sudah siap. Naruto! Cepat turun untuk makan malam dattebane...!" teriak Kushina

Makan malam hari ini sedikit istimewa. Karna Kushina membuatkan ramen spesial kesukaan Naruto. Anaknya itu memang sangat senang sekali dengan makanan yang berbahan dasar terigu itu. Mungkin ini bawaan sifat dari dirinya yang juga sangat menyukai ramen.

Ramen sebenarnya tidak baik bagi kesehatan. Apalagi jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Tetapi, ditangan perempuan bersurai merah ini ramen dapat menjadi makanan yang sehat.

Karna Kushina membuat ramen sendiri dengan bahan-bahan yang sehat. Ia tidak ingin anak dan suaminya memakan makanan yang tidak bergizi. Cukup dirinya saja dulu memakan makanan yang ala kadarnya.

Kehidupannya yang dulu sebagai anak jalanan tanpa kasih sayang orang tua. Membuat ia tidak ingin keluarganya merasakan nasib yang sama sepertinya. Namun, masa-masa yang kelam itu sudah lama berlalu. Ia bersyukur bertemu dengan Minato waktu itu. Pria bersurai pirang inilah yang menjadi alasan dirinya untuk tetap bangkit dan terus maju kedepan. Semua berawal dari pertemuan yang tidak sengaja...

.

.

.

Flashblack : ON

Salah satu dari lima kerajaan besar dinegeri ini adalah Konoha. Secara harfiah kerajaan ini berarti "Kerajaan yang tersembunyi oleh daun". Kerajaan ini terletak ditengah-tengah empat kerajaan besar yang lain yaitu Kiri, Iwa, Suna, dan Kumo.

Sehingga kalau diperhatikan lebih detail. Lima Kerajaan ini hampir menyerupai bentuk seperti bintang segi empat dengan Konoha sebagai pusatnya. Hal inilah yang membuat Konoha diuntungkan karena daerah yang strategis dan dicap sebagai jalur perdagangan internasional.

Namun, hal ini juga mempunyai efek negatif tersendiri bagi Kerajaan Konoha. Dengan wilayah yang berada ditengah-tengah kerajaan lain bukan tidak mungkin Konoha menjadi medan perang bagi keempat kerajaan. Meskipun mempunyai banyak ksatria sihir yang berbakat dibidangnya itu tidak menjamin keselamatan Konoha.

Di Kerajaan Konoha juga terdapat sistem kasta yang terdiri dari tiga wilayah. Wilayah paling luar disebut Outer Ring. Mereka yang bertempat dilapisan terluar hanyalah rakyat biasa dengan sihir yang relatif kecil. Lalu, wilayah tengah yang disebut Middle Ring. Lapisan tengah biasanya adalah para pedagang dan pengusaha kaya. Terakhir adalah Royal City, lapisan dalam. Tempat dimana pusat pemerintahan berada dan sekaligus tempat bangsawan tinggal.

[Royal City, Ditengah Kota Kerajaan Konoha]

"Hei! Hentikan bocah sialan itu..."

Teriakan keras dari salah satu pedagang buah yang ada disana sontak menarik perhatian banyak orang. Beberapa dari mereka melihat seorang anak perempuan berusia kurang lebih 8 tahun tengah dikejar tiga orang dewasa. Mereka yang melihat kejadian itu sepertinya hanya bersikap acuh tak acuh.

"Aku hanya mencuri satu buah apel. Itu tidak akan membuat kalian miskin dattebane..!" teriak anak itu pada ketiga orang yang masih mengejarnya dari belakang. Sepertinya ketiga orang itu adalah bawahan Si pedagang buah tadi.

Balik ke anak perempuan tadi. Anak yang mempunyai surai merah itu nampak memikirkan cara untuk dapat lolos dari kejaran mereka bertiga. Sejurus kemudian, manik birunya menangkap sebuah gang kecil yang tak jauh darinya. Anak tersebut mempercepat larinya lalu berbelok kekiri dan memasuki gang kecil tadi.

Tapi sepertinya apa yang dilakukannya memperparah keadaan. Ujung dari gang tersebut adalah jalan buntu. Tahu jika kondisinya saat ini tidak bagus gadis kecil itu bermaksud memutar arah. Namun, tiga orang yang mengejarnya itu telah berada dibelakangnya. Mereka bertiga menyeringai menatap gadis kecil itu terperangkap dan tidak bisa kemana-mana lagi.

"Hehehe..! Kau mau lari kemana lagi gadis kecil..." Sahut salah satu dari mereka yang berperawakan tegap dan berotot. Anak perempuan itu terlihat berjalan mundur untuk memperjauh jarak ia dengan tiga orang yang ada didepannya itu. Melihat gelagat gadis kecil tersebut ketiga orang dewasa itu maju kedepan dengan seringai yang jahat.

