Hyurien92 Present

.

Uncommitted

.

Cast: Byun Baekhyun X Park Chanyeol

.

Support Cast: Zhang Yixing and Do Kyungsoo

.

Genre: Romance, Litle Fluff, Hurt/Comfort

.

Rating: M (untuk setting tempat, kalimat umpatan dan adegan eksplisit)

.

Warning: Boy X Boy, Yaoi, Shounen-ai

.

Inspired By: HA:TFELT - Ain't Nobody

.

Ide, Plot, and Beta Read by: Keycolight

.

Summary

Park Chanyeol pemuda yang menganut norma kebebasan, bertemu dengan Byun Baekhyun yang juga menganut pemahaman yang sama. Keduanya bertemu di salah satu tempat hiburan malam dan sepakat untuk menjalin hubungan. Lantas, jika perasaan cinta mulai tumbuh, mampukah keduanya menghancurkan dinding tinggi berkedok kebebasan?

Hingar bingar lampu disko, asap rokok yang mengepul, gelak tawa yang menggelegar, serta pasangan yang tengah asyik bercumbu seakan mendominasi tempat hiburan malam tersebut. Miracle Club, merupakan salah satu tempat hiburan malam paling terkenal di Seoul. Banyak penduduk Korea Selatan yang mendatanginya, mulai dari rakyat biasa, artis, para politikus bahkan pejabat pemerintahan, hanya untuk sekadar melepas stress. Begitu pun halnya dengan pemuda berambut pirang yang tengah asyik menyesap minuman beraroma memabukkan itu

"Kau datang lagi." Sapa salah seorang bartender berwajah oriental yang tengah asyik membersihkan gelas yang ada di genggamannya

"Sepertinya club ini akan menjadi langgananku, Hyung."

"Kali ini apa masalahmu, Chanyeol? Dicampakkan? Dikhianati? Atau yang paling parah ditinggal mati?"

Chanyeol hanya merotasikan bola mata. "Ayolah Yixing Hyung, apa penyakit pikunmu kambuh? kau lupa kalau semua yang kaukatakan tidak ada satu pun yang masuk dalam daftar kehidupanku. Aku yang melakukan itu semua kepada mereka."

"Lantas kali ini apa?"

Terdengar helaan napas dari celah bibir pemuda Park tersebut. "Aku ingin mencari sesuatu yang baru."

"Kau bosan dengan Kyungsoo?"

Chanyeol hanya mengangkat bahunya acuh. "Begitulah. Aku merasa tidak ada tantangan selama berhubungan dengannya."

"Kalau begitu putuskan saja dia, bukankah itu yang selalu kau lakukan jika merasa bosan."

"Kyungsoo tak ingin putus. Ia tak menggubris kesepakatan kami sejak awal berpacaran. Sudah kukatakan bahwa tidak ada yang serius di antara kami."

"Kyungsoo sangat mencintaimu, harusnya kau senang." timpal Yixing, tak habis pikir dengan lelaki tersebut.

"Itulah kekurangannya. Aku tidak suka pria yang monoton."

"Apa aku sudah pernah mengatakan kalau kau itu sinting, Park?"

Merasa tidak ada jalan keluar, Chanyeol hanya mengeram prustasi. "Baru kali ini aku menemukan lelaki seperti Kyungsoo." Racaunya dengan mengacak-ngacak rambut pirangnya.

"Maaf, bisakah kau memberikanku segelas vodka?

Suara itu mengembalikan kesadaran Chanyeol, ia pun menelengkan kepala ke sumber suara. Dan obsidiannya langsung menangkap pemuda lain tepat di sebelahnya. Seakan ada magnet yang menariknya, pemuda tinggi itu terus memperhatikan lelaki satunya, kulit yang seputih susu dengan perawakan mungil, senyum secerah matahari, bibir semerah Ceri dan ah jangan lupakan jemari lentik itu. Membuat pikiran Chanyeol melanglang buana, bagaimana rasanya jika mulut dan tangan itu melakukan, ah sudahlah, sepertinya sekarang Park Chanyeol sudah gila.

"Terima kasih, kau yang terbaik, Hyung"

"Dan kau yang terindah, Sweetyheart."

"Berhenti mengatakan hal menjijikkan itu Yixing Hyung, rasanya aku ingin muntah." Ujarnya dengan tampang mulai jengah sementara sang bartender hanya tertawa menanggapinya.

"Sekali lagi terima kasih, aku menyayangimu." Selepas kalimat itu terlontar, pemuda itu pun berlalu tanpa menyadari sebuah senyum timpang yang tercipta untuknya.

"Siapa dia?" Chanyeol membuka suara tanpa melepaskan pandangannya dari sosok tersebut.

"Huh? Siapa?"

"lelaki yang kauajak bicara tadi."

"lelaki?"

Ingin rasanya Chanyeol membenturkan kepala lelaki Cina itu ketembok. Tidak bisakah penyakit pikunnya itu hilang malam ini. Tolong ingatkan Chanyeol untuk memasukkan Hyung-nya ini kedalam rumah sakit jiwa.

"Maksudmu Byun Baekhyun?"

"Baekhyun? Jadi itu namanya? Hm, terdengar manis."

"Jika yang kaumaksud adalah pria yang kupanggil Sweetheart tadi, namanya adalah Baekhyun, Byun Baekhyun."

"Ok, aku ingat namanya. Tidak perlu kauulangi."

"Apakah aku sudah mengatakan namanya?"

Dan Chanyeol bersumpah akan membakar Yixing hidup-hidup

.

.

.

"Boleh aku duduk di sini?" Suara itu membuyarkan lamunan Baekhyun, dan menatap pria tinggi di depannya. Alisnya pun mengernyit merasa tak yakin bahwa dirinya lah yang diajak bicara pria tinggi tersebut.

"Kau bicara padaku?" ujarnya polos

"Apakah ada orang lain yang duduk disini selain dirimu?" balasnya sarkartis

"Oh maaf, kurasa pikiranku sedang kacau."

"Ya, aku bisa melihatnya." Jeda Sejenak."Jadi, bisakah aku duduk di sini?"

"Ini tempat umum, siapapun bisa duduk di situ."

Menarik, batin Chanyeol, diam-diam mengulum senyum timpang.

"Sepertinya aku belum pernah melihatmu. Apakah kau orang baru?" yang lebih tinggi membuka suara.

"Tidak juga, hanya tidak terlalu sering."

"Perkenalkan, aku Chanyeol, Park Chanyeol."

"Dan aku, Byun-"

"Baekhyun, Byun Baekhyun. Aku tahu namamu" Chanyeol menjawab santai sedangkan Baekhyun melebarkan matanya.

"Apakah aku seterkenal itu, hingga pemuda yang belum pernah kutemui sebelumnya mengetahui namaku? Biar kutebak, kau juga mengetahui alamat rumahku." Si mungil berujar acuh sembari menyesap minuman di hadapannya.

"Perlu kauketahui Tuan Byun, aku tahu namamu dari Yixing Hyung, dan alamat rumahmu, maaf. aku tidak tertarik mengetahuinya dari orang lain, kecuali jika aku ingin memerkosamu."

