Neighbor!
Cast :
Jinho
Wooshin
Other Cast :
UP10TION members.
Wooshin namja yang bersahabat dari kecil dengan Jinhoo, namja yang ia sukai diam-diam karena tidak mau hubungan persahabatan mereka terganggu, ia pun tidak berani mengungkapkan perasaannya. Sehingga suatu saat, ada seseorang yang menyukai Wooshin. Bagaimana dengan Jinhoo?
.
.
.
"mau pulang bersama?" tawar Jinhoo, Wooshin mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dibacanya ke arah Jinhoo yang sedang duduk dibangku depan sambil dengan posisi menghadapnya. "boleh.." jawab Wooshin sambil menutup bukunya dan memasukkannya kedalam tas.
"kajja!" ajak Jinhoo beranjak dari kursinya melangkah keluar kelas.
.
.
"ada apa dengan tanganmu?" tanya Jinhoo setelah menyadari tangan kanan Wooshin memiliki lebam biru keunguan, Wooshin langsung menyembunyikan lengannya dari pandangan Jinhoo, "aniya.. gwenchana hanya tersenggol lemari kemarin" kata Wooshin, jujur saja sebenarnya Jinhoo tau kalau Wooshin berbohong tapi apa boleh buat lebih baik ia mengiyakan saja apa yang dikatakan Wooshin.
"cha.. kita sudah sampai, masuklah. Besok kita berangkat bersama ok?" Jinhoo mengusak kepala Wooshin usil. "ish! Rambutku... iya iya, kau juga cepatlah masuk. Lihat ibumu menunggu didepan pintu" Wooshin menunjuk ibu Jinhoo dengan dagunya. Jinhoo menatap ibunya kesal "seperti biasa, aku masih dianggap anak kecil olehnya haha, sampai jumpa"
Wooshin tersenyum kecil. "um! Sampai jumpa"
.
.
.
.
Tuk!'
Tuk!
Suara batu terlempar mengenai jendela Jinhoo. "nghh!" lenguh Jinhoo dalam tidurnya, sedikit terganggu dengan apa yang dilakukan tetangganya pada kaca jendelanya.
Tuk!
"ishh!" Jinhoo langsung bangun dari tidurnya dan berjalan mendekati jendela, perlahan Jinhoo membukanya dan menatap Wooshin yang sedang tersenyum lebar didepan jendela rumahnya. "ada apa?" tanya Jinhoo belum sepenuhnya sadar. Wooshin berhenti tersenyum dan menatap Jinhoo garang "Ya! Ini sudah hampir jam 7 dan kau baru saja bangun—tidak, jika saja aku tidak membangunkanmu mungkin kau tak akan bangun!"teriak Wooshin kesal.
Jinhoo langsung tersadar dari kantuknya setelah mendengar apa yang dikatakan Wooshin "Mwo?! Jam 7?!" teriaknya panik, Jinhoo segera berlari ke kamar mandi dan melakukan apa yang harus ia lakukan sebelum berangkat kesekolah.
.
.
"bersyukurlah kau hyung, kita tidak terlambat" sindir Wooshin, Jinhoo yang berada disebelahnya hanya menatap Wooshin miris. "mian.. kemarin aku tidur larut" Jinhoo merapihkan seragamnya yang agak berantakan, "kau tau? Kau sungguh jelek pagi ini hyung" kata Wooshin sambil membenarkan dasi yang digunakan Jinhoo.
Wooshin memperhatikan dagu Jinhoo gugup pasalnya wajahnya terlalu dekat dengan dirinya. Sedangkan Jinhoo bingung karena Wooshin terdiam sambil membenarkan dasi miliknya.
"Sudah selesaikan? Ayo masuk kelas" ajak Jinhoo menjitak kepala Wooshin sayang. "aish! Iya iya" Wooshin merutuki lamunan gilanya yang menghadiahkan jitakan sayang dari Jinhoo.
.
.
"cha anak-anak.. hari ini kita kedatangan murid baru, perkenalkan dirimu" Kim seongsaenim mempersilahkan namja tinggi berambut blonde untuk perkenalkan diri. "annyeonghaseyo, Kuhn imnida." Katanya singkat. "Kuhn hasaeng, silahkan duduk disamping Wooshin. Wooshin angkat tanganmu" perintah Kim seongsanim, Wooshin yang diperintah segera mengangkat tangannya dengan ekpresi polos sedangkan Jinhoo menatap tidak suka murid baru yang sedang tersenyum menggoda ke arah Wooshin.
.
.
.
KRINGGG!
"Wooshin-ah.. bisa antarkan aku—"
"Wooshin-ah kau belum menyelesaikan laporan kelas akselerasimu, lebih baik kau selesaikan sekarang" Jinhoo memotong ucapan Kuhn sambil tersenyum manis ke arah Wooshin. "a-ah! Ne hyung... aku lupa, kalau begitu aku keruang kepala sekolah dulu" pamit Wooshin pada Jinhoo.
Selepas perginya Wooshin, Jinhoo keluar dari kelas diiringi tatapan heran dari Kuhn.
.
.
"ah.. oppa ini bekal makan siang untukmu" seorang yeoja dengan dandanan centil, bermakeup tebal tengah memberikan sekotak makanan untuk Jinhoo yang sedang duduk berdua dengan Wooshin dikantin yang telah selesai menyelasikan dokumennya dengan kepala sekolah.
"oh? Apa menu hari ini Yujin ah?" tanya Jinhoo sambil menerima kotak bekal yang diberikan yeoja bernama Yujin tadi "makanan kesukaan oppa, tonkatsu" jawab yujin dengan nada centilnya. "oh.. gomawo" ucap Jinhoo sembari mencomot tonkatsu dihadapannya. Yujin mengangguk dan beranjak meninggalkan Jinhoo dan Wooshin.
Wooshin menatap tidak suka makanan yang di makan Jinhoo,
"dapat bekal baru dari yeoja lagi, eh?" sindir Wooshin pelan.
"wae? Kau mau?" tanya Jinhoo sambil menyuapkan tonkatsu pada Wooshin. "Tidak. Aku tidak suka tonkatsu" Wooshin menepis pelan tangan Jinhoo.
