~Konya Mo Nemurenai~
::SasuNaru Version::
Rated:
T+, M
Pairing:
Sasuke X Naruto,
Length:
Oneshoot
Disclaimer:
Naruto milik Masashi Kishimoto,
Konya Mo Nemurenai by Yamamoto Kotetsuko
Genre:
Romance, Hurt/Comfort, Angst
Warning:
Shounen Ai, BL, Yaoi, Slash, Non-Canon, AU, OOC sangat, Badfic, Many Typo (s) maybe, , dll….
Author hanya meminjam sedikit banyak (?) dari alur cerita komik yang udah bikin ane nyesek diawal…hehehe
That's night I can't sleep
'Aku ingin punya pacar….' gumamnya sambil menatap ke layar ponsel flip miliknya, sejak 15 menit yang lalu ia hanya menatap sedih ke layar ponsel flip miliknya. Sesekali ia tekan tombol yang terletak di tengah-tengah ponsel itu. Layar pun menyala. Namun, ia masih menatapnya dengan sendu. Kenapa?
Satu, ia tak mendapat email satu pun di ponselnya.
Dua, hanya email dari ayahnya yang mengisi ponselnya.
Tiga, ia hanya ingin memiliki email dari seseorang selain ayahnya.
'Seseorang' dalam hal ini adalah satu orang yang berarti dalam hidupnya.
Namun sayang, ia sangat sulit menemukan seseorang yang ia harapkan.
'Apa aku harus mengikuti pencarian pasangan online?' pikirnya.
Ia menimang-nimang sejenak pikiran yang baru saja terlintas di kepalanya.
'Ok, akan ku coba~' ujarnya semangat.
Ia pun mulai mengutak atik ponselnya, membuka situs cari jodoh di internet, kemudian mendaftarkan diri sebagai seorang lajang yang tengah mencari jodoh.
"Ok, tinggal menunggu balasan~ semangat ttebayo!" serunya sambil mengacungkan sebelah tangannya ke udara.
~SN~
Setelah 10 hari terlewati, akhirnya hari dimana ia akan bertemu pasangan onlinenya tiba. Tepat dihari ke 3 ia mendaftar di situs jodoh online yang diberi nama "Rabu-Rabu Couple ", dan memposting sesuatu—yang entah apa itu disana—akhirnya ada seseorang yang menanggapi postingannya tersebut. Ya, seseorang yang akan ia ajak untuk melakukan pertemuan hari ini.
"Apakah hari ini aku terlihat sempurna?" ia bergumam sambil melirik penampilannya dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Sesekali membenarkan celana selututnya yang ia rasa sedikit mengkerut, melirik jam tangan berwarna hitam yang ia kenakan, nampak gugup dan gelisah. Ia menanti seseorang yang beberapa hari yang lalu membalas obrolannya di situs cari jodoh yang ia kunjungi. Ia merasa beruntung karena orang itu mau menerimanya yang mengalami orientasi seksual yang menyimpang, yah katakanlah ia seorang gay atau penyuka sesama jenis.
"Haa~ masih setengah jam lagi~" keluhnya. Mungkin karena terlalu bersemangat atau apa, ia datang ketempat pertemuan dengan orang itu lebih cepat satu jam dari jadwal yang dijanjikan.
"Sebaiknya aku menunggunya di kursi itu," ia melangkah menuju kearah kursi panjang yang terletak tepat didepan air mancur. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi itu sambil menatap ke sekelilingnya, menikmati pemandangan dimana orang-orang berjalan santai entah itu bersama pasangan mereka ataupun sambil membawa sang binatang peliharaan berjalan-jalan.
"Permisi apa kau yang bernama Namikaze Naruto?" sebuah suara menginterupsi kegiatan matanya menikmati pemandangan sekeliling. Ia mendongak dan mendapati sosok pria bersurai coklat dengan poni samping yang hanya memperlihatkan sebelah matanya yang berwarna senada dengan rambutnya. Naruto—pemuda manis itu cukup terkejut ketika mendapati sosok pria tampan yang kini berdiri dihadapannya.
