Iya, terlalu banyak baca FF jadinya pengen mbuat sendiri.

Entahlah, tapi salam kenal saja… dan mohon bantuannya ya para senpai… *bow

Oh ya… Disclaimernya…

Disclaimer: Hidekaz Himaruya,

abang yang masih ngegalau untuk masukin Indonesia apa nggak ke Hetalia :P
(*digorok masa)

Habis itu…

OC, aneh, cerita agak berat dikit, sedikit humor buat cair2 deh walau tidak tahu lucu atau nggak :P

Dan kalau ada Typo, mohon toleransinya…

Plotnya ngambil dari sejarah… Dan ditulis setelah aku merenung seharian di WC… :D

Happy Reading… :D


Gadis kecil berambut keriting sebahu lebih sedikit mengamati saudara-saudaranya dari kejauhan. Ia mengamati kakak tertuanya yang sedang diseret oleh seseorang yang sangat besar, sangat tinggi bahkan tanpa menghitung rambutnya yang melawan hukumnya om Newton. (Mana tahu ya dia siapa om Newton? Oh, sudahlah :P)

Ketiga saudaranya yang lain mengikuti, mencoba untuk melepaskan kakak tertuanya, namun apa daya, mereka berempat tak bisa lepas dari monster tulip itu. Saudaranya yang satunya meronta-ronta dibawa pergi oleh orang yang cukup menyeramkan-walau ia terus tersenyum senang. Ingin gadis kecil itu menghampiri ke 5 kakaknya, dan mungkin membantu melepaskan mereka, namun seseorang menyentuhnya dari belakang.

"Kau ikut denganku…" Katanya tenang.

"Siapa?"

"Aku Portugal…" ucapnya sembari menarik tangan gadis kecil itu, kemudian ia menggendongnya. "Kau ikut denganku, Timor leste…"


Beratus tahun kemudian…

Indonesia mengamati gadis tersebut. "Timor?"

"Huh? Kak Indonesia?"

Tanpa menunggu waktu lagi Indonesia segera memeluk erat Timor, adiknya yang baru ia temui lagi setelah beratus tahun tidak bertemu.

"Bagaimana kabar kakak?" Tanya Timor diiringi senyumnya yang manis, lama sekali Indonesia tak melihatnya.

"yah… Baik… Mungkin?" jawab Indonesia sambil tertawa renyah.

"Duh… Maaf ya Timor… Aku sedang agak sibuk nih… Bagaimana kalau kita minum teh nanti? Kita ketemuan di sini 2 jam lagi ya? Lalu kita akan bicara semuanya? Humnh? Mau ya?" Indonesia tersenyum.

"yah… Aku juga sedang agak sibuk sih… 2 jam lagi boleh deh…" Sahutnya riang.

"Kalau begitu… Dah Timor! Oh ya! Kau tetap manis walau sudah beratus tahun tak bertemu! Hehehe~!" Dicubitnya pipi personifikasi seumuran anak SD kelas 3 itu, Indonesia pamit sambil cengengesan.

Timor hanya bisa tersenyum melihat Indonesia yang kembali, mengikuti bos-nya. "Syukurlah… Kak Indonesia masih bisa tersenyum…" Timor menarik sudut bibirnya keatas "Kak Indonesia tak berubah…"

*O*

"Siapa itu Indonesia?" Tanya Bos Indonesia.

"Adikku… Timor-Timur… Dia sudah tumbuh dewasa tanpa aku mengetahuinya… Ini semua karena Lolicon bejat itu… huh!" dengus Indonesia.

"kalau begitu… Bagaimana jika Kita mengembalikannya ke rumahmu?"

"Eh? Sungguh?" Indonesia berbinar. "Pasti akan ramai dengan adik semanis Timor… Tidak seperti Malaysia… UK(e) tsundere itu… Apa yang ia perbuat sehingga Malaysia yang manis itu berubah 180 derajat kepadaku?!"