"kau kenapa? Biasanya saat kita pergi jalan kau pasti minta dibelikan tonkatsu"
"i-itu! Hanya sedang tidak mood" jawab Wooshin cuek berusaha berbohong sambil memakan nasi kare-nya.
"arraso, kalau begitu aku makan sendiri" Jinhoo memilih mengalah daripada bertengkar dengan sahabatnya.
.
.
'Yah gelar kami masih sahabat. Dan dia juga masih straight— agh! Aku bisa gila' batin Wooshin lirih.
.
.
"Wooshin-ah, kau umur berapa?" tanya Kuhn saat Wooshin baru saja duduk dibangkunya. "hn? Aku? Aku baru 16. Kenapa hyung?" tanya Wooshin bingung, Kuhn mengangguk pelan "tak apa, tadi aku bingung saat Jin-jin-jin ah siapa nam—"
"namanya Jinhoo hyung" potong Wooshin, Kuhn menjentikan jarinya "ah! Itu dia Jinhoo. Bilang kau kelas akselerasikan? Ku kira kau seumuran denganku" jelas Kuhn.
Wooshin menatap Kuhn tak percaya "apa wajahku terlihat setua itu?" tanya Wooshin polos. "ani.. maksudku kukira kau seumuran denganku, bisa saja kau masih berwajah muda.. baby face maksudku" Kuhn menjelaskan dengan pelan takut menyakiti perasaan namja didepannya.
Wooshin menghela nafasnya lega. "huh! Ku kira aku setua itu hahaha"kata Wooshin sambil tertawa manis. Mendapatkan pemandangan imut dihadapannya Kuhn menjadi gemas dan mengelus pelan pipi Wooshin.
Jinhoo yang baru saja masuk kedalam kelasnya melihat dengan pandangan tidak suka pemandangan didepannya.
"duduklah ditempatmu, guru sudah datang" perintah Jinhoo dingin pada Kuhn. Yang diperintah langsung duduk diam ditempatnya yang memang bersebelahan dengan Wooshin.
.
.
"hyung! Hari ini aku pulang sendiri" Wooshin menatap Jinhoo polos, Jinhoo menatap balik Wooshin dengan heran "memang ada apa?"
"a-ano.. ituu..." Wooshin menunduk pasalnya ia tengah berbohong pada Jinhoo saat ini, ia memang tidak pernah berbohong. Apalagi pada Jinhoo, jadi skill berbohong sedikitpun ia tidak punya.
"cepat katakan..."
"Junghanhyungmenyuruhkumembantunyamengerjakantugas!" jawab Wooshin dengan satu tarikan nafas saja.
"ya?" Jinhoo menatap Wooshin lekat-lekat, "ucapkan pelan-pelan, pabo"
Wooshin menghela nafasnya berat "Junghan hyung menyuruhku membantunya mengerjakan tugas, hyung" ulang Wooshin kali ini dengan beberapa tarikan nafas.
"benarkah?" tanya Jinhoo memastikan. Pemuda mungil itu hanya menganggukan kepalanya, "kau bisa pulang sendiri? Atau mau ku tunggu?" tawarnya.
Wooshin mendongakkan wajahnya menatap Jinhoo sambil menggeleng-gelengkan kepalanya "a-ani! Aku bisa pulang sendiri, hyung" tolak Wooshin.
Jinhoo mengernyitkan dahinya heran dengan tingkah Wooshin hari ini. "yasudah aku pulang dulu, jika ada apa-apa hubungi aku" Jinhoo menepuk pundak Wooshin pelan lalu berjalan keluar dari sekolah.
Wooshin menatap kepergian Jinhoo dengan wajah yang tak bisa diartikan. Ia takut pulang. Ia tak mau bertemu dengan ayahnya. Ia takut kejadian dua hari yang lalu dan yang kemarin terjadi lagi. Tidak.. ia tidak mau.
.
.
.
PLAKK!
"a-appa, m-mian!" tangis Wooshin pecah saat ayahnya menampar dirinya. "Kau! Ikut aku keluar!" bentak ayahnya sambil menarik lengan Wooshin keluar dari rumah ke halaman dirumahnya. "apa ini ha?!" bentak Ayahnya sambil mencengkram lengan Wooshin keras "a-appoo! Appa mian.. appa!" mohon Wooshin sambil menangis. Ayahnya melemparkan tumpukan foto dan majalah yang ada didalam kotak kecil ke tempat pembakaran yang memang ada dihalaman rumah Wooshin dan membakar kertas-kertas itu. Wooshin masih meringis menahan sakit yang ada dilengannya setelah membakar kertas-kertas itu ayah Wooshin melepaskan cengkramannya pada lengan Wooshin dan masuk kedalam rumah. Wooshin menatap kertas-kertas yang dibakar ayahnya pilu.
Jinhoo yang baru saja pulang dari rumah temannya, menatap Wooshin yang disiksa ayahnya tengah menangis. "Wooshin-ah!" panggil Jinhoo khawatir, Wooshin menatap Jinhoo kaget, ia langsung berdiri dan berlari masuk kerumahnya.
.
.
Tuk!
Tuk!
Tuk!
"Wooshin-ah" panggil Jinhoo sambil melempar batu digenggamannya ke arah kamar Wooshin. Tak lama kemudia Wooshin membuka jendela kamarnya dan menatap Jinhoo sedih. Jinhoo langsung mengangkat papan putihnya dengan tulisan spidol diatasnya
Kau tak apa?
Wooshin menyipitkan matanya untuk melihat tulisan yang di tulis Jinhoo, kemudia ia menulis dipapan putih yang dimilikinya.
Aku tidak sedang dalam keadaan baik.
Jinhoo memperhatikan Wooshin khawatir.
Mau bertemu?
Tawar Jinhoo dalam tulisannya, Wooshin tersenyum kecil sambil menulis lagi.
Tentu.. ditempat biasa.
Jinhoo tersenyum lembut, ia menutup jendelanya dan beranjak keluar kamar menuju tempat yang biasanya ia dan Wooshin datangi.
.
.
.
"mau bercerita sekarang?" tawar Jinhoo sambil menyodorkan milo kaleng pada Wooshin. "terimakasih, hah.. ini cerita yang memalukan bagiku" ungkap Wooshin sambil membuka penutup kaleng milonya.
