Main cast : Siwon - Kibum
Other cast : find others in side
GS for uke/typo(s)
.
.
.
Happy reading
.
.
.
Seoul Medical Center. Adalah salah satu rumah sakit besar di Seoul bahkan di Korea Selatan. Di rumah sakit inilah seorang CEO muda dari sebuah perusahaan besar dirawat. Sebut dia Siwon, Choi Siwon. Seorang CEO muda dari Dynasty Group, sebuah perusahaan property besar di Korea, meliputi hotel – hotel berbintang, villa dan resort, apartement, dan masih banyak lagi. Diusianya yang masih terbilang muda – dua puluh delapan tahun – dia sudah mewarisi usaha turun temurun keluarga Choi. Muda, bergelimang harta, serta tampan sebagai bonus, membuatnya terlihat begitu sempurna di mata para wanita. Walau begitu tak ada satupun yang bisa mencuri hati seorang Choi Siwon.
Lalu kenapa dia bisa berarkhir di ranjang rumah sakit? Itu karna dua hari yang lalu dia ditemukan hampir pingsan di ruangannya. Hal itu membuatnya harus segera dilarikan ke rumah sakit. Usus buntu dan gangguan lambung adalah vonis yang dokter berikan untuknya dan operasi adalah satu – satunya jalan keluar. Pola makan yang tak teratur serta makanan yang dikonsumsi menjadi factor utamanya. Siwon memang kerap kali melewatkan makan siangnya, juga melewatkan sarapan jika ada rapat di pagi hari. Tuntutan pekerjaan ditambah jiwa mudanya membuatnya mengutamakan pekerjaan.
Dan sekarang pemuda tampan itu sedang berbaring di salah satu ruang VIP rumah sakit tersebut. Dia tak sendiri, ada seorang pemuda lain yang tak kalah tampan datang menjenguknya.
"Kelihatannya kau sudah sehat, hyung. Kenapa belum boleh pulang?"
"Kalau aku sudah sehat aku tak akan ada di sini, Kyu. Lagipula jahitanku masih belum kering. Aku juga menunggu hasil tes kesehatanku keluar."
Yang dimaksud dengan 'Kyu' adalah Kyuhyun, Cho Kyuhyun. Sepupu Siwon dari pihak ibu. Pemuda itu memang lebih muda dari Siwon tapi kemampuannya mengelolah perusahaan sama dengan Siwon. Kyuhyun juga seorang direktur muda. Jika bisnis keluargo Choi ada di dunia property maka beda dengan keluarga Cho yang menggeluti dunia bisnis elektronik.
Kyuhyun sudah ada di ruang rawat Siwon sejak lima belas menit yang lalu, dan yang dilakukannya hanya duduk di sofa sambil asik dengan game portable kesayangannya. Sedang sang pasien tak kalah sibuk dengan ponselnya.
"Makanya kalau aku mengajakmu makan siang harusnya kau ikut, hyung."
"Dan menjadi lalat pengganggu antara kau dan kekasihmu, begitu?"
"Ck. Tapi paling tidak kau tidak seperti ini, hyung."
Jika saja Siwon sedang berselera mendebat adiknya yang terkenal susah dibantah, pasti pembicaraan – yang lebih mirip perdebatan – itu akan berjalan lebih lama.
Memang benar jika Kyuhyun kerap kali mengajak Siwon makan siang bersama. Walaupun itu artinya mereka akan pergi bertiga. Ya, bertiga, Siwon, Kyuhyun dan kekasih Kyuhyun. Hal itulah yang membuat Siwon mencari alasan agar tidak terjebak dalam situasi dimana dia harus menjadi penonton drama lovey dovey sang adik dengan pacarnya.
"Lalu kapan kau keluar, hyung? Kalau seperti ini terus bagaimana aku mengatur waktuku?"
"Aish. Kau harus profesional. Cho."
"Kau tak perlu meragukan profesionalitasku, hyung. Hanya saja sekarang aku harus mebagi waktu antara Cho Company, Dynasty Group, dan juga uri Minnie. Aku hanya takut Minnie merasa terabaikan, hyung."
Memang benar, ayah Siwon meminta bantuan keponakannya untuk mengurus Dynasty Group selama Siwon sakit. Itu karna Tuan Choi yang masih disibukkan dengan pembukaan cabang baru di Singapura. Dan akhirnya setelah mendapat persetujuan dari Tuan Cho dan Kyuhyun sendiri, keponakan kesayangan keluarga Choi itu harus rela membagi waktunya.
"Kalau begitu biarkan saja Minnie mendapatkan namja lain yang lebih baik darimu."
"Yak, hyung!"
Ceklek
"Annyeonghaseyo, Siwon-ssi."
Seorang wanita muda memasuki ruang rawat Siwon diikuti seorang perawat di belakangnya.. Wanita muda yang cantik dengan pakaian putihnya yang khas serta name tag yang tersemat di dada sebelah kanannya.
"Eoh. Annyeonghaseyo, Kim Uisanim."
Kim uisanim, atau dokter Kim Kibum – sesuai name tag nya – adalah dokter yang bertanggung jawab menangani Siwon. Seorang dokter spesialis penyakit dalam. Jika kebanyakan orang berpikir seorang dokter spesialis adalah seorang yang sudah paruh baya, maka tidak dengan dokter Kim. Dia adalah seorang dokter muda berbakat dengan segudang prestasinya.
"Bagaimana kabar anda? Merasa lebih baik?"
"Nde. Saya tidak pernah merasa sebaik ini."
"Baiklah. Saya akan memeriksa anda."
Lalu setelahnya dokter Kim mulai memeriksa tekanan darah sang pasien dengan alat yang dibawa oleh perawat.
Kyuhyun sudah beranjak dari duduknya sejak sang dokter masuk ruang rawat kakaknya, hanya saja dia tidak mendekat pada ranjang Siwon. Hanya berdiri.
Pemuda penggila game itu sedang memperhatikan Siwon yang juga sedang memperhatikan sang dokter cantik yang sedang memeriksanya dengan serius. Dia tersenyum samar, mulai mengerti sesuatu.
