Disclaimer : All Character belong to Masashi Kishimoto
a/n : Ini fic SasuxSaku pertama saya. Saya masih belum benar-benar memahami dinamika hubungan Sasuke dan Sakura walaupun sudah membaca komik dan menonton Animenya. Ide ini saya dapatkan pas menonton Boruto. Ketika Sarada menanyakan pada Sakura apa benar dia anak kandung Sasuke dan Sakura. Kisah ini AU ya.
Warning : OOC, Typoo, Gaje, Alur maju mundur.
.
Chapter 1 :
FAMILY LIFE
.
"Mama…Papa tidak pulang lagi ya?" Anak berusia enam tahun itu cemberut melihat kursi di hadapannya kosong. Dengan engan dia mengunyah roti yang menjadi menu sarapannya hari ini.
"Sarada, Mengertilah papa mu sibuk dengan pekerjaannya" Pagi-pagi Sakura sudah merasa lelah. Hampir setiap hari dia harus membuat alasan untuk menjelaskan ketidak hadiran sang kepala keluarga di rumah itu.
"Aku bosan, papa tidak pernah ada. Semua temanku bermain dengan ayahnya. Bahkan Cho-cho dan Inojin di antar jemput ayah mereka" Gadis berkacamata itu terlihat sedih.
"Jangan bersedih Sarada. Kita bisa menikmati semua ini juga karena pekerjaan papamu, Dia sayang koq pada putrinya"
"Itu kata mama, papa tak pernah bilang sayang sama Sarada"
"Sudahlah Sayang, Kamu berangkat sekolah sekarang ok, Nanti mama minta papa menemani kita ke kebun binatang hari minggu"
Senyum menghiasi wajah anaknya "Janji mama?"
"Kita akan pergi" Dalam hati Sakura merasa sedih dia punya suami tapi dia membesarkan Sarada parktis sendirian layaknya para single mother. Wanita itu mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada suaminya.
Bisa menemani Sarada ke kebun binatang hari minggu?
Tak lama kemudian balasan pun tiba.
Maaf, Ada business meeting ke luar kota
Sakura menarik nafas dalam melihat jawaban dari suaminya. Sasuke selalu saja punya alasan. Dia mengerti bila Sasuke menghindarinya tapi mengapa dia memperlakukan putrinya seperti ini juga. Dengan lesu Sakura mengunci rumah dan pergi bekerja.
.
.
Di sebuah gedung perkantoran elit Konoha. Sasuke Uchiha duduk di meja kerjanya ditemani setumpuk laporan yang harus dia baca dan sejumlah dokumen untuk ditandatangani. Ponselnya berbunyi dan dia membaca pesan dari istrinya. Dengan cepat jarinya mengetik balasan dan kemudian kembali bekerja. Tapi beberapa saat kemudian dia kepikiran kembali dan memandang poselnya dengan cukup lama.
"Ada apa Sasuke?" Karin mengamati atasannya yang sepertinya tengah terganggu oleh sesuatu.
"Hanya masalah pribadi" Jawabnya Singkat.
"Humph…Istrimu lagi ya, Aku heran mengapa kau tidak menceraikanya saja" Komentar wanita berambut merah itu.
"Karin aku tidak meminta nasihat mu. Kau dibayar untuk menjadi sekretarisku jadi bekerjalah" Ujarnya dingin.
" Tapi Sasuke aku lebih dari sekedar sekretaris mu"
"Nona Karin, Aku tidak akan membahas hal ini lagi. Hubungan kita di kantor ini adalah atasan dan bawahan" Pria itu menggebrak mejanya.
Wanita itu menggigit bibir bawahnya kesal dan pergi meninggalkan sang boss sendirian.
Sasuke memutar kursinya, memandang jendela yang menawarkan pemandangan kota konoha memikirkan satu-satunya keluarga yang ia miliki. Seorang istri yang dia tidak sukai dan anak yang tidak pernah dia minta. 'Apakah aku lelaki brengsek mengabaikan mereka?' Dia teringat mengapa dia terjebak dalam situasi ini.
*Flashback*
"Sasuke kau harus menikahi Sakura demi bisnis keluarga kita. Ayah membutuhkan 40% saham yang dipegang keluarga Haruno dan mereka hanya mau melepasnya bila Sakura menjadi bagian keluarga Uchiha"
"Aku tidak mau ayah, Kau suruh Itachi saja yang menikahi gadis itu mengapa musti aku?"