Jinhoo meneguk minumnya sebentar lalu menoleh ke arah Wooshin, "wae? Ketahuan membaca majalah porno, eh?" goda Jinhoo. Wooshin meneguk milonya gugup dan mengalihkan pandangannya kemana saja selain pada Jinhoo.
Jinhoo terkekeh melihat tingkah Wooshin "kau tau? Dulu aku juga sering ketahuan membaca majalah porno di rumah, sampai suatu hari.. aku punya ide untuk membacanya dikamar mandi, dan setelah itu aku membungkusnya dengan plastik dan menaruhnya di tempat air closet" Jinhoo meneguk minumannya "dan kau tahu kelanjutannya?" tanya Jinhoo. Wooshin menatap Jinhoo polos "kau ketahuan" Jinhoo tertawa geli mendengar jawaban Wooshin dan mengangguk kecil "ya.. aku ketahuan karena saat ayahku menggunakan kamar mandi. Ia tidak bisa mem-flushnya." Wooshin tertawa kecil mendengar cerita Jinhoo.
Jinhoo mengusak kepala Wooshin lembut "untung kau bisa tertawa lagi." Wooshin langsung menunduk menutupi rona diwajahnya, bisa gawat jika Jinhoo tau.
*So dangerous! Ooh nananananana baby ooh nanana—*
Jinhoo mengangkat ponselnya yang berbunyi "yoboseo?"
"Jinhoo-ah! Kogyeol mengajak kau makan-makan bersama untuk merayakan pesta kemenangan basket tim kita minggu lalu, kau mau ikut?" tawar namja diseberang sana.
"oh tentu" Jinhoo menatap Wooshin sebentar lalu fokus kepada sambungan teleponnya lagi "bagaimana jika aku mengajak temanku?"lanjut Jinhoo.
"tentu.. setidaknya ia masih satu sekolah dengan kita, tidak?"
"ya iya masih satu sekolah dan satu kelas denganku"
"yasudah cepatlah"
"arraseo tiang! Jangan menyuruhku!"
"makanya jangan terlambat! Bibir tebal!"
"dasar tiang kurang aj— ya! Ya! Wei sialan" umpat Jinhoo saat tiang bernama Wei mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
Jinhoo langsung berdiri dan menarik lengan Wooshin "ayo ikut" Wooshin yang ditarik langsung kaget "m-mau kemanaa? Aku tidak mengenal teman-temanmu" tanya Wooshin cemas. "ada aku, tenang saja" jawab Jinhoo lembut.
.
.
.
"Oi! Wooshin-ah! Lama tak berjumpa" teriak Sunyoul saat melihat Jinhoo dan Wooshin memasuki area Pool Cafe yang telah mereka sewa. "oh! Sunyoul-ah!"
Wooshin langsung mendekati Sunyoul dan dihadiahi rangkulan erat Sunyoul "ugh! Sunyoul-ah! Aku tak bisa bernapas" Wooshin berusaha menangkap oksigen yang berterbangan disekitarnya.
TUK!
"dia tidak bisa bernapas bodoh" Jinhoo mengetuk dahi Sunyoul agak keras
"Ish! Maafkan aku Wooshin-ah! Aku hanya rindu pada sahabat kecilku" kata Sunyoul sambil memasang tampang cemberut. "aniya.. gwenchana Sunyoul-ah" jawab Wooshin sambil tersenyum, "duduklah disini" kata Sunyoul sambil menepuk kursi sebelahnya yang kosong.
"yo! What's up Jinhoo hyung!" sapa namja berambut hitam dengan poni dihiasi dengan snapbacknya. "yo! Bitto-ah!" sapa Jinhoo balik sambil berpelukkan dengan namja bersuara berat didepannya. "bagaimana dengan Yujin? Masih setia mendekatimu?" goda Bitto pada Jinhoo yang tengah memutar bola matanya malas, " dia dan teman-temannya masih saja mendekatiku" jawab Jinhoo malas. "kalau kau mau jangan dihiraukan saja" saran Bitto. "hah.. kau tahu sendirikan apa yang dilakukan Yujin jika aku tidak menghiraukannya" Jinhoo meneguk beer yang teman-temannya pesan. Bitto menggangguk mengiyakan "yeoja memang menyeramkan"
"setidaknya pacarku tidak semenyeramkan fansmu, hyung" sahut Kogyeol.
"pacarmu namja atau yeoja sih?" sindir Gyujin.
"namja.. hehe" Kogyeol meringis canggung, "heh? Siapa?" tanya Wei penasaran. Kogyeol menatap Jinhoo, Bitto, Gyujin,Wei, Sunyoul dan Wooshin bergantian yang memang sedang duduk dimeja yang sama dengan mereka. Kogyeol menunjuk meja disebelah dengan dagunya "namja yang sedang duduk bersama Hwanhee disana. Itu namjaching—"
Wooshin tersedak lemon teanya sendiri "uhuk.. uhuk!" Wooshin terbatuk sambil menutup mulutnya dengan tisu. "Xiao maksudmu?" tanya Sunyoul tak percaya. Kogyeol hanya mengangguk mengiyakan. Sedangkan Jinhoo dan Wei sedang membantu Wooshin yang terbatuk-batuk.
"Xiao.. adik Wooshin kan?" tanya Jinhoo pada Kogyeol, mendengar apa yang dikatakan Jinhoo, Kogyeol menolehkan pandangannya pada Wooshin "Kau hyungnya Xiao?" tanya Kogyeol gugup, yang ditanya masih terbatuk kecil sambil mengangguk. "uhuk.. kau berpacaran dengan Xiao? Sejak kapan?" tanya Wooshin.
"3 bulan yang lalu"
"uhuk!" Wooshin terbatuk (lagi)
'bukan hanya aku yang seperti ini! Tapi kenapa hanya aku!?... appa tak adil' batin Wooshin kesal. "ada apa?" tanya Kogyeol aneh dengan Wooshin yang terbatuk-batuk, "aniya gwenchana" jawab Wooshin sambil tersenyum kecil.
Jinhoo memperhatikan Wooshin yang sedang berbicara dengan Kogyeol. "bosann~ ada yang mau bermain truth or dare?" ajak Hwanhee, "aku mau!" jawab Xiao excited.