"Wow, kau terus terang sekali, Mr. Park. I like it."

Sebuah seringaian kecil pun diberikan Baekhyun, dan Chanyeol bukanlah orang bodoh yang tidak bisa menangkap maksud dari seringaian lawan bicaranya.

"Sepertinya kau sering datang ketempat ini, Tuan Park"

"Panggil aku Chanyeol saja, itu terdengar lebih akrab. Bukankah begitu, Baekhyun?

"No problem."

"Jadi, Chanyeol, alasan apa yang membawamu menghabiskan malam-malammu di tempat ini?"

Chanyeol mengedarkan pandangannya, "Alasannya seperti mereka yang datang. Salah satunya kebebasan." kemudian kembali menatap Baekhyun. "Lalu, apa yang membawamu ke tempat ini? Kalau kuperhatikan, agaknya kau bukan pria kesepian yang mencari hubungan one night stand."

Baekhyun mengangkat bahunya. "Hanya melepas lelah, kurasa. Terkadang manusia perlu mencari pelarian."

"Jangan katakan kau baru saja dicampakkan gadismu!"

"I'm Bottom, by the way"

Chanyeol langsung tersedak minumannya sendiri. "Kau apa?" ulangnya sekadar memastikan pendengarannya masih berfungsi normal.

"Kurasa aku bisa membuktikannya padamu di kamar apa posisiku. Dan bisa kupastikan desahanku akan membuatmu mabuk."

Pemuda mungil ini begitu terus terang. Baiklah kuikuti permainanmu, Manis.

"Well, aku akan senang menerimanya, tapi tidak untuk saat ini, Sayang. Karena aku sedang tidak bergairah."

"Whenever you want, Baby."

"Baiklah, Baekhyun ijinkan aku mengantarmu setelah ini." Chanyeol berusaha mencairkan suasana, merasa udara di sekelilingnya semakin panas. Entah apakah itu karena suara desahan-desahan nikmat yang ia dengar di dalam kepalanya atau karena ucapan frontal pemuda di hadapannya. Tapi, harus Chanyeol akui segala sesuatu yang ada dalam diri Baekhyun membangkitkan sesuatu dalam dirinya

"Kau mencoba merayuku?"

"Hanya jika kau bersedia. Atau, aku perlu memaksa?" itu bukan pertanyaan melainkan sebuah pernyataan.

"Sepertinya aku lebih suka dipaksa." Tantang Baekhyun dengan gerakan sensual yang menjilati bibirnya

"Sepertinya kau lelaki yang terlalu berterus terang."

"Untuk apa menjadi orang lain, kalau aku sendiri menikmati diriku."

"Dan jangan salahkan aku jika pengendalian diriku runtuh hingga berbalik menyerangmu detik ini juga."

"Bukankah sudah kukatakan, kapanpun kau menginginkannya."

"Kau pria yang menarik."

"As well as you."

Selanjutnya hanya terjadi obrolan ringan antara Chanyeol dan Baekhyun, layaknya sahabat keduanya pun tak segan-segan menceritakan kehidupan mereka. Dari situ keduanya mengetahui jika masing-masing memiliki beberapa kesamaan; gaya hidup yang bebas. Chanyeol pun dengan senang hati mengatakan kalau dirinya adalah tipe pria yang tak pernah bertahan dengan satu pria. Bak gayung bersambut, Baekhyun juga mengatakan hal yang serupa.

"Hei," panggil Chanyeol tiba-tiba saat Baekhyun tengah mengoceh panjang lebar mengenai hidup prosaisnya yang lebih banyak ia habiskan di tempat-tempat hiburan malam.

Lelaki itu menaikkan satu alis, meminta Chanyeol untuk melanjutkan kalimat.

"Kupikir aku tertarik padamu."

Rahang Baekhyun lantas terkatup. Maniknya kini mencermati raut wajah lelaki jangkung tersebut, mencari kepastian atas penyataannya. "Lalu?" tanyanya sembari berdeham.

"Aku ingin kita pacaran." Balasnya enteng.

Baekhyun mendengus, menganggap penuturan Chanyeol hanya kelakar belaka. "Lucu sekali, Park Chanyeol."

"Aku serius." Ujarnya rendah, menatap lurus ke dalam netra Baekhyun. "Kau tahu aku bukan orang yang berkomitmen. Dan dari ceritamu, aku pun tahu kau memiliki pemahaman yang hampir mirip denganku. Jadi kesepakatannya, bagaimana kalau kita pacaran tapi hubungan ini sama sekali tak mengikat? Kau boleh memiliki kekasih lain dan melakukan semuanya tanpa persetujuanku. Tapi jika aku membutuhkanmu, atau jika kau membutuhkanku, kita harus selalu ada untuk satu sama lain. Cukup adil, bukan?" terangnya, berharap Baekhyun mulai mempertimbangkan ajakan berkencannya.

Pemuda itu bergeming selama beberapa saat. Ia merenungkan segalanya. Ajakan Chanyeol terdengar menyenangkan. Ia bukanlah orang yang akan bertahan lebih dari tiga bulan jika berpacaran. Baekhyun tak suka kepastian. Ia tak pernah menargetkan seperti apa masa depan yang diinginkan. Seorang Byun Baekhyun menyukai petualangan. Ia tak diam pada satu tempat dan akan cepat merasa bosan jika harus bertahan dengan satu laki-laki seumur hidupnya.

Namun entah bagaimana, ajakan Chanyeol sedikit banyak menarik atensinya. Bukankah ini seperti simbiosis mutualisme bagi keduanya? Kendati Baekhyun suka berganti-ganti pasangan, tetapi tak pernah sekali pun ia mengencani lebih dari satu pria dalam satu waktu. Dan mencoba hal baru adalah hobinya.

"Kau masih di sana?" tanya Chanyeol, merapatkan jarak di antara mereka.

Baekhyun terkesiap, lantas melempar senyum paksa. Ia mengangguk pelan. "Tentu saja."

"Jadi jawabanmu?"

"Apa aku harus menjawabnya sekarang?"

"Jika kau tidak keberatan."

Lelaki itu menaikkan salah satu sudut bibirnya, lalu mencondongkan tubuh ke arah Chanyeol. Ia menyentuh kerah kemeja lelaki jangkung tersebut, lalu berkata dalam intonasi rendah, "kalau begitu kita pacaran."

Senyum lapang sontak megukir paras rupawan Chanyeol. ia menangkup sisi wajah Baekhyun dengan telapak tangan lebarnya. "Pilihan yang tepat."

"Baiklah, Tuan Park." Ujar Baekhyun tiba-tiba, menarik diri menjauh. "Sepertinya aku harus pulang. Kau tahu angin malam tak baik untuk kesehatan."

"Aku akan mengantarmu."

Baekhyun hanya mengangguk kemudian memberitahukan alamat rumahnya. Setelahnya Chanyeol segera mengambil kunci mobilnya kemudian berlari menyusul pemuda satunya.