"Jadi bagaimana kondisi kakak saya, Uisanim?"
Kyuhyun yang bertanya karna sepertinya Siwon masih sibuk memperhatikan dokter Kim.
Pandangan Kibum beralih pada Kyuhyun.
"Anda tenang saja. Kakak anda dalam kondisi yang baik. Tekanan darahnya normal. Namun untuk beberapa waktu ke depan Siwon-ssi harus menghindari makanan pedas dan asam juga konsumsi alcohol dan cola. Akan sangat membantu jika orang – orang di sekitarnya ikut mengawasi pola makan sang pasien. Meskipun lambungnya hanya mengalami infeksi ringan namun tidak menutup kemungkin infeksi tersebut menjadi semakin parah. Apakah masih ada yang ingin ditanyakan?"
Pertanyaan itu bukan hanya untuk Kyuhyun tapi juga untuk Siwon. Kyuhyun hanya menganggukkan kepalanya tanda dia sudah merasa cukup dengan penjelasan sang dokter.
"Saya rasa cukup, uisanim. Oiya, bagaimana dengan hasil tes kesehatan saya?"
"Hasilnya sudah keluar dan hasilnya semua negative."
"Apa itu artinya saya baik – baik saja?"
"Ne. Namun anda harus tetap menjaga kesehatan. Anda bisa mengambil hasilnya di bagian laboratorium, Siwon-ssi. Kalau begitu saya permisi. Selamat siang."
Kibum berpamitan pada Siwon juga Kyuhyun.
Setelah pintu tertutup sempurna barulah Kyuhyun buka suara.
"Pantas saja kelihatannya kau betah di sini, hyung. Dan sepertinya aku tau alasannya."
Kyuhyun maju mendekati ranjang Siwon dan menarik kursi untuknya duduk.
"Apa maksudmu, Cho Kyuhyun? Bicara yang jelas."
"Jangan mengelak, hyung. Aku tau kau tertarik dengan dokter Kim Kibum, kan?"
Kyuhyun melemparkan tatapan menyelidik pada Siwon dan dibalas dengan tampang polos khas seorang Choi Siwon.
"Mwoya?"
"Hyung, kau harus ingat jika prediksiku itu jarang meleset. Ayo mengaku saja. Lagipula dari keterangan yang tadi ku dengar, keadaan mu baik – baik saja begitu juga hasil kesehatanmu. Harusnya sebentar lagi kau boleh pulang, hyung. Atau kau sendiri yang sebenarnya enggan untuk pulang. Ya, kan hyung?"
"Terserah kau sajalah, Kyu."
Siwon menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Siwon tau adiknya itu tak hanya pintar membuat prediksi tapi juga pandai membaca apakah seseorang sedang berbohong atau tidak. Dan Siwon memilih menutupi dirinya untuk menyembunyian diri. Sedangkan Kyuhyun tampak terkikik merasa tebakkannya kali ini tepat sasaran.
Kyuhyun masih terkikik dan Siwon masih menyembunyikan diri saat pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan dua sosok wanita cantik beda generasi.
"Annyeong~"
"Minnie"
Jika kalian pikir Siwon yang membalas sapaan itu, salah. Melainkan Kyuhyun.
Cho Kyuhyun tampak begitu girang ketika melihat Sungmin – Minnie-nya – ada di sana. Sedangkan wanita paruh baya di belakang Sungmin hanya mengulum senyum menlihat tingkah Kyuhyun.
"Yak! Kau pikir ini di mana?! Jangan ribut, Kyu!"
"Hehee mian."
Tak menunggu lama Kyuhyun sudah membawa Sungmin dalam pelukkannya.
"Eomma sudah datang?"
"Ne. Bagaimana keadaan mu?"
Wanita paruh baya itu mendekati ranjang Siwon dan mendaratkan kecupan di dahi Siwon.
Choi Heechul adalah wanita yang telah melahirkan Siwon. Tetap cantik dan anggun di usianya yang menginjak akhir empat puluhan.
"Sudah semakin baik, eomma."
Kyuhyun dan Sungmin sudah selesai berpelukkan. Itupun setelah Siwon memberikan tatapan tajamnya pada Kyuhyun yang tampaknya tak berniat melepas Sungmin. Setelahnya Kyuhyun hanya bersikap acuh, berbeda dengan Sungmin yang merasa malu pada Siwon dan Heechul.
"Imo, tadi dokter baru saja memeriksa Siwon hyung. Dan aku tau alasan kenapa hyung betah ada di sini."
Kyuhyun mulai mengadu pada bibinya dan mengabaikan tatapan tak enak dari Siwon.
"Benarkah? Jadi karna apa, Kyu?"
"Tentu saja karna dokter Kim Kibum. Aku pikir dokter yang menangani Siwon hyung adalah namja tua dengan badan gendut dan rambutnya yang botak. Ternyata yeoja muda cantik, rambutnya juga tidak botak dan yang penting dia tidak gendut. Hahahaaa."
Tidak ada yang tertawa, tapi entah kenapa bagi Kyuhyun itu adalah lucu hingga membuatnya terpingkal sampai tidak sadar jika sang kekasih menatapnya horror.
"Memangnya kenapa dengan badan gendut? Kau tidak suka?"
Kyuhyun berhenti tertawa saat Sungmin berkata sinis padanya, sedang dua orang lainnya berusaha menahan tawa melihat mereka. Sungmin sebenarnya bukan yeoja gendut tapi tidak bisa dikatakan kurus juga. Montok dan seksi dengan pipi cubbynya yang menggemaskan. Itu yang sering Kyuhyun katakan ketika mendeskripsikan sang kekasih. Dan saat ini Kyuhyun merasa ciut di depan Sungmin. Hey, bukankah wanita sangat sensitive jika membicarakan berat badan? Sepertinya Kyuhyun lupa.
"Eng…tidak sayang. Aku tidak bermaksud menyinggung mu, sungguh. Bagi Cho Kyuhyun, Lee Sungmin tetap yang terbaik."
"Aku tidak mau tau. Aku ingin dua cup ice cream ukuran jumbo."