"Aa… i—iiya, saya Naruto, Namikaze Naruto," seketika itu juga ia berdiri, kemudian memperkenalkan dirinya.
"Ha ha ha~ tidak usah sampai seperti itu Naru-chan~" ujarnya sambil terkekeh pelan melihat tingkah lucu Naruto.
"E—eh?" Naruto yang mendapati dirinya dipanggil dengan sufiks'chan' itu sedikit salah tingkah.
Pipi tembam miliknya merona, ketika ia ditatap dengan tatapan seduktif dari pria yang baru saja ia temui.
Tak lama dengan acara perkenalan diri secara langsung itu, mereka—ah, lebih tepatnya laki-laki yang menyapa Naruto menariknya untuk mengikuti langkahnya. Dan Naruto yang tiba-tiba mendapat perlakuan seperti itu merasa 'dag dig dug'. Maklumlah, ini pertama kalinya ia diperlakukan seperti itu.
'Berhenti berdetak jantung bodoh!' umpatnya seraya menremas baju dibagian dadanya. Tak hanya itu, pipi tembam berwarna tan itu merona hebat. Membuat sosok bersurai pirang itu nampak sangat manis.
~SN~
"Ngghhh…." Ia menggeliat tak nyaman. Dikerjap-kerjapkannya kedua matanya, kepalanya pusing serta tubuhnya terasa kaku. Ia menggerakkan tangannya ke arah wajahnya, mengusap pelan matanya yang terasa silau akibat cahaya. Ia kembali mengerang dengan lemah.
"Akhirnya kau bangun juga Naruto.." sebuah suara menghampiri telinganya.
Naruto menolehkan kepalanya kearah suara itu, dan apa yang ia temukan membuat matanya terbelalak lebar.
"Baguslah, akhirnya pekerjaanku akan semakin mudah dan menyenangkan, hehe~" pria itu menatap kearahnya dengan seringai yang terlihat err mesum.
"Apa yang kau lakukan?!" pekiknya ngeri begitu melihat gerar gerik pemuda yang perlahan menaiki ranjang sambil melepas beberapa kancing kemeja dari tempatnya.
Melihat Naruto yang saat ini menatap penuh kengerian kepadanya, membuat ia semakin menyeringai. Ia perlahan mendekat ke arah Naruto. Sambil sesekali ia meraba kaki tan Naruto yang tak lagi terbalut celana jeans miliknya yang entah kemana.
"Jangan sentuh!" serunya ngeri melihat pria bersurai coklat itu meraba kakinya dan sesekali menjilatinya.
Merasakan keadaan yang buruk, dengan cepat ia menendang kearah si pria. Hingga membuat pria itu terjungkal. Kesempatan ini diambil olehnya, dengan segera ia berdiri dari ranjang yang berwarna mencolok itu. Tapi sayangnya, kekuatannya masih lemah akibat pengaruh obat. Ia hampir terjatuh tapi dengan segera ia menyandarkan tubuhnya ke dinding terdekat.
Dan sayangnya lagi, pria itu telah bangkit dari jatuhnya dan segera menghampirinya yang tersandar di dinding. Pria itu memerangkap tubuh kecil Naruto. Dan tanpa basa basi lagi pria itu menaik turunkan tangannya di batang kemaluan milik Naruto, yang sontak membuat Naruto melenguh pelan merasa nikmat di bagian itunya. Gerakan itu semakin cepat dan membuat Naruto semakin menempel ke dinding dan mengeluarkan suara desahan yang sangat seksi.
"Hmm~ lihat, kau nakal Naru…" bisik pria itu sambil menggigiti cuping telinga Naruto. Tangannya yang terus mengocok batang kejantanan Naruto dipercepatnya, hingga cairan kental berwarna putih keluar dari sana, disertai lenguhan keras dari Naruto.
