Sebelum ada yang flame, saya mau bilang... HOMOPHOBIC TIDAK DIALU-ALUKAN! Kalau tidak suka, tekan aja tombol 'back' di ponsel anda. DON'T LIKE, THEN DON'T CLICK THIS FIC! FIND ANOTHER FIC THAT YOU LIKE!
Pair : FangBoy(main), Fang x FiveElemental!Boboiboy
Warning(s) : Typo(s), OOC hingga langit ke tujuh, karakter berumur 15 tahun(kecuali Gopal yang berumur 16 tahun dan Ying 14 tahun), No Boboiboy Thorn and Boboiboy Solar, de el el
Disclaimer : Boboiboy punya Nizam Razak, Anas Abdul Aziz dan kru-kru Animonsta Studio. Kalau punya saya, pasti sudah berantakan alur ceritanya.
.
.
.
Seorang pemuda berjalan di lorong yang sunyi. Ia bangun agak lewat dikit hari ini, karena semalaman bermain game Papa Zola bersama Gopal di rumahnya(atoknya). Terdapat bulatan gelap melingkari kedua-dua matanya, menjadikan ia terlihat seperti panda.
"Hoaaam~" Sesekali sebuah nguapan keluar dari mulut pemuda manis itu.
"Ngantuk banget." Keluh pemuda yang diketahui bernama Boboiboy itu. Author juga gak tahu kenapa namanya begituan, biarlah ia menjadi misteri yang tak terjawabkan(?)
Boboiboy memakai topi dinosaurus yang tak pernah lepas dari kepalanya, jaket jingga berlengan pendek dan beg yang diselempangkan di pundak kirinya.
"Apa aku udah telat ya? Sunyi banget lorong ini." Monolognya lagi.
Tanpa disadarinya, tiga orang lelaki bertopeng mendekatinya. Salah satu daripada mereka memegang pisau kecil, dan diletakkan berhampiran dengan lehernya.
'Sejak kapan-'
"Serahkan semua uangmu." Lelaki yang memegang pisau itu membentak, memotong pikiran batinnya.
"A-A-Aku gak punya uang." Ucap Boboiboy terbata-bata. Punggungnya sudah tersandar di dinding.
"Heh. Kau pikir aku bodoh apa? Mana mungkin pelajar sekolah gak bawa uang bersamanya. Sekarang berikan aku semua uangmu, atau kau pulang ke rumah tanpa kepala!" Lelaki bertopeng itu membentak lagi.
"Um.." Boboiboy berkeringat. Apa yang harus dia lakukan? Aha! Sebuah bohlam imaginer 1000watt muncul di atas kepala bertopi Boboiboy, "Aku gak bohong. Jujur aku gak punya uang sekarang." Ucapnya seraya mengeluarkan isi sakunya, namun tiada apa-apa yang mereka bisa sebut 'benda'. Hanya 'angin' sahaja.
"Apa yang dibicarakan anak ini benar bos. Gimana ini? Gak ada orang lain yang lewat sini lagi." Lelaki bertopeng dengan badan yang kurus mengeluh.
"Aduh, gimana ni? Kita mau makan apa bos? Aku udah lapar nih~" Rungut laki-laki lain yang badannya sedikit gempal sembari menepuk-nepuk perutnya, seperti kucing yang minta perutnya diisi kepada tuannya.
"Ah, diamlah kalian! Bising aja!"
'Err.. Mudah sekali bohonginya.' Batin Boboiboy, sekaligus sweatdrop melihat adegan di depannya itu.
"Bos, gimana kalo kita culik anak ini? Kita jual dia, bisa dapat duit yang lumayan, bos!" Lelaki yang kurus tadi memberi pendapatnya. Sepertinya dia sanggup lakukan apapun demi mendapatkan uang.
"Iya bos. Wajahnya pun lumayan manis. Kupikir kita sudah merampok gadis tomboy kecil, ternyata bocah imut." Kata lelaki lain, memegang dagu Boboiboy, membuatkan Boboiboy harus mendongakkan kepalanya ke atas.
Boboiboy tersentak. Matanya melebar. Apa? Menjualnya? Benarkah apa yang telinganya dengar ini? Lagipun, apa laki-laki itu bilang? Gadis tomboy kecil? Bocah imut? For the sake of- Dia sudah berumur 15 tahun! Iya, memang benar Boboiboy dikategorikan sebagai murid yang agak pendek, tapi tetap saja.. Dipanggil bocah, ia masih bisa menerima dengan hati terbuka, tapi ini- Dia dibilang gadis tomboy kecil?! What the fish?!
Sontak, Boboiboy menggelengkan kepala, dan langsung menepis tangan yang memegang dagunya dengan kasar. Pemuda bertopi itu terus berlari meninggalkan perampok-perampok yang ingin merampoknya. Atau lebih teruknya, menjualnya! Tapi tidak sampai beberapa meter dia berlari-
"Heh. Mau ke mana kamu?"
Tangannya di pegang dengan oleh laki-laki berbadan sederhana yang Boboiboy ketahui sebagai bos itu. Cengkramannya cukup erat, sehingga menyebabkan pemuda dinosaurus itu sedikit meringis karena kuku tajam yang ditusuk ke dalam kulitnya.
"A-Apa?!" Seru Boboiboy kaget. Dia coba memberontak, meloloskan diri perampok yang memegang tangannya. Tapi usahanya nihil. Perampok itu lebih besar dan lebih kuat darinya.
