Ansatsu Kyoushitsu © Yusei Matsui. saya tidak mengambil keuntungan materiil dari pembuatan fanfiksi ini.

.

a/n:

(1) cerita ini terpikir gara-gara perkataan guru saya tadi pas pelajaran tambahan persiapan un fisika HAHAHAhaha. haha. ha. /mabok :'))

(2) bisa jadi akan dibikin kumpulan drabel karena saya pengen bikin versi five virtuosos yang lain juga, cuman karena nggak janji (dan belum dapet ide juga yang lain bakal kayak apa nanti plotnya) jadi sementara statusnya complete dulu deh XD


Koyama: Bruk!

seseorang tak sengaja menabrak koyama. tamatlah ia, pun cerita ini juga, karena itu akhir dari segalanya.


Bruk!

"Maaf, aku tak sengaja!" seorang gadis berseru panik, membuat semua orang yang sedang berlalu-lalang dalam koridor menghentikan langkahnya dan menoleh. Gadis itu memucat kini, membungkukkan badan sedalam-dalamnya. Bagaimana tidak? Ia tidak sengaja menubruk Koyama! Astaga, astaga, asta—

Koyama membenarkan letak kacamatanya. "Asal tahu saja."

"Y-y-y-y-ya?" mati, mati, MATI! Ia harus merelakan dirinya dibunuh dan dibangkitkan lagi berapa kali?

"..."

Ada jeda.

Lama.

Banget.

Gadis itu yakin bahkan sepuluh menit sudah berlalu, dan waktu yang sunyi senyap itu kelewat lama baginya untuk terus menundukkan kepala, sehingga dengan takut-takut diangkatnya wajah. Rupanya Koyama memang sengaja terdiam untuk menunggu dengan sabar saat itu tiba, karena begitu kedua mata mereka saling memantulkan, Koyama mengangkat bahu, sebelah alisnya dinaikkan dan disunggingkannya senyum.

"Selalu ada hukum kekekalan momentum dalam setiap tumbukan."

"..."

Cuek, Koyama melanjutkan langkah, meninggalkan gadis itu yang ternganga, tak tahu harus merespons apa. Ia tak mengubah ritme langkahnya dan baru benar-benar berhenti saat kakinya menapak tepat di kantin. Kepalanya memutari seisi ruangan, melihat beberapa anak masih mengantre untuk pesan makanan, mencari meja mana yang kosong—dan ternyata tidak ada, kemudian menangkap pandangan sekelompok anak di satu meja yang dengan panik mengangkat baki mereka (wah, junior itu cukup peka juga ternyata).

Tatapannya jatuh pada rekan-rekan di sisi yang sejak tadi memandanginya.

Datar.

Ia tak tahan untuk bertanya. "Apa?"

Seakan itu kalimat mengusir, mereka buru-buru mengalihkan pandangan dan berjalan meninggalkannya, menuju meja yang sekarang sudah kosong karena ditinggalkan junior-junior tadi terbirit-birit. Koyama mengerutkan kening, menatap punggung ketiga temannya dan baru menyadari bahwa Asano tidak ikut serta.

Satu Asano yang melancarkan tatapan seperti itu rasanya sudah sebanding dengan ribuan orang yang melakukan hal sama. Berdalih sebelum dirinya ketahuan tak tahan ditatap seperti itu, Koyama menunjukkan ekspresi terganggu. "Apa, sih?"

"Oh, enggak," Asano menjawab enteng, mengedarkan matanya ke mana saja asal tidak pada sang lawan bicara. "Cuma berpikir kenapa ada orang seperti kamu di dunia ini saja." Melanjutkan dengan kalem, Asano berjalan lebih dulu, menyusul teman-temannya.

Meninggalkan Koyama yang terheran-heran.

"Hah?"

tamat