"Hmm? Kau semakin menggoda Naru, nah bagaimana kalau kita melangkah ke acara inti saja hmm?" ujar pria itu sambil mengoleskan oil di belahan pantat Naruto.
"Tidak, jangan! Hiks," tolaknya ngeri. Namun mau bagaimana juga melawan? Ingat tubuhnya masih dikuasai pengaruh obat serta keadaan yang baru saja melakukan klimaks
"Ayolah, bitch ini akan terasa menye—"
"Kuso!"
"—nangkan? Huh?" pria itu nampak sangat terkejut ketika melihat sesuatu berwarna biru gelap menyembul diantara selangkangan Naruto. Tak kalah terkejut dengan pria itu, Naruto pun membelalak lebar ketika mendapati 'sesuatu' yang menyembul itu kini perlahan-lahan keluar.
"AAA!" pekikknya hingga terjatuh ketika mendapati sesosok mahkluk tampan (?) keluar dari balik dinding.
"Khe!" umpat sosok itu ketika setengah badannya saja yang baru bisa keluar dari dinding itu.
"K—Kau! Ba-bagimana kau bisa keluar dari sana?!" pria itu melihat sosok bersurai biru gelap dengan horror. Ia melangkah mundur.
"Hoe! Bagaimana ini? jangan-jangan dia?" pertanyaan dari rekan se-timnya itu tak mampu si pria jawab.
"Se—sebaiknya kita segera pergi!" ajak rekannya itu. si pria menatap Naruto dan sosok itu bergantian, kemudian bergidik ngeri. Ia mengambil pakaian miliknya yang tercecer diruangan itu, kemudian berlari pergi mengikuti langkah temannya.
"Che, Pengecut!" decih sosok bersurai biru gelap itu.
"Ka—kau, kau siapa?" tanya Naruto yang bergetar dengan ketakutannya.
Sosok yang telah berhasil mengeluarkan seluruh tubuhnya dari tembok itu menatap Naruto. Ia menyilangkan tangannya didada.
"Che, ternyata yang memanggilku cuma bocah!" ujarnya masih memandang Naruto.
Naruto yang mendapat tatapan datar dari makhluk yang tak dikenal itu berkata,"Jawab, siapa kau? Mengapa kau bisa keluar dari tembok?" ia menggigiti bibir bawahnya untuk menahan rasa gemetar ditubuhnya.
"Pakai celanamu dobe, dan jangan menatapku seperti itu," bukannya menjawab pertanyaan Naruto ia malah melempar celana pendek Naruto tepat mengenai wajahnya.
"Kau!" geram Naruto. Mereka hanya saling bertatap-tatapan dalam beberapa detik.
"Aku demon, dan kau yang memanggilku kesini dengan cairan sperma yang menyemprot tepat dilingkaran dinding itu," Naruto kaget ketika si demon itu menjawab pertanyaan yang ada dipikirannya.
"De—demon?!" teriaknya tak percaya.
"Hn," ujarnya singkat. "Namaku Sasuke Uchiha. Demon yang paling terkuat."
"Haaa?" kadar shock dalam dirinya bertambah.
"Dan aku berbaik hati memberimu 3 kesempatan, ucapkan 3 permohonanmu padaku dan akan kukabulkan," lanjutnya.
Naruto nampak seperti orang bodoh saat ini, ia hanya memandang Sasuke sang 'demon' dengan tatapan melongo. Keterkejutannya membuat dirinya seperti orang ling-lung.
'Oh, God! Apa-apaan semua ini?' pekiknya dalam hati.
~SN~
Didalam rumah kecil milik Naruto.
Sasuke duduk tepat menghadap kearah Naruto.
"Lalu, apa permohonan pertamamu dobe?" ujarnya santai.