Selama perjalanan acap kali terdengar tawa renyah dari keduanya, bahkan mereka sempat bertukar nomor ponsel. Padatnya jalanan kota Seoul tidak membuat kedua anak adam tersebut terusik. Mungkin karena alunan musik klasik yang menemani,baik Chanyeol maupun Baekhyun justru merasakan ketenangan.

"Kita sudah sampai." Chanyeol membuka suara

"Terima kasih atas tumpangannya." Senyum manis terukir di bibir tipis Baekhyun. "Selamat malam." Lanjutnya kemudian, keluar dari Maybach Landaulet putih tersebut tanpa menyadari jika Chanyeol juga ikut keluar dari pintu satunya. Baru saja lelaki mungil itu berniat melewati pagar rumahnya, langkahnya terhenti ketika suara lain memanggil namanya.

"Baekhyun." Panggil Chanyeol sembari menghampiri lelaki itu. "Kau melupakan ponselmu." Ujarnya dengan sebuah ponsel yang tergenggam.

"Oh, sepertinya aku lupa memasukannya ketika kita bertukar nomor tadi." Cicitnya hening sejenak."Baiklah, aku harus masuk. Kau juga sebaiknya pulang. Sekali lagi terima kasih." Baekhyun pun memutar badan dan berjalan memasuki gerbang rumahnya, namun karena jalanan yang licin akibat diguyur hujan, tubuhnya oleng dan hampir terjatuh jika tidak ada tangan kekar yang menangkap tubuh mungilnya.

Waktu seakan terhenti, kedua anak adam tersebut ikut terdiam dengan mata yang saling menatap satu sama lain seakan menyelami perasaan masing-masing. Tubuh yang saling memeluk menghantarkan kehangatan di tengah dinginnya angin malam. Dan dalam jarak sedekat ini Chanyeol baru menyadari jika Baekhyun memiliki tahi lalat kecil di sisi atas bibir merahnya. Parasnya begitu indah bak pahatan tangan sang dewa. Dan jangan lupakan bibir yang tengah terbuka itu, seakan menggodanya untuk segera menyesapnya.

Entah siapa yang lebih dulu memulai, jarak keduanya pun semakin dekat. Baekhyun dapat merasakan embusan napas hangat Chanyeol yang menerpa wajahnya serta aroma tembakau yang tercium olehnya. Hanya tinggal beberapa senti bibir keduanya bertemu sebelum suara dering ponsel Chanyeol menghancurkan semuanya, tak ayal hal itu membuat keduanya tersadar dan segera melepaskan pelukan. Lelaki tinggi tersebut langsung menggeser layer ponselnya dan menemukan deretan kalimat yang ada kemudian memasukkan ponsel tersebut ke dalam saku celananya, tanpa ada niatan untuk membelas pesan singkat tersebut. Alis Baekhyun mengernyit, namun memilih untuk bersikap acuh.

"Aku akan mengirimimu pesan besok." Ujar Chanyeol berusaha mencairkan suasana canggung di antara mereka akibat insiden tak sengaja tersebut. "Selamat malam, Baekhyun."

Belum sempat Baekhyun membalas ucapan Chanyeol, lelaki itu langsung berbalik arah memasuki Maybach Landaulet putihnya, kemudian segara berlalu dari hadapan Baekhyun..

.

.

.

Dering ponsel menghentikan kegiatan Baekhyun yang tengah mengeringkan surai hitamnya. Ia pun segera meraih ponsel putih tersebut

Dari; Park Chanyeol

Subjek; makan siang

Kau ada acara siang nanti? Kebetulan saat ini aku ada di sekitar tempat tinggalmu. Kupikir tidak ada salahnya mengajakmu makan siang bersama. Itu pun jika kau tak keberatan.

Senyum tipis terukir di celah bibir Bakehyun, dengan semangat lelaki mungil itu membalas pesan singkat tersebut.

Ke: Park Chanyeol

Subjek: Tentu

Jika kau tak keberatan menjemputku, tentu aku akan mereima ajakanmu. Apakah ini kencan pertama kita? Hehehehe

Selang beberapa menit balasan pesan pun di terimanya

Dari : Park Chanyeol

Bisa diartikan seperti itu. Kau ingin aku menjemputmu mengguanakan apa? Kereta kuda?

Ke : Park Chanyeol

Apapun yang kau punya, seandainya berjalan kaki pun aku pasti terima

Terkirim

Dari : Park Chanyeol

Baiklah, kujemput jam satu siang. Tunggu aku, Princess.

Semburat merah langsung menghiasi pipi putih Baekhyun. "Dasar perayu" racaunya dengan pipi yang mengembung, kemudian melemparkan ponsel tersebut ke atas tempat tidur karena merasa tidak perlu membalas rayuan gombal pemuda bermarga Park itu.

.

.

.

Tepat pukul satu siang bel pintu rumah Baekhyun berbunyi, pemuda itu pun segera membuka pintu yang langsung dihadapkan dengan sebuket bunga mawar merah. Kekehan renyah langsung terlontar dari bibir tipisnya tatkala mendapati bahwa Chanyeol-lah yang memberikan mawar tersebut.

"Apa begini caramu untuk menarik perhatian seseorang?" ujarnya sambil menyuruh Chanyeol memasuki rumahnya. "Duduklah." lanjutnya.

"Bisa ya, bisa juga tidak. Tergantung siapa lawanku." timpal Chanyeol setelah mendaratkan bokongnya di atas sofa berwarna coklat itu.

"Perayu ulung." Cibir Baekhyun yang langsung dihadiahi tatapan oleh Chanyeol. Dan yang bertubuh kecil segera berlalu tanpa mengindahkan protesan yang hendak diucapkan oleh pemuda satunya.

"Kau ingin makan apa, Baekhyun?" Tanya Chanyeol ketika obsidiannya menangkap sosok Baekhyun di depan pintu kamarnya.

"Makanan Italia, barangkali?" jawabnya tak yakin.

"Sepertinya aku tahu tempat yang bagus. Ayo!"

Dan keduanya pun berjalan beriringan memasuki Lamborghini Veneno yang terparkir di depan pintu rumah Baekhyun. Pemuda itu sempat berdecak kagum saat melihat mobil mewah tersebut, dan Baekhyun bukanlah lelaki udik yang tidak mengetahui dunia otomotif. Setidaknya dia mengikuti trend mobil terbaru, dan Baekhyun berani bertaruh untuk mendapatkan mobil semewah ini, dirinya harus rela berpuasa selama satu tahun penuh. Sedangkan Chanyeol hanya terkekeh melihat reaksi yang ditunjukkan Baekhyun.

"Kau mengatakan ingin kujemput menggunakan apapun yang kupunya. Ya sudah, kugunakan saja mobil ini."

Delikan tajam langsung diterima Chanyeol yang mana hal itu justru membuatnya semakin suka menggoda Baekhyun.

"Kau idiot atau bagaimana, Park? Apa harus memakai mobil semewah ini? Kau ingin pamer, huh?"

Alih-alih tersinggung, Chanyeol justru melontarkan kalimat yang membuat Baekhyun semakin memanyunkan bibirnya. "Tenanglah, masih ada deretan mobil seperti ini di garasi rumahku." Ujarnya menyombongkan diri yang langsung dihadiahi pukulan ringan di kepalanya.

