Disclaimer: All Harry Potter's characters are belong to Mrs. J.K. Rowling. I don't own them

Warning: OOC, typos, lebayness, sinetroness, gejeness, terlalu singkat, *siap ditimpukin reader*

Preface: Setting di hogwarts, tahun keenam. Voldemort udah mati 31 Oktober 1981 saat menyerang Harry Potter kecil di Godric's Hollow. so, NO VOLDEMORT HERE!

enjoy :)


Chapter 1. She's a Beautiful Girl

"Apa-apaan sih kau, Malfoy? Butuh berapa kali lagi kukatakan bahwa aku tidak bisa!" Bentakan Hermione Granger membahana diseluruh kastil hingga membuat para murid menghentikan kegiatan makan siang mereka di Aula Besar demi melihat apa yang sedang terjadi diantara kedua murid kebanggaan Hogwarts tersebut.

Cowok berambut pirang didepan Hermione dengan santai menyandarkan dirinya kedinding dan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya, menjawabnya santai, "Oh, ayolah Granger. Kalau begitu tolong kembalikan buku-buku keparat ini ke perpustakaan dan aku janji tidak akan meminta bantuanmu untuk mengerjakan essayku." Draco Malfoy menyorongkan setumpuk buku-buku milik perpustakaan dengan kakinya kedekat kaki Hermione.

Gadis Gryffindor itu menggeleng-geleng lemah dan mengamati sekitar mereka. Murid-murid sudah mengerubungi mereka. Ia menghela napas, "Baiklah, Malfoy." Ia memungut buku-buku itu dari lantai marmer dan membawanya dengan dua tangan. Saat ia melewati Draco, cowok itu berbisik lirih, "Usaha bagus."

Senyum miring Draco mengembang tipis dibibirnya mengiringi langkah Hermione yang menjauh. Cowok itu menyingkir dari tempatnya berdiri sedari tadi dan seketika membuyarkan kerumunan penonton saat ia melewati mereka semua yang membelah memberi jalan pada Draco. Malfoy muda itu berjalan menyusul gadis berambut cokelat yang baru saja membentaknya diluar Aula Besar.

Hermione menoleh mendengar bunyi langkah kaki yang ia kenal dan langsung menyodorkan setumpuk buku yang ia bawa, "Argh, ini berat sekali kau tahu."

"Kau sih berteriak keras sekali sampai-sampai semua anak kurang kerjaan itu keluar dari Aula Besar. Coba kau pikir kalau kita ketahuan." Draco dan Hermione berjalan beriringan menuju kesuatu lorong yang hanya diketahui oleh mereka berdua, alih-alih ke perpustakaan.

Hermione mengeluarkan napas berat, "Lagipula kau juga sih. Kenapa kau mengajakku berbicara didepan Aula Besar? Apalagi saat beberapa murid lewat. Untung aku cepat tanggap dan membentakmu."

Draco menaruh buku-buku itu dilantai saat mereka sampai dilorong rahasia mereka, "Untung saja ada buku-buku sialan ini. Huh, aku tidak habis pikir."

"Tidak habis pikir tentang apa?"

"Tentangku yang kini berpacaran dengan kelahiran Muggle sepertimu dan harus bersembunyi dari semua orang tentang hubungan kita."

Wajah Hermione menandakan gadis itu merasa kesal, "Kenapa sih kau masih saja mempermasalahkan soal status darah? Kelahiran Muggle, kelahiran penyihir, apa bedanya? Toh kita sama-sama penyihir."

"Tentu saja berbeda, Hermione." Draco menatap gadisnya itu dengan ekspresi yang sulit dideskripsikan, "Untuk apa kita sembunyi-sembunyi seperti ini jika saja kau kelahiran penyihir berdarah murni? Sudahlah, tidak penting."

"Tidak penting atau kau sudah mulai lelah membahasnya?" Hermione menatap Draco tajam kedalam mata kelabu cowok itu.

Cowok itu menggeleng, "Sudahlah, Hermione. Hentikan membahas hal ini."

Kini giliran Hermione yang menggeleng, "Tidak. kau sudah terlanjur membahasnya terlebih dulu. Jadi, apa aku salah karena aku kelahiran muggle? Apa penyihir lain sepertiku masih juga tidak pantas bersama para penyihir berdarah murni kecuali penyihir tersebut mati-matian mencintainya?"

Draco mengangkat bahunya pelan, "Entahlah. Aku lelah, sayang. Boleh aku kembali ke asramaku? Lagipula belum saatnya kita berduaan seperti ini."

"Terserah kau saja."

Cowok itu mengambil buku-buku yang tergeletak dilantai, mencium kening sang gadis Gryffindor, dan beranjak dari sisi Hermione yang terlihat amat kesal sekarang.

Selalu saja hal itu. Masalah lama yang masih saja menjadi bahasan utama mereka.

.

"Jangan bahas apa yang kita bicarakan tadi siang." Ujar Draco sebelum duduk disamping Hermione dilorong yang sama malam harinya.

