Watashi No Tame Ni Hikari

By Kyouka Hime

Naruto by Masashi Kishimoto

.

.

.

.

Chapter 1

Warning! ( OOC, TYPO, ALUR KECEPTAN, DLL)

Pairing : Sasuke U & Sakura H

.

.

.

Seorang pemuda berambut emo memasuki ruang kerja sang kakak. Tidak peduli dengan tatak rama pemuda tersebut langsung masuk tanpa salam. Dilihatnya sang kakak nampat sedang berpikir keras sambil menatap banyak berkas dimeja kerjanya. Uchiha Itachi, seorang dokter muda yang sudah berhasil memiliki rumah sakit sendiri. Sedangkan sang adik Uchiha Sasuke berbeda dengan sang kakak. Sasuke lebih memilih mengikuti jejak sang ayah untuk ikut dalam meneruskan perusahaan sang ayah. Itachi sebenarnya adalah seorang ahli psikolog yang lebih sering menangani orang yang memiliki gannguan mental. Dan kali ini terlihat dia memiliki pekerjaan yang cukup rumit. Tapi bukan Itachi namanya jika tidak bisa menyelesaikan masalah yang bersangkutan dengan kejiwaan.

"Nii-san. Kau sedang sibuk?" Sasuke bertanya.

"Sejak kapan kau ada diruanganku?" Itachi heran dengan adiknya yang ada diruangnya. Saking sibuknya ia tidak mengetahui ada orang yang masuk ke ruangannya tersebut. Maklum saja Sasuke masuk tanpa ketukan pintu ataupun salam.

"Hn." Sasuke menjawab dengan singkat.

"Apa maksudmu itu Sasuke? Kau ada perlu apa? Tidak biasanya kau datang kesini." Itachi tau maksud sang adik yang sedang berkunjung ke rumah sakitnya tersebut. Karena sebelumnya Itachilah yang menyuruh Sasuke datang.

"Kau memkirkan gadismu itu?" Sasuke tak menjawab pertanyaan Itachi. Itachi pasti tahu maksud dari sang adik. Sebenarnya ia memiliki kabar tentang gadis Sasuke tersebut. Namun, ia tidak tahu apakah ini kabar buruk atau kabar baik.

"Ini." Itachi menyerahkan seberkas laporan kepada sang adik. Nampak Sasuke menyerngitkan alis, bingung dengan berkas yang diberi kakaknya.

"Ini..." Sasuke tidak melanjutkan ucapannya lagi. Ia begitu terkejut dengan apa yang ada dihadapannya sekarang ini. perasaan senang, sedih bercampur jadi satu.

"Hn, dia masih hidup. Setelah kejadian tersebut, ada orang yang mengadopsinya setelah lima bulan kemudian orang tersebut meninggal dan sebelumnya ia memberikan data ini kepada pihak kepolisian." Itachi mulai bicara serius dengan sang adik.

"Tapi Sakura tidak seperti dulu. Tekanan mental dari masa lalunya masih membekas dalam dirinya. Dan menurut laporan dari orang yang mengadopsi dia seperti memiliki kepribadian ganda. Yang aku takutkan jika dalam waktu yang lama ia tidak sembuh dari gangguan psikisnya. Ia bisa menjadi psikopat."

"Dimana dia sekarang?" Sasuke nampak tak sabar ingin menenui gadisnya tersebut.

"Jangan gegabah Sasuke. Mungkin dia tidak akan mengenalmu. Lagi pula ini sudah malam, biarkan dia beristirahat. Basok pagi aku akan melakukan pemeriksaan. Aku akan turun langsung menangani pasienku ini. kau boleh ikut besok pagi jam delapan." Jelas Itachi.

"Sebenarnya apa yang terjadi Nii-san? Kenapa dia dapat berubah seperti itu?" Sasuke nampak masih penasaran dengan hal tersebut.

" Kau ingat tragedi itu kan? Mungkin itu salah satu penyebabnya. Dia mengalami tekanan mental. Aku harap dengan hadirnya orang orang yang ia kenal dapat mempercepat kesembuhannya."

Sasuke terlihat sendu dengan penjelasan sang kakak. Ia tak mengangka kisah cintanya begitu berat. Tapi apapun itu, ia tetap mencintai gadisnya.