"Jangan panggil aku dobe, dasar teme!" bentaknya tak terima.
"Hn," jawabnya sangat singkat.
"Apakah kau benar demon? Demon yang memiliki tanduk, berperangai jahat itu?" tanya memastikan sekian kalinya.
"Hn," hanya ditanggapi dengan dua buah kata itu oleh sang demon.
"Katakan apa permohonanmu dobe?" ditatapnya datar sosok pirang dihadapannya.
"Bisakah kau menjadi temanku?" tanya Naruto.
"Apa itu permohonan pertamamu?" terdapat sedikit kernyitan didahi sang demon begitu mendengar permohonan yang ia kategorikan sebagai permohonan 'tak masuk akal' selama kehidupannya sebagai seorang demon.
Naruto mengangguk dengan cepat, senyum diwajahnya terlihat.
"Baiklah, permohonan pertamamu kukabulkan," ujar sang demon.
KRUYUUK~~
Suara perut menginterupsi kegiatan negosiasi mereka.
"Sebentar, akan kubuatkan sesuatu untuk kita makan, tunggu disini ok?" Naruto berlalu dengan senyum riang yang senatiasa menempel diwajahnya.
"Hn," ujar Sasuke.
~SN~
"Seminggu ini apa kau tidak lelah terus berdiam diri dikamar ini, teme?" Naruto meletakkan tas selempangnya pada meja diruang tamu rumah kecil miliknya.
"Hn," jawab Sasuke yang masih tengah asyik bergulat dengan komik milik Naruto.
"Haaa, sesekali keluarlah teme, matahari tak akan begitu mudah membakarmu kan?" ujar Naruto yang mengambil gelas dan menuangkan air putih kedalamnya.
"Hn, malas," jawabnya masih asyik dengan komik itu.
"Ya, sudahlah, " ujar Naruto pasrah.
"Hoi, Dobe, apa kau sudah menentukan permohonan ke 2 dan ke-3 mu?" ditutupnya komik itu, kemudian ia terbang kearah Naruto.
"…Nnn, Belum," ujarnya. Ditatapnya Sasuke dengan kedua manic biru langit miliknya. "Apa kau bosan teme? Makanya kau ingin cepat-cepat mengabulkan permohonanku?" Sasuke balik menatap indahnya manic mata milik si pirang. Entah mengapa, setiap ia menatap manic mata itu, ia seolah tersedot untuk lebih dalam memasukinya.
"Hn," ia terbang ke sisi lain Naruto.
"Aa, begitu ya?" ujar Naruto yang terdengar sedikit sedih (?)
"Aku keluar sebentar," ujar Sasuke yang sudah membuka jendela rumah kecil itu.
"Mau kemana?" tanya Naruto, sedikit terdengar cemas.
"Hanya mencari berkeliling," balasnya. "Ok," dan Sasuke pun terbang keluar dari rumah kecil milik Naruto, meninggalkan Naruto sendirian lagi di rumah kecil miliknya.
.
Sementara itu…
"Chikuso!" ujar pemuda bersurai merah marun dengan lingar mata berwarna hitam. Ia meremukkan gelas yang berada ditangannya. Tatapan matanya nyalang, begitu melihat apa yang ada di bola Kristal dihadapannya.
"Chikuso!" umpatnya kesal.
'Awas kau jalang!' batinya geram, kesal, dan marah menjadi satu.
'Tunggu saja kedatanganku!'
.
Syunggg~
Tubuh Naruto tiba-tiba menggigil.
Begitu juga dengan tubuh milik Sasuke.
'Ada apa ya?/ che' ujar keduanya dalam batin.
~SN~.
"Menyingkir dari tunanganku!" teriak seorang pemuda bersurai merah marun. Ia menudingkan telunjuknya kearah Naruto yang tengah membantu Sasuke memakai baju.