"Yah… dia adikmu bukan? Termasuk dari bagian Nusantara bukan?" Bosnya tersenyum dengan sejuta arti.

"Iya sih…" Jawab Indonesia datar. Entah mengapa perasaannya tak enak.

*O*

Timor mendekati bosnya. Ia menatap bosnya riang.

"Ada apa?" menyadari gelagat Timor yang mencurigakan Bos-nya bertanya.

"Aku hanya bertemu salah satu kakak-ku… Kak Indonesia… Setelah sekian lama… Dia bilang nanti kita akan minum teh bareng… hehehe… Aku ingin tahu reaksinya ketika ia mengetahui aku sudah merdeka dari Portugal… Dia pasti akan sangat terkejut dan bangga…" Jawabnya riang.

"Ya… Pasti…" Jawab bosnya dengan senyum.

*O* *O*

"Bos… Anda tidak sedang ingin menyiksaku kan?" Ratap Indonesia melihat tumpukan berkas-berkas di mejanya.

"Loh? Ini hal biasa kan?"

"Tapi aku sudah janjian! Bos kan tahu? Tadi aku sudah cerita kan?" Rengek Indonesia.

Gile… Ni bos sengaja pasti!

"Indonesia! Mana yang lebih penting? Janjimu atau rakyatmu?!" Bos-nya mulai meninggikan suara.

Ni bos ngerti banget deh! Ya tentu rakyatku lah… Ngapain juga ditanyain lagi? Tapi dia adikku! Beratus tahun nggak kutemui lagi… Kejam luh Bos, kayak si Londo ama Nippon…

"Kalau begitu biar aku yang menemui adikmu itu…"

"Bos… Kalau anda punya waktu untuk itu… kenapa ini nggak dikerjain aja semua? Malah dikasihkan ke aku? Kalo bos yang kerjain kan aku jadi bisa pergi…"

"Itu kerjaanmu! Sama yang kemarin kamu tunda!"

"Idiiih bos pelit…."

"Sudah! Kamu kerjakan saja! Aku menemui adikmu itu!"

"kalau gitu… Saya tulis surat!" Indonesia langsung mengambil secarik kertas dan bolpen. Ia mulai menuliskan beberapa kata.
"Surat apaan?"

"Ya biar bisa surat-suratan lah Bos… Saya kan nggak tahu kesempatan berikutnya bertemu adikku yang sweet itu… Saya janji nggak bakal ngrengek lagi deh bos…" Indonesia melipat surat itu.

"Okelah… sesukamu…" Si Bos-pun meninggalkan ruangan setelah mendapatkan surat Indonesia.

Blaaaam….

"Ck… Nggak asik ah…" Sahut Indonesia sambil membenamkan mukanya di 'samudra' tugasnya. Indonesia mulai berpikir untuk menyantet Bos-nya sendiri seperti ia menyantet Tulip dan Sakura kalah di medan perang…
Tapi nggak mungkin gue santet tuh bos kalah di medan perang, sama aja gue dong yang kalah… Gue santet aja dia diare 5 tahun kali…

*O*

"Kak Indonesia lama amat sih…"

Timor hanya bisa mendengus kesal. Dia memang tahu kalau kakaknya punya kelainan akut dalam masalah waktu.

"Jangan-jangan penyakitnya kakak semakin menjadi nih…" Timor tertawa kecil. Ia sudah tak sabar lagi untuk menceritakan pengalamanannya, kemerdekaan dan juga Portugis; kan kali ajah kakaknya mau gitu sama ex-Motherland-nya.

Tanpa Ia sadari seseorang berdiri di belakangnya.

"nanti aku minta traktir macam-macam ah kalau kak Indonesia sudah datang! Hehehe…" Timor bergumam lirih.

"Adik kecil…" Sapa orang itu mengagetkan Timor.

"Ya?"

