Desclaimer :

NARUTO © Masashi Kishimoto

Get Your Hands off My Sister © SugarMaple22

Rated : T bisa berubah menjadi M

Warning : AU, Age Gaps, OOC, gaje, EYD berantakan, typo(s)

Apa yang akan kau lakukan jika tidak sengaja 'menggores' mobil Porsche mengkilap milik tuan Richie Rich? Kabur, tentu saja! Tapi bagaimana jika pemilik mobil itu adalah kawan lama kakakmu? Oh.. hidup tidak bisa lebih buruk lagi kan?!

Italic berarti bicara dalam hati dan kata-kata asing

Enjoy It

.

.

.

Chapter 1 : It's 3 million dollars


Uzumaki Naruto duduk terkulai di atas sofa sambil merenggangkan otot-otot kakinya yang sempat menegang sehabis berjalan dari Stasiun Tawaramachi menuju apartemennya. Di sebelahnya, Inuzuka Kiba juga melakukan hal yang sama.

Baru saja ia dan kawannya kembali dari Kappabashi sehabis membeli perlengkapan masak untuk pesta Yakiniku yang akan diadakan di kediamannya, sampai tiba-tiba adik beserta temannya masuk ke dalam apartemen tiga lantai tersebut dengan sangat tergesa-gesa.

"Sakura-chan! Ino-chan! Okaerinasai! Bagaimana ujian masuk universitasnya? Lancar semua kan?" sapa Kiba basa-basi.

Sakura dan Ino tidak menggubris pertanyaan Kiba dan langsung menatap kearah Naruto yang juga sedang menatap kearah mereka.

Dari tempatnya berada, Naruto dapat melihat adik dan temannya mulai berbisik-bisik sambil mendorong satu sama lain untuk maju ke depan. Merasa kalau hal ini tidak akan ada habisnya, Naruto memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"Nona-nona… wajah kalian tampak letih, apa kalian lapar?" Sakura dan Ino menghentikan rundingan mereka dan menggelengkan kepala, menolak.

"Okay… jika kalian butuh sesuatu aku ada di dapur." Naruto mulai beranjak dari tempat duduknya.

Melihat Naruto yang akan pergi, sepasang sahabat itu langsung saling bertatapan.

"Ayo, akhiri ini forehead!" bisik Ino sambil mengangkat tangannya yang disambut anggukkan dari Sakura yang langsung memasang kuda-kuda.

ICHI!

NI!

SAN!

Batu melawan gunting.

Ino tersenyum senang.

"Lakukan tugasmu!" Ino mendorong Sakura ke depan.

Sakura membalikkan badannya dan memberikan Ino tatapan tajam yang hanya dibalas dengan kibasan tangan. Menerima kekalahannya, Sakura berjalan mendekati Naruto secara perlahan, kemudian menyandarkan lengannya di bahu anikinya itu. Mereka tetap diposisi itu sampai akhirnya Sakura angkat bicara.

"Hei Nii-san! Apa kau tahu? Rambutmu terlihat berkilau hari ini! Apa kau habis ganti conditioner?" sapa Sakura dengan nada manis yang dibuat-buat.

Naruto hanya melongo sedangkan Kiba menaikan sebelah alis matanya.

"Sakura-chan, apa kau baru saja memujiku? Baiklah, katakan apa yang habis kalian perbuat." perintah Naruto dengan nada yang memojokkan. Oh, please… Naruto mengenal Sakura luar dan dalam. Jika imoutonya itu mulai bersikap manis, pasti ada sesuatu yang disembunyikan.

Mendengar perintah anikinya, Sakura hanya tertawa renyah. Ia kemudian menurunkan lengannya yang tadi bersandar di bahu Naruto, berganti dengan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Yeah hahaha… ini cerita lucu sebenarnya… tadi kami baru saja pulang dari Todai, karena sedikit kecerobohan tanpa sengaja kami–membuatmobilseseorangyangterparkirdipinggirjalanrusak!" ungkap Sakura cepat dengan satu tarikan nafas.

"Kalian melakukan apa?!" raut wajah Naruto berubah menjadi panik sedangkan Kiba hanya bisa diam seribu bahasa.

"Kabar baiknya kami berhasil kabur…" kata Sakura cepat, sebelum Naruto mengeluarkan amarahnya.

Mendengar kalimat tersebut, Naruto merasa sedikit tenang. Yah, setidaknya si pemilik mobil tidak bisa melacak mereka untuk minta ganti rugi.