Siwon dan ibunya terkikik geli melihat sepang sejoli itu, sedang Kyuhyun langsung berubah lemas. Bukan karna dua cup ice cream ukuran jumbo tapi karna setelah ini Minnie-nya akan merajuk.
"Aku kenal dokter Kim Kibum. Dia memang dokter idola di rumah sakit ini. Cantik, pintar, ramah, dan lagi, dia adalah anak dari pemilik rumah sakit ini. Jadi selain sebagai dokter, sedikit banyak dokter Kim juga ikut mengurus rumah sakit."
Sungmin berusaha memberikan informasi yang dia tau pada tiga orang yang ada di sana. Bagaimana Sungmin bisa tau? Itu karna Sungmin juga bekerja di Seoul Medical Center. Kekasih Cho Kyuhyun itu berprofesi sebagai seorang perawat di bagian anak. Kesukaannya terhadap hal – hal yang berbau anak – anak seperti permen kapas, ice cream, boneka, membuatnya mudah akrab dengan pasiennya.
Sungmin terus bercerita tentang Kibum hingga membuat dua orang – Kyuhyun dan Heechul – terkagum akan sosok Kibum. Sedangkan Siwon, namja tampan itu hanya tersenyum penuh arti.
'Menarik. Sepertinya aku semakin menyukainya.'
.
.
.
Seorang wanita muda turun dari dalam mobil sedan berwarna biru metallic menuju rumah besar yang ada di hadapannya. Dia sudah tak mengenakan jas putih kebanggannya lagi karna jam kerjanya sudah habis, dan sekarang Kibum – wanita itu – sudah berada di rumahnya. Setelah melewati ruang tamu dan ruang tengah Kibum sampai di dapur. Di sana dia menemukan sosok wanita baya yang menjadi panutannya, wanita yang sangat dia hormati dan sayangi, ibunya.
"Eomma."
Kibum memeluk ibunya dari belakang, menginterupsi kegiatan memasak yang dilakukan ibunya. Rumah itu memang besar dan ada beberapa maid tapi untuk urusan dapur nyonya Kim sendirilah yang mengurus.
Nyonya Kim mematikan kompornya dan berbalik untuk membalas pelukan Kibum dan mendaratkan kecupan di pipi putri tunggalnya.
"Kau sudah pulang, sayang?"
"Ne. Eomma memasak apa? Baunya harum sekali."
"Eomma memasak sup iga kesukaanmu. Sekarang kau istirahat dan mandilah sambil menunggu appamu pulang, eum."
"Siap, eomma. Aku sudah tidak sabar dengan sup iga buatan eomma. Heheee."
Kibum mengecup pipi ibunya sebelum berlalu menuju kamarnya di lantai dua.
Kim Kibum, bukan hanya seorang dokter muda, dia juga berasal dari keluarga yang – sangat – berada. Ayahnya, Kim Young Woon adalah seorang pengusaha besar, sama seperti Siwon. Hanya saja bisnis tuan Kim ada di dunia perbankan dan asuransi. Pemilik saham terbesar di sebuah bank besar swasta, LIFE INSURANCE adalah salah satu asuransi besar di Korea yang juga milik keluarga Kim. Tak sampai disitu, mereka juga membuka beberapa yayasan amal. Itu hanya beberapa yang besar saja dari aset keluarga Kim. Dulu ketika Kangin – panggilan akrab Kim Young Woon – tau bahwa kelak putri kecilnya ingin menjadi dokter, dia sudah mulai membangun sebuah rumah sakit untuk putrinya kelak. Hingga kini rumah sakit itu sudah menjadi rumah sakit berkelas internasional dengan pelayanannya yang sangat lengkap. Seperti apa yang diinginkan Kangin, rumah sakit itu benar – benar untuk putri tercintanya.
Hidup dalam lingkungan keluarga yang serba berkecukupan tak membuat seorang Kim Kibum menjadi besar kepala dan arogan.
Makan malam di kediaman keluarga Kim berjalan begitu hangat, diwarnai dengan obrolan hangat seputar kegiatan mereka di hari itu.
"Sayang, eomma punya kabar bagus untukmu."
"Apa itu, eomma?"
"Keluarga Jung akan segera kembali dari Australia dan mereka berniat menetap di Korea."
"Benarkah, eomma/yeobo?"
Tidak hanya Kibum yang terkejut mendengar kabar yang diberikan Leeteuk – nyonya Kim – tapi Kangin juga. Bukannya menjawab ibu satu anak itu justru terkekeh melihat ekspresi suami dan anaknya.
"Kapan mereka pulang, eomma? Aku sudah sangat rindu dengan Jae eomma."
"Eomma sendiri juga tidak tau, sayang. Tadi Jaejoong hanya mengatakan akan segera pulang. Untuk waktu tepatnya dia bilang belum tau dan mungkin akan jadi kejutan untuk kita. Entahlah."
"Mungkin mereka masih harus menunggu urusan pekerjaan Yunho selesai dulu baru bisa pulang."
"Ne. Kau benar, yeobo. Mungkin seperti itu."
"Waaahh aku benar – benar tidak sabar bertemu Jae eomma."
"Tidak sabar bertemu Jae eomma atau bertemu…"
"Appa~"
Begitulah. Meskipun hanya bertiga namun suasananya tetap terasa hangat.
.
.
.
Sudah lima hari Siwon dirawat di rumah sakit. Lelaki idaman itu kini sedang duduk bersandar di ranjangnya sambil memainkan ponselnya. Merasa bosan berada sendirian di sana. Pasalnya adik sepupunya tidak bisa menjenguk karna pertemuan yang harus dia hadiri di luar kota, dan ibunya baru bisa datang sore nanti.
"Haaah."
Entah sudah berapa kali Siwon menghela nafas bosan. Namun tak lama pintu ruangannya terbuka.
"Annyenghaseyo."
Dia pikir ibunya datang lebih awal tapi ternyata…
"Eoh, uisanim."
Dokter idolanya lah yang datang berkunjung. Ya, Siwon memutuskan menjadikan Kim Kibum sebagai dokter idolanya.
"Anda sendirian, Siwon-ssi?"
"Nde. Adik dan ibu saya baru akan datang nanti sore."
