Aku Ingin

By honeyf

Disclaimer: Naruto, Shaman King, One Piece, Fullmetal Alcemist, Eyeshield 21, Tsubasa Reservoir Chronicle, XXXHolic, Yu-Gi-Oh!, Card Captor Sakura, Kingdom Hearts, The Wizard of Oz, semuanya milik pemiliknya masing-masing! Jadi, semua bukan milik saya!

Warning: AU, crack, random, nyaris OOC, cross over (sekali), Male x Male, dsb.

Attention: "Don't Like, Don't Read!"

Pair: Sasuke/Naruto, sedikit Sai/Naru, Zoro/Sanji, Roy/ Ed, HoroHoro/Ren, Kurogane/Fai, Doumeki/Watanuki, Touya/Yukito, Riku/Sora, dan lain-lain.


Di sebuah desa yang bernama Konoha, hiduplah pemuda yatim piatu yang bahagia. Tidak heran, meskipun telah ditinggal oleh kedua orangtuanya, pemuda tersebut masih memiliki kakek dan nenek yang kini tinggal bersamanya. Pemuda dengan ciri-ciri perangai ceria, rambut pirang mencuat ke segala arah, dan memiliki tanda lahir yang khas, yaitu tiga garis yang berada di pipinya masing-masing. Panggil saja pemuda itu dengan nama Naruto. Ia tinggal bersama kakek dan neneknya. Jiraiya, kakeknya adalah seorang petani. Dan Tsunade, neneknya adalah seorang penjual sayur. Naruto memiliki peliharaan seekor rubah yang sangat disayanginya yaitu Kyuubi. Memang, terlalu aneh untuk memelihara seekor rubah. Tapi, karena itu adalah pemberian dari orangtuanya, maka Kyuubi sudah dianggap sebagai sesuatu yang berharga seperti keluarganya.

Pada suatu hari, dimana keadaan desa terlihat damai sentosa tanpa dosa. Naruto tengah bermain di halaman rumahnya. Oh, ternyata Naruto tidak bermain. Ia sedang sibuk membantu Jiraiya mengangkat dan membawa bibit jagung yang baru saja dibeli. Ia terlihat begitu menikmati pekerjaannya, sambil bersenandung dan berlari-lari kecil.

Tak lama, langit yang pada awalnya cerah, dalam sekejap menjadi gelap. Jiraiya meneliti hal itu dan segera memanggil Naruto.

"Naruto!"

"Ya?"

"Cepat ke gudang bawah. Sebentar lagi akan datang taufan."

"Eh? Tapi, bagaimana dengan ini?" tanya Naruto sembari menunjuk bibit-bibit.

"Biarkan saja. Sekarang, selamatkan diri dulu!" tegas Jiraiya.

"Baik."

Kemudian, mereka berdua segera menuju ke gudang bagian bawah yang letaknya di dalam tanah. Tak jauh dari mereka yang sedang berlari, terlihat Tsunade yang sedang sibuk membawa perbekalan di ambang pintu masuk.

Kurang lebih jarak dua meter dari pintu, Naruto berhenti. Ya, ia merasakan sesuatu yang terlupakan.

"Kyuubi!" sentaknya saat mengingat Kyuubi tertinggal di dalam rumah.

Jiraiya yang mendengar itu langsung berbalik dan mendapatkan kekosongan. Terlambat. Naruto sudah berlari jauh ke arah rumah. "Naruto!" teriak Jiraiya memanggil.

WUUSSHH! Tiba-tiba, angin datang dan menghantam tanah yang ada di hadapan Jiraiya. Jiraiya berbalik mundur, berlari menuju ke gudang dan segera masuk ke dalam. Sungguh pilihan yang sulit. Tidak ada maksud untuk tidak menyusul Naruto. Tapi, Jiraiya juga tidak bisa meninggalkan Tsunade sendirian. Apalagi, Tsunade terus saja memaksa keluar untuk menolong Naruto. Sekarang, yang hanya bisa mereka lakukan adalah berdoa atas keselamatan cucu satu-satunya itu.

BRAK! Naruto membuka pintu rumah dengan kasar. Kemudian segera berlari ke kamarnya. Setelah tiba di kamarnya, Naruto mengamati sekitar.