Tanpa disangka, Hermione hanya menggeleng pelan, "Setelah kupikir-pikir, setidaknya seorang penyihir darah murni dari keluarga bangsawan penyihir sudah menerimaku sepenuhnya." Ia lalu tersenyum kepada Draco yang juga balik tersenyum kepadanya.

Sudah hampir setengah tahun semuanya berjalan seperti ini. hubungan diam-diam harus dilakukan oleh Draco dan Hermione agar tidak ada seorangpun yang tahu. Draco sangat menjaga kerahasiaan ini mengingat keluarganya merupakan salah satu keluarga penyihir berdarah murni konservatif yang memikirkan status darah tiap penyihir yang berhubungan dengan mereka. Dan Hermione Jean Granger adalah keturunan Muggle.

Setiap malam mereka menghabiskan waktu dilorong tersebut sampai larut. Kehidupan mereka disiang hari tetap biasa seperti dahulu, saling mengejek dan bertengkar. Bahkan saling acuh tak acuh. Tapi dimalam hari, hanya ada mereka berdua.

"Hey, kau ingat sekarang tanggal berapa?" Hermione menyenggol lengan Draco yang keliatan sedang melamun. Cowok itu tersadar, berpikir sebentar dan menggeleng, "Oh ayolah, Draco. Sekarang tanggal 12 Februari. 2 hari lagi Valentine! Pantas saja Ginny dari kemarin sibuk membuat sesuatu bersama teman-temannya didapur."

Draco mendengus. Kentara sekali tidak menyukai segala hal tentang hari yang dibahas oleh kekasihnya, "Huh. Valentine hanya akal-akalan toko cokelat dan bunga agar barang yang mereka jual laku keras. Tidak ada yang istimewa. 2 hari lagi hanya hari kamis seperti biasanya dimana kita harus masuk kelas ramuan bersama Professor Snape."

Tiba-tiba tangan Hermione memukul lengan Draco keras.

"Ouch, apa sih?" Draco mengelus-elus lengannya yang terasa sakit karena pukulan tersebut.

"Kau sama sekali tidak asik, Draco. Seharusnya kau sibuk membelikanku sesuatu atau apapun untuk tanggal 14 nanti. Bukan malah menjelek-jelekkan hari itu." Hermione sudah mulai kesal lagi oleh perkataan Draco setelah tadi siang.

"Tidak perlu menunggu tanggal 14, aku akan membawakan yang kau inginkan saat ini juga kalau kau memintaku. Aku tidak keberatan."

Hermione menatap cowok disampingnya dengan pandangan tidak percaya.

"Apa?"

Hermione terlihat akan menumpahkan segala yang ada diotaknya namun ia mengurungkan niatnya karena terlalu bingung mana yang harus ia utarakan terlebih dahulu. Ia hanya menggeleng.

"Hanya masalah tanggal dan kau tidak mau berbicara denganku? Bagus sekali."

Akhirnya Hermione sudah tidak tahan lagi, "Kau menjengkelkan sekali, Draco Lucius Malfoy! Bagus sekali karena aku sangat mencintaimu sehingga tak tahu harus berkata apa." Wajah Hermione merah dan ia menunduk setelah mengutarakan kekesalannya. Sementara Draco dengan tenang hanya mengusap-usap punggung Hermione sambil bersiul-siul.

"Kau harus siap dengan segala kelakuan iseng dan menjengkelkanku, sayang. Bukankah kau sudah terbiasa dengan itu semua?"

Hermione mengangkat kepalanya dan menepis tangan Draco dari punggungnya, "Sangat biasa." Ia lalu beranjak pergi dari lorong tersebut. Meninggalkan Draco sendirian.

.

Hermione termenung sendirian dengan sarapannya yang hanya ia main-mainkan dengan sendok dan garpunya sambil melihat yang terjadi didalam Aula Besar.

Hari ini tanggal 14 Februari, setiap gadis memberikan hadiah kepada cowok yang mereka sukai ataupun kekasih mereka, begitu pula sebaliknya. Dari tempat ia duduk, ia bisa melihat puluhan kado berada dihadapan Draco dimeja Slytherin. Dihadapannya sendiripun ada tiga kado yang ia terima. Satu dari Cormac McLaggen, satu dari seorang cowok kelas 7 dari Hufflepuff, dan satu lagi dari Dennis Creevey. Namun ia tidak menerima apapun dari Draco Malfoy. Itulah yang membuatnya sedikit kesal.

Ginny Weasley tiba-tiba datang dari arah pintu Aula Besar bersama Harry Potter. Ginny membawa sebuah bungkusan kado yang cukup besar ditangannya. ia tersenyum lebar lalu duduk didepan Hermione.

"Whoa.. kau mendapat 3 kado, Hermione. Kenapa tidak kau buka?" Ginny memekik melihat kado didepan sahabatnya itu.

"Umm…" Hermione menatap Ginny dan Harry bergantian, "…nanti saja diruang rekreasi setelah pelajaran."

Ginny kini sudah meneliti bungkusan kado-kado tersebut untuk mengetahui siapa pengirimnya, "Cormac… Justin… Dennis! Wow, Dennis mengirimimu kado. Lucu sekali.."