Gyujin menarik meja yang ditempati Hwanhee dan Xiao menjadi satu dengan mereka "jadikan satu saja, jadi tidak repot".
"oh! Wooshin hyung!" panggil Xiao saat sadar hyungnya juga ada ditempat yang sama dengan dirinya, "oh.. Xiao-ah" sapa Wooshin pada adiknya. "ini pakai botol beer yang tadi saja" Wei menyodorkan botolnya pada Sunyoul.
"oke aku mulai ya" kata Sunyoul sambil memutarkan botolnya.
Jinhoo Wooshin Xiao Hwanhee Kogyeol Gyujin Sunyoul Bitto ...
"Wei.. truth or dare?" tanya Kogyeol sambil tersenyum miring. Wei tersenyum canggung "aku pilih truth" Jinhoo langsung bertepuk tangan senang sambil terkekeh pelan, Gyujin membisikkan sesuatu pada Kogyeol yang disambut dengan jentikan jari tanda ide yang diberikan Gyujin adalah hal yang bagus.
"siapa pacarmu?" tanya Kogyeol
Wei membelalakan matanya, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal canggung sambil menatap salah satu namja mungil yang sedang menatapnya balik. "i-ituu.."
"ayo cepatlahh.." desak Gyujin tak sabaran
Wei menghela nafasnya berat "hah.. Sunyoul"
Dan sekali lagi Wooshin terbatuk entah kali ini karena apa, "Jeongmal?! Sunyoul hyung? Kenapa tak ceritaa? Sejak kapannnn?" tanya Hwanhee penasaran sambil menatap Sunyoul tajam. Sunyoul menunduk menutupi wajahnya. Bitto segera berdiri dan menarik Wei untuk duduk ditempat duduknya. Sunyoul makin menyembunyikan wajahnya saat tau Wei dipindahkan kesebelahnya.
"aduh manisnya" goda Gyujin yang ada disebelah Sunyoul. "diam kau" ancam Wei yang membuat Gyujin terkekeh.
"sudah ayo putar lagi"
Kogyeol memutar botolnya
Jinhoo Wooshin Xiao Hwanhee Kogyeol Gyujin Sunyoul Wei Bitto ...
"Jinhoo-ahhhh~" goda Gyujin. "jangan gunakan banmal padaku" kesal Jinhoo sambil menatap tajam Gyujin. "Truth or dare?" tanya Kogyeol.
Jinhoo terlihat berpikir sebentar sebelum menjawab "truth", Wei tersenyum miring "berapa yeoja yang sudah One Night Stand bersamamu hyung?"
Jinhoo menatap Wei kesal "sudah kukatakan hanya dua" jawab Jinhoo asal. Wooshin menatap Jinhoo dengan pandangan tak dapat diartikan, "bagaimana dengan Sunyun? Sua? Lalu Jena dan juga yeoja yang kau ceritakan saat di Busan kemarin siapa namanya?" tanya Wei bingung
"Monhyun" timpal Hwanhee.
"ah iya Monhyun!" sahut Wei, "ha.. arasso, ada 6. Sunyun,Sua,Jena, Monhyun, Najung dan Minhee" jawab Jinhoo sambil meminum habis birnya.
"oh! Oh! Oh.. dia marah" canda Wei melihat Jinhoo menegak habis birnya, Wooshin langsung mengambil bir yang ada dihadapannya juga dan meminumnya sedikit demi sedikit. Xiao menatap hyungnya heran, hyungnya sama sekali tidak menyukai bir. Bahkan dia masih dibawah umur untuk meminum bir. "Hyung.. gwenchana?" tanya Xiao khawatir pada hyungnya yang wajahnya terlihat mulai memerah itu.
Wooshin memejamkan matanya erat lalu membukanya lagi berusaha memfokuskan pandanganya pada Xiao yang sedang ada dihadapannya. "gwenchana Xiao-ah"
Wooshin menaruh kembali birnya ke atas meja, "Wooshin-ah giliranmu, truth or dare?" tanya Kogyeol tiba-tiba, Wooshin menatap botol yang ada diatas meja tengah mengarah kearahnya. "oh? Aku pilih truth"
Sunyoul mengangkat tangannya tanda ia ingin bertanya "biarkan aku yang memberikan pertanyaan untuk Wooshin" ijinnya pada teman-temannya yang lain.
"Wooshin-ah! Apa ada orang yang kau suka saat ini?" tanya Sunyoul jahil. Wei menatap kekasihnya heran, kenapa tiba-tiba kekasihnya suka mengerjai orang seperti ini. Wooshin mengangguk pelan, Jinhoo memperhatikan apa yang dijawab Wooshin. "nugu?" tanya Xiao, Wooshin mendongakkan wajahnya ke arah Xiao "bukankah kesempatan bertanya hanya satu kali?" tanya Wooshin, "ah kau benar, simpan pertanyaanmu Xiao" jawab Bitto membuat Xiao cemberut kesal.
.
.
Brukk!
"Wooshin-ah!"
Jinhoo langsung menghampiri Wooshin yang terjatuh dipinggir kolam, "Gyujin-ah! Tolong katakan pada Kogyeol aku pulang terlebih dahulu. Wooshin mabuk" Jinhoo meminta tolong pada Gyujin yang ada didepannya. "arraseo hyung" jawab Gyujin sambil membantu Jinhoo menggendong Wooshin dipunggungnya. "aku pulang dulu" pamitnya, "ya.. hati-hati dijalan hyung, sampai jumpa disekolah".
.
.
Jinhoo memasukkan Wooshin kedalam mobilnya dan memasangkannya seatbelt. "Jinhoo hyung~" igau Wooshin dalam tidurnya. Jinhoo tersenyum kecil melihat wajah tidur Wooshin yang terlihat bagai malaikat kecil sekarang. "lebih baik kita pulang sekarang" kata Jinhoo sambil menutup pintu penumpang dan masuk kedalam mobilnya dari pintu supir dan melajukan mobilnya menyelusuri jalan yang mulai sepi.
.
.
Tokk! Tokk!
"nug—"
"annyeong ahjumma, saya hendak mengantarkan Jinhoo yang tertidur saat acara tadi"
Ibu Wooshin langsung menopang anaknya dan menatap Jinhoo cemas "Jinhoo-ah, ahjumma mohon demi kebaikan Wooshin dan dirimu. Tolong jauhi Wooshin" pinta ibu Wooshin.