Merasa masalahnya sudah tuntas, Naruto kemudian meletakan telapak tanganya di atas dada dan mulai menarik nafas panjang dan mengeluarkanya secara perlahan, berusaha menenangkan diri. Sakura yang melihat anikinya sudah lumayan tenang mulai melanjutkan kata-katanya.

"Tapi…"

Naruto merasa tubuhnya kembali menegang.

"Kabar buruknya aku meninggalkan kartu Suica-ku di atap mobil itu–" sambung Sakura sambil diam-diam memperhatikan perubahan pada raut wajah kakaknya.

"–dan mobil rusak itu adalah mobil Porsche Panamera Exclusive seri keluaran terbaru."

Pada saat itu, Naruto mulai memikirkan alasan mengapa dulu ia memenuhi keinginan Kaa-san dan Tou-san untuk membiarkan Sakura-chan pindah ke apartemennya di Tokyo, empat tahun lalu.

.

.

.

"Biar ku perjelas... Kalian mewarnai suica kalian yang bergambar pinguin dengan pulpen glitter warna-warni dan menjadikan mobil itu sebagai alasnya, kemudian tanpa sengaja memukul mobil itu karena kesal ada glitter yang keluar garis dari gambar?!" sebur Naruto ke arah dua gadis yang kini duduk saling berdekatan di sofa. "Berapa kalian pikir umur kalian? Lima tahun?!"

Naruto kemudian mengalihkan pandangannya ke layar ponsel milik Kiba yang sedang menghadap ke arahnya. Di sana terdapat daftar harga mobil mewah yang ia dapat dari internet. Mata sapphire Naruto terbelalak lebar melihat angka yang tercantum di sana.

"Itu gerakan refleks! Sebenarnya mobil itu tidak benar-benar rusak–" Ino mencoba menjelaskan kejadian sebenarnya secara lengkap, namun Naruto langsung memotongnya.

"Apa kalian tau harga mobil itu berapa? 3 milliar dollar! Aku bahkan tidak bisa menghitungnya dengan mata uang yen!" Naruto kemudian mengangkat kedua tangannya dan mencoba menghitung nominal tersebut menggunakan jari-jari tanggannya, "Lihat? Bahkan jariku terlalu sedikit untuk menghitungnya."

"Um… secara teknis ini adalah kesalahan Ino–"

"–HEYY!"

"Kau yang menyuruhku melakukannya, pig!" kata Sakura membela diri sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Ino. "Ugghh.. Lihat pinguin jelek ini, forehead! Hei, ada mobil bagus disana! Ayo kita warnai kartumu di mobil itu!" kata Sakura sambil menirukan suara Ino.

"Hei! Jangan memulai 'permainan siapa yang bersalah' forehead, karena kau juga tidak keberatan saat kita melakukan hal bodoh itu!"

"Karena aku tidak tahu kalau mobil hitam–mulus–berkilau yang kelihatannya mewah itu benar-benar kendaraan mewah sampai kau memberitahukannya padaku, pig!" balas Sakura. "Dan kau baru memberitahukannya ketika kita sudah merusaknya!" tambahnya.

"Wow… forehead, untuk seseorang yang direkomendasikan oleh Tokyo Daigaku untuk menutut ilmu di tempat mereka, kau tidak terlalu cemerlang." balas Ino dengan sarkastik. "Kau pikir ada berapa banyak orang yang memiliki mobil mewah seperti itu di negara ini? Sekali lihat saja kau pasti dapat membedakan mana mobil mahal–"

"Hentikan kalian berdua! Kalian berdua sama bersalahnya dalam hal ini." Naruto memotong perkataan Ino. Kedua gadis yang tadi saling bertengkarpun segera menutup mulut mereka.

"Tidak bisa dipercaya, apa ini hal-hal yang dilakukan nona-nona muda jaman sekarang?" Naruto memijat dahinya yang terasa berat. Orang waras akan berpikir berjuta kali untuk melakukan hal konyol seperti itu, bahkan hal konyol itu tidak akan pernah terlintas di otak mereka sama sekali. 'Dan mereka bilang akulah si idiotnya.' pikirnya dalam hati.

Tiba-tiba Kiba membuka mulutnya yang sedari tadi terdiam. "Hei, apa kalian tidak merasa heran, kenapa mobil sekelas Porsche bisa hancur hanya dengan satu pukulan." kata Kiba melenceng dari topik pembicaraan yang langsung berbuah tatapan kesal Naruto.

"Apa?" Kiba mengangkat kedua tangannya, "Aku hanya kecewa dengan kualitas mobil jaman sekarang."