"Mundur kalian! Aku akan teriak dattebane..!" Ancamnya. Gadis kecil bersurai merah tersebut menyenderkan tubuhnya didinding yang berada dibelakangnya. Mendengar ancaman dari anak kecil tersebut sontak membuat ketiga orang dewasa itu tertawa dengan keras.

"Hahaha. Berteriaklah sesuka hatimu. Kau pikir siapa yang akan menolong anak jalanan sepertimu.."

"Aku heran kenapa orang sepertimu berada di Royal City..?!"

"Benar sekali. Kau itu seharusnya berada diwilayah terluar di kerajaan ini..."

Mereka bertiga mengejek keadaan gadis kecil tersebut. Pakaian gadis itu memang jauh dari kata mewah. Tidak seperti kebanyakan orang yang memakai pakaian dari sutra. Anak bersurai merah itu hanya memakai tunik berwarna kuning tua yang lusuh sampai menutupi kedua lututnya. Tunik adalah semacam pakaian longgar sederhana yang menutupi dada, bahu, dan punggung.

Mendengar ejekan dari mereka. Entah kenapa gadis kecil tersebut terlihat ingin menangis. Apel yang berada ditangan kirinya pun sontak terjatuh dan menggelinding tidak jauh dari tempat ia berdiri.

Liquid bening kini mengalir dari kedua matanya. Melewati kedua pipi lalu sejurus kemudian terjatuh ketanah. Melihat keadaan gadis kecil itu ketiga orang dewasa tadi terlihat tidak peduli. Mereka bertiga tanpa rasa berdosa sedikitpun menyeret tubuh malang gadis kecil itu dengan cara menarik surai merahnya dengan paksa.

"H-Hiks.. K-Kumohon lepaskan aku. A-Aku mencuri apel itu karna lapar. H-Hiks.. I-Ittai..." Ucap gadis kecil itu dengan suara parau. Tapi sepertinya mereka bertiga tidak mendengar lebih tepatnya seolah tak mendengar ucapan gadis tersebut. Belum tiga langkah mereka pergi. Tiba-tiba...

"Lepaskan dia! Apa kalian tidak malu berbuat seperti ini dengan gadis kecil itu..!" Teriak sebuah suara dari arah belakang. Seorang bocah laki-laki yang hampir sama tingginya dengan gadis bersurai merah tersebut nampak santai duduk diatas dinding gang itu dengan salah satu kakinya bersila.

Bocah laki-laki itu memiliki surai pirang dengan netra yang lebih biru daripada milik gadis kecil tadi. Sedangkan untuk penampilan, ia terlihat memakai kaos hitam dengan dibalut kemeja putih diluarnya. Untuk celana ia memakai celana pendek hitam diatas lutut dengan sebuah sepatu putih sebagai alas kakinya. Jangan lupakan sebuah buku kecil terkalung dilehernya.

"Siapa kau bocah..?! Bagaimana kau bisa ada disana hah..!" Tanya salah satu dari ketiga orang dewasa tadi. Ia terlihat memakai kacamata bulat. Berbeda dengan kedua temannya. Ia nampak tak berotot dengan salah satu giginya yang tiada.

"Aku hanya bocah yang kebetulan lewat saja saat kalian tengah menganiaya gadis manis itu. Soal bagaimana aku dapat ada disini bisa dibilang ini sebuah trik sulap, Paman bergigi ompong.." Jelasnya sembari mengejek pria berkacamata itu.

Pujian yang keluar dari mulut anak laki-laki itu sontak membuat gadis kecil yang tengah bersama dengan ketiga orang dewasa itu memerah malu. Baru kali ini dalam hidupnya seseorang selain kedua orangtuanya mengatakan kalau ia manis.

Balik lagi dengan ketiga orang dewasa tersebut. Pria yang memakai kacamata itu nampak marah mendengar hinaan yang dilontarkan dari mulut bocah laki-laki itu. Tangan kanannya ia arahkan kearah bocah tersebut. Dengan telapak tangan yang terbuka. Sebuah bola api seukuran sedikit lebih besar dari bola kasti tercipta dari tangan kanannya itu.

"Untuk bocah sepertimu kau sangat suka mencampuri urusan orang lain. Makan ini bocah sialan..!"

"Fire Magic : Fire Ball"

Bola api itu melesat cepat kearah bocah pirang tersebut. Seakan tidak ada rasa takut. Manik biru cerah itu hanya menatap datar serangan yang akan mengarah kearahnya. Ia menggumamkan sesuatu dengan pelan. Lalu, sejurus kemudian bola api yang mengarah kearahnya terhisap lingkaran sihir yang tercipta didepan tubuh bocah tersebut.