"tapi, kena—"
"ya! Kenapa kau disini?! Keluar dari rumahku!" bentak Ayah Wooshin pada Jinhoo yang tak tahu apa masalah yang terjadi. "Engh.." Wooshin melenguh saat mendengar bentakan ayahnya. "a-appa" Wooshin terbelalak saat melihat Jinhoo berada di depan appanya. "Kenapa? Kau mau appa memberitahukan padanya?" tanya ayahnya dengan nada marah yang kentara di setiap perkataannya. Wooshin menggeleng sambil memasang wajah memohon "Kumohon jangan ayah" pinta Wooshin sambil melepas genggaman ibunya pada lengannya.
"Samcheon, jangan sakiti Wooshin" pinta Jinhoo tegas, "Cih... sebaiknya kau jauhi Wooshin, gara-gara kau dia seperti ini. Kau pembawa sial baginya!" Jinhoo menatap Ayah Wooshin kaget. "karenaku?" Jinhoo menolehkan pandangannya ke arah Wooshin yang tengah menatap ayahnya takut. "baik, aku akan menjauhi Wooshin" kata Jinhoo tegas "tapi! Jangan sakiti Wooshin lagi" lanjut Jinhoo menantang.
Ayah Jinhoo tersenyum merendahkan sambil mendecih "cih.. baik, jangan sampai kau mendekati Wooshin lagi, aku juga tidak akan menyakitinya lagi" Ayah Jinhoo melangkahkan kakinya meninggalkan ruang tamu, sedangkan Wooshin menatap Jinhoo sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"aku pulang dulu. Besok kita bicarakan" Jinhoo langsung melangkah keluar dari rumah Wooshin untuk pulang kerumahnya.
.
.
Disekolah
.
.
"Wooshin-ah.."
"H-hyung"
"Gwenchana? Apa Samcheon memukulimu lagi semalam?" tanya Jinhoo cemas, Wooshin menggeleng pelan.
Jinhoo bernafas lega "Jadi luka lebam waktu itu—" Jinhoo tak melanjutkan omongannya saat melihat Wooshin menunduk sambil mengangguk.
"hanya karna majalah porno? Sehingga ibu dan ayahmu mengira aku yang mempengaruhimu?" Tanya Jinhoo menebak. Wooshin menundukkan wajahnya makin dalam bingung hendak menjawab apa.
"Gwenchana, aku tidak akan menjauhimu kalau disekolah" Jinhoo mengelus kepala Wooshin lalu duduk dikursinya.
.
.
.
Dirumah.
.
"Jinhoo-ah! Ada yang ingin bertemu denganmu" panggil eomma Jinhoo pada Jinhoo yang sedang dikamarnya "sebentar eomma! Aku masih berganti baju" jawab Jinhoo.
"arraseo, dia dibawah. Cepatlah jangan buat dia menunggu" ucap eomma Jinhoo lagi.
Jinhoo dengan segera menyelesaikan berganti bajunya dan segera turun kebawah untuk melihat siapa yang datang.
Deg!
"K-kim ahjumma..." tubuh Jinhoo menegang saat melihat eomma Wooshin tengah duduk diruang tamu rumahnya sambil memangku kotak kecil.
"duduklah nak... ahjumma ingin berbicara"
Jinhoo menurutinya dengan duduk disebelah ahjumma dengan jarak agak menjauh. "bisakah kau menjauhi Wooshin? Kau tahu? ini bukan sekedar masalah biasa. Di dalam masalah ini kau juga ikut terlibat nak"
Jinhoo mengerutkan keningnya bingung tak mengerti alur apa yang dibicarakan oleh Kim ahjumma saat ini. Kim ahjumma menyodorkan kotak kecil yang sedari tadi dipangkunya pada Jinhoo.
"bukalah dan lihat isinya, itu milik Wooshin"
Jinhoo hanya menurut, perlahan ia membuka tutup kotak itu dan membelalakan matanya. "a-ahjumma. Ini majalah porno" Jinhoo mengeluarkan satu persatu tumpukkan kertas yang agak terbakar.
DEG!
Jinhoo menatap beberapa kertas yang ada ditangannya, foto yang diambil dari berbagai pandang dan tak hanya satu. Tetapi banyak! Itu adalah fotonya.
"ahjumma..." Jinhoo masih menatap foto dirinya tak percaya, "Wooshin menyukaimu nak, jadi jauhi dia agar perasaanya tak semakin membesar" jelas Kim ahjumma sambil beranjak dari duduknya.
"kalau begitu ahjumma pulang dulu"
Kim ahjumma keluar dari rumah Jinhoo meninggalkan Jinhoo yang membeku ditempatnya.
.
.
.
KRING! KRINGG!
"baik anak-anak, sekarang ibu akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok. Karna kita ada 36 orang lebih baik kita bagi menjadi masing-masing 3 orang. Silahkan cari kelompok kalian masing-masing" Lee seongsanim mempersilahkan murid-muridnya untuk mencari kelompoknya masing-masing.
"Jinhoo hyung! Kogyeol hyung! Bolehkah aku sekelompok denganmu?" Tanya Wooshin sambil tersenyum kecil, Kogyeol mengangguk "tentu saj—"
"tidak! Kelompokku sudah penuh" jawab Jinhoo ketus.
"ya! Kelompok kita kurang satu orang, bodoh!" Kogyeol menjitak kepala Jinhoo yang dihadiahi deathglare dari sang empunya.
"a-ah gwenchana! Aku akan mencari kelompok lain" Wooshin melerai dua namja yang hendak bertengkar didepannya sambil berjalan kembali ke bangkunya. Wooshin duduk dibangkunya sambil menghela nafas berat bingung dengan sikap Jinhoo saat ini.
"Wooshin-ah! Mau sekelompok denganku? Aku belum mempunyai teman saat ini, aku tak pandai berbicara" ajak Kuhn.
Wooshin menoleh ke arah Kuhn yang sedang tersenyum padanya, "boleh saja hyung" jawab Wooshin. Toh ia tak mempunyai kelompok.
