Main cast : Cho Kyuhyun and Lee Sungmin
*cast lain akan menyusul seiring berjalannya cerita.
Genre : romance, sad, dll.
Ff pertama-ku yang ku publish, ceritanya terinspirasi dari film 'kal hoo na hoo' namun aku ubah ceritanya. Meski ada beberapa alur yang sama. Dan di prolong ini aku sedikit mengambil beberapa paragraf dari salah satu cerita di novel 'danur'. Oke tanpa basa-basi lagi, silakan membacanya.
Let's check this out the story…
\(w)/~ Happy Reading ~\(^0^)9
Ada dua jenis manusia yang terlahir ke dunia ini. Manusia yang beruntung dan kurang beruntung. Kita bisa menilai sendiri, masuk di ketegori manakah kita. Idealnya begitu bukan? Namun aku tidak dapat menjawab pertanyaan itu dengan mudah...
Aku terlahir di tengah keluarga kaya raya dan terpandang yang tidak pernah kehabisan harta sedikitpun. Apapun yang aku mau akan terjadi. Aku hanya dibesarkan oleh harta benda orang tuaku. Namun, aku tak bisa dibilang kurang beruntung, karena dalam hidupku.
Jika kalian bilang bahwa kalian sedang makan bersama orangtua kalian walau hanya memekan nasi tanpa lauk, maka akan kumasukkan kalian ke dalam katagori beruntung. Aku lebih memilih untuk menjadi orang miskin asalkan kedua orang tuaku peduli denganku. Aku tidak pernah ingin menjadi anak dari orang kaya yang terpandang.
Kesepian. Itulah yang aku dirasakan. Siapa yang sanggup menahan kesepian tinggal di rumah mewah dan besar. Meski terdapat beberapa pelayan yang melayanimu, Tapi itu terasa berbeda tanpa di temani orang-orang yang dekat dan dicintai. Seorang Ibu yang terlalu sibuk dengan kegiatannya, sehingga tidak dapat untuk mengurus anak sematawayangnya. Ayah? Jangan di tanyakan. Aku sudah lupa kapan terakhir kali bertemu dengannya, dua bulan atau empat bulan? Entahlah aku tak meningatnya lagi. Mereka hanya peduli dengan bisnisnya.
Terlalu banyak kekecewaan yang melintas di kepalaku hingga kadang tak bisa aku ungkapkan pada siapapun. Musiklah yang diam-diam mampu mewakili segala perasaanku, emosi, rasa sakit, jeritan, hingga rasa rinduku terhadap kedua orangtuaku aku limpahkan saat aku bermain musik.
Sebenarnya aku tidak sombong seperti yang orang-orang bilang. Aku hanya tidak pandai berkata-kata, aku lebih suka diam daripada salah bicara, apalagi menyinggung orang lain yang mendengarkannya, dan aku tidak suka berada di keramaian.
o0o
Ngiiiiiing...
Seorang gadis tersenyum sendiri sambil melihat ke luar jendela pesawat. Saat pesawat mendarat di bandara.
"akhirnya sampai juga" gumamnya pelan.
o0o
"mossisseo"
Teriakan itu adalah awal dimana akan ada perbincangan para yeoja saat melihat seorang namja melangkahkan kakinya memasuki area kampusnya.
"dia terlihat cool"
"lihatlah dia, semakin lama semakin tampan"
"kya... mengapa dia tampan sekali?"
"oppa, saranghae"
Seakan sudah terbiasa dengan pembicaraan itu sang namja yang tengah menjadi perbincangan di setiap harinya tampak menghiraukannya dan terus melangkahkan kakinya menuju kelasnya.
Namja bermarga Cho ini memang mempunyai otak yang pintar, ketampanan, dan terlahir dari keluarga yang berada. Maka tak jarang para yeoja selalu mengaguminnya dan mengantri untuk menjadi yeojachingunnya.
"sun... sunbaenim..." Panggil seorang yeoja dengan gugup.
Namja itupun langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya untuk mengetahui siapa yeoja yang kini menghentikan langkahnya.