Fugaku Uchiha tampak sedikit terkejut anak bungsunya berani melawan. Biasanya Sasuke adalah anak yang patuh dan penurut. "Sakura sendiri yang memintanya. Aku sudah menawarkan Itachi tapi Sakura tidak mau dinikahkan dengan Kakakmu"
Sakura Haruno adalah mimpi buruknya, Sejak pertama kali bertemu di usia Duabelas tahun. Gadis itu terus menerus menganggunya, Sikapnya benar-benar seperti crazy fan girl. Berapa kalipun Sasuke menolaknya gadis itu pantang menyerah dia selalu muncul dengan perhatian yang tidak diinginkan.
Dia baru merasa damai ketika masa kuliah karena wanita itu memutuskan untuk kuliah di fakultas kedokteran. Sementara dia mengambil kuliah bisnis di Kota lain. Mereka bertemu beberapa kali dalam acara perusahaan dan gadis itu tidak lagi mencoba mendekatinya. Sasuke salah mengira gadis itu sudah menjadi dewasa dan move on dari fantasi remaja ababilnya, tapi ternyata dia malah merencanakan ini.
"Aku tidak mau ayah" Jawabnya tegas "Aku tidak pernah tertarik dengan Sakura"
Fugaku menatap anak bungsunya "Dengar Sasuke, Bila kau menolak nama mu akan aku coret dari daftar ahli waris dan aku tidak akan menyerahkan jabatan CEO di Uchiha enterprise padamu"
Ancaman itu membuat Sasuke gentar, Impiannya adalah menjadi CEO dan menjaga nama besar Uchiha. Dia berusaha keras selama ini hanya karena ia ingin memimpin perusahaan yang seharusnya diwariskan pada anak sulung Itachi. tapi belum lama ini kakaknya meminta sang Ayah untuk menjadikan adiknya kandidat CEO bukan dirinya karena Itachi lebih memilih duduk di dewan komisioner dan kakaknya mengakui Sasuke punya kemampuan lebih baik dalam menganalisa dan membuat keputusan manajerial daripada dirinya. Tentu saja dia tidak akan membiarkan seorang wanita menjauhkannya dari impian dan ambisinya.
"Ok, Aku setuju untuk menikahi Sakura tapi aku tidak bisa menjamin kebahagiaannya. Tolong sampaikan kata-kataku pada keluarga Haruno" Sasuke pun pergi meninggalkan kantor ayahnya.
Mereka menikah tujuh tahun yang lalu, Ketika dia berusia dua puluh lima tahun. Sakura tinggal di rumah keluarga besar Uchiha dan Sasuke menghabiskan banyak waktu bekerja dan memilih tinggal di apartemennya. Parktis dia mengabaikan wanita itu. Dia menunggu Sakura mengugat cerai dirinya karena bila dia yang meninggalkan wanita itu maka dia harus menyerahkan warisan dari orang tuanya pada Sakura sesuai dengan isi perjanjian pra-nikah mereka. Itu artinya dia akan kehilangan Uchiha enterprise. Dia masih heran mengapa Fugaku dan Kizashi membuat perjanjian yang memberatkan dirinya seperti ini. Bagaimana mereka berharap Sasuke akan mencintai Sakura. Ketika pria itu merasa dijebak dan tidak diberikan pilihan. Sasuke menolak merasa kasihan pada istrinya. Bukan salahnya bila Sakura merasa menderita sebaiknya wanita itu menyalahkan dirinya sendiri karena dia yang membuat pilihan.
.
.
Siang itu Sakura bertemu dengan Sahabatnya Ino untuk makan siang. Wanita berambut pirang itu menyadari wajah muram temannya.
"Ada apa Sakura?"
"Ini tentang Sarada, Dia mulai menyadari ayahnya berbeda dari ayah-ayah lainnya. Aku bingung bagaimana harus menjelaskannya. Dia masih kecil Ino"
"Aku heran padamu Sakura mengapa kau masih bertahan dengan pernikahanmu. Bukankah lebih baik kalian bercerai dan kau bisa memberitahu Sarada kalau ayahnya tidak peduli pada kalian. Mengapa kau selalu berpura-pura semua kalau semua baik-baik saja"
"Aku mencintai Sasuke Ino dan aku yakin Sasuke menyayangi Sarada. Dia hanya sedang menghukum ku" Sakura menusuk-nusuk salad pesanannya dengan garpu tanpa selera
Ino Yamanaka menggelengkan kepala heran "Kau mengatakan itu sejak kita berusia dua belas tahun. Aku bingung sakura, kau mencintainya apa terobsesi padanya?"