"Pyuuuuur."

Ya, seekor hewan yang sangat dicemaskan Naruto, saat ini sedang tidur dengan nyenyaknya di ranjang majikannya. Melihat itu, Naruto agak kecewa karena sudah khawatir pada peliharaannya satu itu.

Sementara di luar, keributan yang disebabkan oleh angin semakin menjadi-jadi dan mengerikan. Putaran angin yang menjulang tinggi dari tanah ke atas langit membuat semua benda-benda di sekitar terangkat. Termasuk rumah dimana Naruto berada saat ini. Rumah terangkat, dan terbawa oleh putaran angin.

Di dalam rumah, keadaan menjadi kacau, seakan-akan ada gempa yang sedang terjadi. Naruto pun langsung meringkuk di bawah kasur untuk menyelamatkan diri dari benda-benda yang seperti sedang mengamuk. Tak lupa ia menarik Kyuubi ikut bersamanya. Dan saat itu juga, ia meringis kesakitan atas tangan yang digigit Kyuubi, tanda tidak terima dengan kekasaran atas membangunkan tidurnya.

-HHH-

"Hoaaam..." Naruto membuka lebar mulutnya, membuka matanya berat, dan menggeliat.

JDUK! Terdengar bunyi hantaman keras.

"Aww!" seru Naruto kesakitan menyusul bunyi keras tadi. Baru saja ia berusaha membangunkan dirinya dan ternyata tidak bisa, karena tehalang sesuatu. Ya, Naruto lupa kalau dirinya berada di kolong tempat tidurnya.

Setelah keluar dari tempat sempit tadi, Naruto mengamati keadaan kamarnya yang sudah tidak dapat dikenali bentuknya. Malas dengan itu, ia berjalan menuju ke jendela.

"Hee... Dimana ini?" tanyanya menyadari bahwa pemandangan yang ada di hadapannya sangat asing. Bagaiman tidak, yang dilihat Naruto sekarang adalah pepohonan yang berwarna-warni dengan bentuk tidak wajar yang sebagaimana bentuk pohon normal, Naruto sendiri jadi tidak yakin itu bisa disebut pohon. Lalu, bukit-bukit kecil dengan warna yang bermacam-macam pula. Tak jauh dari pandangannya, ia melihat banyak benda aneh yang terbang bebas di angkasa. Dan yang paling mengherankan, Naruto melihat makhluk hidup yang tidak pernah ia temui sebelumnya, bahkan yang ia pelajari atau sekiranya ia tidak pernah melihat di buku-buku bekas orangtuanya.

Dengan segera, Naruto keluar dari dalam rumah, diikuti Kyuubi yang ikut berlari di belakangnya. Setelah sampai di luar, tiba-tiba saja ia dihentikan oleh sesuatu.

"Eh?" Naruto menyadari adanya tongkat yang menghalang jalannya. Lalu, ia melirik ke arah sang empunya tongkat.

"Terima kasih banyak," ucap sang pemilik tongkat tepat saat Naruto melihatnya. Lelaki berpakaian aneh. Itulah kesan pertama Naruto. Tentu saja, lelaki tersebut memakai pakaian yang keseluruhannya berwarna hitam, jubah panjang di bagian belakangnya, dan topi kerucut menjulang tinggi di atas kepalanya. Yang paling membuat Naruto risih adalah lelaki tersebut mengekspos bagian perutnya.

"Ya?" Akhirnya Naruto mengeluarkan suara yang terdengar seperti ia tidak mengerti.

"Ya. Terima kasih karena Anda telah menolong kami," ulang lelaki bertongkat tadi seraya memberi senyuman kepada Naruto.

"Eh?" Naruto menjadi bingung. "Maksudnya?"

"Mari... Ikut saya..." Lelaki yang diklaim aneh oleh Naruto itu pun berjalan menyusuri samping rumah.

"Hm...?" Naruto hanya bisa menuruti, dan berjalan mengikutinya. Sementara Kyuubi yang ada di samping kakinya sejak Naruto berhenti mendadaktadi, tidak mengikuti Naruto karena sibuk menjilati tubuhnya. Ya, Kyuubi harus butuh perawatan yang baik, meskipun hanya mandi dengan liurnya.