Beberapa detik setelah itu sebuah kejadian menakjubkan terjadi. Sihir pria berkacamata yang terhisap tadi secara tiba-tiba keluar dari belakang temannya yang memiliki badan yang lebih besar dari mereka. Tabrakan pun tak terelakan..

BLARRR...

Asap mengepul dari punggungnya. Menimbulkan bekas luka yang lumayan parah. Kedua temannya sontak melihat kearah belakang. Melihat adanya celah gadis kecil yang sempat dijambak itu dengan cepat berlari menuju bocah pirang lebih tepatnya kearah dinding.

"H-Hei jangan lari kau..!" teriak pria yang perutnya sedikit buncit. Ia lalu merentangkan kedua tangannya seperti ingin menangkap gadis tersebut. Melihat gelagat aneh pria buncit itu, bocah yang masih tetap setia duduk diatas dinding gang tersebut dengan cepat melemparkan sebuah pisau tepat ditanah antara kedua kaki gadis bersurai merah yang sedang berlari. Sontak, gadis tersebut terduduk. Apa dia gila..?! Itu hampir saja membunuhku..

"Gadis tomat, cepat pegang pisau itu sekarang..!" teriak bocah pirang itu dari atas dinding. Gadis kecil itu tidak mengerti dengan perkataan bocah tersebut. Sejurus kemudian, sebuah penjara batu berbentuk bulat membungkus gadis itu bersama pisau yang dilempar bocah tadi dengan cepat.

"Wahaha...! Aku mendapatkanmu gadis kecil..." teriak pria buncit itu puas. Disampingnya, pria yang memakai kacamata terlihat menyeringai jahat. Sepertinya mereka berdua sudah melupakan salah satu temannya yang tengah terkapar tak sadarkan diri.

"Bagus Bota. Pertahankan sihirmu..."

"Hahaha..! Serahkan padaku Tokusuke..."

Tokusuke. Pria berkacamata itu dengan pelan berjalan kearah penjara batu yang telah dibuat temannya tadi. Ia sedikit tersenyum remeh kearah bocah yang masih bau kencur diatas dinding tersebut.

"Bagaimana bocah..?! Tidak bisa berbuat apa-apa lagi yah..." Kata pria berkacamata itu. Bocah itu tidak menanggapi perkataan dari pria tersebut. Dari gelagatnya sepertinya ia sedang menunggu sesuatu.

"Cepat pegang, Gadis tomat..." Batinnya

.

.

.

Didalam penjara batu. Gadis kecil itu nampak kebingungan sekaligus ketakutan. Ia sepertinya melupakan kehadiran pisau yang berada didepannya. Beberapa detik kemudian ia mengingat perkataan bocah laki-laki yang baru dikenalnya tadi.

"Ia menyuruhku untuk memegang ini kan..?!"

Gadis itu kemudian mencabut pisau tersebut. Seolah dapat mengetahui kalau gadis kecil itu telah memegang pisaunya. Bocah pirang yang ada diluar sana kemudian tersenyum. Sejurus kemudian buku yang berada dileher bocah tersebut terbuka lalu memunculkan cahaya putih terang.

"Secret Magic : Teleportation"

SRINGG...

GREBB...

"Kau tidak apa-apa kan gadis manis..." ucap bocah pirang kepada gadis kecil bersurai merah itu. Posisi mereka berdua saat ini sangat romantis sekali. Dengan gadis kecil itu yang tengah digendong layaknya seorang putri oleh bocah berambut pirang tersebut. Alih-alih mendapatkan respon yang baik. Tiba-tiba...

PLAKKK...

Flashback : OFF

"Aww...! Apa yang kau lakukan Kushina..?!" Pekik Minato saat dirinya menerima tamparan keras dari sang istri tercinta. Bayangkan, awalnya ia dengan hikmat menyeruput kopi miliknya. Sejurus kemudian tanpa aba-aba yang jelas istrinya dengan tega menampar dirinya. Hah.. Apakah ini cara lain untuk menyalurkan kasih sayang.

"E-Eh A-Aku..?! K-Kau tidak apa-apa Anata..?!" Ucap Kushina tergagap sekaligus mengalihkan topik pembicaraan. Bisa gawat jika suaminya tahu kalau dia kembali teringat dengan pertemuan manis mereka berdua sekaligus memalukan itu.

Dan sepertinya Kushina tidak sadar kalau Minato sedang mengikis jarak diantara mereka berdua. Sepertinya pemuda itu ingin mengerjai istri tercintanya saat ini. Lalu tiba-tiba...

CUP...

Ciuman pelan mendarat dikening Kushina. Wanita itu sontak memerah mendapatkan perlakuan kecil dari sang suaminya itu. Biarpun sudah menikah dan berhubungan lama dengan Minato. Istri dari pemuda pirang itu selalu saja malu saat suaminya itu memperlakukannya seperti tadi.

