Hola minna! XD

Cerita kali ini diambil dari kisahnya Anselmi dan Scalise yang beredar. Ceritanya sama tapi beda(?) :"v

Cast-nya:

Albert Anselmi as Hibari Kyouya

John Scalise as Mukuro Rokudo

Joe Giunta as Kozato Enma

Weiss as Byakuran

Al Capone as Sawada Tsunayoshi

Frankie Rio as Reborn

Joe Aiello as Cozarto Simon

Kemudian untuk settingnya:

The Cicago Outfit jadi The Sicilia Outfit, yaitu Vongola.

Genna Geng diubah jadi Red Hand dan bertempat di Trento, Italia, bukan distrik Little Italy, Cicago.

Aslinya kan Italia-Amrik, semua diubah jadi di Italia semua.

Ok, selamat membaca~

•••••••o0o•••••••


Seseorang yang sudah disumpah harus taat pada peraturan. Harus setia dan tidak boleh berkhianat...

•⭐⭐⭐•


Kode Etik

By: Niki Blueros

6918

Cast: Rokudo Mukuro; Hibari Kyouya; Kozato Enma; Cozarto Simon;

Sawada Tsunayoshi; Timoteo; Reborn; Byakuran

Rated: M

Genre: Crime, Drama, Life, Romance, Tragedy

Katekyo Hitman Reborn!

©Akira Amano

[!]

OOC

AR

[6918] ER

Deathfic

Yaoi

Lemon


•••••••o0o•••••••

Pembunuh Bayaran

•••••••o0o•••••••

Dalam ruangan bergaya Eropa yang mewah itu, Hibari Kyouya dan Rokudo Mukuro tengah berdiskusi dengan klien mereka dari Gesso. Seorang pria yang sudah berumur, Timoteo. Dia masih menjabat sebagai pemimpin Gesso di usianya yang sudah lanjut.

Bukan diskusi biasa yang sedang mereka jalankan. "Sebagai tanda persetujuan." Hibari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Don Gesso sebagai tanda persetujuan.

Don Gesso menerima jabatan tangan dari Hibari. Namun terasa janggal. Tangan Hibari menggenggamnya bak besi. Membuat tubuhnya tak bisa bergerak. Don Gesso tak bisa menggunakan tangannya untuk meraih Tommy Gun di balik jasnya.

Tanpa aba-aba, Mukuro sudah mengeluarkan pistolnya dan menodongkannya ke wajah Don Gesso. "Arrivederci." Mukuro menembak wajah sang Don Gesso dengan santainya. "Kufufufu... Mudah sekali."

Tubuh tanpa nyawa dari Don Gesso terduduk di kursinya dengan darah segar mengalir dari lubang di wajahnya. Bau amis darah menguar memenuhi ruangan mewah itu.

Misi keduanya sukses besar. Bisa dipastikan bayaran yang akan mereka dapat sangatlah besar. Mereka meninggalkan markas Gesso Famiglia tanpa dicurigai sedikit pun. Yah, barang untuk beberapa waktu mereka takkan diincar.

"Cuaca yang panas." Mukuro melepas satu kaca di mata kanannya dan menggosoknya untuk lebih mengilapkannya. Mukuro kehilangan mata kanannya saat melakukan pertarungan pisau tempo dulu.

"Kau hobi sekali menggosok." Padahal menurut Hibari tak perlu membersihkannya setiap saat. Hibari menguap lebar pertanda ia butuh istirahat.

"Sebaiknya kau perhatikan jalanmu, Kyouya." Mukuro kembali memasang satu kaca itu di mata kanannya untuk menutupi kekurangannya.

Tak disangka oleh keduanya. Mereka dipertemukan di sebuah bar 4 tahun yang lalu. Dan kini mereka menjadi pembunuh bayaran yang paling disegani. Bukan hanya itu. Keduanya memiliki hubungan intim di baliknya. Keduanya adalah pasangan Gay.

Semua yang berdiri di dunia bawah tanah tahu tentang hubungan mereka. Mereka yang terkenal akan kesadisannya sangat diinginkan oleh beberapa Famiglia di luaran sana. Tentu kemampuan keduanya akan sangat mempengaruhi kedudukan Famiglia yang menjadi pundi keduanya. Win to win.

Kedua pembunuh bayaran itu tak berada dalam sebuah Famiglia. Melainkan berada dalam sebuah gengster, Red Hand. Yang dipimpin oleh Kozato Enma. Dia memiliki koneksi kuat dengan para Don dikalangan atas.

"Kerja bagus." Kozato Enma sangat puas dengan kerja keduanya. Terhitung cepat. "Kalian akan mendapat bayaran yang setimpal."

"Kufufufu... Senang bekerja sama denganmu." Pemimpinnya ini memang sangat pengertian. Mukuro ataupun Hibari tak pernah kurang dalam urusan uang.

"Bayaran kalian akan segera kalian terima." Pemimpin Red Hand ini mempunyai sejuta misteri di balik matanya yang terkesan unik.