Sampai di belakang rumah Naruto, lelaki aneh pun berhenti.

"Nah..." Lelaki itu menunjuk sesuatu yang terjepit di antara dasar rumah dan tanah.

"Hng?" Naruto yang penasaran segera melihat apa yang ditunjuknya. "GYAAAAAA!" Tiba-tiba Naruto menjerit. "A-apa itu?" tanyanya sambil menuding kaki yang muncul di bawah timpaan rumah.

"Itu kaki," jawabnya datar.

"..." Naruto membuat wajah malas, tanda tidak puas dengan jawaban. "Aku tahu itu... Tapi... kenapa bisa di situ?" tanya Naruto horor.

"Seperti yang sudah kukatakan tadi, Anda telah menolong kami. Ya, rumah Anda telah membunuh penyihir jahat yang menyusahkan Daerah Barat ini," jelasnya.

"Eh? Membunuh? Penyihir? Jahat?" Naruto semakin bingung, semuanya benar-benar asing.

"Ah, ya, saya lupa memperkenalkan diri. Kenalkan, saya penyihir utara, Sai. Sepertinya, Anda bukan penduduk dari sini. Boleh saya tahu nama Anda?"

"Err... Saya Naruto dari desa Konoha."

"Konoha? Dimanakah itu?"

"Di Negara Hi."

"Hi?" Sekarang giliran si penyihir, Sai yang heran.

"Kau tidak tahu Negara Hi?"

Sai mengangguk.

"Jadi, dimana ini? Daerah Barat? Penyihir? Aku membunuh penyihir jahat? Apa maksudnya itu? Mereka hanya ada di dongeng. Benar-benar tidak ada yang masuk akal," jelas Naruto frustasi mendapatkan dirinya di tempat yang tidak logis.

"Maaf, setelah melihat keadaan Anda yang tidak tahu apa-apa, saya dapat simpulkan beberapa. Pertama, Anda bukan asli penduduk kami. Atau bahkan, bukan dari tempat kami. Tempat kami hanya terdiri dari Daerah Utara, Barat, Selatan, dan Timur. Dengan pusatnya bernama Daerah Zero. Masing-masing daerah dikuasai oleh penyihir. Penyihir tersebut diberi julukan yang sama dengan nama daerah kekuasaannya. Contoh. saya dikenal sebagai penyihir utara. Dan, dia..." Sai menunjuk mayat penyihir Barat, "penyihir barat."

Naruto mengangguk-angguk kecil, tanda sedikit sudah mengerti. Dan kemudian lanjut mendengarkan penjelasan Sai.

"Nah... Seperti yang Anda sudah ketahui tadi, di tempat kami tidak ada yang bernama Konoha."

Naruto terdiam seolah-olah berpikir atau mengenang sesuatu. Tak lama, air mata keluar dan membasahi pipinya. "Jadi... bisa dibilang aku tersesat di dunia lain begitu..."

"Hmm... mungkin..." balas Sai canggung.

"Aku... Aku ingin pulang... Kakek... Nenek... Aku tidak ingin mereka khawatir..." isak Naruto.

Melihat itu Sai menjadi prihatin. Kemudian, ia melangkah medekati Naruto. Tangannya menggapai pipi Naruto guna menghapus air matanya. Naruto pun merespon Sai dengan menghentikan isakan tangisnya. Tidak perlu waktu sedetik, bibir Sai sudah berada di kening Naruto. Yang merasa diciumnya langsung terkesiap, dan terdiam. Lalu, Sai melepaskannya. "Ya, cukup. Jangan bersedih lagi. Saya akan membantu Anda untuk mencari jalan pulang."

Butuh waktu lama, otak Naruto mencerna kejadian tadi. "Eh? Apa tadi? Kau baru saja menciumku?" tanya Naruto histeris jijik.

"Hanya sebuah kecupan. Itu sihir dari saya untuk melindungi Anda," jawab Sai tenang dan tersenyum.

"Tapi, kau cowok, dan aku juga cowok. Itu sungguh tidak normal. Tidak adakah cara lain yang lebih normal?" sergah Naruto.

"Hmm..." Sai memutar bola matanya. "Sepertinya… hanya ada yang lebih dari itu."