Kibum mengangguk – angguk kecil tanda dia mengerti.
"Kalau begitu saya akan memeriksa anda."
Dengan segera Kibum melakukan tugasnys sebagai dokter. Dan seperti biasa Siwon akan memperhatikan Kibum. Tak butuh waktu lama, Kibum sudah selesai memeriksa pasiennya.
"Semuanya baik, Siwon-ssi. Apa bekas jahitannya masih terasa sakit?"
"Tidak, dokter Kim. Sepertinya sudah kering. Uisanim, tadi kata perawat saya sudah boleh pulang besok. Apa benar?"
Tadi pagi ketika seorang perawat mengganti botol infusnya, sang perawat mengabarkan bahwa besok dia sudah boleh pulang.
"Benar, Siwon-ssi. Besok anda sudah boleh pulang. Selamat."
"Terimakasih."
Bukankah itu kabar bagus? Harusnya Siwon senang, kan?
"Eum…apa anda sedang sibuk? Saya merasa bosan berada di kamar. Maukah anda menemani saya berjalan – jalan? Itupun jika dokter Kim tidak sibuk."
"Tidak, Siwon-ssi. Pekerjaan saya sudah selesai. Saya akan menemani anda."
Siwon senang sekali melihat senyum itu. Senyum mempesona yang menyejukkan. Senyuman milik dokter Kim-nya. Dokter Kim-nya? Sejak kapan wanita cantik itu menjadi milik seorang Choi Siwon? Ada – ada saja Siwon ini.
.
.
.
Dan di sinilah mereka sekarang, di taman yang tak jauh dari gedung bagian penyakit dalam.
Siown duduk di kursi rodanya sedangkan Kibum duduk di bangku taman. Sebenarnya sudah cukup lama mereka di sana namun mereka tidak terlibat pembicaraan sama sekali.
"Sebenarnya apa yang menggangu pikiran anda, Siwon-ssi?"
Pertanyaan Kibum cukup membuat Siwon terkejut dan membawanya dari lamunan.
"Maaf jika saya lancang. Hanya saja dari tadi saya perhatikan sepertinya anda sedang memikirkan sesuatu. Anda tau, seorang pasien tidak boleh memiliki beban pikiran agar mereka lekas sembuh."
Senyum itu lagi. Jika wanita di depannya terus tersenyum seperti itu bisa – bisa Siwon dipindah ke bagian kejiwaan.
"Kalau begitu saya memilih tetap memiliki beban pikiran agar saya tidak lekas sembuh."
"Nde?"
Kibum mengerutkan alisnya tanda dia tidak mengerti dengan perkataan pasiennya itu.
"Hahaaa lupakan saja perkataan saya. Sebenarnya saya memikirkan kepulangan saya besok."
"Memangnya ada apa? Bukankah itu kabar bagus?"
"Ne. Hanya saja jika saya pulang itu artinya saya tidak bisa bertemu dokter Kim lagi."
Siwon hampir tidak percaya dengan diriya sendiri yang telah mengatakan hal konyol semacam itu. Memalukan. Dia bukan orang bodoh lalu kenapa malah bicara seperti itu. Siwon malu. Dan Kibum malah tertawa renyah. Bagi Siwon, ini adalah hal langka. Selama dia menjadi pasien dokter Kim Kibum dia belum pernah melihat dokter cantik itu tertawa.
"Ah maaf, Siwon-ssi. Saya tidak bermaksud menertawakan anda."
Kibum sudah berhenti tertawa, merasa tidak enak pada Siwon.
"Tapi kenapa anda berpikir seperti itu, Siwon-ssi? Untuk bertemu seorang dokter kita tidak perlu harus sakit dulu, kan?"
Astaga. Apa ini lampu hijau untuk Siwon mendekati seorang Kim Kibum? Entahlah. Tapi yang jelas, setelahnya mereka terlibat pembicaraan yang hangat dan terkesan akrab. Kabar baiknya adalah mereka sempat bertukar nomor telepon.
.
.
.
Ini sudah seminggu berlalu sejak Siwon keluar dari rumah sakit. Siwon sudah kembali dengan kesibukkannya, dengan dokumen – dokumen, rapat, dan beberapa undangan. Seperti saat ini Siwon sedang memeriksa dokumen. Namja itu berhenti sejenak, meregangkan otot lehernya. Mata tajamnya jatuh pada ponsel canggih keluaran terbaru miliknya. Pada akhirnya Siwon menggambil benda pipih itu juga dan membuka daftar kontaknya. Ada nama "Dokter Kim" dengan gambar hati di sana. Sebanarnya Siwon sudah sangat ingin menghubungi dokter cantik itu sejak kemarin. Bahkan sejak sehari setelah dia keluar dari rumah sakit. Namun selalu urung dia lakukan karna takut mengganggu Kibum, takut wanita cantik itu sudah lupa pada dirinya. Hey…kau belum mencobanya, kan Siwon-ssi?
Setelah sedikit berargumen dengan dirinya sendiri, Siwon memutuskan mengirim pesan saja pada Kibum. Itu tidak cukup mengganggu, kan?
Namun belum selesai Siwon mengetik "annyeong" seseorang masuk ke ruangannya dan menyapanya.
"Siwonie."
Siwon mengalihkan pandangannya dari ponselnya, mendongak mendapati suara familiar itu.
"Eomma. Ada apa kemari? Appa ada di ruangannya."
"Ck. Eomma tidak mencari appa mu. Memangnya kenapa kalau eomma ingin bertemu putra kesayang eomma, heum?"
Siwon tersenyum kikuk setelah mendapatkan tatapan galak dari ibunya yang sudah berdiri di depan meja kerjanya.
"Baiklah. Kalau begitu apa yang membuat eomma ingin bertemu denganku? Pasti bukan tanpa alasan, kan?"
Heechul terkekeh.
"Eomma ingin kau menemani eomma."
"Kemana?"
"Ikut saja dulu. Kau juga akan tau."
"Kalau begitu eomma pergi dengan Kang ahjussi saja."
Kang ahjussi adalah supir di keluarga Choi.