.

.

.

Jarum jam menunjukan angka delapan pagi. Kakak beradik Uchiha ini sudah janji untuk melakukan pemeriksaan bersama . Sasuke nampak tak sabar menunggu Itachi di dalam ruang kerja kakaknya tersebut. Berkali kali ia melihat kerah jam dinding yang ada di dinding ruang tersebut. Namun, Itachi tak kunjung datang.

Setelah kurang lebih sepuluh menit menunggu. Akhirnya Itachipun masuk keruangannya. Ia kaget ternyata adiknya sudah lebih dulu datang.

"Ck. Dari mana saja kau? Aku sudah menunggu lama disini." Sasuke nampak gusar dengan keterlambatan sang kakak.

"Oh, ayolah aku hanya terlambat sepuluh menit. Itupun karena ada hal penting." Itachi nampak tenang tenang saja dengan hal tersebut.

"Cepat lah." Sasuke sudah bosan rupanya.

"Sabarlah Sasuke. Aku ingat kan jangan gegabah bertanya atau melakukan apapun terhadap pasienku." Itachi memperingatkan.

"Dia gadisku."

"Tapi dia pasienku sekarang." Itachi membela dirinya sendiri.

Dua pemuda tersebut lantas berjalan keluar ruangan dan menuju kamar pasien khusus mereka.

"Kau gugup Sasuke?" Itachi bertanya dalam perjalanan.

"Sedikit." Itachi hanya terkekeh mendengar jawaban sang adik dan membuka pintu kamar salah satu pasiennya.

Sasuke POV~

Aku rasa jantungku berdegup kencang. Jujur aku sangat rindu sosok gadisku ini.

Ckleck

Aniki membuka pintu kamar tersebut. Aku sangat gugup sekali.

"Ohayou." Sapa aniki. Aku melihat sekeliling ruangan tersebut. Warna putih sangat mendominasi ruangan tersebut ada satu lemari dan meja nakas. Aku tercekat saat melihat satu satunya tempat tidur di ruangan tersebut. Ada tubuh seseorang dibalik selimut tebal nampak surai merah yang sangat aku rindukan terlihat. Ingin sekali aku memeluknya sekarang. Tunggu Sasuke, ingat pesan aniki untuk tidak gegabah.

Aku dan aniki berjalan mendekat ketempat ridur tersebut. Terlihat Sakura semakin mamasukkan kepalanya dibalik selimut dan mencengkram erat selimut tersebut.

Aku dan aniki saling pandang. Aniki memberi isyarat agar aku sedikit menjauh dari tempat tidur. Akupun menuruti isyarat aniki tersebut.

"Jangan takut. Aku dokter yang akam merawatmu. Boleh aku memeriksamu." Aniki berusaha menurunkan sedikit selimut agar bisa melihat wajah sang pasien. Tapi Sakura malah semakin erat mencengram selimutnya. Aniki memandangku. Jujur aku sangat bingung, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya diam, aku sedih melihat keadaan Sakura sekarang. Andai dulu aku bisa menjaganya.

"Sakura, kau takut dengan laki-laki? Mau dokter perempuan saja yang memeriksamu?"

Masih tidak ada jawaban. Anikipun terlihat sendu. Tak lama aniki menyuruhku keluar. Akuppun mengikutinya. Aku heran dengan kelakuan aniki. Apa yang ia rencanakan?

"Memang sudah selesai?" aku bertanya kepada aniki.

"Aku akan menyuruh Sizune saja yang memeriksanya. Sepertinya dia takut dengan pria." Jelas aniki.

"Aku akan menemui Sizune dulu. Jangan sedih Sasuke." Aniki menepuk pundakku dan pergi.

Aku bahagia bisa melihat Sakura lagi. Tapi kalau begini keadaannya, akupun bingung sendiri harus melakukan apa.

Aku memutuskan untuk menunggu diruangan aniki. Ku nyalakan smartphone-ku dan aku membuka file khusus tentang Sakura. file berisi kenangan indah diriku dan Sakura. aku melihat banyak foto Sakura dengan berbagai macam gaya. Hampir semua foto menampakkan wajah ceria. Tidak seperti keadaan Sakura sekarang. Aku merindukan semua tentang Sakura, surai merah muda gadis tersebut dan mata emerald cerah miliknya.

