Tenang, malam yang begitu sunyi walaupun setiap rumah terang akan warna warni lampu hiasan, seakan seluruh penghuninya sedang bertapa, merenung akan hidupnya yang telah lampau.

Salju turun dengan tenang, tidak begitu lebat. Udara yang terasa benar-benar dingin sampai menusuk kulit.

Kata orang, setiap butir salju yang turun menggambarkan kenangan dari setiap orang di dunia, perjalanan hidup selama setahun kebelakang, yang baik di lanjutkan, yang buruk ditinggalkan, yang manis selalu dikenang, yang buruk ada kalanya lebih baik dilupakan.

Kata yang lain, setiap butir salju berisi tentang pengharapan, pengharapan setiap orang tentang masa-masa yang akan dilalui 12 bulan ke depan, berharap pada Tuhan, semoga yang baik datang, dan yang buruk pergi menjauh.

Langitpun terlihat sangat indah, banyak bintang yang bertebaran, sang bulan bersinar terang memperlihatkan wujud utuhnya.

Lusa adalah natal, masa-masa bahagia, menyambut kelahiran sang juru selamat dunia.

Pohon natal sudah menjadi hiasan disetiap rumah, di jendela tercantel kaos kaki pengharapan, berharap sekiranya santa akan datang dan memberi hadiah.

Sekali lagi, hening malam yang menenangkan, suara nyanyian terdengar samar-samar dari gereja tua di pinggir desa, terdengar alunan melodi lagu rohani yang menenangkan hati.

Krekkrek--

"Okaa san, ayo bantu kami ne" sebuah kepala seorang gadis bersurai biru panjang muncul dari balik pintu, tangannya penuh dengan hiasan pohon natal. Langkahnya pun mulai mendekat kepadaku, di pinggir sebuah kusen jendela kamar.

"Okaa san sedang apa ne?"

"Reinacchi, jangan ganggu okaa san, okaa san sedang berdoa, sekarang ayo bantu Tou san~" muncul lagi, sekarang kepala pria bersurai kuning dengan senyum khasnya yang tidak berubah sejak pertama kali kukenal 15 tahun lalu.

"Ne Tetsuyacchi kalau sudah selesai bantu kami di bawah ya" tangannya memamerkan banyak sekali bahan makanan, dan dekorasi natal.

"Tak apa Ryota kun, aku sudah selesai, nah Reina chan, mau Okaa san gendong?" tangan kecil Reina, anak kami, aku dan ryota kun, terulur menyambut ajakan gendonganku.

"Ne kaa san, apa yang kaa san doakan?" pertanyaan yang begitu polos dilontarkan sambil menuruni tangga.

"Hmm, Himitsu!" wajah yang tidak puas kudapati pada paras ayu putriku, rambutnya sewarna denganku, namun manik mata dan sifatnya condong ke suamiku.

"Hidoii nee"

'Semoga Keluargaku selalu dilimpahi oleh kebahagiaan'

-EnD-

AN:

Yo fic pertama yang berani dipublish :v

ceritanya KiseFemkuro ya -

Maafkeun kalo ada typo dan tidak baku

dan Selamat Hari Natal dan Tahun Baru

menerima kritik dan saran dalam bahasa sopan baik dari segi bahasa maupun alur cerita