"Kalau eomma bisa pergi dengan mu kenapa eomma harus membawa Kang ahjussi? Berhenti membantah, Choi Siwon. Kau hanya perlu ikut."
"Tapi aku masih punya pekerjaan, eomma. Lagipula ini belum jam makan siang."
"Tinggalkan dulu saja. Kau hanya memeriksa dokumen, kan? Lagipula eomma sudah bertanya pada sekretaris mu, kau tidak ada jadwal berarti siang ini."
Baiklah, Siwon mengalah. Nyonya Choi ini memang tak terbantahkan. Kadang dia terkagum pada ayahnya yang bisa menaklukkan wanita keras kepala seperti ibunya ini.
.
.
.
Sekarang nyonya dan tuan muda Choi sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Ya, tadi setelah sedikit memaksa akhirnya Heechul mengatakan tujuannya meminta Siwon pergi dengannya, medical check-up rutin tiap bulan di Seoul Medical Center. Dan setelah tau kemana tujuannya, Siwon menjadi gugup. Entah kenapa. Mungkin karna di sana kemungkinan untuk bertemu dengan Kibum lebih besar? Entahlah.
Siwon semakin merasa gugup ketika ada di depan sebuah pintu dengan tulisan "Kim Kibum". Astaga, Siwon bahkan tak pernah merasa begitu gugup saat bertemu dengan client pentingnya.
"Annyenghaseyo, nyonya Choi."
Siwon segera masuk ruangan itu ketika sadar ibunya sudah berada di dalam.
"Annyenghaseyo, uisanim."
Wajah itu, senyum itu, semakin terlihat cantik di mata Siwon.
Kibum merasa ada orang lain yang ikut masuk bersama Heechul. Kibum sedikit terkejut mengetahui Siwon juga ada di sana.
"Siwon-ssi juga ikut datang ternyata. Oraemanieyo, Siwon-ssi. Bagaimana kabar anda?"
Dan setelahnya mereka terlibat pembicaraan yang hangat. Heechul baru sadar jika pemeriksaan rutinnya menjadi senyaman ini ketika dia mengajak Siwon serta.
.
.
.
"Kenapa eomma tidak bilang kalau yang menangani eomma adalah Kibum-ssi?"
Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari Siwon ketika mereka dalam perjalanan pulang. Pertanyaan yang sudah sejak tadi di tahan oleh namja nyaris sempurna itu.
"Memangnya kenapa? Eomma juga baru tau tiga hari yang lalu. Dokter Hong menghubungi eomma, mengatakan kalau dia akan berada di Selandia Baru untuk meneruskan pendidikannya. Maka dia menyerahkan semua pasiennya pada dokter Kibum. Lagipula anggap itu kejutan untukmu. Eomma tau kalau putra eomma ini menyukai dokter cantik itu, iya kan?"
"Aish. Eomma~"
Heechul tertawa menggoda anaknya. Siwon akan menjadi kekanakan saat bersamanya. Bagi Heechul, Siwon akan selalu menjadi putra kecil kesayangannya.
Haaah jika sudah digoda seperti itu biasanya Heechul akan merecoki Siwon untuk segera mengenalkan seorang yeoja untuk dinikahi. Membandingkannya dengan sang adik sepupu yang sebentar lagi akan mengikat seorang perawat manis dari rumah sakit yang sama dengan Kibum bekerja.
Hari setelahnya Siwon dan Kibum kembali dipertemukan secara kebetulan di salah satu hotel milik keluarga Choi ketika Kibum mengikuti acara seminar yang memang diadakan di salah satu meeting room di hotel itu. Dan berakhir dengan makan siang yang menyenangkan.
Sejak saat itu Siwon mulai berani mengirim pesan pada Kibum bahkan melakukan panggilan untuk Kibum. Siwon juga tak jarang ikut bergabung makan siang dengan Kyuhyun dan Sungmin hanya sekedar untuk mendengarkan cerita tentang Kibum dari Sungmin. Namun karna hal itu membuat seorang Cho Kyuhyun menekuk wajah tampannya karna merasa kesal diabaikan.
.
.
.
Mereka – Siwon dan Kibum – semakin akrab dan dekat seiring bergulirnya waktu. Sudah tidak ada kata canggung diantara mereka. Tak jarang mereka makan siang bersama, sekedar mengantar Kibum mencari buku referensi, atau hanya bertemu dan duduk di kafe. Siwon juga sudah sangat sering menjadi supir pribadi untuk Kibum. Mereka sudah seperti sepasang kekasih, setidaknya di mata orang – orang yang melihat kemesraan mereka. Iya, mesra. Karna Siwon selalu menggenggam tangan Kibum ketika mereka berjalan, bahkan tak malu untuk merangkul Kibum. Terlihat sempurna. Akan lebih sempurna jika sudah ada pengakuan masing – masing dari mereka, jika sudah ada status yang jelas atas hubungan mereka dari pada sekedar teman dekat.
"Yes!"
Pekikan bahagia itu tidak terlalu keras namun cukup menyita perhatian dua orang yang juga sedang menikmati waktu bersantai mereka. Tiga anggota keluarga Kim memang sedang bersantai sambil menonton TV atau lebih tepatnya menemani sang nyonya menonton drama favoritnya. Namun tiba – tiba putri tercintanya memekik dan mengalihkan perhatiannya.
"Kibumie, kau kenapa, sayang?"
Tanya sang ibu pada Kibum.
"Tidak ada apa – apa, eomma. Maaf mengejutkan kalian. Heheee."
"Kau yakin? Eomma perhatikan sejak tadi kau hanya sibuk dengan ponselmu sambil tersenyum sendiri."
Leeteuk – sang eomma – mulai mengeluhkan tingkah putrinya.
"Tidak hanya kali ini saja. Belakangan kau juga tak bisa lepas dari ponselmu. Bahkan kau juga kerap membawanya ke meja makan. Sebenarnya ada apa dengan anak appa, heum?"
Sepertinya kedua orang tuanya sudah tidak tahan lagi dengan tingkah aneh Kibum. Biasanya Kibum hanya menggunakan ponsel seperlunya saja. Dan membawa ponsel hingga meja makan bukanlah kebiasaan Kibum.