"Oh.. seongsanim, ada dua orang yang tak masuk." Lapor Gyujin pada Lee seongsaenim. Lee seongsanim memperhatikan muridnya satu persatu "Gwenchana, atur saja kelompok sesuai dengan yang kalian mau. Masalah nilai akan saem berikan nilai individual."
.
.
.
"maukah kau menjadi kekasihku?" tanya Kuhn sambil menggenggam tangan Wooshin dan mengelusnya lembut. Wooshin menunduk menutupi semburat merah tipis di wajahnya lalu mengangguk. Namja berambut blonde itu segera memeluk Wooshin dan mengecup dahi Wooshin singkat.
PROKK! PROKK! PROKK!
Suara tepuk tangan memenuhi ruang kelas 11-2, Kuhn menatap Wooshin yang panik karena aksi tak terduganya itu. "Bagus! Wooshin dan Kuhn silahkan duduk ditempat kalian kembali" kata Lee seongsanim sambil tersenyum kecil pada Wooshin yang menunduk.
Sedangkan Jinhoo menatap Wooshin kesal, entah apa yang ia rasakan sekarang. Hanya ia dan Tuhan yang tahu.
.
.
KRING! KRING!
Bel istirahat pun berbunyi, murid-murid yang merasakan penat yang sangat saat berada dikelas segera berlarian keluar untuk makan siang atau bermain bersama teman-temannya yang berada dikelas lain.
Wooshin menelusuri kantin yang sedang penuh dengan anak-anak kelaparan yang sedang memakan makanannya, hikmat. Wooshin menatap Jinhoo yang sedang duduk bersama teman-temannya tak jauh dari posisinya berdiri.
Orbs kecoklatan mereka saling menabrak satu sama lain, Jinhoo menyadari Wooshin sedang memperhatikannya langsung mengalihkan pandangannya cuek sambil melanjutkan acara makan siangnya. Wooshin menatap Jinhoo miris, ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun yang membuat Jinhoo membencinya. 'mungkin moodnya sedang tidak baik hari ini' batin Wooshin positif sambil duduk disalah satu bangku kosong dan memakan makan siangnya pelan.
"Wooshin-ah. Boleh aku duduk disini? Meja lain sedang penuh" ijin namja tinggi berambut blonde yang kita tahu bernama Kuhn. Wooshin mengangguk sambil tersenyum kecil. "tentu saja"
.
Other side.
.
Jinhoo menatap Wooshin yang sedang tertawa kecil saat bercanda dengan Kuhn. tak sadar bahwa tangannya sedang meremas kecil gelas plastik yang menjadi wadah minum untuk makan siangnya.
.
.
.
2 Minggu kemudian.
.
Seperti biasa Jinhoo masih menjauhi Wooshin dan Wooshin yang tak mengerti apa salahnya hanya bisa mengalah saat mengetahui Jinhoo terlihat membencinya, selama 2 minggu ini hanya Kuhn yang menemani hari-harinya bahkan Kuhn lah yang mengantarkannya pulang selama 2 minggu ini, padahal arah rumah mereka berdua sangatlah berbeda.
"Kuhn hyung! Jika hari ini kau sibuk, aku bisa pulang sendiri. Tak usah terburu-buru seperti ini nanti pekerjaanmu jadi jelek" Wooshin berusaha meyakinkan Kuhn bahwa ia bisa pulang sendiri, tetapi memang dasarnya Kuhn yang keras kepala tetap saja memaksa dirinya untuk mengantar pulang Wooshin.
"aniya.. gwenchana, aku tak peduli" Kuhn mengerjakan tugasnya dengan cepat dan mengumpulkannya di meja Ahn seongsanim, "Kajja! Aku sudah selesai" ajak Kuhn sambil menarik lengan Wooshin pelan.
.
"J-jinhoo hyung"
Wooshin menatap Jinhoo takut dihadapannya, ia berusaha melepas genggaman Kuhn pada lengannya. Tetapi Kuhn malah mengeratkan genggamannya. "ada perlu apa?" tanya Kuhn datar.
Jinhoo melirik cuek ke arah Kuhn dan melanjutkan jalannya, sedikit menyenggol sengaja pundak Kuhn. Wooshin melihat sikap Jinhoo yang cuek segera berjalan mendahului Kuhn untuk pergi menjauhi Jinhoo yang tengah mengatur emosinya yang hendak meledak itu.
.
.
Kuhn mengejar Wooshin yang berlari sambil menangis, Kuhn mempercepat langkahnya dan meraih lengan Wooshin, membuat mereka berhadapan dengan cepat Kuhn memeluk Wooshin bermaksud membuat Wooshin tenang. "Gwenchana, menangislah aku akan menutupimu" Kuhn melebarkan mantelnya untuk menutupi wajah Wooshin yang menangis.
"Huks... mianhae hyung... mian"
Wooshin memeluk Kuhn erat sambil menangis sesegukkan, Kuhn mengelus lembut rambut Wooshin sambil membisikkan kata-kata penenang untuk Wooshin.
.
.
Kuhn tesenyum kecil memperhatikan Wooshin yang tertidur dimobilnya dengan mata sedikit sembab dan hidung yang memerah tak mengurangi sedikitpun kemanisan Wooshin saat tidur.
"Eunghh.." Wooshin melenguh dari tidurnya, perlahan ia membuka matanya untuk membiasakan cahaya yang menerpa matanya. Wooshin sedikit menyipitkan matanya saat mengenali rumah didepannya "Oh? Kita sudah sampai hyung?kenapa tak membangunkanku?" tanya Wooshin saat mengenali rumah yang ada dihadapannya adalah rumahnya.
Kuhn tersenyum kecil "kau terlihat sangat manis saat tertidur, aku tak tega membangunkanmu"
Wooshin membeku tetapi sedetik kemudian ia tersenyum canggung "aku namja hyung, aku tidak manis" elak Wooshin.
Kuhn terkekeh kecil lalu membuka pintu kemudinya dan berjalan ke arah pintu penumpang dan membukanya. Wooshin segera keluar saat Kuhn membukakannya pintu. "Gomawo hyung" Wooshin berjalan ke arah pintu rumahnya. "Wooshin-ah" panggil Kuhn.
Wooshin berbalik menatap Kuhn bingung "Wae?"
"bisakah aku mencoba menjadi...namjachingumu?"