.

The Kitchen, Salvatore Cuomo menjadi tempat makan siang Baekhyun dan Chanyeol, terletak di lingkungan elite Sinsa-dong, satu dari sekian banyak tempat Fashion terkenal di Seoul. Keduanya pun segera memesan makanan yang ada di dalam daftar menu. Dan lima belas menit kemudian pesanan pun tersaji, tanpa membuang waktu keduanya lantas menyantap hidangan yang ada, sambil diiringi obrolan ringan dari keduanya.

"Chanyeol?" sebuah suara menginterupsi obrolan kedua anak adam itu, yang lebih tinggi menolehkan kepala kesumber suara. Tampang bosan langsung diberikan Chanyeol saat mengetahui siapa pemilik suara tersebut.

"Hai, Kyungsoo." ucapnya malas. Sementara Baekhyun hanya mengernyitkan alis melihat perubahan ekspresi Chanyeol.

"Kau sedang makan siang, kenapa tidak memberitahuku? Aku 'kan bisa menemanimu."

"Aku tidak sendiri, jika kau tidak buta."

Mendengar nada ketus itu, raut muka Kyungsoo yang semula berbinar seketika berubah sendu, dan itu tak luput dari perhatian Baekhyun. Tapi sekali lagi pemuda itu hanya diam, tidak mau ikut campur.

"Oh, maaf. Perkenalkan, aku Do Kyungsoo." Ujar pemuda bermata bulat itu sambil mengulurkan tangannya ke arah Baekhyun, yang diterima dengan baik oleh pemilik mata sipit itu.

"Aku Byun Baekhyun."

"Tidak keberatan jika aku ikut bergabung bersama kalian, bukan?" intonasi yang digunakan memang biasa tapi di telinga Chanyeol justru terkesan seperti perintah

"Tentu saja." Sahut si mungil yang satunya, mengabaikan tatapan tajam dari yang lebih tinggi. "Kurasa semakin banyak orang akan semakin ramai." Lanjutnya sembari memberikan senyum terbaiknya. Sementara Chanyeol hanya merutuki ketidakpekaan Baekhyun, tak bisakah lelaki itu membaca aura membunuh yang menguar dari tubuhnya? Dan selepas kalimat persetujuan itu terlontar, Kyungsoo segera mengambil posisi di sebelah kekasihnya.

Merasa penasaran, pemuda bermata bulat itu melontarkan beberapa pertanyaan kepada Baekhyun prihal kehidupannya, awalnya Baekhyun merasa risih, kenapa Kyungsoo terkesan seperti kekasih yang sedang mencaritahu apakah kekasihnya tengah berselingkuh? Namun, karena ia masih menjunjung tinggi norma kesopanan, mau tak mau lelaki itu tetap menjawab pertanyaan yang diberikan.

"Jadi, Baekhyun-ssi, ada hubungan apa antara dirimu dan Chanyeol?"

"Kami-" ucapannya tak lantas berlanjut karena Chanyeol lebih dulu menjawabnya.

"Cukup!" Chanyeol yang awalnya hanya diam kini menunjukkan emosinya. "Kemari kau, Baekhyun!" tanpa menunggu perintah dua kali lelaki yang dimaksud berjalan menghampiri Chanyeol. Karena letak meja mereka di tengah jadi Baekhyun mengitari sisi satunya untuk mendekati Chanyeol. "Kau ingin tahu hubunganku dengan Baekhyun, bukan? Akan kutunjukkan."

Sebuah kecupan tepat di bibirnya membuat Baekhyun membelalakkan matanya, pikirannya langsung kosong sedangkan Kyungsoo langsung terdiam. Dan karena tidak ingin masuk ke dalam permainan Chanyeol, lelaki itu berusaha menutupi keterkejutannya

"Dia kekasihku." Ujar yang lebih tinggi lantang, dimana hal itu menarik perhatian para pengunjung restoran Italia tersebut

"Kau sering mencium pria lain, jadi itu tidak membuktikan apapun." sahut Kyungsoo berusaha santai, berbanding terbalik dengan hatinya."Lagipula aku kekasihmu, dan aku tahu bagaimana tipe ciumanmu."

"Dengar, Kyungsoo."Ujarnya Jengah " Hubungan kita sudah berakhir tepat ketika aku memutuskanmu. Selain itu aku sekarang memiliki Baekhyun, yang jauh di atas segalanya dibanding dirimu."

"Apa bagusnya dia dibanding diriku? Secara fisik, tubuhnya sama mungilnya denganku, dan aku pun yakin desahannya tidak lebih baik dariku, bahkan kurasa lebih buruk."

Merasa dirinya direndahkan, Baekhyun mulai terpancing. "Hei, tak bisakah kau berbicara sedikit sopan pada orang yang baru beberapa menit lalu kau temui? Dan apa itu? Desahanku lebih buruk darimu? Yang benar saja!" dengan senyum mengejek. "Kalau desahanku buruk tidak mungkin Chanyeol bertahan denganku selama ini." Biar kutebak, aktifitas ranjangmu mungkin monoton hingga kekasih tampanku ini merasa bosan. Dasar amatiran" cibirnya

Sementara Baekhyun terus meracau, Chanyeol justru tersedak ludahnya sendiri, tak menyangka jika Baekhyun mampu mengarang mengenai hubungan mereka. Dan jangan tanyakan ekspresi Kyungsoo saat ini, wajahnya sudah semerah kepiting rebus, menahan segala emosi yang dirasakan. Tak memedulikan seluruh pasang mata yang memperhatikan keributan mereka.

"Oh ya?" ejek Kyungsoo sembari melipat tangan di dada dan menumpukan berat badannya di kaki kiri." Tunjukkan padaku jika kau adalah kekasih Chanyeol!" tantangnya." Jika kau berhasil meyakinkanku, maka aku akan melepas Chanyeol."

Dengusan remeh diberikan Baekhyun." Baik, jika kau-"

"Aku yang akan menunjukkan padamu Kyungsoo." Chanyeol memotong ucapan Baekhyun. "Dan setelah ini, kuharap kau menepati janjimu. Pergi dari hidupku."

Perlahan Chanyeol merengkuh pinggang ramping Baekhyun, dan mendekatkan wajahnya membuat debaran jantung si mungil berkerja dua kali lebih cepat. Rona merah langsung menghiasi wajahnya. Dan mata sipit itu pun tertutup ketika ia merasakan sesuatu bertekstur lembut mencumbu bibirnya. Tak ada isapan, apalagi perang lidah, hanya lumatan-lumatan kecil yang tercipta. Tetapi, Chanyeol sadar betul Kyungsoo tidak akan terpengaruh dengan ciuman seperti ini. Mengikuti Instingnya, lelaki itu akhirnya memberikan ciuman menuntut kepada Bekhyun, seakan mengerti, yang lebih pendek membuka mulutnya dan mempersilakan lidah Chanyeol bermain didalamnya. Bunyi khas cumbuan terdengar, namun seakan terbuai dengan kelembutan bibir masing-masing, baik Chanyeol maupun Baekhyun tidak ada satu pun yang berniat mengakhirinya. Bahkan Chanyeol yang pada awalnya hanya ingin memberikan pelajaran pada Kyungsoo, justru terlena oleh permainannya sendiri.