"Heh, mau lari ya?" Soal lelaki kurus dengan tajam.
"Mari kita ajar dia bos." Timpal laki-laki gempal. Seringaian sinis terlukis di wajahnya.
Bos gank perampok itu menaikkan tinjunya, bersedia untuk memukul anak di depannya. Di bibirnya juga terdapat senyum sinis.
"..?!" Boboiboy hanya pasrah menunggu tinjuan yang bakalan di arahkan ke wajahnya. Kedua mata hazel-nya terpejam erat. Kepalanya dihadapkan ke samping.
"Harimau Bayang."
Tiba-tiba sekelibat bayangan hitam dengan mata merah-menyala muncul dan terus berlari ke arah tiga orang laki-laki yang menangkap Boboiboy.
"B-Benda apa tu bos?"
"Hantu!"
"Woi! Kalian ini jangan mengawur!"
'Fang?' Pikir Boboiboy, matanya mecari-cari sosok pengendali bayang. Ia sangat yakin orang yang menolongnya itu adalah Fang, teman serivalnya. Kedua mata beriris hazel itu meliar, memandang-mandang sekelilingnya, 'Tapi di mana dia?'
"Jangan makan aku! Makan dia ini! Dia lagi berisi dan banyak daging yang enak dibanding aku!" Ucap lelaki kurus, menolak lelaki berbadan gempal ke depannya.
"Oi! Ngapain aku?! Makan bos saja! Dia yang menyuruh kami mengganggu anak ini!" Lelaki berbadan gempal itu pula menarik bosnya ke hadapannya.
"Woi! Kenapa perlu aku?! Kalian 'kan anak buahku, seharusnya kalian yang melindungiku!"
"Tapi 'kan bos itu bos, makan bos aja lagi enak!"
"Iya betul tu!"
Kemudian kedua perampok yang dipanggil anak buah itu berlari meninggalkan bos mereka.
"Oi! Kalian memang tak setia bos!" Teriak bos mereka, lalu berlari mengikut jejak anak buah-nya yang sudah melarikan diri duluan.
Kelibat bayang hitam itu pula mengejar bos itu bersama konco-konconya. Mereka berlari terbirit-birit menghindari sang pengejar yang bisa melahap mereka kapan saja dengan gigi tajam.
Boboiboy yang masih bersandar pada dinding, melihat sinetron yang gaje itu dengan terkesiap dan setetes keringat di samping kepalanya, sehinggalah mereke hilang dari pandangannya di tikungan.
"Ehem!"
Sebuah suara menarik perhatian Boboiboy dari adegan tak bermutu tadi. Dengan spontan, Boboiboy mengalihkan perhatiannya pada suara berat tersebut.
"Fang?"
"Mestilah aku. Siapa lagi?" Fang memutar matanya malas. "Kau tak apa-apa?" Meski terdengar dingin, namun kekhawatiran jelas terpancar dalam manik violet-nya yang dilindungi lensa kacamata itu.
"Erm, a-aku tak apa-apa. T-Terima kasih." Boboiboy membalas dengan gugup. Entah kenapa, Boboiboy merasa segan dengan pemuda bersurai ungu di hadapannya ini.
"Jadi, kenapa?" Tanya Fang tiba-tiba.
Boboiboy mem-blink-kan matanya. "Kenapa apanya?" Tanyanya dengan nada polos. Kepalanya sedikit dimiringkan ke kanan sambil mengangkat sebelah alis. Kenapa? Ngapain Fang nanya soalan begitu padanya? Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang bermain dalam otak si superhero kecil kita. Mungkin sekarang tidak pantas dibilang kecil, karena umurnya sudah 15 tahun, bukan bocah 5 tahunan.
Fang menghela nafas ringan. "Bodoh. Kenapa kau tak gunakan kuasa kau tadi?" Diikut dengan dengusan panjang, Fang sedikit menggelengkan kepalanya. Apa yang bocah ini lamunkan? Saking kagetnya sehingga lupa untuk menggunakan kuasanya?
Boboiboy tersentak. "Oh, tentang itu. Aku kelupaan tadi. Hehehe." Pemuda jingga itu menggaruk-garuk pipinya. Sungguh , ia terlalu kaget dengan pisau yang disodorkan ke lehernya, malah sampai melupakan bahwa dia masih punya kuasa yang diberikan oleh robot bundar imut(?) kuning kepadanya.
"Haih, ya sudah. Ayo ke sekolah. Bel sudah mau bunyi nih." Kata Fang, mengusap-usap kepala Boboiboy yang tertutupi topi dinosaurus sambil melihat arloji di tangannya.
Boboiboy dibuat heran dengan perlakuan Fang barusan. Fang seolah-olah melayannya sebagai teman, bukan sebagai rival yang biasa dilakukan, 'Ngapain Fang baik banget sama aku hari ini?'
"B-Baiklah."
Lalu kedua-dua pemuda yang terkenal di seluruh pelosok Pulau Rintis itu berjalan bersama, menuju ke sekolah tercinta untuk bertemu para teman mereka lainnya. Oh, tak lupa. Juga bersedia dengan Ujian Mengejut Kebenaran yang dilakukan oleh sang guru kebenaran.
.
.
.
To be continued
.
.
.
Sebenarnya fic ini sudah di-publish di Wattpad. Chapter ini sedikit lain dari chapter di Wattpad. Saya meng-editnya supaya kelihatan lebih panjang. Yah.. hanya edit sedikit lho~ Hehe, oke sudah bacotnya.
Mind to review?