"Kenalkan… Saya Fretilin…"


Indonesia menatap keluar jendela. Bibirnya yang mungil kemerahan –yang sering diincar si penakluk kelinci- tersenyum nista.

Sungguh Indah taman Anggrek Bulan ku… Putih… menyenangkan…

Indonesia berbalik menatap kearah ruangannya. Ditemukannya bertumpuk-tumpuk dokumen di seluruh tempat; meja kerjanya, meja tamu, bahkan lantai pun dijajah oleh Dokumen-dokumen negara yang entah sejak kapan kok jadi banyak gini.

Sungguh Nista ruangan kerja ku… Putih juga… memusingkan banget juga…

Indonesia tak ingat pernah menumpuk pekerjaan sampai seperti ini. Dia malah menilai dirinya cukup rajin akhir-akhir ini.

Bukan. Bukan karena dia head-bang ke gunung salak kemudian dia amnesia dan jadi rajin banget. Nggak, nggak ada cerita macam itu.

Ini semua karena suratnya tidak pernah dibalas oleh Timor.

Nah loh? Apa hubungannya?

Indonesia hampir mati bosan nungguin surat balasan dari Timor. Beratus surat sudah ia kirimkan sejak belasan tahun lalu sampai sekarang, hasilnya nihil.
Indonesia yakin sekali suratnya pasti terkirim dan sampai ke Timor. Apalagi tuh jendral-jendral sering banget ke Timor sekarang. Ngapain ya? Si Bos nggak mau kasih tahu.

Indonesia menghela nafas.

Masa marah karena aku nggak datang waktu itu? Marahnya sampai belasan tahun lagi... Hegh… Kalau benar itu masalahnya… Sumpah, aku bakalan nyantet si Bos diare 10 tahun!

Dan karena Indonesia bosan itulah, dia memilih untuk mengerjakan tugasnya. Indonesia sendiri tak mempercayai pilihannya. Tapi dibanding dia harus mengerjakan aktivitas yang lain yang lebih melelahkan? Mending di sini kali, duduk-ngeteh-baca-tanda tangan.

Oke, untuk tanda tangan itu… Indonesia selalu mem-visualisasi-kan imajinasinya yang maha tinggi tentang dirinya ke dalam coretan mahakarya –yang seharusnya- ringkas berharga yang sangat penting bagi kehidupan rakyatnya di sudut kanan bawah di setiap akhir dokumen di sekitar materai.

Membuat dia hampir digorok sama Bos-nya dan asistennya serta om-om tukang print dan fotokopian yang ada di luar Istanah negara sana.

Akhirnya, setelah melakukan observasi + penelitian + tindak lapangan + penulisan laporan + revisi hampir 80 kali, Indonesia menemukan sign yang paling tepat untuk dirinya, yang tidak kalah AWESOMEnya dari stempel kerajaan dan pemerintahannya Nippon.

Huruf "I"- untuk Indonesia- yang dia buat dengan oh-so-AWESOME-nya menyerupai cacing melahirkan sepasang anak kembar (selamat!) yang berhasil membuat ruangan menjadi akuarium karena Bos nya Sweatdrop stadium akhir. Oke, nggak separah itu.

Toh pada akhirnya Indonesia nggak diancam digorok lagi. Berarti sign itu sangat memuaskan untuk Bos-nya bukan? Bosnya bahkan tersenyum padanya walaupun yang sebenarnya ia pikirkan adalah…

Paling nggak dia nggak nggambar seluruh kepulauan Indonesia atau bunga anggrek bulan atau Komo-chan peliharaannya atau Bengawan Solo atau muka gue atau rendang seperti yang lalu…

Perhatian Indonesia terpaku pada sebuah dokumen sekarang. Tidak, bukan serius membacanya dan mendalaminya, dia hanya terpaku sedangkan pikirannya terus-menerus melayang membayangkan Timor.

Kalau memang sekangen itu lalu kenapa nggak berkunjung ke rumahnya?