Keduanya terus berbagi cumbuan tanpa memperdulikan keadaan sekitar, jika dilihat secara sepintas, Baekhyun dan Chanyeol seperti sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara. Tangan kekar Chanyeol yang merengkuh tubuh mungil Baekhyun begitu erat. Dan tangan Baekhyun yang mengalung di leher pria satunya. Merasa kalah, Kyungsoo pun memutuskan untuk menjauh dari pemandangan yang membuat dadanya sesak, meninggalkan pasangan yang tengah bercumbu mesra tanpa menyadari kepergiannya.

Ciuman tersebut berlangsung selama beberapa menit, sebelum yang lebih tinggi memutuskan ciumannya namun tidak melebarkan jarak bibir keduanya, dan dengan kening yang saling menempel.

"Kurasa, dia sudah pergi." Bisik Baekhyun

"Aku tidak perduli." Ujar lelaki satunya kemudian melebarkan jarak keduanya.

"Kau egois, bisa-bisanya kau menggunakanku untuk memutuskan kekasihmu. Dan apa itu tadi, kau menciumku sembarangan, Tuan Park."

"Bicaramu seakan-akan kau tidak menikmati ciumanku saja." Ejek Chanyeol telak yang berhasil membungkam Baekhyun.

"Tapi, di luar itu, harus kuakui. You're a good kisser" ujar Baekhyun sembari menjilat bibir keringnya.

"Dan kau, apa kau serius dengan ucapanmu? Desahanmu lebih hebat dari Kyungsoo?"

"Kau ingin membuktikannya?" tantang si mungil

Chanyeol pun mendekatkan wajahnya ke telinga Baekhyun, kemudian berbisik "Kelak, jika saatnya tiba, aku akan membuktikan ucapanmu. Akan kubuat kau mendesah nikmat di bawah kungkunganku. Dan menyebut namaku di setiap rintihanmu." Suaranya serak dan dalam

Baekhyun menelan ludah gugup, karena demi Tuhan, suara Chanyeol yang seperti itu membuatnya terkesan lebih seksi. Dan jangan lupakan seringaian yang diberikan Chanyeol. Sungguh, ingin rasanya Baekhyun menerjang tubuh jangkung itu dan melumat bibirnya ganas, tapi tentu saja akal sehatnya masih waras hingga tak perlu melakukan pikiran kotornya. Dengan seringaian yang tak kalah memesona sekaligus menggoda di mata Chanyeol, Baekhyun akhirnya berucap.

"Dan aku akan menunggu sampai hari itu tiba, Dobby. Buktikan kalau kau memang bisa membuatku sinting meneriakkan namamu." Disertai dengan kerlingan nakal dari mata sipitnya sementara jari lentiknya bermain-main di sekitar dada Chanyeol, tanpa tahu bahwa lelaki satunya tengah menahan hasrat untuk menerjang Baekhyun detik itu juga.

Tangan Chanyeol menghentikan pergerakan jari Baekhyun didadanya. "Tidak akan lama lagi, Sweetheart" lantas menarik si pemilik tangan hingga membentur dada bidangnya lalu kembali meraup bibir mungil itu seakan menjadi candu untuknya.

.

.

.

Tak terasa beberapa bulan telah terlewati, hubungan Chanyeol dan Baekhyun tetap berjalan sesuai kesepakatan, tak ada yang akan melarang jika salah satunya membawa pria lain di hadapan masing-masing. Tanpa komitmen, itulah yang mendasari hubungan keduanya. Walau demikian, Chanyeol tetap memperlakukan Baekhyun sebagai kekasihnya, jika yang lebih mungil membutuhkan Chanyeol, maka pemuda itu akan selalu ada untuknya, begitu pun sebaliknya. Dan selama itu pula, Baekhyun menyadari jika Chanyeol adalah lelaki yang penyayang serta perhatian, dia akan melakukan apa saja untuk kekasihnya. Baekhyun yakin ada faktor yang menuntun Chanyeol hingga ia bersikap seperti sekarang. Ingin rasanya pemuda Byun itu mengorek informasi tentang Chanyeol, namun seakan tersadar dengan posisinya, niatan itu pun harus ditelan bulat-bulat.

.

Perhatian, kasih sayang, serta perlakuan-perlakuan yang diterima, perlahan membuat Baekhyun menyadari perasaannya. Sering kali ia merasa cemburu jika Chanyeol bersama pria lain dan berakhir dengan mengabaikannya. Hubungan yang awalnya hanya untuk kesenangan kini berubah menjadi keinginan untuk memiliki. Entah kapan perasaan itu tumbuh, yang jelas saat ini Baekhyun mencintai Chanyeol.

"Baek, Apa kau percaya setiap orang pasti memiliki masa lalu yang kelam?" ucap Chanyeol di suatu malam ketika mereka berada di balkon rumah Baekhyun.

"Tentu aku percaya, karena dengan begitu mereka bisa menjadi lebih baik." Timpal si mungil berusaha menghalau angin malam yang menerpa tubuhnya.

"Aku mempunyai masa lalu yang tidak menyenangkan, Baek."

"Kau bisa cerita padaku jika merasa tak sanggup menahannya sendiri." Baekhyun berusaha menjalankan perannya.

"Aku tidak yakin." Ujarnya Chanyeol sambil memainkan kakinya, sementara Baekhyun memusatkan perhatiannya kepada lelaki yang dicintainya.

"Dengar, Yeol, ada kalanya manusia perlu membagi masalahnya kepada orang lain. Begitu pun dengan dirimu, kau tidak bisa memikul semua beban itu sendiri. Aku berbicara disini bukan sebagai kekasihmu melainkan orang yang peduli padamu."

"Tapi aku tidak tahu apakah aku sanggup menceritakannya, Baek. Kenangan itu terlalu menyakitkan untukku."

Senyum tipis lantas diberikan Baekyun, tangannya pun perlahan terangkat menyentuh pipi kanan Chanyeol hingga membuat pria itu menatapnya. "Aku tidak memaksamu menceritakan sekarang, aku tahu kau perlu waktu menceritakannya." Hening sejenak. "Kapanpun kau siap, Yeol." kemudian berjalan meninggalkan Chanyeol karena merasa tidak sanggup membendung dinginnya angin malam yang menerjang tubuhnya, selain itu Baekhyun pikir, Chanyeol perlu sendiri.

"Ini soal orangtuaku." suara itu mengentikan langkah kaki Baekhyun, kemudian berbalik menghadap Chanyeol. "Mereka bercerai ketika usiaku sepuluh tahun. Ayahku tukang selingkuh, setiap hari pulang dengan membawa wanita lain, tanpa memedulikan penderitaan ibuku. Awalnya ibu hanya diam menerima perlakuan ayah, tapi seperti yang kaubilang, manusia memunyai batas, begitu pun dengan ibuku. Suatu malam orangtuaku bertengkar hebat kemudian ibu pergi dari rumah tanpa membawaku dan tidak pernah kembali hingga suatu hari ibu datang dan meminta cerai."