"..." Naruto berpikir bahwa bisa dipastikan penyihir yang ada di hadapannya adalah orang sesat. "Baiklah, lupakan itu. Tadi, kau bilang akan membantuku. Bagaimana itu?" tanya Naruto mengharapkan pernyataan Sai adalah benar.

"Ya. Tapi, saya tidak bisa membantu Anda secara langsung. Saya sarankan Anda pergi ke Daerah Zero untuk menemui Penyihir Oz. Beliau adalah penyihir tertinggi di seluruh Daerah. Anda bisa mengikuti jalan emas yang di sana agar sampai ke Daerah Zero berada," jelas Sai panjang sembari menunjuk jalan berwarna kuning keemasan yang tidak jauh dari pendaratan rumah Naruto.

"Oke." Naruto pun segera memanggil Kyuubi yang hampir saja terlupakan. Tak lama Kyuubi datang dengan malas, Naruto bisa tahu kalau Kyuubi tadi tertidur lagi. Kemudian, Naruto segera berpamitan, karena tidak mau berlama-lama dengan penyihir aneh dan sesat itu.

"Tuan Naruto!" Sai memanggil Naruto yang sudah seperempat jalan meninggalkan Sai.

"Ya?" Naruto berbalik malas.

"Apakah Anda mau pergi dengan keadaan seperti itu?" tanya Sai heran sembari memberi pandangan yang seakan memeriksa seluruh tubuh Naruto.

"Err... Apa ada yang salah?" tanya Naruto takut-takut.

"Tentu. Terutama kaki Anda."

"Eh?" Naruto melihat ke bawah dan mendapati kakinya tidak memakai apa-apa. Naruto langsung memerah dan nyengir tidak jelas.

"Tunggu sebentar." Sai pun menuju ke tempat mayat penyihir yang terjepit tadi, dan mengambil sesuatu dari sana. "Bagaimana kalau Anda memakai ini?" Sai menyodorkan sepatu perak yang Naruto tahu persis bahwa itu milik penyihir terbunuh oleh rumahnya tadi.

"Hmm... Kurasa tidak perlu," Naruto menolak karena takut. Yeah... Wajar saja, siapa yang mau memakai barang dari orang mati. Apalagi, yang membunuhnya bersangkutan dengan Naruto. Ya, alat pembunuhnya adalah rumah Naruto dengan pelakunya adalah angin taufan.

"Tidak apa. Sepatu ini memiliki sihir tinggi yang akan melindungimu. Tidak ada yang perlu ditakutkan, karena majikan sepatu ini telah lenyap sepenuhnya. Anggap saja ini hadiah dari kami, para penyihir atas kehebatan Anda."

Naruto pun mengubah pikiran atas penolakannya terhadap sepatu itu. Kemudian, ia tidak segan-segan mengambil sepatu perak dari tangan Sai dan memakainya.

"Oh, ya, kurasa Anda juga memerlukan ini?" ujar Sai sambil menggerakkan tongkatnya, dan mengucapkan kata-kata tidak jelas.

BWOSH. Tiba-tiba saja kepulan seperti asap muncul di depan tongkat. Setelah asap sepenuhnya hilang, sebuah keranjang pun muncul. Naruto yang melihatnya, hanya bisa membuka mulutnya keheranan sekaligus kagum.

"Ya. Sekarang Anda bisa pergi dengan membawa perbekalan ini."

"Umm... Terima kasih banyak..." ucap Naruto tersipu. "Kalau begitu aku pergi dulu... Dah..." seru Naruto, kemudian berlari dan melambaikan tangannya.

"Ya, hati-hati..." kata Sai membalas lambaian tangan Naruto. "Semoga kita bertemu lagi..." sambung Sai yang jelas tdak akan terdengar oleh Naruto yang sudah menghilang dari penglihatannya.

-HHH-

Maka, Naruto pun memulai perjalanannya. Apakah yang akan terjadi dalam misi utamanya untuk pergi ke Daerah Zero dan bertemu penyihir Oz demi mencari jalan pulang ke desanya? Saksikan tayangannya minggu depan... *digiling pembaca*

Eh, ternyata sudahan ya... Duh, maaf... lupa kasih...

-TBC-

Hehehe... *plak*

OK! Mind to review? ^_^