Kopi
By Rakshapurwa
Rate: T
Pair: Asano(Sr) x Karasuma
Warning: Shounen-ai, kemungkinan terdapat typo yang terlewat dan OOC
Disclaimer: Ansatsu Kyoshitsu milik Yuusei Matsui
'Cerita ini dibuat hanya untuk menyalurkan imajinasi semata.'
Enjoy
.
"Sudahkah Anda memeriksakan diri ke psikiater?"
"Untuk apa?"
"Anda mungkin sudah gila."
Mereka hanya pergi berdua, ke sebuah kafe tak jauh dari sekolah, masih memakai setelan jas lengkap dengan dasi yang terpasang rapi pada kerah, dan jam sekolah jujur saja masih berlaku. Gakuhou bilang tadi hanya ingin mengobrol sebentar, tapi ternyata sudah setengah jam lebih mereka habiskan di sana. Padahal Karasuma sebenarnya ingin sekali kembali mengajar, tak enak jika meninggalkan anak muridnya tanpa pemberitahuan, namun apadaya Asano senior menahan dirinya. Mulai dari menawarkan secangkir kopi, sebuah kue sponge tak terlalu manis, basa-basi bertanya soal kabar dan pekerjaan, lalu berakhir dengan pernyataan cinta tiba-tiba.
Karasuma tentulah kaget—sangat malah—dia laki-laki dan setahunya wajah serta tubuhnya tak terlalu memberikan pesona yang mampu memikat kaum sejenis. Lagipula yang ada dihadapannya ini adalah Asano Gakuhou—Gakuhou loh—yang dilihat dari segi mana pun nampak begitu lurus macam penggaris besinya.
"Kenapa kau berpikir aku gila? Aku hanya menyukaimu, itu saja," Gakuhou menyesap sedikit kopinya. "Bolehkan?"
"Silahkan, itu kopi Anda bukan?"
"Maksudku bukan kopi, tapi bolehkah aku menyukaimu?"
Entah mengapa para pelayan yang tengah menyajikan pesanan lebih menarik tuk dilihat. Ini aneh, sungguh aneh. Sejauh yang ia ingat, Karasuma selalu berharap mendapatkan pengakuan cinta dari seorang gadis manis, sedikit pemalu, bersurai panjang sebahu, mungil, dan keibuan. Tak sekalipun ia mendampakan pria tampan, berwibawa dan penuh aura mengintimidasi menyukai dirinya.
Asano Gakuhou pula!
Karasuma mendesah, ini kali ketiga ia melakukannya. "Bisakah Anda menyukai orang lain. Wanita mungkin?"
"Aku tidak terlalu memperdulikan gender-mu, tak perlu kau merasa rendah diri."
Ehem. Tak ada yang bersikap rendah diri di sini. Karasuma hanya sedang berusaha menolakmu dengan kata-kata halus. Dia macho, kau macho, bukankah aneh jika kalian menjadi sepasang kekasih? Karasuma berpikir begitu.
"Saya normal Asano-san."
"Aku tidak bilang kau gila."
"Bukan itu maksud saya—"
Jari telunjuk Gakuhou terdiam sedikit menempel di depan bibirnya. Tak ada lagi alasan, Gakuhou tak tertarik dengan kata-kata berbau penolakan. Ia egois—memang—dan karena sifatnya itu Gakuhou bersikeras ingin memiliki Karasuma seutuhnya. Dari ujung rambut hingga ujung kaki. Hati dan pikirannya, serta alat kelamin dan juga lubang sempitnya. Gakuhou itu laki-laki dan wajar saja jika hasrat dan nafsu birahi ikut serta meracuni dirinya.
"Kita jalani saja dulu." Gakuhou kembali meminum kopinya, kali ini sampai habis. "Anak muda biasanya menyebut dengan 'Pendekatan'"
Pendekatan? Karasuma menatap dalam diam dan desahan keempat akhirnya kembali terdengar. "Jika perasaan saya tetap tidak berubah?"
Masa?
Gakuho menyeringai, seraya berdiri dari tempat yang ia duduki. Sepertinya obrolan mereka terpaksa harus terhenti segera, jam makan siang sudah habis sedari tadi, lembaran berkas pun masih menggunung di atas meja kerjanya. Lagipula Gakuhou yakin, kemenangan akan berpihak padanya.
"Tidak mungkin tidak berubah."
.
Tamat
.
Terima kasih sudah membaca cerita ini, dan maaf kalau ceritanya mengecewakan *bows* Saya sedang kesemsem sama pair ini hehe.
Sekian dari saya, Rakshapurwa undur diri.