Mendengar itu semua, Baekhyun merasa trenyuh. Tak menyangka jika di balik sifat kuat itu menyimpan kerapuhan di dalamnya. Kakinya pun perlahan menghampiri Chanyeol

"Chanyeol." Panggilnya lembut ketika sudah berada di depan lelaki itu.

Seakan menjadi tuli, Chanyeol melanjutkan ceritanya. "Sejak kejadian itu, ayah semakin gila. Setiap hari selalu membawa wanita ke rumah dan berbuat hal-hal yang tidak semestinya, dan ayah juga tidak peduli lagi padaku. Pernah suatu hari aku menghubungi ibu dan bertanya kenapa dia tidak membawaku bersamanya. Ibu hanya bilang wajahku mengingatkannya akan ayah yang otomatis juga mengingatkannya akan luka yang telah ditorehkan lelaki brengsek itu karena itu ibu tidak mau membawaku."

"Dan karena pengalaman itu membuatmu berubah seperti ini?" si mungil bertanya hati-hati takut menyinggung perasaan lelaki satunya.

Senyum kecut lantas diberikan Chanyeol. "Kau pikir, apa yang akan kaudapat jika seorang anak berusia sepuluh mengetahui orangtuanya bercerai? Belum lagi suara-suara aneh yang tidak mampu ditangkap oleh otak kecilmu Sudah tentu mentalmu akan terguncang."

"Tapi, apa keluarga orangtuamu tidak berusaha menghiburmu?"

Chanyeol menggeleng. "Tidak ada yang perduli padaku, mereka menganggap aku pembawa sial yang menyebabkan rumah tangga anak tercinta mereka hancur."

"Bagimana bisa seperti itu. Itu bukan kesalahnmu."

"Setidaknya itulah anggapan mereka tentangku. Selama setahun aku mengalami ketidakadilan dari ayah hingga aku memutuskan untuk pergi dari rumah setelah umurku legal, mencoba hidup sendiri walau kau tahu apa yang mampu dilakukan oleh seoarng anak yang baru beranjak dewasa. Tapi aku tidak perduli asal aku bisa keluar dari rumah yang kuanggap neraka."

Chanyeol terus menceritakan perihal masa lalunya dan Baekhyun menatap lurus ke dalam manik kokoa Chanyeol seakan pusat gravitasinya hanya pada lelaki itu.

"Perlahan tapi pasti semua peristiwa itu membentuk karakterku dengan sendirinya. Kau boleh mengatakan aku mengalami trauma tapi memang itulah kenyataannya, hidup tanpa komitmen apapun. Aku takut jika aku mengambil komitmen, aku idak sanggup mempertahankannya dan berakhir menyakiti pasanganku. Aku tidak mau seperti ayah, Baek. Aku tidak mau menjadi seperti dirinya." Pertahanannya pun runtuh, Chanyeol terisak mengeluarkan air mata yang beberapa saat lalu ditahannya. Melihat orang yang dicintainya rapuh, Baekhyun lantas memeluk Chanyeol, membelai punggungnya lembut seakan menyalurkan ketenangan untuknya."

"Menangislah, Yeol. Menangislah sesuka hatimu agar kau lega. Aku di sini untukmu."

Chanyeol terisak di pundak sempit Baekhyun, menyalurkan keluh kesah yang selama ini dia tanggung sendiri, dan perlahan pemuda itu pun membalas pelukan Baekhyun. Tangannya mendekap tubuh mungil itu erat, seakan tidak mau melepaskannya walau satu milisenti.

"Kurasa aku mencintaimu, Byun Baekhyun." Lanjutnya ketika tangisannya mereda namun tak melepaskan pelukannya, seketika tubuh Baekhyun menegang tatkala telinganya menangkap deretan kalimat yang dilontarkan Chanyeol

"Chanyeol."

"Ini pertama kalinya aku terbuka pada orang lain perihal masa laluku."

Ribuan kupu-kupu seakan menggelitik perut Baekhyun, ingin rasanya ia berteriak lantang menyuarakan kebahagiaannya. Gambaran-gambaran indah telah dibayangkan. Bahwa dirinya dan Chanyeol bisa bersama dan hidup bahagia. Namun semua harapannya sirna ketika mendengar deretan kalimat Chanyeol berikutnya.

"Tapi maaf, aku tidak bisa berkomitmen denganmu. Ketakutanku begitu besar dan aku tidak bisa melupakan masa lalu itu. Aku takut tidak bisa membahagiakanmu jika kita membentuk komitmen. Maafkan aku. Aku tahu aku egois dan kau pun boleh mengatakan kalau aku laki-laki bajingan tapi aku sungguh-sungguh mencintaimu, Baek. Aku membutuhkanmu, aku bisa gila jika kau pergi dari sisiku, jadi komohon jangan tinggalkan aku

Sakit, itulah yang dirasakan Baekhyun ketika ia mendapati hidupnya terasa lengkap saat laki-laki yang dicintainya membalas perasaannya namun sebuah ketakutan menghancurkan angan indahnya. Ingin rasanya Baekhyun berteriak tepat di depan wajah Chanyeol agar laki-laki itu sadar bahwa dirinya tidak akan menyakiti Baekhyun serta meyakinkan Chanyeol bahwa dirinya dan ayahnya berbeda, namun sekali lagi itu hanya sesuatu yang ada dalam pikirannya, karena pada kenyataannya, Baekhyun hanya mempererat pelukan Chanyeol kemudian berucap.

"Aku juga mencintaimu, Yeol. Dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Senyum lapang lantas terukir di bibir pemuda Park tersebut, ia pun semakin mempererat pelukannya di sertai dengan kecupan-kecupan ringan di sekitar leher Baekhyun. "Terima kasih, aku mencintaimu." Tidak menyadari jika lelaki satunya meneteskan air mata.

Sejatinya ucapan cinta Chanyeol tidak berarti apa-apa jika hubungan yang mereka jalani tanpa akhir yang pasti. Tapi biarlah Baekhyun mengalah, asalkan bisa selalu bersama Chanyeol, apapun akan diterimanya. Karena hanya Chanyeol-lah pusat kebahagiannya.

.

.

.

Ketukan pintu yang cukup keras menyentak Baekhyun dari kegiatan menonton televisi. Pemuda itu pun melangkahkan tungkainya untuk membuka pintu rumah bercorak hitam tersebut.

"Chanyeol" Serunya ketika mendapati orang yang dicintainya tengah bersandar di dinding sambil menundukkan kepala.

"Baekhyun." Sahut lelaki satunya dengan suara parau seraya mendongakkan kepala kemudian menunduk lagi.

Kening lelaki mungil itu mengernyit, merasa aneh dengan sikap Chanyeol "Ada apa? Kenapa kau kesini malam-malam begini?" sembari mendekati pemuda tinggi itu. "Hei!" lanjutnya karena tak ada sahutan dari Chanyeol. "Kau baik-baik saja?"

Bukannya menjawab, Chanyeol justru memeluk tubuh mungil kekasihnya sembari mencium wewangian yang menguar dari tubuh lelaki tersebut.