"Iya, sayang. Kau sadar tidak jika beberapa hari ini kau tampak lebih ceria?"
"Benarkah, eomma? Tapi aku merasa biasa saja."
"Baiklah kalau begitu. Sekarang ceritakan apa yang membuat Kibumie kecil appa seperti ini."
Astaga, ada apa dengan orangtuanya? Kenapa mereka mendesaknya bercerita hanya karna ponsel. Dan ada apa dengan dirinya? Kenapa dia menjadi gugup hanya karna diminta menceritakan kegiatannya dengan ponsel pintarnya.
"Eum…itu..Kibumie hanya berkirim pesan dengan seorang teman."
"Berkirim pesan?" – Leeteuk.
"Dengan seorang teman?" – Kangin.
"Nde."
Kibum menundukkan kepalanya, merasa malu.
"Namja yeoja?"
"Tentu saja namja, yeobo. Kau ini bagaiman sich. Seperti tidak pernah muda saja."
Leeteuk mewakili Kibum menjawab pertanyaan Kangin sambil terkekeh.
"Jadi yang membuat uri Kibumie seperti ini hanya karna berkirim pesan dengan seorang teman namja, begitu? Kau yakin dia hanya teman, sayang?"
Pertanyaan Kangin sederhana namun bisa membuat Kibum mengangkat kepalanya. Hanya teman? Benarkah hanya teman?
"Eum. Iya, teman. Hanya teman, appa."
Kibum tersenyum hambar. Hey, kenapa seperti ini? Bukankah mereka memang hanya teman tapi kenapa seakan Kibum tak rela menyebut mereka hanya berteman. Lagipula tidak ada pernyataan dari satu sama lain. Siwon – si teman – tidak pernah mengatakan menyukai dirinya, atau mungkin belum. Lalu apa Kibum yang harus mengataknnya terlebih dulu? Kibum akui, dia merasa nyaman bersama Siwon dan dia juga menyukai namja itu. Tapi apa benar harus dia dulu yang mengatakannya?
"Appa, eomma, Kibumie ke kamar, ya?"
Setelah berpamitan Kibum mencium pipi orangtuanya satu persatu. Entah kenapa dia tak ingin lebih lama lagi duduk di sana. Dia tak mau orangtuanya bertanya lebih banyak lagi.
Kibum menaiki tangga menuju kamarnya. Tak lama setelah pintu tertutup, ponsel Kibum bergetar.
Siwonie calling
Satu lagi, mereka juga sudah saling menggunakan panggilan sayang untuk masing – masing.
"Ne, Siwonie?"
"Kau sedang apa, Kibumie? Apa aku mengganggu?"
"Tidak. Aku sedang bersantai di kamar."
"Eoh… lalu kenapa tidak membalas pesanku?"
"Maaf tadi aku sedang bicara dengan orangtuaku. Ini aku baru akan membalas pesanmu."
Sebenarnya tadi Siwon mengajak Kibum untuk menghabiskan weekend bersama. Itu sebabnya Kibum memekik senang saat membaca pesan dari Siwon.
"Eum…jadi bagaimana? Apa kau mau pergi denganku besok?"
"Nde. Aku mau Siwonie."
"Benarkah?kalau begitu besok aku akan menjemputmu jam sembilan,bagaimana?"
"Oke, setuju."
"Kalau begitu sekarang tidurlah. Aku tak ingin melihat ada kantung mata di wajahmu."
"Yak! Siwonie!"
Setelahnya Kibum hanya mendengar tawa dari telepon seberang. Pembicaraan mereka berakhir setelah mereka saling mengucapkan salam. Kibum langsung memposisikan dirinya untuk tidur, seperti kata Siwon di telepon tadi. Meskipun hanya teman biasa, tak ada salahnya 'kan mereka menghabiskan waktu bersama. Pikir Kibum sebelum akhirnya dia terlelap dalam mimpi indahnya.
.
.
.
"Aku sungguh masih tak menyangka yang membunuh mereka semua adalah pacar si wanita."
"Apa ku bilang. Kau malah menduga si tetangga yang membunuh mereka."
Mereka – Siwon dan Kibum – sudah duduk di salah satu sudut kafe sejak sepuluh menit yang lalu, setelah selesai menonton film bergenre thriller. Dan sejak sepuluh menit yang lalu mereka sudah membahas film yang baru saja mereka tonton.
Sesuai janji Siwon semalam, dia akan mengajak Kibum menghabiskan akhir pekan. Dan mereka memilih menonton bioskop. Bersyukur mereka sama – sama tidak menaruh minat pada film romance maka tak perlu ada adu argumen hanya untuk memilih film.
Sebenarnya ada tujuan lain Siwon mengajak Kibum keluar, namja rupawan itu bertekat akan menyatakan perasaannya. Siwon sudah sangat yakin dengan perasaannya. Diawali dengan perasaan kagum yang kemuadian menjadi perasaan suka antar lawan jenis. Lalu kedekatan mereka selama ini yang membuat Siwon nyaman bersama dokter muda itu. Hingga akhirnya Siwon terperosok lebih dalam dengan perasaan cinta yang kian lama tumbuh. Berdasarkan itu semua Siwon mantap dengan perasaannya terhadap Kibum. Ditambah dengan informasi dari Sungmin yang mengatakan bahwa Kibum belum termiliki, membuat niatnya semakin besar untuk memiliki Kibum.
"Kibumie."
Siwon menggenggam salah satu tangan wanita cantik itu. Sontak membuat Kibum mengalihkan perhatiannya dari mengaduk minuman. Entah kenapa Kibum merasa gugup saat pandangan mata mereka saling bertemu. Ini bukan yang pertama mereka melakukan skinship ringan tapi kenapa masih merasa gugup.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
Kibum tampak mengernyit. Itu karna Siwon yang begitu serius berbicara dengan dirinya.
"Ada apa, Siwonie?"
"Kibumie, sebenarnya aku – "
Dddrrttt dddrrrtt
Suara dering ponsel milik Kibum membuat Siwon berhenti melanjutkan kalimatnya. Sementara Kibum tersenyum tidak enak pada Siwon dan memberikan tatapan seolah berkata "maaf". Maka dengan segera Kibum menerima panggilan tersebut.