Tak lama aniki masuk keruangnnya. Aku tidak sabar lagi mendengarkan dia berbicara.

"Bagaimana?"

"Sizune pun tidak berhasil membuat Sakura membuka selimutnya." Aku sesak medengar kata tersebut. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Sakuraku.

"Bersabarlah Sasuke. Aku akan terus mencoba mendekatinya dengan metode yang khusus. Berdo'alah agar Sakura dapat kembali seperti dulu." Setelah mengucapkan kalimat tersebut aniki kembali keluar ruangannya. Ini memang berat untukku dan mungkin untuk Sakura juga. Ya, aku harus sabar dan tabah menghadapi ini.

.

.

.

.

.

Sudah tiga hari sejak Sakura dirawat dirumah sakit ini. aku tidak pernah tidak berkunjung kerumah sakit ini. walau tidak bisa melihat Sakura dari dekat namun setidaknya aku dapat mengetahui perkembangan psikisnya yang mulai membaik. Aniki bilang Sakura sudah tidak terlalu takut dengan orang yang baru ia temui, walau masih tidak mau bicara dengan siapapun. Aku sangat berterima kasih dengan aniki yang selalu memberikan pengobatannya.

Hari ini aniki bilang aku boleh menemui Sakura, aku sangat tidak sabar untuk menemuinya banyak hal ingin aku bicarakan dengannnya.

"Yo, Sasuke." Itu aniki. Aku segera mengikutinya menuju ruangan Sakura.

Ruangannya kini tidak seperti dulu. Ada beberapa barang yang ditambahkan. Mungkin itu alat terapi aniki.

"Sakura, boleh aku masuk?" Aniki nampak bertanya dengan Sakura. sakura pun berubah dia tidak menutupi sekujur tubuhnya lagi didalam selimut. Ia memeluk boneka teddy bear putih sambil memainkan kupingnya.

Sakura menatap kearah kami lalu mengarahkan pandangannya lagi pada boneka teddy bear didekapannya.

"Baiklah, aku masuk. Perkenalkan, ini adikku Sasuke namanya."

Sakura melihatku, aku melihat mata emeraldnya tidak secerah dulu. Tatapannya padakupun menunjukan kesedihan yang mendalam. Entah mengapa sesak rasanya melihat Sakura seperti sekarang.

"Kau sudah makan buah mu Sakura?" anik bertanya kepada Sakura.

Sakura tidak menjawab hanya mengangguk sedikit kepada aniki. Dia lebih memperhatikan boneka teddy bear-nya. Aku mengambil langkah untuk duduk dikursi yang ada disebelah tempat tidur Sakura. Sakura terlihat takut denganku yang yang berada didekatnya. Ia menutupi mukanya dengan boneka teddynya seperti dibuat tameng. Aku hanya tersenyum miris melihat keadaan Sakura.

"Tidak perlu takut, aku tidak akan menyakitimu." Sakura sepertinya mendengar ucapanku ia menurunkan teddybear-nya dari wajahnya. Sekarang aku dapat melihat dekat sosok wajah yang sangat aku rindukan. Sungguh aku sangat mencintai dia.

"Nah Sakura, mulai sekarang ia akan menemanimu di sini, boleh?" tanya aniki pada Sakura.

Sakura hanya menatapku dengan pandangan kosong. Lalu menarik selimutnya sebatas leher dan memeluk erat boneka Teddy-nya.

"Kau mau tidur ya. baiklah kami tidak akan ganggu. Kami keluar sekarang ya." Aniki mengisyaratkanku untuk keluar dari kamar Sakura. sebenarnya aku tidak ingin jauh jauh lagi dari Sakura. tapi aku tahu ini yang terbaik untunya. Ia ingin beristirahat. Aku tidak mau mengganggunya.

"Sebentar aniki." Aku meminta waktu lagi untuk bicara dengan Sakura. anikipun sepertinya memberikan waktu untukku. Ia keluar ruangan terlebih dahulu.

"Sakura..." aku mengelus surai merah muda yang sekarang hanya sebatas bahu.