"Apa yang terjadi, Chanyeol?"

"I Need You, Baek!" Chanyeol mempererat pelukannya, seakan Baekhyun adalah obat penenang untuknya. "Aku betul-betul membutuhkanmu."

"Apa kepalamu terantuk sesuatu? Tidak biasanya kau bersikap seperti ini." Timpal Baekhyun berusaha memberikan lelucon. Kemudian yang lebih tinggi pun melepaskan pelukannya, saat itulah Baekhyun mencium aroma alkohol yang keluar dari sepasang bibir tebal Chanyeol. "Kau mabuk?"

"Aku hanya minum sedikit." Kilahnya namun sesenggukkan justru menjabawab semuanya.

"Dasar bodoh." Umpat Baekhyun lantas memapah tubuh Chanyeol memasuki rumahnya dan mendudukkannya di sofa, kemudian berjalan ke dapur. "Ini minumlah, itu akan meredakan rasa pening di kepalamu." Lanjutnya sambil menyerahkan secangkir teh hangat ke arah Chanyeol yang kemudian diterima oleh lelaki bermarga Park tersebut.

"Terima kasih" Pemuda itu segera menyesap teh tersebut, sementara Baekhyun segera mengambil posisi duduk di samping Chanyeol dan membiarkan lelaki itu menyelesaikan minumannya.

"Apa kau sudah merasa baikan?"

"Sepertinya. Minuman apa yang kau berikan kepadaku? rasa peningku sedikit berkurang."

"Hanya ramuan keluarga." Sahut si mungil tak acuh. "Jadi, hal apa yang membuatmu melarikan diri ke minuman keras?" tuntutnya kemudian.

"Aku bertemu dengan ayahku"

Seketika Baekhyun melebarkan kedua matanya, bukan reaksi yang berlebihan sebenarnya mengingat lelaki itu sedikit banyak mengetahui bagaimana sosok Tuan Park dari cerita Chanyeol.

"Dia tidak menyakitimu'kan?"

"Tidak. Hanya saja dia mengatakan kalimat yang mebuatku marah dan menghajarnya." Dan itu membuat Baekhyun membekap mulutnya.

"Kau menghajarnya? Yang benar saja. Dia tetap ayahmu Chanyeol."

"Aku tidak peduli, bagiku dia sudah lama mati."

"Dan berakhir kau yang mabuk-mabukan seperti ini."

"Untuk menghilangkan semua kalimat sampah lelaki brengsek itu dari kepalaku, kurasa sesuatu yang wajar."

Selanjutnya hanya keheningan yang tercipta, keduanya seakan enggan untuk mengeluarkan suara. Bagi Baekhyun sendiri berduaan dengan Chanyeol dalam situasi seperti di mana yang lebih tinggi belum sadar seratus persen ini membuatnya sedikit gugup yang tanpa sadar justru sedang memilin ujung kemejanya. Ayolah, Baekhyun memang sering menggoda banyak lelaki termasuk Chanyeol tapi itu dilakukannya dikeramaian. Dalam berpacaran pun si mungil tidak pernah tidur bersama dengan kekasih-kekasinhnya.

Sementara Baekhyun tengah asyik meredakan kegugupannya, Chanyeol malah sebaliknya. Pria itu justru memperhatikan Baekhyun secara intens dari atas sampai bawah. Entah apakah pengaruh alkohol masih bersarang di kepala lelaki itu, Baekhyun yang gugup seperti ini justru terlihat menggoda di matanya. Bagaimana bibir itu terus digigit oleh sang empunya seakan menantang Chanyeol untuk segera melahapnya, dan jangan lupakan kemeja kebesaran yang dipakai Baekhyun, yang hanya melindungi tubuh dan paha bagian atasnya, hingga mempertontonkan paha mulus itu, membuat Chanyeol ingin segera bermain-main di sekitar paha tersebut.

"Baekhyun." Panggilnya dengan suara serak yang justru membuat Baekhyun terlonjak kaget.

"I-iya," gugupnya

"I want you."

"Huh?"

Belum sempat Baekhyun mencerna ucapan Chanyeol, tubuhnya langsung dirangkul oleh pemuda satunya, membuat warna merah langsung menghiasi pipi Baekhyun.

"Chanyeol."

"Shit, aku sudah tidak tahan lagi, Baek."

Dengan begitu Chanyeol segera mencumbu bibir tipis Baekhyun intens, menyalurkan segala perasaan yang ada. Sesekali Chanyeol menggigit kecil bibir yang menjadi candu untuknya, agar sang empunya membuka mulut, sudah tentu Baekhyun bersedia melakukannya, membiarkan lidah Chanyeol bermain-main di dalam rongga mulutnya. Lenguhan, suara khas cumbuan serta saliva yang meleleh seakan menjadi saksi bisu aktifitas mereka. Dan entah bagaimana caranya, tiba-tiba tubuh Baekhyun sudah berada di pangkuan Chanyeol, dan tanpa lelaki itu sadari tubuhnya sudah terangkat dengan kaki yang melingkar di pinggang kekasihnya.

.

Chanyeol merebahkan tubuh mungil Baekhyun dengan lembut setelah pemuda itu menutup pintu kamar menggunakan kakinya tanpa menguraikan ciuman yang ada. Lenguhan tertahan lantas di keluarkan Baekhyun ketika ciuman Chanyeol berpindah ke lehernya.

"Keluarkan, Baek, aku ingin mendengar rintihanmu."

"Tidak." Kekehnya, merasa Chanyeol ingin membuktikan ucapannya.

Chanyeol pun menatap wajah yang ada di bawahnya "Buktikan padaku ucapanmu tempo hari, Byun."

"Paksa aku, Tuan Park." Tantang si mungil dengan wajah menggoda

Chanyeol pun memberikan senyum miring "Aku mencintaimu." kembali melumat bibir Baekhyun sembari melepaskan satu-persatu kancing kemeja lelaki itu. Tangannya pun segera membelai tubuh mulus di bawahnya, membuat pola acak seakan memberikan tambahan kenikmatan untuk pemuda satunya. Ciuman yang awalnya di bibir kini berpindah ke leher, bahu, dada, dan perut rata Baekhyun, meninggalkan beberapa bekas di sana dan berhasil membuat si mungil meloloskan desahannya, yang justru membuat Chanyeol semakin bersemangat mengerjai tubuh itu. Dan malam itu lelaki tinggi itu membuktikan ucapannya, membuat Baekhyun meneriakkan nama Chanyeol dalam setiap tarikan nafasnya.

.

.

.

Sinar mentari mengusik tidur lelap Baekhyun, mata sipit itu terbuka dan mengerjap lucu membiasakan sinar yang menerpa wajahnya. Pemuda itu hendak bangun namun tertahan oleh sebuah tangan yang memeluk pingganggya erat, sekonyong-konyong kejadian malam itu berputar dalam ingatan Baekhyun bak sebuah film. Rona merah langsung menghiasi wajahnya, tidak mengira bahwa ia takluk dalam kekuasaan Chanyeol. Tangannya terulur menyentuh wajah lelap itu, matanya mencermati paras rupawan tersebut ,seakan mengagumi keindahannya. Namun, sekelumit kecemasan menghampirinya, apakah Chanyeol sadar saat menggagahinya? Ataukah karena pengaruh alkohol? Berbagai pertanyaan menghampiri lelaki mungil itu. Baekhyun takut, setelah lelaki di sampingnya terbangun nanti, ia bersikap sebaliknya seakan tak terjadi apa-apa di antara mereka. Bolehkah, sekali saja ia berharap pada Chanyeol dan keajaiban?