"Ne, eomma?"
"..."
"Jeongmal? Ah, baiklah. Kibumie akan segera pulang."
"..."
"Ne. Annyeong."
Siwon memperhatikan Kibum sejak yeoja di depannya itu berbicara dengan ibunya di telepon. Siwon cukup paham dengan pembicaraan Kibum dengan ibunya dan Siwon juga tau apa yang akan Kibum lakukan.
"Siwonie, I'm so sorry. Tapi aku harus segera pulang. Eomma memintaku untuk cepat pulang. Maafkan aku."
Tepat , sesuai dugaan. Kibum akan mengajaknya pulang. Itu artinya Siwon harus mengurungkan niatnya dan menundanya hingga pertemuan mereka selanjutnya yang entah kapan.
"Apa terjadi sesuatu, Kibumie?"
"Tidak. Hanya saja sahabat eomma ada rumah. Mereka baru saja pulang dari Australia. Asal kau tau, aku sudah menganggap mereka seperti orangtuaku sendiri. Itu sebabnya aku senang sekali eomma bilang mereka ada di rumah. Jadi, tak apa 'kan kalau kita pulang sekarang?"
"Tak apa. Ayo, aku antar kau pulang."
"Baiklah. Tapi tadi kau bilang ingin bicara sesuatu, apa itu?"
"Eum..itu bukan apa – apa. Aku bisa mengatakannya padamu lain kali. Sekarang aku antar kau pulang. Eomma mu pasti sudah menunggu."
Siwon langsung meraih tangan Kibum dan membawanya keluar kafe. Meskipun Siwon tersenyum tapi tetap saja Kibum merasa tak enak.
.
.
.
Lima belas menit, dan mereka sudah sampai di kediaman keluarga Kim.
"Gomawo, Siwonie. Maaf aku tak bisa menawarimu untuk mampir karna kau sudah tau alasannya kenapa, kan?"
"Ne, arayo."
Sebenarnya Kibum selalu menawari Siwon untuk mampir ke rumahnya tiap kali pemuda itu mengantar dirinya. Namun Siwon selalu menolak dengan berbagai alasan. Bukan karna apa, hanya saja dia ingin ketika dia datang ke rumah Kibum, dia benar – benar sudah siap melamar gadis itu.
"Sudah sana cepat masuk. Mereka pasti sudah menanti mu."
"Eum. Tapi Siwonie, kau harus mengatakan padaku apa yang tadi ingin kau katakana, oke?"
"Siap, tuan putri. Aku akan mengatakannya padamu begitu waktunya sudah tiba."
"Baiklah, terserah kau saja. Aku masuk, ya. Bye, Siwonie."
"Bye."
Kibum keluar dari mobil sedan kesayangan Siwon. Namja tegap itu masih belum melajukan mobilnya. Dia masih memperhatikan Kibum hingga yeoja itu masuk ke dalam rumah besar itu.
"Apa benar aku masih punya kesempatan mengatakannya padamu, Kibumie?"
Lirih Siwon.
.
.
.
"Aku pulang"
Suara itu menggema dalam rumah besar bernuansa hitam putih itu. Sontak keempat pasang mata yang ada di sana menatap sosok yang baru saja datang itu – Kibum.
"Kau sudah datang, sayang?"
"JAE EOMMA!"
Bukannya menjawab, Kibum malah memekik bahagia memanggil sosok yang dia panggil dengan "Jae eomma", dan langsung memeluknya.
"Bogoshippo, eomma. Jeongmal."
"Nado, chagiya."
Jae eomma terkekeh sebelum membalas Kibum.
"Hanya rindu Jae eomma saja? Dengan appa tidak?"
Kibum langsung mengalihkan manik indahnya pada sosok pria paruh baya seusia Kangin yang sedang menatapnya dengan senyum indahnya.
"Yunie appa! Tentu saja Kibumie juga rindu appa."
Kibum melepas pelukan pada Jae eomma dan beralih memeluk Yunie appa. Setelahnya dia duduk diantara Jae eomma dan Yunie appa.
Jae eomma dan Yunie appa, atau mari sebut mereka Jung Jaejoong dan Jung Yunho, adalah sepasang suami istri yang merupakan sahabat Kangin – Leeteuk. Seperti yang pernah Leeteuk katakan pada Kibum bahwa keluarga Jung akan pulang dari Australia. Meskipun begitu Kibum tetap saja terkejut dengan kedatangan mereka. Pasalnya setelah pemberitauan itu mereka tidak menerima kabar lagi kapan tepatnya keluarga Jung akan datang.
Alasan kenapa Kibum memanggil pasangan Jung itu dengan sebutan "eomma" dan "appa" tak lain karna Kibum sudah sangat dekat hingga menganggap mereka orang tua kedua setelah Leeteuk dan Kangin.
"Apa eomma dan appa hanya pulang berdua saja? Apa bocah nakal itu tidak ikut pulang juga?"
Yang dimaksud Kibum dengan "bocah nakal" adalah Jung Changmin. Tunggal dari pasangan Yunho – Jaejoong.
"Eiy…biar bocah nakal tapi dulu kau slalu menempel padanya, Kibumie."
Goda Kangin, sontak membuat pipi putih bulat itu memerah karna malu diikuti tawa dari empat orang lainnya.
Kibum dan changmin memang sudah lama saling mengenal, bukan setahun dua tahun tapi sudah hampir seumur hidup mereka. Posisi mereka yang sama – sama tunggal membuat mereka seolah saling membutuhkan. Kibum kecil memang selalu menempel pada Changmin kecil. Karna Kibum menganggap Changmin adalah pelindungnya dan begitu pula dengan Changmin yang merasa harus selalu melindungi Kibum. Namun sejak dua puluh tahun yang lalu ketika usia mereka tujuh tahun, mereka terpaksa harus berpisah. Saat itu ada investor asing asal Australia yang menawarkan kerja sama pada keluarga Jung untuk merambah pasar bisnis Australia dengan membuka cabang di sana. Setelah mempertimbangkan masak – masak maka keluarga Jung hijrah ke Australia, memisahkan Kibum kecil dan Changmin kecil.