"Lebih cepat lebih baik." Hibari seperti orang yang tak sabaran. Tapi wajahnya yang selalu tenang tak menyiratkan sikap macam itu.

•••••••o0o•••••••

Di saat kosong seperti sekarang, Mukuro akan semakin melekat pada Hibari yang tak mau diganggu. "Kyouya~ ayo kita manfaatkan waktu kosong ini, kufufufu..."

"Diamlah. Biarkan aku tidur." Hibari sudah bersiap untuk pergi ke alam tidur. Matanya terpejam ringan dengan wajahnya yang tampak datar.

"Kau hanya mementingkan tidur." Mukuro memainkan sisi rambut Hibari dengan senyuman tipis. Yang membuat Hibari akan semakin terlelap.

Mukuro bermaksud menemani Hibari tidur. Namun hal tak terduga terjadi. Saat ini Hibari tengah memberinya ciuman panas. Mukuro tentu sangat senang.

"Biarkan aku tidur sekarang." Hibari menatap tajam Mukuro yang malah tersenyum mesum padanya.

"Kufufufu... Oya-oya, baiklah Kyouya." Keduanya sangat bertolak belakang. Tapi tak ada niat untuk saling menghabisi anehnya.

Selain mengisi waktu kosong dengan bermain panas di atas ranjang, keduanya tak pernah absen untuk memanjakan senjatanya masing-masing. Banyak yang menjadikan mereka pedoman dalam bisnis kotornya.

Seperti biasa, Mukuro sibuk dengan satu kaca matanya. Menggosoknya terus-menerus sampai menurutnya mengilap. Sedang Hibari sibuk dengan peluru-pelurunya. Ia selalu mengolesi peluru-pelurunya dengan bawang putih. Teorinya, jika peluru tak bisa membunuh si buruan, maka infeksi pada luka yang terkena bawang putih akan membunuhnya.

Oleh karena itu, keduanya dijadikan pedoman bagi pembunuh bayaran lainnya yang menyukai cara keduanya. Terlebih, orang awam pun bisa melakukannya meskipun tembakannya meleset sekalipun.

Hibari kembali menguap. Mukuro hanya menggelengkan kepala melihat rekan sekaligus kekasihnya itu. Jika tak ada kegiatan yang menegangkan akan selalu membuat Hibari seperti itu.

"Kita dapat pekerjaan baru Kyouya." Mukuro baru saja menerimanya melalui agen kode mereka.

"Siapa?"

"Kita akan membicarakannya dengan tamu yang lain."

Hibari tak suka yang muluk-muluk. Tapi mau tak mau harus patuh. Demi bayaran tunggi tentunya.

Ternyata yang hadir di sana adalah Don Simon. Cozarto Simon. Tak biasanya dirundingkan seperti ini. Mukuro dan Hibari menyimak saja. Karna mereka hanya eksekutor.

Jadi inikah yang selama ini diincar oleh pimpinan mereka, Kozato Enma? Menyingkirkan semua Famiglia lama dan mengambil alih semua kedudukan mereka? Tak konyol. Tapi sangat ambisius.

"Siapa yang pertama?"

"Don Vongola."

Hibari dan Mukuro bertatap muka sejenak. "Kufufufu... Tidak masalah."

"Asal bayaran kami setimpal," menyeringai.

Tak seperti yang diucapkan keduanya. Hibari dan Mukuro membelot dari Red Hand tanpa sepengetahuan Kozato Enma.

Siapa yang tak mengenal Don Vongola? Semua mengenalnya. Sawada Tsunayoshi adalah pemimpin dari Famiglia yang terkuat di Italia, bahkan dunia.

Kepemimpinannya yang halus namun menusuk sangat terkenal di dunia bawah tanah. Sampai saat ini banyak yang mencoba untuk melimbungkan Vongola. Hasil yang di dapat selalu nihil. Yang ada hanyalah banyaknya korban yang berjatuhan.

Pada sebuah kesempatan, Hibari dan Mukuro menerima tawaran untuk menjadi pembunuh bayaran dari Vongola. Mereka langsung menjadi pembunuh bayaran andalan bagi Don Vongola.

Dengan adanya mereka, Vongola semakin kuat. Don Vongola bagai pemimpin paling sempurna di dunia bawah tanah.

Hibari dan Mukuro memiliki pemikiran tersendiri. Jika mereka menghabisi Don Vongola, maka mereka akan dikejar-kejar oleh orang-orang Vongola. Mereka takkan dibiarkan hidup. Itu sangat merepotkan keduanya. Sedang pemikiran Kozato Enma hanyalah menginginkan kekuasaan semata tanpa memikirkan hal lain.

Ditambah, sekarang ini keduanya tengah diburu oleh Gesso Famiglia atas pembunuhan Don mereka, Timoteo. Keduanya bisa membodohi pimpinan Red Hand. Apa pun akan mereka lakukan demi keuntungan keduanya. Mengadu domba sudah menjadi tradisi keduanya.

"Kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat, kufufufu..."

Hibari menyeringai tipis atas kemenangan mereka yang ada di atas angin. "Aku sudah tak sabar lagi."

•••••••o0o•••••••


NEXT