"Eh?" ujarnya bingung menatap mahkluk bersurai merah dengan mata seperti panda yang tengah melayang-layang dihadapannya, di tambah tatapan yang tak bersahabat darinya.
"Kubilang menyingkir dari sana, bocah duren!" teriaknya garang.
"Ck! Berisik!" ujar pemuda berambut pantat ayam itu acuh tak acuh.
.
Bingung? Mari kita flashback kejadian sebelumnya….
.
"Teme, apa kau tidak bosan memakai pakain itu terus?" ujar Naruto sambil menatap Sasuke dari atas hingga bawah.
"Hn," jawabnya tak terlalu memperdulikan Naruto.
"Sebaiknya kau ganti teme, pakaianmu itu merusak mata indahku!" ujarnya sambil menyilangkan kedua tangan tan didadanya.
Sasuke memandang sebentar kearah Naruto kemudian beralih lagi menuju komik ditangannya.
"Teme!" Naruto yang kesal dengan sikap acuh Sasuke mengambil bantal duduk didekatnya kemudian melemparkannya kearah si demon bersurai pantat ayam itu.
"Cih! Meleset!" ujarnya ketika bantal berwarna orange kusam itu melesat melewati si demon, dan sama sekali tak menyentuh si demon sedikitpun.
"Baka," ujarnya datar masih tetep asyik membaca komik di tangannya.
"Urgghhh!" gerama Naruto. Ia berdiri menuju kamarnya dan mengambil beberapa pakaian dari lemari tua.
"Cepat lepas pakaianmu teme!"
"Huh?" melihat sekilas ke arah Naruto—tepatnya kearah tangan tan yang meremat pakaian berwarna gelap itu.
"Teme lepas! Atau aku yang akan melepas dengan paksa!" Naruto mendekat kearah Sasuke. Diambilnya komik ditangan putih pucat itu kemudian meletakkannya dengan sembarang diatas meja.
"Cih," Sasuke menatap tak suka kearah Naruto.
"A—apa-apaan tatapanmu itu huh? kau pikir aku takut heh?" menggedikkan bahunya tak memperdulikan tatapan menusuk dari Sasuke.
"Jadi, kau lepas atau aku yang lepas huh?" ujarnya lagi bersiap mengambil posisi untuk melepas pakaian yang selalu dikenakan oleh si demon.
"Hn," Sasuke memalingkan wajahnya kesamping tanpa menoleh kearah Naruto.
Si pirang nampak kesal dengan sikap Sasuke.
"Baik, biar aku yang melepaskan pakaianmu itu teme," ia menyampirkan pakaian yang berada ditangannya kearah bahu. Ia mendekat kearah Sasuke. Sasuke yang masih mengalihkan perhatiannya kearah lain tak mempedulikan Naruto yang semakin dekat dengan tangan tan terjulur ingin menggapai.
Dan selanjutnya terdengar bunyi gebarakan yang keras dari arah jendela rumah kecil itu.
.
"Emm, apa kau teman dari si teme ini?" tunjuk Naruto kearah Sasuke.
"Ralat! Bukan teman tapi tunangan bodoh!" seru si merah marun dihadapannya.
"Hn," dengusan kecil dari Sasuke yang sama sekali tak membantu mengurangi kadar aura 'panas' yang terjadi.
Nyuutt~
Mendengar kata 'tunangan' yang keluar dari si merah marun itu membuat Naruto terlihat sedikit 'tak nyaman'.
"A—ahha ha ha~ tunangan ya," ujarnya sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak mengalami kegatalan oleh biang keringat, ulat bulu, atau apapun faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ke'gatalan'.
"Psstt, teme! Kenapa kau tak pernah bilang padaku kalau kau punya calon tunangan sih?!" bisik Naruto ke pada Sasuke.
"Hn," tanggapan tak berarti dari si demon pantat ayam.
PLETAK!
"auw! Apa yang kau lakukan dobe!" bentak Sasuke yang merasa sakit akan jitakan 'cinta' dari si pirang.