Yeoja itu menundukkan kepalanya sambil memejamkan matanya, ia menyerahkan kotak berwarna pink lengkap dengan pita berwarna senada pada namja yang ada di hadapannya.
"untuk ku?" tanya namja itu polos. Seakan dia tak mengetahui jalan pikiran sang yeoja.
"n... nde, ini untuk sunbaemin."
"kau, mahasiswi baru?"
"n... nde"
"hhh... Baiklah, siapa namamu?" tanya Namja itu sambil mengambil kotak yang telah dibawa yeoja itu. Tangan mereka bersentuhan beberapa detik dan yeoja itu tampak sedikit gemeteran. Ya, bagaimana tidak hadiahnya di terima oleh orang yang di sukai dan ditambah oleh sentuhan tangan dan satu lagi ia menanyakan namanya. Bahagia! itu yang sedang di rasakan yeoja berambut coklat ini.
"Soo... Sooji... Baek Sooji" ucapnya terbata-bata. Sepertinya dia sudah akan pingsan di tempat.
"baiklah, Sooji..." ucapnya mengambil jeda. "kuharap kau tak sakit hati."
"nde?!" kini raut wajahnya berubah. Bingung.
"ya, dengar baik-baik. jangan memberikan benda-benda ini lagi oke." jelasnya sambil menggoyang-goyangkan kotak yang tadi di berikannya.
"..."
"maksudku, sebaiknya gunakan uangmu untuk kepantinganmu sendiri. Arrachi?" jelasnya mengetahui perubahan drastis air wajahnya.
"gomawa, Sooji-ya" namja itu kini berjalan meninggalkan Sooji yang tengah berdiri mematung, sepertinya sedang mencerna kata-kata dari sunbaenimnya.
"uhhh... Kasihan sekali dia."
"dulu aku pernah seperti itu."
"dia memang punya segalanya. Tapi sayang sikapnya yang satu ini terlalu berlebihan."
"tapi aku tetap menyukainya."
kembali terdengar ucapan-ucapan dari para yeoja yang merupakan penggemar dari sang namja itu.
0
Namja bermarga Cho menatap layar laptopnya. Namja yang telah memasuki semester tiganya di fakultas business administrasi tak perlu waktu lama untuk menyelesaika tugasnya. Mengingat kemampuan otaknya yang di bilang cukup pintar. Dan ia juga termasuk mahasiswa kebanggaan.
Ia mengambil cangkir yang berisikian latte yang telah kehilangan uapnya. Dengan satu tarikan napas, ia menyeruput isinya kemudian meletakkannya lagi. Ia kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa nyaman, dan melayangkan tatapannya keluar jendela bening kafe. Kearah taman yang tertata rapih di selipan bangunan-bangunan menjulang. Taman itu dilingkupi rimbunan pohon-pohon besar. Taman di sore hari terlihat ramai. Beberapa orang terlihat duduk berasantai di bawah pohon dan anak-anak berlarian riang.
Yang paling menarik perhatiannya adalah seorang yeoja berambut hitam panjang, dengan poni yang menutupi sebagian matanya,dengan mengenakan earphone berwarna biru tengah melukis dengan muka seriusnya. Ia cukup sering datang ke kafe ini, jika sedang ada tugas atau menghilangkan rasa bosan dengan rutinitasnya. Tapi selama dia datang ke kafe ini, dia belum pernah melihat gadis itu sebelumnya. maksudnya gadis yang sedang melukis di tengah keramaian musim semi ini.
Aneh? Mengapa ia malah memperhatikan hal yang tidak perlu? Sebelumnya dia tak pernah mempermasalahkan atau memperhatikan orang berbuat apa. Dengan cepat ia mengambil cangkir itu dan menenggaknya sampai habis. Dan memasukkan barang-barangnya, lalu beranjak dari tempat duduknya menuju keluar pintu.
o0o
TBC/END
Annyeong *lambai-lambai*
Aku comeback membawakan salah satu cerita yang aku buat sendiri. Hehehe...
Apa kalian tertaik untuk aku melanjutkan cerita ini lagi? Atau tidak?
Review... please. (^/\^)
Kamsahamnida.