Pertanyaan anda semua benar dan anda cerdas! Dan anda berhasil mengingatkan Indonesia untuk memanggil Nyi Pelet agar membalaskan dendamnya ke bosnya saja yang membuat ia DIPINGIT begini.

Awas kalau nanti kalau suamiku ternyata nggak cakep nan tajir!

(Nethere cakep dan tajir kok *wink / Deathglare manis dari Indonesia)

Tok. Tok.

"Masuk…"

Indonesia menatap gadis kecil yang mengunjunginya.

"huh?!" Indonesia ber-gasping ria "Timoooooooooooooooooor!" teriaknya riang, kemudian berlari memeluk tubuh Timor yang tersentak.

"Hei… Maaf ya… waktu itu aku membatalkan janji untuk minum teh… Si Bos sih… ngasih kerjaan nggak kira-kira… Kamu juga masa nggak bales-bales surat aku sih? Eh… kita bicara aja sekarang… Oh ya… Harusnya aku nggak teriak-teriak ya… nanti ajudannya si bos datang lagi… Timor, tolongin aku! Si Bos bawel amat! Aku dikurung di sini juga! Kalau aku mau keluar masa sampai diawasin ketat banget! Ih… nggak banget deh itu si bos… Alay banget deh dia…"

Timor tertegun, bagaimana kakaknya bisa menjadi seperti ini? Yah… Dia memang lebay dan abnormal sejak kecil. Tapi dikurung? Diawasi?

Dipandanginya manik hitam kakaknya. Polos, tak mengerti. Tak mengerti alasannya datang ke ruangannya menembus para penjaga dan ajudan Bos (sarap) Indonesia yang berjaga di luar sana yang berhasil membuat seluruh tubuhnya sakit. Ia bersyukur tidak melupakan ajaran pencak silat dan debus kakaknya itu. Kalau tidak, ia tak akan bisa menatap kakaknya seperti sekarang. Timor menelan ludahnya.

Apa mungkin… Selama ini ia tidak tahu tentangku? Tentang Invansi?

Saat itulah muncul keberanian.

Jika Kak Indonesia mengerti, mungkin semua ini akan berhenti…

"Kakak… Aku ingin pergi…" Timor membuka pembicaraan.

"Huh? Kemana?"

"Aku ingin pergi…" Timor menunduk. "Tidak… Sejak awal… Aku tidak bersama kakak… Dan aku sudah merdeka! Portugal sudah…"

"Bohong!"

Timor kaget, tak menyangka kakaknya akan membentaknya kasar seperti itu. Ditatapnya dengan tidak percaya, wajah ayu kakaknya berubah menjadi menakutkan.

"kau adikku! Kau seharusnya tinggal bersama denganku! Aku akan mengembalikanmu ke rumahku!" Indonesia tidak memberikan pilihan. Ditariknya lengan mungil Timor.

Tidak lagi… Tidak ada lagi adik yang akan berpisah denganku… Brunei, Philippine, Singapore, Malaysia… Tidak lagi…

"Kakak! Hentikan! Lepaskan aku! Lepaskan! Lepaskan! Aku sudah merdeka! Aku bukan bagian dari kakak! Kita berbeda! Kita berbeda kakak! Aku sudah merdeka!" Timor berhasil melepaskan dirinya dari Indonesia, seperti air matanya yang berhasil melepaskan diri dari kelopak matanya. "Aku sudah merdeka! Akan kubuktikan pada kakak!" Teriaknya sambil berlalu.

"Timor!"

Tidak akan kubiarkan lepas! Tidak akan!


Dipingit itu kebudayaan bahela; ngurung anak gadis sebelum dinikahkan :D semua pasti tahu dong :D

Indonesia : Terus, nape lo njelasin lagi?
Author : Soalnya aku liat author lain njelasin macem-macem di bawah, masa aku kosong? :D