Erangan kecil mengembalikan atensi Baekhyun, lelaki itu mendongakkan kepala dan langsung mendapati Chanyeol tengah menatapnya lekat, perasaan tak enak pun langsung menyerangnya.

"Apa aku membangunkanmu? Maaf." Cicitnya dengan kepala tertunduk yang dijawab gelengan kecil dari Chanyeol tanpa melepaskan tatapannya.

Hening sejenak.

"Ak-aku akan mandi terlebih dulu kemudian menyipakan sarapan."

Tanpa menunggu jawaban dari Chanyeol, Baekhyun berjalan kekamar mandi dengan langkah terburu-buru.

.

Aroma roti panggang langsung menyerbu indra pencium Chanyeol ketika ia memasuki dapur. Disandarkannya badan tingginya di dinding dan mengamati Baekhyun yang tengah sibuk membuat roti panggang tanpa menyadari kehadirannya. Senandung kecil pun didendangkan pemuda mungil itu membuat Chanyeol takjub akan suara indahnya.

"Omo, Chanyeol!" Seru Baekhyun ketika ia membalik badan terkejut akan kehadiran lelaki itu. "kemarilah! Sarapanya sudah siap." Titahnya kemudian dan Chanyeol segera mengambil tempat di depan lelaki itu." Aku tidak tahu apa makanan kesukaanmu, jadi aku hanya membuat roti panggang saja."

"Tidak masalah, ini pun sudah cukup." Sahut Chanyeol sembari mencomot selembar roti panggang dan mengoleskan selai kacang.

Keduanya lantas makan dengan suasana hening, tidak ada yang mau membuka suara. Seakan tengah menyelami pikiran masing-masing. Cukup lama keduanya berada dalam situasi canggung tersebut, hingga akhirnya Baekhyun lebih dulu membuka suara.

"Aku sudah selesai, tinggalkan saja bekas peralatan makanmu di situ akan kubersihkan nanti." Lelaki itu lantas beranjak meninggalkan dapur

"Baekhyun!" suara itu mengehentikan langkahnya. "Aku ingat semuanya."

Tubuh Baekhyun menegang, sekuat tenaga ia menahan diri unruk tidak berbalik menghadap Chanyeol.

"Aku tidak mabuk saat melakukan semuanya, Baek. Aku sadar serauts persen. Jadi berhentilah berusaha menghindariku!" Kini tungkai jenjang itu berjalan menghampiri si mungil. "Aku tahu akan kecemasanmu, aku dapat memahaminya. Tapi percayalah aku ingat semuanya."

Serta merta Baekhyun membalikkan badan matanya nampak berkaca-kaca. "Chanyeol." lirihnya yang langsung di dekap oleh lelaki tinggi itu.

"Berhentilah menghindariku, Baek. aku tidak sanggup. Aku memang tidak bisa memberikanmu komitmen tapi aku betul-betul mencintaimu. Kumohon, jangan pergi dariku!"

Pertahanan Baekhyun akhirnya runtuh, ia pun membalas pelukan Chanyeol dan menangis di dada bidang itu. Walau Baekhyun berharap Chanyeol akan merubah sifatnya setelah semua yang mereka lewati, tapi agaknya, itu hanya angan belaka karena pendirian Chanyeol sangat kokoh layaknya Tembok Besar Cina yang sangat sulit bahkan tidak mungkin dapat dihancurkan.

Seperti halnya Chanyeol yang sangat membutuhkan dirinya, ia pun juga merasakan hal yang sama. Baekhyun tak dapat membayangkan jika Chanyeol pergi dari hidupnya, masih sanggupkah ia melihat dunia? Ataukah berakhir di rumah sakit jiwa? Yang jelas Baekhyun sangat mencintai Chanyeol. Dan sesakit apapun keadaan hatinya juga sesulit apapun rintangan yang harus dilewati, Baekhyun akan selalu ada disamping Chanyeol sesuai dengan permintaannya, karena pusat kebahagiaannya hanya ada pada diri lelaki itu.

END

NOTE

Weel, aku tahu endingnya maksa banget, bahkan terkesan buru-buru. Tapi aku mutusin untuk mengakhiri di scene ini karena beberapa alasan, salah satunya ya jika di panjangin takutnya malah terkesan bosan, karena berputar-putar di tempat yang sama, mengingat dari awal emang udah bikin Chanyeol hidup tanpa komitmen. Tapi semoga teman-teman suka ya sama ceritanya. Hehehehe, dan mohon review karyaku yang satu ini ya.

Alhamdulillah bisa menyelesaikan fanfic ini. Special update bareng para Author favorit kalian;SilvieVienoy96; Sebut saja B; Blood type-B; JongTakGu88; Pupuputri; Cactus93; Uchanbaek 27x6, Jonah Kim feat Flameshinee; RedApplee; Myka Reien; Byun Min Hwa; Baekhyeol; Sigmame; Baekbychuu dan Oh lana. Dalam rangka memeriahkan ulang tahun beberapa Author kesayangan kita di bulan ini ;Oh Lana; Baekbychuu dan kapel gue si Cactus93. Happy Birthday semuanya,semoga kebahagiaan selalu menyertai kita, pokoknya semua yang terbaik lah.

Cek story mereka juga yah.

Oh iya, kedepannya akan ada beberapa Author yang mutusin untuk hiatus dan itu karena siders yang terus berkembang. Mereka bukannya gila review atau gimana. Mereka hanya meminta komentar tentang karya nya. Bikin fanfic itu gak gampang lho semuanya, perlu imajinasi yang pas serta riset sana-sini untuk mengangkat tema ceritanya, aku pernah mengalaminya ketika membuat Secret Romance in Paris walau ku akui aku di bantu seseorang yang udah ku anggap adik ketika menyelesaikannya.

Jadi, mohon kalian tinggalkan review di setiap karya yang kalian baca, karena itu menjadi tolak ukur bagi para author akan skill menulis mereka dan juga aku, apakah semakin berkembang atau justru mengalami penurunan. Sekali lagi mohon kerjasamanya ya.

Big thanks for Keycolight, you're the best. Jika kalian ingin membaca karyanya bisa mampir ke asianfanfic itupun jika teman-teman bersedia membacanya, karena, WARNING karya dia straight dengan original character sebagai ceweknya bukan idol girl grup atau yang lain. Tapi ingat selalu tinggalkan jejak ya jika mampir kelapak dia. Because, aku lumayan sering dapat laporan dari nya jika banyak readers ffn yang mampir ke lapak dia tapi tidak pernah ninggalin jejak semenjak 30 days Chanbaek Version update

Authors dan readers sama –sama saling membutuhkan ya.

Love You