Naruto menghela nafas berat, kemudian mengalihkan pandangannya dari Kiba kembali ke Sakura dan memeluknya erat dengan gestur mendramatis.

"Apa pemiliknya melihat wajah kalian berdua?" tanya naruto.

"Umm– Aku rasa dia melihat bagian belakang tubuh kami. Apakah itu akan jadi masalah? Maksudku, sangat mudah mengenali orang dengan rambut pink dan di kota ini bisa dihitung berapa orang yang memiliki rambut–" Ino tidak melanjutkan kata-katanya karena Naruto sudah keburu nangis sesegukan.

"Oh! Sakura-chan! Aku tidak mau imouto kesayanganku masuk penjara." rintih Naruto sambil mengusap-usap rambut adiknya, "Maksudku, delapan belas tahun merupakan umur yang legal di Jepang untuk menjadi tahanan kan?" lanjutnya sesegukan.

"Sebenarnya enam belas tahun." Jawab Sakura yang masih berada dipelukan anikinya. "Dan menurutku tidak mungkin dia melacak hanya dari rambutku. Dia pasti melacak kita melalui Suica!"

"Semoga saja orang itu tidak melacak dan melepaskan kita berdua, Forehead!" ucap Ino sambil menyatukan tangannya, berdoa.

"Menurutku, orang itu tidak bisa melacak kalian berdua hanya dengan sebuah kartu. Pihak stasiun tidak akan memberikan informasi pelanggannya pada sembarang orang." kata Kiba memasang tampang berfikir sambil mengelus-elus dagunya seolah-olah terdapat janggut disana.

"Um... Kiba, menurutku seseorang yang memiliki sebuah Porsche bukanlah sembarang orang." ucap Sakura pelan.

Semua terdiam.

Sunyi…

Sunyi…

Sunyi…

"…Sakura-chan, mulai besok kau menggunakan sepeda." ujar Naruto pada akhirnya.

"…Dan mulai besok, kalian harus rajin-rajin ke Jinja." tambah Kiba.

.

.

.

Hari mulai beranjak malam dan suara anjing liar mulai terdengar di sudut-sudut kota. Di ruang tamu, Naruto dan Kiba mulai sibuk mempersiapkan acara reunian kecil-kecilan mereka. Dari tempatnya berada, Sakura dapat mendengar suara tatami dipasang dan dari dapur terlihat Kiba sedang mengangkat kotatsu yang terdapat alat penghangat di bagian bawahnya.

Sakura melirik jam weker yang terletak di samping pohon bonsai yang terpangkas rapih di atas kabinet. Waktu menunjukan pukul 07.15 PM.

"Kau tidak pulang, piggy?" kata Sakura bersandar di bahu Ino, mengambil beberapa popcorn yang berada di mangkuk porselen dan membawanya ke mulut. Mereka berdua berada di ruang tengah, menonton televisi.

"Aku sudah menelepon Tou-chan dan bilang padanya aku akan menginap." sahut Ino sambil meminum susu langsung dari kartonnya.

"Eww... hentikan pig! Aku juga mau susu itu." Ino hanya menjulurkan lidahnya pada Sakura, mengejek. Sakura hanya memutar bola mata emerald-nya.

Hanya ada suara televisi yang terdengar di penjuru ruangan dan sayup-sayup suara Naruto dan Kiba yang berdebat di ruang tamu, sampai Ino memutuskan untuk angkat bicara.

"Hei, forehead?"

"Hm?"

"Apa yang akan kita lakukan jika pemilik mobil itu menangkap kita dan meminta ganti rugi?" tanya Ino tiba-tiba dan langsung menghadap ke arah Sakura.

"Menggantinya… kurasa." Sakura menghentikan acara makannya dan memandang punggung Naruto yang terlihat dari ruang tamu dengan pandangan bersalah.

"Aku tidak bisa membebankan Nii-san dalam hal ini. Dia adalah malaikatku. Lagipula, dia juga sudah bekerja keras untuk membangun kedai ramen miliknya bersama Kiba." Sakura memalingkan pandangannya ke arah Ino.

"Kita harus melakukan sesuatu." ujarnya.

"Ya! Ayo kita lakukan sesuatu, forehead! Ayahku hanya seorang pemilik toko bunga. Tou-chan pasti sangat sedih jika mendengarnya. Arrgghh... Kita bodoh sekali!" Ino memeluk lututnya, menenggelamkan wajahnya di sana. Sakura yang melihatnya langsung memeluk Ino dan mulai menangis sesegukan.