"Seriuslah sedikit bodoh!" balas Naruto tak kalah kesal dengan Sasuke. Yare~yare keadaan terbalik rupanya.
"Cih!"
"Apa tujuanmu Gaara?" akhirnya setelah beberapa menit berlalu si demon pantat ayam itu mengatakan hal yang benar. (hoi hoi apa maksudnya itu thor?)
"Tentu saja untuk menjemputmu kembali, kau tau kan pertunangan kita akan segera dilaksanakan, dan juga itachi-nii sangat mengkhawatirkan dirimu Sasuke-dono," ujar si demon merah marun atau yang dipanggil Gaara oleh si demon pantat ayam.
"Tak perlu menjemputku, aku akan pulang setelah menyelesaikan tugasku disini,"
Mendengar perkataan yang dilontarkan Sasuke, membuat Gaara menatap Naruto dengan geram.
"Kau! Bocah pirang bodoh!" Naruto berjengit ketika ia dituding oleh Gaara.
"Ha—hai?" jawabnya pelan.
"Cepat ajukan permohonanmu yang tersisa!" Gaara menantap nyalang kearah Naruto.
"E—eto, ujar Naruto tergagap," ia melirik sekilas kearah Sasuke yang hanya diam memandang kearahnya.
'Teme lakukan sesuatu!' ujar pikirannya, berharap si demon pantat ayam itu mendengarnya.
"Cepat ucapkan atau akan kuberi kau sedikit pelajaran berharga agar tidak pernah membuang-buang waktu orang lain!" setelah mengucapkan kata-kata itu, ia mengucapkan mantra kemudian ia dan Naruto menghilang tepat didepan mata Sasuke.
"…." Sasuke yang belum siap menerima hal yang terjadi hanya mengedip-ngedipkan matanya. Melihat kekiri dan kanan, namun yang ia temukan hanya kekosongan. Dimana si pirang? Dan dimana si bocah mirip rakun itu?
"Cih, sial!"
.
"HUWAAAA! APA YANG KAU LAKUKAN?! TURUNKAN AKU!" Gaara hanya menatap sengit kearah Naruto yang tengah memeluk erat puncak dari menara tertinggi di kotanya.
"Jadi? Kau takut pirang?" ujar Gaara mencemooh.
"Cepat turunkan aku, merah brengsek!" teriaknya tak terima diperlakuakan seperti ini.
"Cepat katakan permohonanmu pada Sasuke-dono, atau aku ak—"
"Hentikan permainanmu Gaara!" Sasuke terbang melayang tepat disebelah Gaara. Naruto menatap Sasuke dengan pandangan memelasnya.
"Sa—Sasuke dono!" pekik Gaara terkejut mendapati calon tunangannya berada disebelahnya.
"Lepaskan bocah pirang itu, Gaara!" tunjukknya pada si pirang—Naruto.
"Teme.. hiks, tolong aku…" ia terisak, antara takut dan juga kesal.
"Tidak! Aku tak akan melepaskannya sebelum dia mengucapkan permohonan yang tersisa pada anda Sasuke dono," ujar Gaara keukeuh pada pendiriannya.
"Hiks…. Teme…" isakan Naruto semakin terdengar, kedua tangannya mulai berekeringat, tubuhnya sudah tak bisa lebih lama berada dalam keadaan seperti itu.
"Teme, aku belum mau mati… hiks…" ujarnya menatap memohon kearah Sasuke.
"Grrr…." Sasuke yang melihat Naruto tengah tersiksa seperti itu merasa sangat kesal.
"Cepat lepaskan dia, atau aku sendiri yang akan memaksa melepaskannya Gaara?!" ada nada mengintimidasi dari setiap perkataan yang dikeluarkan oleh dirinya.
"Ti—tidak mau!" walau sedikit merasa takut akan aura yang Sasuke keluarkan. Namun, Gaara masih tetap tidak mau membebaskan Naruto.