"Aku merindukanmu. Kau mungkin tidak mengenaliku sekarang. Tapi aku akan tetap mencintaimu." Aku tahu Sakura sudah berada dalam alam mimpi mungkin. Sekilas aku mengecup kepalanya sebelum benar-benar keluar dari kamar tersebut.

"Oyasumi..."

Aku hanya tersenyum senang melihat sekarang Sakura sedang tidur. Begitu damai.

.

.

.

.

.

Setelah kejadian semalam aku masih memikirkan Sakura. sekarang Sudah pagi. Aku ingin bertemu dengannya lagi. Aku masih sangat ingat kalau Sakura suka sarapan dengan pancake yang diberi selai strawberry. Karena itu aku menyempatkan diri untuk membeli makanan tersebut.

Kini aku sudah berada dirumah sakit. Sebelum mengunjungi Sakura aku datang ke ruangan aniki terlebih dahulu untuk minta izin.

"Nii-san." Aku melihat aniki sedang menikmati kopi paginya.

"Ah! Sasuke. Kau mau menemui Sakura lagi?" tanya aniki.

"Ya, dan aku membawa pancake ini, apa boleh?" aku meminta izin aniki.

"Ya. tapi jangan paksa Sakura. usahakan agar kau terus mengajaknya berkomunikasi sampai ia mau berbicara kembali." Jelas aniki.

"Arigatou Nii-san." Aku tidak menghiraukan anki lagi segera saja aku berlalu ke kamar Sakura.

Tok tok tok

"Sakura, Boleh aku masuk? Ini Sasuke." Aku meminta izin terlebih dahulu dengan sang penghuni kamar.

Tidak ada jawaban. Aku memberanikan diri untuk masuk

Ckleck

Setelah aku masuk ke kamar Sakura, aku melihat Sakura sedang duduk dikursi makan sambil menatap jendela. Segera saja aku hampiri dia.

"Ohayou... Sakura."

Sakura hanya menatapku dengan tatapan kosong dan menatap keluar jendela lagi.

Aku menduduki kursi didepan Sakura. dimeja makan terlihat menu sarapan Sakura masih utuh. Mungkin dia tidak nafsu makan. Beruntung aku membawakannya pancake.

"Kau belum Sarapan,ne? Kau mau ini? mungkin kau suka." Aku mengeluarkan pancake yang kubawa dari pembungkusnya. Lalu memnyodorkannya kepada Sakura.

Sakura terdiam mengamati pancake yang aku berikan. Mungkin ia memang ingin memakan pancake ini. aku memberinya sendok. Dengan ragu tangannyapun meraih sendok yang kuberi. Aku senang melihat Sakura mau memakan pancake ini.

"Makanlah. Aku sudah meminta persetujuan doktermu." Setelah aku mengucapkan kalimat tersebut Sakura langsung memotong sebagian pancake dan memakannya. Aku memperhatikan Sakura dengan seksama. Tampak mimik wajah Sakura berubah. Sepertinya dia senang dengan pancake pemberianku, tapi malu untuk mengakuinya. Lucu sekali ekspresinya sekarang, membuatku ingin memelukmu Sakura.

Tak terasa Sakura sudah menghabiskan pancake selai strawberry dariku. Aku mengambil susu vanilla diatas meja ini dan memdekatkannya kepada Sakura.

"Kau suka dengan pancakenya? Aku bisa memberikanmu setiap hari kalau kau mau. Nah, sekarang minum susunya." Aku melihat Sakura mengangguk kecil, dengan perlahan tangannya mengambil gelas susu vanillanya dan meminum sampai habis susu didalamnya.

" Bagaimana? Apa kau senang?" Aku bertanya pada Sakura tidak ada jawaban. Gadis tersebut hanya menundukkan kepalanya.

"Ada apa?" aku bertanya kembali. Sakura tidak bergeming sedikitpun.

"Aku melihatmu melihat kearah luar jendela ini. kau mau keluar kamar? Aku akan mengajakmu ke taman rumah Sakit ini?" Aku menawarkan untuk pergi ke taman. Sakura tidak menjawab. Ia malah berlari menuju tempat tidurnya dan menyelimuti dirinya sendiri. Apa aku salah bicara? Aku bingung, apa yang harus aku lakukan?