Lama kelamaan Hermione tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Ginny selanjutnya. Ia larut dalam lamunannya dan tatapannya memandang lurus kearah Draco Malfoy.

.

"BRUK!"

Tangan Hermione dengan tidak sengaja menyenggol tumpukan perkamen dimeja diruang rekreasi Gryffindor. Kecerobohan seperti ini sangat tidak Hermione. Beberapa anak yang sedang duduk membantu Hermione memunguti perkamen-perkamen itu dan menumpuknya lagi dengan rapi diatas meja.

"Terimakasih." Hermione melangkah mendekati Ginny dan Lavender yang sedang duduk didepan perapian mengamati Hermione semenjak gadis itu menabrak meja.

"Ada apa sih denganmu?" Ginny menatapnya keheranan, "Dari tadi melamun, sekarang menabrak meja. Sama sekali bukan seperti Hermione yang kukenal 6 tahun ini. Seperti… ada yang kau sembunyikan."

Hermione hanya mengangkat bahu seadanya. Ia membuka buku yang tergeletak disampingnya namun otaknya berada ditempat lain.

"Hermione…" Lavender kini melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Hermione yang kembali terlihat melamun, "Oh tidak! sepertinya kau sudah ketularan penyakit melamun Luna, Hermione."

"Tidak, tidak! kenapa sih dengan kalian? Dengar, aku tak apa-apa. Tak perlu khawatir."

Mereka berdua menatap Hermione, "Sungguh? Dan kau tidak menyembunyikan apapun dari kami?"

Hermione balik menatap mereka cukup lama sampai akhirnya menggeleng.

.

"HEY! Ada apa denganmu, Malfoy?"

Keributan kembali terjadi antara dua murid kebanggaan sekolah tersebut. Kali ini didalam Aula Besar saat makan siang. Semua memperhatikan bagaimana mata Hermione berkilat-kilat menahan marah setelah Draco dengan sengaja menginterupsi jalannya dan menyenggol bahu gadis itu sehingga membuat Hermione kehilangan keseimbangan dan terjatuh bersama semua buku yang ia bawa.

"K-KAU…" Hermione tidak melanjutkan kata-katanya melainkan malah menunduk mengambili buku-bukunya. Draco masih berdiri menunggu gadis itu selesai memberesi bukunya yang berjatuhan.

Hermione bangkit berdiri dan menuding kearah Draco, "Apa kau ada masalah denganku?" tanya Hermione dengan nada suara normal seraya sedikit mendongak. Jarak wajah mereka begitu dekat.

"Kau dan aku punya masalah bersama, Miss." Jawab Draco dengan suara yang lebih lembut sehingga tidak ada yang bisa mendengarnya selain Hermione.

Dada Hermione naik turun karena gadis itu benar-benar menahan amarah pada Draco. Tak peduli cowok itu adalah kekasihnya. Dimalam hari, ya. Tapi tidak disiang hari.

"Tidak akan selesai dengan menjatuhkan buku-bukuku." Ujar Hermione tak kalah lirihnya.

Mata Draco mengarah pada buku yang dibawa Hermione, "Periksa isi buku-buku itu." Draco lalu memasang senyum miring yang amat disukai Hermione dan pergi menuju meja Slytherin.

.

"Draco!" Hermione mencari-cari Draco dilorong rahasia mereka. Setelah memeriksa satu persatu buku-bukunya seperti yang diucapkan Draco, ia menemukan secarik kertas yang mengatakan bahwa ia harus ke lorong itu pukul 8 malam.

"Hey, ini sudah jam 8." Tetap tidak ada sahutan apapun. Hermione pun duduk disalah satu jendela sembari menunggu Draco datang.

Tiba-tiba tangan besar menutup kedua matanya dari belakang. Hermione tidak sempat menjerit karena pemilik tangan itu segera bersuara,

"Tenang, ini aku." Suara Draco yang lembut membuat Hermione sedikit tenang.

Draco menuntunnya untuk berbalik dan berjalan beberapa langkah. Tangan Draco yang menutup matanya tiba-tiba hilang dan matanya ringan untuk terbuka.

"Apa yang kau-" kata-kata Hermione tidak selesai saat melihat Draco dihadapannya membawa sebuah kotak yang tidak terlalu besar dan perlahan membukanya. Hermione menutup mulutnya yang ternganga melihat isi kotak yang dibawa Draco.

"Ini hadiah Valentine ku untukmu, Hermione. Maaf aku sedikit terlambat memberikannya padamu." Draco mengambil kalung emas putih berliontin huruf H itu dari kotaknya dan memakaikannya dileher Hermione yang masih tercengang.

"Draco, ini…" Hermione memainkan liontin itu dengan tangannya, "…cantik sekali."

"Hadiah yang cantik untuk gadis tercantik. Adil kan?"

.

TO BE CONTINUED


Alohaaaaaaaa! *histeris sendiri*

seneng bisa balik lagi dan bikin ff multichapter. AAAAAAA!

berkat liburan kuliah yang terlalu panjang, akhirnya tercipta satu lagi ide gila tentang dramione.

hope you enjoy it, guys.

please review :)