"Kau benar pig! Kita bodoh sekali! Apa yang kita pikiran saat itu! Seharusnya kita langsung berjalan lurus saja biarpun mobil hitam, gagah, mulus dan mengkilap itu memanggil-manggil kita untuk menyentuhnya," ucap Sakura masih memeluk Ino. Ino yang sudah tidak menundukkan wajahnya hanya memandang Sakura.

"Biarpun kita kerja part-time di Maid Cafe selama seratus tahun sekalipun kita tidak akan bisa memperbaiki mobil yang penyok itu!" lanjut Sakura.

Ino pun ikut menitikkan air mata mendengar perkataan Sakura dan membalas pelukannya, "Kau tahu forehead, omonganmu sangat masuk akal," Ino mempereratkan pelukannya sambil melanjutkan, "Tamatlah riwayat kita berdua!" dan mereka berdua pun menangis sambil berpelukan.

BRUMM!

BRUMM!

BRUMM!

"AIIIHH… Mereka sudah datanggg!" teriak Naruto dari ruang tamu sambil melompat kesana-kemari.

Ino dan Sakura langsung menghentikan acara menangisi diri mereka.

"Sakura-chan! Ino-chan! Ambilkan daging di kulkas, saus wijen, dan juga kecap asin! Oh yaa! Jangan lupa dengan sakenya, Kiba!"

Naruto dengan semangat mengambil jaket oranye kesayangannya yang tergantung di belakang pintu dan bersiap untuk turun ke bawah, menyambut tamu. Sebelum pergi, Naruto menatap ke arah Sakura dan Ino.

"Hei kalian, tenang saja... Semuanya akan baik-baik saja, Okay?" katanya sambil tersenyum lebar sambil mengacungkan jempol ke depan.

Sakura dan Ino ikut tersenyum lebar melihatnya.

"Oiya… Jika kalian sudah menggambil bumbu dan dagingnya, kalian pergilah ke kamar, ya!" sambung Naruto sebelum akhirnya menutup pintu.

Sakura dan Ino hanya tertawa.

"Whoaa... Kakakmu semangat sekali." kata Ino disela-sela tawanya sambil menaruh saus wijen dan kecap asin di atas kotatsu. Sakura hanya tertawa kecil menanggapinya dan meletakkan daging yang telah diwadahi mangkuk di sebelah saus wijen dan kecap asin.

"Beres!" kata Sakura sambil bertolak pinggang dan kemudian menarik Ino menuju kamar. "Ayo lekas ke kamarku pig! Sebelum tamu Naruto-nii datang."

"Sabar sedikit! Ayo kita ambil film Rurouni Kenshin untuk kita tonton di kamar! Aku tidak bisa menghabiskan malamku tanpa melihat Takeru Sato!" kata Ino sambil memandang Sakura sambil tersenyum genit.

"Heeiii… Ide bagus nona Yamanaka!" ujar Sakura ikut tertawa genit.

Mereka pun bergegas menuju ruang tengah. Sakura mengangkat kontener kecil tempat biasa mereka menyimpan CD dari atas lemari TV dan mulai mencari. Sementara Ino menuju ke jendela, memperhatikan Naruto dan Kiba yang sedang bersenda gurau dengan teman-teman lamanya di luar.

"WHOAA…Forehead! Lihatlah teman-teman kakakmu!"

Sakura yang sudah menemukan film yang mereka cari langsung bergegas menuju tempat Ino berada dan ikut memperhatikan delapan pria dewasa yang berada di bawah.

Sakura merasa takjub seketika.

"Whoa… Lihat mereka! Mereka seperti orang-orang yang hanya makan menggunakan piring emas! menurutmu pakaian mereka berapa juta yen harganya?!"

"Lupakan pakaian mereka, forehead! Lihatlah tubuh mereka! Seperti bukan orang Jepang saja! Biarpun ada yang beralis tebal dan ada yang gemuk–" Ino mengerutkan alis matanya sesaat, "–tapi tetap saja berkilau." sambung Ino kemudian sambil menopang kepalanya dengan kedua lengannya di bingkai jendela.

"Beruntung sekali kakakmu mempunyai temen-teman sekeren itu! Apa kau kenal salah satu dari mereka?"

"Tentu saja, uumm… Kiba?"

"Ahahahaha, hanya Kiba? Geez... Tidak beruntung sekali kau!"

"Hahaha!" Sakura hanya bisa tertawa.

Setelah beberapa saat tertawa-tawa, Sakura dan Ino akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamar, sampai...