"Entahlah aku sudah tidak tahu lagi. Ini semua salah ku Ino, Bila saja aku tidak memaksakan diriku padanya. Ini semua tidak akan terjadi. Aku terlalu egois dan sekarang Sarada ikut menanggung akibatnya, Tapi aku yakin Ino suatu hari Sasuke akan memaafkan aku. Dia tidak akan bisa selamanya mengabaikan Sarada darah dagingnya sendiri"
"Masih saja kau bisa optimis" Wanita pirang itu menghembuskan nafas panjang. Ino merasa kagum pada sahabatnya. Dengan tegar dan tabah dia menghadapi semua masalah rumah tangganya. Ino bersyukur pernikahannya dengan Sai lancar-lancar saja. Walau dia juga mengejar-ngejar dan agak memaksa pria itu untuk menikahinya tapi Sai akhirnya mencintainya.
'Apa hati Sasuke terbuat dari batu atau mungkin egonya teralu tinggi' Wanita itu teringat pada bocah berumur dua belas tahun yang brilliant, angkuh, pendiam, tampan dan penyendiri. Para gadis merasa dia begitu cool dan ngefans dengannya termasuk Sakura dan Ino tapi bocah lelaki itu tak pernah ramah pada mereka. Dia memperlakukan orang-orang yang mengidolakannya dengan buruk seperti parasit. Ino tidak akan pernah mengerti obsessi Sakura pada Sasuke. Entah apa yang sahabatnya lihat dari pria itu.
.
.
Sore harinya Sakura mendapat jadwal piket di rumah sakit, Dia mengecek pasien yang sedang di rawat inap. Ruang 304. 'bukannya pasien di ruangan ini yang diributkan oleh para suster jaga' wanita itu mengetuk
"Halo selamat sore, Saya datang untuk mengecek kondisi anda" Sakura melihat pasiennya. Seorang pria berambut perak. Dengan mata berwarna abu-abu gelap yang terlihat bosan. Dia terlihat seperti berusia pertengahan tigapuluh-an. Walau menurut data pasien pria itu harusnya berusia empat puluh lima tahun. Dan pantas saja para suster pada heboh. Pria itu tampan dan sexy tapi menurut Sakura suaminya lebih tampan.
Mata abu-abu nya melirik Sakura "Dr. Haruno kapan saya bisa pulang, Rumah sakit begitu membosankan meskipun banyak suster sexy disini saya tidak betah"
Sakura mengecek kondisi Kaki pria itu. Dia baru saja selesai oprasi menyambung tulang kaki yang patah. Menurut catatan pria itu mengalami kecelakan motor.
"Maaf harus mengecewakan anda, Sepertinya anda akan tertahan di tempat ini hingga dua minggu kedepan. Kalau anda bosan carilah kegiatan yang menarik untuk dilakukan"
"Menurut anda apa hal menarik yang bisa saya lakukan di tempat tidur?"
Mengapa Sakura merasa pertanyaan itu sedikit menjurus. "Entahlah Tuan Hatake, Tapi tolong jangan tebar pesona dengan para suster. Mereka semua pada heboh di ruang staff memperebutkan anda" Sakura tersenyum usil. "Kondisi Kaki anda baik-baik saja, Tinggal menunggu proses penyembuhan dan terapi anda akan bisa berjalan lagi"
Pria berambut perak itu memandang Sakura lekat-lekat, Dia menjadi merasa tidak nyaman. "Ada Keluhan tuan Hatake?"
"Ada, Saya kebosanan. Boleh saya merayu anda karena merayu para suster dilarang saya berniat merayu dokter saja"
"Tapi saya istri orang" Dia tertawa
"Saya dengar istri orang lebih nikmat" jawabnya bergurau.
"Ada-Ada Saja, Saya permisi tuan Hatake"
Sakura pergi meninggalkan sang pasien yang kembali melanjutkan membaca novel erotis favoritnya. Icha –icha paradise.
