Haikyuu! © Furudate Haruichi

Warning: saya patah hati, typos.


i. Karena nestapa kita abadi, sayang.

Dan dalam keremangan Sugawara menemukannya; meratap pada Tuhan yang sebelumnya tak pernah ia sembah. Pada lututnya ia jatuh, doa-doanya terbebat dalam eratnya kepalan tangan yang membiru. Tak ada raungan, hanya saja tarikan napas yang tercekat begitu menyiksa untuk diperdengarkan.

"Aku hanya ingin pengampunan."

"Itu bahkan bukan dosa," Sugawara bersandar pada ambang pintu, memperhatikan lekat-lekat. "itu bukan seperti kau telah menembak mati seseorang."

Oikawa Tooru terkekeh. Sarkas. Tapi sejengkal pun ia tidak bergeser. "Aku memang bukan menembak mati seseorang. Sudah kubilang aku hanya ingin pengampunan."

"Pengampunan karena kalian selesai begitu saja?"

Lalu tawa meledak sampai-sampai Sugawara terkejut dan mundur selangkah. Kepalan tangan itu akhirnya terlepas karena Oikawa harus mencari sesuatu untuk memastikan ia tidak terjatuh sebab lututnya terlalu lemas karena ia tertawa terlalu kencang. Tapi Oikawa berpikir ia mungkin tidak akan tahan berdiri karena pertanyaan itu terlalu lucu dan tawanya masih belum reda, jadi ia putuskan untuk duduk di ranjangnya.

Oikawa tertawa karena terlalu bingung: apakah Sugawara Koushi begitu tolol sampai-sampai harus menanyakan hal itu? Atau apakah dirinya sendiri yang terlalu tolol (dan mungkir) untuk mencerna kenyataan dalam pertanyaan itu?

"Aku menginginkan pengampunan karena kami pernah saling mencintai," Sahutnya setelah tawanya reda. "Dan dengan bodohnya aku memaksakan segala macam konsep-konsep tolol seperti; Cinta dapat menyelesaikan segalanya, atau dengan cinta kita dapat menaklukan dunia berdua. Lalu dengan seenak jidatnya kami menolak kenyataan bahwa semua itu hanyalah utopis belaka."

"Dan aku ingin sebuah validasi dari konsep-konsep itu. Aku ingin ia mengangguk dan berkata 'tentu saja' lalu memeluk dan mencium keningku dan cinta akan menenggelamkan kami berdua dalam keabadian."

"Tolol. Pada akhirnya detik jam menamparku dan aku sadar selama ini aku hanya menyakitinya. Dan kau tau pada akhirnya aku sadar aku tak pernah mencintainya."

Sebelum Sugawara sempat memberi respon, Oikawa telah kembali pada posisi awalnya. Genggamannya lebih erat, tundukannya lebih dalam. Dalam keremangan kembali ia perhatikan bagaimana Oikawa kembali pada nerakanya. Kali ini terdengar rapalan dari bibirnya. Bukan, bukan doa, karena bahkan Oikawa tidak ingin dosa-dosanya termaafkan dan ia juga tidak akan memohon pada siapapun untuk memaafkan dosanya.

Karena satu-satunya yang keluar dari bibirnya setelah itu hanya satu nama yang dirapal berulang-ulang; Iwaizumi Hajime.

Karena pengampunan yang ia butuhkan hanya datang dari satu manusia; Iwaizumi Hajime.