"Sakura... kau tidak baik-baik saja?" tidak ada tanggapan dari Sakura. mungkin dia ingin beristirahat.

"Baiklah. kau ingin beristirahat? Oke, aku tidak akan menganggumu." Aku segera melangkahkan kakiku keluar kamar Sakura. sekilah aku melihar Sakura masih tetap dengan posisinya. Aku harus segera memberitahukan aniki.

.

Ckleck

" Aniki." Aku memanggil kakakku tersebut.

"Ada apa Sasuke?" aniki balik bertanya padaku.

"Ini tentang Sakura. tadi aku kekamarnya dan ia sedang duduk menatap keluar jendela. Aku lihat dia tidak memakan sarapan paginya, karena itu aku memberikannya pancake yang kubawa. Ia tampak malu menerimanya tapi dia menghabiskan pancake-nya. Aku pikir ia ingin keluar kamar karena terus menatap keluar jendela. Saat aku ajak dia untuk ke taman. Sakura malah berlari naik ketempat tidurnya dan bersembunyi dibalik selimut." Aku menjelaskan secara detail kejadian yang ku alami. Aniki nampak serius mendengarkan ceritaku.

"Apa dia phobia dengan dunia luar?" tanya aniki.

"Aku tidak tahu."

"Baiklah Sasuke. Sebaiknya kau ke kantor sekarang. Tou-san bisa memecatmu." Aku tahu aniki mengalihkan pembicraannya. Tapi mungkin ia benar. Aku harus bisa mengatur waktu untuk pekerjaanku dan Sakura. Baiklah aku akan pergi ke kantor saja sekarang.

.

.

Aku berniat menuju kantor perusahaanku. Begitu sampai di mobil, aku melihat pajangan yang ada di dashboard mobil milikku. Pajangan berbentuk pohon Sakura kecil. hal ini mengingatkanku dengan Sakura. dia lah yang menaruh pajangan tersebut disini.

. flashback.

Saat itu aku dan Sakura berniat untuk pergi makan makam bersama. Aku menjemput Sakura di rumahnya. Begitu masuk mobil Sakura nampak membuka suatu bungkusan.

"Sasuke-kun. Lihat aku punya ini untukmu." Sakura memperlihatkan pajangan berbentuk pohon Sakura yang dibawahnya terdapat sepasang manusia.

"Aku ingin kau mengingat aku terus Sasuke-kun. Aku tarus disini ya." Sakura menaruh pajangan kecil tersebut pada Dashboard mobilku. Ia tampak sangat bahagia melakukan hal tersebut.

. flashback off.

Aku melihat pajangan itu kembali. Setiap Sakura naik kemobilku hal yang ia lihat pertama kali adalah pajangan ini. Aku rindu Sakura yang mau semakin terlambat bekerja, akupun menyalakan mesin mobilku dan mengendarainya menuju kantor Uchiha Corp.

.

.

Butuh lima belas menit perjalanan dari rumah sakit menuju kantor perusahaan. Cukup singkat. Aku segera menuju ruangan Tou-sanku.

Tok tok tok

"Sumimasen, Tou-san."

"Masuklah Sasuke." Tou-san mempersilahkanku masuk.

"Jadi alasan apa untuk kali ini Sasuke? Aku tahu tentang Sakura, tapi ku harap kau dapat membagi waktumu dengan baik." Tou-san menasehatiku. Aku tahu aku sering terlambat masuk dan pulang cepat hanya akhir-akhr ini untuk ke rumah sakit bertemu Sakura. ini memang berat untukku.

"Semoga kau cepat sembuh Sakura..." ucapku dalam hati.

.

.

.

.

.

Tbc

Ah, fic apa lagi ini...? ya semoga para pembaca suka ya. aku harap kalian mau mengreview fic ini. aku tahu masih banyak kekurangan di fic ini. maaf ya. aku harap juga kalian mau mengomtari penulisan dan bahasa yang aku gunakan. Umh, terima kasih ya...

Maaf masih banyak typo sepertinya disini.

.

.

.

ありがとう ございまつ

Kyouka Hime