Wooshin membatu mendengar pernyataan cinta yang mendadak dari Kuhn. menyadari reaksi membatu dari Wooshin, Kuhn menggaruk tengkuknya canggung. "mungkin saja kau bisa berpaling darinya, aku menyukaimu" jujur Kuhn sambil tersenyum tulus pada Wooshin.
Wooshin tersenyum kecil sambil mengangguk sekali.
.
.
1 Minggu kemudian
.
.
"aku masuk dulu hyung" pamit Wooshin pada Kuhn yang berdiri didepan mobilnya. Kuhn hanya membalasnya dengan senyum kecil dan lambaian singkat.
"kau tulus menyukainya?"
Kuhn menolehkan pandangan pada namja yang berdiri angkuh disebrangnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana jeans biru tua yang dipakainya. Kuhn tersenyum miring melihat namja didepannya.
"kenapa? Kau cemburu?" tanya Kuhn balik.
Jinhoo hanya mendecih kecil.
"ya.. aku menyukainya, kenapa? Karena kau begitu membencinya sehingga tidak ingin ada satu orangpun yang mendekatinya?" sindir Kuhn sambil berjalan masuk ke mobilnya meninggalkan Jinhoo yang sedang berperang dengan pikirannya sendiri.
.
.
.
"JINHOO HYUNG! FOKUS! SEBENTAR LAGI AKAN ADA PERLOMBAAN BAGAIMANA JIKA KAU SEPERTI INI TERUS? BISA KALAH TEAM KITA NANTI" omel namja bertubuh kecil yang memiliki kelebihan pada gigi kelincinya.
"mian sunyoul-ah"
Jinhoo menghapus peluh didahinya, akhir-akhir ini perkataan Kuhn meracuni pikirannya dan membuatnya tidak konsen dengan aktivitas sehari-harinya.
"ada masalah hyung?" tanya Bitto pada Jinhoo yang tengah berbaring terlentak diruang musik mereka. "aniya gwenchana" Jinhoo meletakkan lengannya diatas dahinya sambil memejamkan matanya.
"jangan berbohong hyung, tingkahmu sudah menggambarkan dengan jelas bahkan sangat jelas kalau kau sedang dalam masalah" Bitto menyenggol pelan lengan Jinhoo dan dihadiahi deathglare dari sang empunya.
Jinhoo bangun dari posisinya dan duduk menyila menghadap bitto dihadapannya.
"bagaimana.. jika kau memiliki sahabat sedari kecil hingga kau besar, pada akhirnya seseorang memberi tahumu bahwa ia menyukaimu. Bahkan ia rela dipukuli ayahnya sendiri demi dirimu, bagaimana?"
Bitto mengedip polos ke arah Jinhoo yang sedang bertanya padanya "tentu aku akan selalu bersamanya. Kenapa tidak? Tak perduli dia namja atau yeoja yang terpenting ia rela demi diriku. Bukan kah tandanya ia sangat mencintaiku?" Bitto menepuk pelan pundak Jinhoo. "semangat hyung, aku tau kau pasti bisa menyelesaikan masalahmu" Bitto beranjak dari duduknya dan mendatangi Hwanhee yang memanggilnya minta diajarkan nge-rapp */?*
.
.
.
"Wooshin-ah, apa kau sudah melupakan Jinhoo?" tanya Kuhn sabar, Wooshin hanya menggeleng pelan.
"mau sampai kapan kau mengingatnya terus? Ia tidak menyukaimu!" bentak Kuhn. Kuhn mulai kehilangan kesabarannya karena Wooshin, ia berusaha membuat Wooshin menyukainya bahkan ia rela dimarahi orangtuanya karena menghabiskan uang demi membuat Wooshin senang. "hyung! Apa kau pikir melupakan orang yang dicintai itu segampang kau melupakan tugas-tugas sekolahmu hah?!" kesal Wooshin tidak terima.
GREB!
Kuhn menggenggam lengan Wooshin dan menaruhnya didadanya "apa kau tak merasakannya hah? Dia selalu berdetak cepat saat aku berada didekatmu. Aku mencintaimu Wooshin-ah! Bisa kah kau melihatku? Cih.. tentu saja tidak, kau selalu melihat pangeran burukmu itu"
Wooshin berusaha melepaskan genggaman Kuhn ditangannya. "Lepaskan aku!" Wooshin memberontak paksa dan membuat Kuhn tidak sengaja mendorongnya jatuh.
BRUK!
"aghh!" Kuhn menatap Wooshin kaget, "W-wooshin-ah! Gwenchana?" tanya Kuhn khawatir sambil mendekati Wooshin.
"Jangan mendekat! Aku muak denganmu hyung" Wooshin segera berdiri dan memegangi lengannya yang nyeri. "Wooshin-ah!" panggil Kuhn saat Wooshin berjalan menjauhinya.
.
.
.
Wooshin menatap lengannya yang tengah dibalut dengan perban putih yang melilit disekitar lengannya, masih terasa nyeri saat ia mencoba menyentuhnya pelan. 'hah.. semoga besok tidak akan sesakit ini' doa Wooshin sambil memejamkan matanya menuju alam mimpi.
.
.
Wooshin berlari menuju atap sekolah, ia merasa akan lebih nyaman menyendiri diatas sana. Wooshin membuka pintu yang ada dihadapannya dan memejamkan matanya saat semilir angin menerpanya.
Wooshin berjalan mendekati pagar yang memang sengaja dipasang disekitar atap. Agar siswa yang ada disana tidak terjatuh langsung kebawah saat tidak sengaja terpeleset atau terdorong oleh temannya yang lain. Wooshin mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Ia melihat kaki seseorang sedah terjulur keluar sedangkan tubuhnya tak terlihat karena tertutup tumpukkan meja tak terpakai yang ada disekitarnya.
Perlahan tapi pasti Wooshin mendekati namja itu. Ia melebarkan matanya saat mengetahui siapa yang ada bersamanya diatap.
"J-jinhoo hyung..." Wooshin memperhatikan wajah tidur Jinhoo yang damai tanpa sadar ia mengelus wajah Jinhoo lembut.
GREP!