BRUMM!

BRUMM!

Tiba-tiba terdengar suara kendaraan lain yang mendekat. Sakura dan Ino langsung memusatkan perhatian mereka kembali keluar jendela. Mobil mewah berwarna hitam muncul dari kejauhan dan memarkirkan diri di antara jajaran kendaraan mewah lainnya.

Tak lama setelah itu, munculah pria tampan dan tinggi mengenakan kemeja navi blue yang dilepas dua kancing atasnya dari dalam mobil. Meskipun menggunakan kemeja, otot-otot lengan, punggungnya yang tegak dan bahunya yang lebar terlihat jelas dari jendela tempat Sakura dan Ino berada. Memegang jas hitam di lengan kanan, pria itu menyisirkan rambut ravennya kebelakang menggunakan jari-jari tangan kirinya–yang membuat sakura menahan napas–dan memandang kearah teman-temannya dengan tatapan bosan.

Sakura kemudian melihat Naruto merangkul akrab pria asing tersebut sambil berkata sesuatu yang sepertinya terdengar lucu sebelum tertawa dengan keras yang segera disusul dengan tawaan dan seringai dari teman-teman lainnya.

Sakura yang melihat anikinya tertawa riang, tanpa sadar ikut tersenyum dan kemudian mengalihkan pandangannya kearah mobil hitam mewah yang tadi sempat mencuri perhatiannya. Memandangnya secara meyeluruh sampai mata emeraldnya tanpa sengaja berfokus pada sesuatu di bagian atap mobil yang membuat dirinya bisa terkena serangan jantung seketika.

'TIDAAAAKKKKK!' teriak Sakura dalam hati sambil menutup kedua telinganya.

Tanpa disadari, tubuhnya tiba-tiba mengeluarkan keringat dingin dan perutnya mulai terasa seperti diaduk-aduk sehingga membuat dirinya merasa mual. Di sampingnya, Ino masih memandang ke luar jendela terkagum-kagum belum menyadari apapun.

"Forehead! Apa kau lihat pria itu? Dasar Naruto si brengsek yang beruntung!"

Sakura yang tidak bisa menanggapi perkataan Ino, hanya diam membatu.

"Forehead! Lihat wajah dan tubuhnya! Bagaimana bisa manusia seperti itu ada?! Kami-sama sepertinya sangat sayang pada pria itu."

Masih terdiam membatu.

"Whoaa! Forehead! Dia melihat ke arah sini–"

Sakura langsung mengalihkan pandangannya ke arah sang pria yang langsung disambut oleh bola mata onyx yang menatapnya tajam.

"–dia melihat tepat ke arahmu!" sayup-sayup mendengar perkataan Ino, Sakura hanya bisa diam terpaku oleh sepasang mata yang melihatnya tajam seperti elang yang akan melahap habis mangsanya.

Onyx bertemu emerald.

Pada saat itu, Sakura merasa kalau masuk penjara merupakan pilihan yang sangat menggoda.

.

.

.

TSUZUKU


Kappabashi = Area pertokoan yang terletak disekitar Stasiun Tawaramachi di jalur Subway Ginza, Tokyo. Di area ini banyak toko-toko yang menjual peralatan memasak.

Yakiniku = daging yang dibakar

Todai = singkatan dari Tokyo Daigaku (Universitas Tokyo)

Suica = kartu untuk naik kereta api sama kayak kartu Commuter Line di Indonesia.

Jinja = kuil shinto

Tatami = tikar Jepang yang biasanya terbuat dari jerami yang ditenun.

Kotatsu = meja pendek untuk makan yang biasanya ditaru diatas tatami

Haii! Minna-san! Salam kenal! Ini adalah fic pertamaku. Setelah bertahun-tahun lamanya baru sekarang aku tergoda mencoba buat fic, jadi kalo ada kesalahan dalam ejaan, banyak typo, dan kesalahan tanda baca mohon diberi tahu yaa... Aku akan berusaha untuk memperbaikinya. Oiya.. disini Naruto, Sasuke dan kawan-kawannya berusia 23-24 tahun, sedangkan Sakura dan Ino masih berusia 17-18 tahun karena menurutku age gaps sepertinya terdengar seksi, tapi gak terlalu jauh juga perbedaan umurnya. Dan jika ada yang bingung kenapa tiba-tiba Naruto seperti orang pintar, itu karena Naruto adalah onii-chan yang bijak dan bertanggung jawab hahaha.. Oke sekian perkenalannyaaaa… jangan lupa review-nya yaaaa… Salam!