"Aku penasaran seperti apa Changmin sekarang."
Kibum menerawang, membayangkan sosok sahabat kecilnya yang sekarang.
"Putra eomma itu sangat tampan, sayang. Dia bilang dia harus merawat tubuhnya agar terlihat bagus di depan Kibumie."
Jaejoong mencoba membanggakan putra tunggalnya yang malah membuat Kibum malu karna kembali digoda. Secara refleks dia menangkupkan kedua tangannya menutupi wajahnya yang memerah, setelahnya dia hanya mendengar tawa yang keras dari orang – orang yang ada di sana. Namun Kibum tak tau jika keempat pasang mata di sana sedang saling melempar tatapan – seolah meminta persetujuan – satu sama lain. Hingga akhirnya Kibum sadar mereka sudah tidak tertawa maka Kibum menurunkan tangannya dan maniknya langsung menatap kedua orangtuanya yang ada tepat di seberangnya. Kangin dan Leeteuk sedang menatap Kibum dengan senyum penuh pengharapan. Menimbulkan tanda tanya pada Kibum.
"Ada apa?"
Tidak ada yang menjawab.
"Sebenarnya ada apa ini?"
Kibum mencoba bertanya pada Jaejoong. Namun Jaejoong malah tersenyum dan melempar tatapan pada Leeteuk.
"Kau saja yang katakan, Teukie-ah."
"Baiklah, aku akan ke kamar jika tidak ada yang mau mengatakannya padaku."
Kibum mulai terpancing emosinya. Harus diingat oleh mereka bahwa Kibum tidak suka jika ada hal yang disembunyikan darinya.
"Jangan marah dulu, sayang. Sekarang dengarkan eomma baik – baik."
Kangin mencoba merayu putrinya. Kibum pun mengangguk.
"Eum…Kibumie, sebelumnya eomma ingin bertanya, apa kau sudah punya kekasih? Atau mungkin orang kau sukai?"
Choi Siwon, batin Kibum.
Tapi kenapa Siwon? Bukankah selama ini mereka hanya teman? Bahkan Siwon tidak pernah mengungkapkan apapun tentang perasaannya. Lalu kenapa nama itu yang muncul ketika ibunya bertanya hal seperti itu?
"Sayang, kau melamun?"
Jaejoong sadar jika wanita muda di sampingnya tidak segera menjawab pertanyaan Leeteuk. Genggaman tangan Jaejoong membuat Kibum sadar dari lamunannya.
"Ah tidak. Maaf, aku tidak bermaksud melamun heheee."
"Lalu, apa kau sudah punya kekasih?"
Leeteuk mengulang pertanyaannya.
"Eum…eobseoyo. Namja chingu eobseo, eomma."
Benar, kan? Kibum memang belum memiliki kekasih. Tapi kenapa dia seperti tidak rela mengatakannya?
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu."
Leeteuk terlihat senang dengan jawaban Kibum sekaligus membuatnya merasa lega.
"Memangnya ada apa, eomma?"
Kibum mulai penasaran.
"Begini, sayang. Sebenarnya kami ingin menjodohkan kau dengan Changmin. Bagaimana?"
Leeteuk mengatakannya dengan hati – hati, tak ingin terkesan memaksa. Bukankah itu perkara serius? Maka harus dibicarakan dengan hati – hati, kan?
Tapi bagi Kibum itu sangat mengejutkan. Dia tak pernah berpikir jika orang tuanya akan menjodohkan dirinya, dengan Changmin. Hey, bukankah Changmin sudah bukan orang asing untuk Kibum? Mereka sudah lama saling mengenal. Mungkin jika keluarga Jung tidak pindah, Changmin pasti bersamanya sekarang.
"Sebenarnya rencana ini sudah ada sejak lama. Maaf, eomma baru mengatakannya sekarang. Eomma dan appa sangat sayang pada mu. Kami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk mu, sayang. Begitu juga dengan pendamping hidup, kami ingin yang terbaik untuk mu. Eomma mengerti kau tidak begitu pandai bergaul, itu sebabnya eomma dan appa memutuskan memilih Changmin agar kau tak perlu mengakrabkan diri karna kalian sudah saling mengenal sejak kalian kecil. Jae eomma dan Yunho appa juga sudah setuju. Jadi bagaimana, sayang? Kau mau, kan?"
Semua yang dikatakan Leeteuk benar, Kibum sadar itu. Dia memang tidak terlalu pandai bergaul dan Changmin adalah pilihan yang tepat. Toh dirinya juga belum memiliki kekasih. Harusnya Kibum bisa dengan mudah meng-iya-kan rencana perjodohan ini.
Satu persatu Kibum menatap Yunho, Jaejoong, Kangin dan berakhir pada Leeteuk. Dari keempat orang itu Leeteuklah yang terlihat begitu berharap. Di penglihatan Kibum, manik angelic sang ibu terlihat begitu mendamba, memberikan tatapan pengharapan yang begitu besar.
"Bisakah kalian memberiku waktu untuk memikirkannya?"
Meskipun tidak ada alasan yang pasti untuk Kibum menolaknya, tetap saja dia tak bisa begitu saja meng-iya-kan keinginan orang tuanya.
T B C
halo halooo apa kabar?
maaf, saya datang membawa cerita baru dan menambah utang heheee
sebenernya ini mau saya bikin oneshoot tapi ternyata panjang banget buat ukuran oneshoot, jadi saya bikin twoshoot ajaaa.
di cerita ini saya bawa Kyumin dikit. maaf kalo ada yg ga berkenan. tapi mau gmna lagi, saya hanya menuangkan apa yg ada di kepala saya.
dan buat yg nunggu OPM, saya perlu mempersiapkan diri buat nulisnya..yaa u know why laaahh heheee. tapi pasti saya selesaikan. jadi mohon menunggu dan trimakasih yg sudah mau menunggu.
last, i'll feel so thankfull if u leave ur review in my review box.
many many many thankyuuuu ^^