"akkh!" Wooshin merintih saat Jinhoo tak sengaja menggenggam telapak tangannya yang terluka kemarin. Jinhoo langsung membuka matanya saat mendengar rintihan dari suara yang sangat dikenalnya.
"Wooshin-ah! Gwenchana?" tanya Jinhoo khawatir sambil memperhatikan Wooshin yang meringis kesakitan. Jinhoo menatap datar lengan Jinhoo yang dibalut perban dari telapak tangannya hingga sikunya.
"siapa yang melakukan ini padamu?" tanya Jinhoo datar, sangat datar.
Wooshin menyembunyikan lengannya dari Jinhoo dan menggeleng takut, "aniya! Kemarin aku tidak sengaja terpleset lalu terjatuh dengan lengan ini duluan yang menopang tubuhku, hanya karena itu" bohong Wooshin.
Cklek.. kriiett..
Suara pintu atap terbuka membuat Jinhoo dan Wooshin menatap ke arah pintu "Wooshin-ah! Mian kemarin aku tidak sengaja, aku benar-benar minta maaf! Apakah tanganmu baik-baik saj—" Kuhn menhentikan ucapannya saat melihat Jinhoo berada dihadapan Wooshin, Jinhoo menatap Kuhn tajam.
"jadi kau yang melakukannya?" Jinhoo berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Kuhn. "aku tidak sengaja, kenapa? apa pedulimu?" Kuhn menjawab pertanyaan Jinhoo dengan nada dinginnya.
BUGH!
"agh!" Jinhoo membogem mentah dagu Kuhn yang tidak siap menerima pukulan telak darinya. "Mwoya! Apa ini!" Kuhn langsung meninju rahang Jinhoo dan membuat Jinhoo terduduk sambil merintih kecil.
Jinhoo mendecih pelan saat Kuhn bersiap memukulnya lagi, Jinhoo langsung berdiri dan menghajar Kuhn, Kuhn langsung membalas memukul Jinhoo.
Wooshin melihat Kuhn dan Jinhoo yang mulai menunjukkan salah satu dari mereka ada yang terluka langsung berdiri dan melerai mereka. "H-hyung! Hentikan! HYUNG!" teriak Wooshin yang tak dipedulikan oleh Jinhoo dan Kuhn.
"hiks! Geumanhae... ku mohon berhenti" Wooshin menangis sambil menunduk.
Jinhoo dan Kuhn yang mendengar isakan tangis Wooshin segera menghentikan kegiatan saling memukul mereka. "Wooshin-ah.." panggil Jinhoo pelan.
BRAK!
"Kuhn hasaeng dan Jinhoo hasaeng, ikut saya ke ruang konseling" tiba-tiba Choi seongsanim datang sambil membawa tongkat kecilnya dan menyuruh Jinhoo dan Kuhn pergi keruangannya.
.
.
Wooshin menunggu didepan ruang konseling dengan khawatir takut dengan hukuman apa yang diberikan oleh Choi seongsaenim yang terkenal galak dan menakutkan itu.
Krieet..
Wooshin mengalihkan pandangannya ke arah pintu ruang konseling, Jinhoo menoleh ke arah Wooshin yang tengah memandangnya khawatir. Jinhoo berjalan mendekati Wooshin sambil mengelus rambutnya pelan dan berjalan melewati Wooshin untuk kembali kekelasnya.
"Wooshin-ah" panggil Kuhn.
Wooshin menatap Kuhn dengan pandangan yang sangat susah dimengerti, ada benci, kasihan, bahkan kecewa ada didalam pandangannya.
"Hyung, lebih baik kita akhiri saja semua ini. Aku lelah"
Kuhn menatap Wooshin tak percaya "hah.. jangan bercanda Wooshin-ah.. ini tidak lucu"
"aku serius hyung, aku... aku tak bisa melupakan Jinhoo hyung, aku bahkan malah makin menyukainya" Jujur Wooshin
"kau tau kan aku mencintaimu Wooshin-ah? Kau tau kan?"
Wooshin mengangguk sambil tersenyum kecil "kau tau juga kan hyung? Kalau aku mencintainya, jadi kita akhiri semua disini" Wooshin berjalan meninggalkan Kuhn yang terduduk sedih.
.
.
.
Wooshin perjalan pelan ke rumahnya sendirian, ia merasa satu beban dihidupnya sudah menghilang. Setidaknya ia bisa bernafas lega saat ini.
DEG!
Wooshin menunduk saat pandangan mata elang dari namja yang berdiri tak jauh darinya tengah menatapnya tajam. Perlahan Wooshin merasakan namja itu melangkah mendekatinya dan berhenti tepat didepannya.
"mianhae... aku minta maaf" lirih Wooshin.
Namja itu memeluk Wooshin dan mengelus rambutnya sayang "Gwenchana, aku yang seharusnya minta maaf. Karena tidak menyadari perasaanku yang sebenarnya padamu, aku minta maaf."
Wooshin menatap mata namja dihadapannya mencari kebohongan yang ada dimatanya tetapi hasilnya nihil, namja dihadapannya benar-benar jujur padanya.
"h-hyung saranghae" isak Wooshin sambil memeluk Jinhoo erat. Jinhoo terkekeh melihat tingkah manis Wooshin. "nado saranghae, dan selamat ulang tahun. Chagiya" Jinhoo mendekatkan wajahnya perlahan pada wajah Wooshin.
Cup..
Wooshin memejamkan matanya sembari merasakan bibir Jinhoo yang tengah menciumnya sayang. Jinhoo tersenyum kecil dalam ciumannya, perlahan ia menjauhkan bibirnya dari bibir Wooshin.
"saranghae, Wooshin-ah"
Wooshin tersenyum senang dan menganggukkan kepalanya "nado saranghae hyung!"
.
.
.
SO DANGEROUS UUUUU NANANANNANANAANANNA
AKHIRNYA INI FF SELESEEn AKHIRNYA AKU BERHASIL/?
INI FF YANG AKU PIKIRIN DARI JAUH-JAUH HARI BUAT ULANG TAHUN WOOSHIN
MURNI DARI PIKIRAN, JIWA DAN RAGAKU SENDIRI *WHAT*
HAPPY BORNDAY URI KIM WOOSEOK AKA WOOSHIN. SARANGHAE NAE BABY./?
27.10.153 SPECIAL LOVE
LIO.