"Ehem..ehem..~"

"Sampai kapan kalian mau bertatapan seperti itu..." Ucap Naruto yang membuat kedua orangtuanya terkejut bukan main. Remaja pirang itu sepertinya melihat adegan saat Ayahnya mencium Ibunya tadi. Itu terbukti dari dirinya yang sedikit mengulas senyum.

"A-Ahh Naruto..! Darimana saja kau. Cepat duduk, Ibumu sudah menyiapkan ramen spesial untukmu. Ayo makan sama-sama.." Sahut Minato sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sepertinya pemuda itu salah tingkah.

"M-Minato benar... N-Nah Naruto ayo duduk disini..." Ucap Kushina yang sikapnya tak jauh berbeda dengan sang Suami. Naruto yang mendengar perintah ibunya itu langsung melenggang kearah kursi yang dipegang ibunya itu.

"Kalau ingin melakukan hal yang seperti tadi tunggu aku tidak ada yah, Tou-chan.." ucap Naruto sembari mengedipkan mata kanannya kearah Minato. Membuat pria itu tersenyum lalu balas berkedip. Sedangkan Kushina, jangan ditanya lagi. Perempuan itu sekarang sudah melesat pergi kedapur diiringi pipinya yang telah berwarna senada dengan rambutnya.

.

.

.

SKIP TIME

Setelah makan malam yang diiringi canda dan tawa. Keluarga Namikaze berkumpul diruang tamu. Sepertinya mereka bertiga tengah membicarakan sesuatu yang serius.

"Kalian tidak perlu mengkhawatirkan aku. Tou-chan, Kaa-chan..." Ucap Naruto menatap kedua orangtua angkatnya. Remaja itu sepertinya mencoba tegar untuk menyikapi kejadian yang terjadi sore hari tadi.

"Tapi Naruto, Kaa-chan sangat mencemaskanmu. Lebih baik kau tidak lagi bermimpi menjadi ksatria sihir nak. Masih ada pekerjaan yang lebih baik daripada itu..." Tukas Kushina pada anaknya

Mendengar perkataan seperti itu entah kenapa hati Naruto merasakan sakit. Apakah orang sepertinya tidak boleh bermimpi menjadi ksatria sihir hebat seperti mereka berdua. Kalau iya, kenapa sejak awal mereka mengajarkan untuk tetap terus berjuang. Atau jangan-jangan, mereka sadar keadaanku yang tidak bisa menggunakan sihir ini tidak ada lagi hal yang dapat dibanggakan.

"Kaa-chan...?! Apa karna aku tidak bisa menggunakan sihir. Karna itu kau berpikir aku harus menghilangkan mimpiku itu..." Ucap Naruto sendu kemudian terdiam sejenak. "Seseorang pernah bilang kepadaku. Kalau takdir itu dapat diubah. Tergantung sekeras apa kemauan kalian untuk mengubah takdir tersebut," Sambungnya.

Minato yang mendengar itu kemudian termenung. Itu adalah kata-katanya yang diucapkan kepada Naruto waktu kecil. Selama beberapa tahun hingga sekarang Naruto mencapai umur yang ke 16 tahun sekarang. Ia sadar, sebagai seorang ayah ia belum pernah memberikan sesuatu yang berbekas kepada anaknya ini.

"Naruto, maafkan Tou-chan. Sampai saat ini Tou-chan belum pernah memberikan sesuatu yang istimewa untukmu. Harusnya Tou-chan tidak menyerah dengan keadaanmu ini. Sekali lagi Tou..~"

"Tidak apa-apa, Tou-chan. Mendapatkan perhatian dan kasih sayang kalian sudah cukup menjadi sesuatu yang bahkan sangat istimewa untukku. Tetapi, kumohon kepada kalian berdua. Izinkan aku tetap bermimpi untuk menjadi ksatria sihir. Meskipun aku tidak bisa menggunakan sihir. Aku yakin suatu saat aku bisa menemukan bakatku sendiri, Tou-chan, Kaa-chan..." Terang Naruto dengan tatapan yang bersungguh-sungguh. Tidak ada kebohongan yang terpancar di manik biru miliknya.

Melihat kesungguhan Naruto membuat Minato ingin membantu anaknya. Hal itu juga membuat Kushina berpikir sama seperti Minato. Mereka berdua akan mencoba memberikan sesuatu untuk Naruto kali ini. Dengan pengalaman dan keahlian yang mereka dapatkan mereka yakin bisa memberikan sesuatu untuk Naruto.

"Naruto...?! Aku akan mengajarimu Taijutsu dan Kenjutsu. Akan kupastikan kau menjadi Ksatria Sihir. Tidak..?! Kau akan menjadi Magic King yang terkuat disejarah negeri ini..."

.

.

.

To Be Continued