"LEP—"
"KYAAA!" teriak Naruto yang sudah tak bisa mempertahankan keseimbangan tubuhnya diatas menara itu.
"Chk! Dobe!" Sasuke meluncur dengan sangat cepat kearah Naruto.
Gaara tertegun melihat bagaimana sang demon terkuat dari bangsawan uchiha itu mengerahkan kekuatannya demi menolong seorang manusia.
"….."
BYURRRR!
.
"..i… hoi! Dobe! Dobe!"
"Nggg… huk, uhuk… uhuk… Hoek!" Naruto memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa berat. Perlahan kesadarannya kembali. Ia menatap sekeliling dan menemukan Sasuke dihadapannya. Jarak mereka sangat dekat, hidung berwarna tan dan putih itu bersentuhan, dan sedikit lagi mereka akan—STOP belum saatnya.
"Te.. me?" ujar Naruto ling lung.
"Che!" Sasuke menjauh dari arah Naruto. Menggeser sedikit tubuhnya kearah samping.
"Apa yang terjadi?" Naruto berusaha mendudukkan tubuhnya perlahan.
"AAHHH! SI MERAH SIALAN ITU HAMPIR MEMBUNUHKU!" pekiknya ketika ia mulai mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
PLAKK
"Urusee yo baka!"
"Sialan kau teme! Sakit tau!" ujar Naruto sambil mengelus kepala pirangnya.
Sasuke kemudian berdiri, ia mengulurkan tangan kearah Naruto.
"Eeh?" Naruto bingung mendapati sebuah tangan putih pucat terulur kearahnya.
"Cepat bangun, kita pulang," ujar si demon pantat ayam singkat.
"Hai!" ia menerima uluran tangan putih pucat itu, dengan sangat bahagia.
.
"Jangan sampai aku melihatmu lagi melukai majikan ku Gaara," Sasuke membelakangi demon bersurai merah marun yang tengah menatapnya.
"Ta—tapi kau ha—"
"Sampai aku tahu kau mencelakai si dobe itu, aku akan melakukan sesuatu padamu, lebih parah dari apa yang kau lakukan pada si dobe," bisiknya mengintimidasi. Seketika itu juga tubuh Gaara bergetar.
.
"Nee, teme,"
"Hn," Naruto mendekat kearah Sasuke sambil membawakan pakaian kering untuknya.
"Apa kau tidak merasa kedingingan?"
Sasuke menatap sekilas Naruto," Hn,"
"Aku membawakanmu pakaian, sebaiknya kau ganti pakaianmu yang basah, teme," Naruto menyerahkan pakaian yang dibawanya kepada Sasuke.
Sasuke yang lama terdiam sambil menatap pakaian yang diberikan Naruto, akhirnya mengambil pemberian itu dan mulai memakainya tepat didepan Naruto.
"Huwaaa! Teme, ganti di kamar mandi sana! Kau merusak kesucian mataku!" Naruto menutupi kedua matanya dengan tangan.
Sasuke nampak senang melihat reaksi dari manusia pirang dihadapannya itu. Ia menyeringai berniat menjahili manusia 'unik' itu.
"Ma—mau apa kau teme?!" pekik horror Naruto ketika mendapati Sasuke yang mendekati dirinya dan bukan menuju kearah kamar mandi.
"Hn?" ujar Sasuke dengan seringaian yang terlihat err mesum?
"Hiyaaa! Jangan mendekat, pakai bajumu baka! Kau benar-benar merusak kesuc—"
BRUG
"Bisakah kau berhenti mengomel dobe? Telingaku yang sensitive ini terasa sakit mendengar suara merdumu itu," Sasuke menindih Naruto. Ia menggenggam kedua tangan Naruto diatas sofa coklat itu.
"… ughh, jangan dekat-dekat denganku teme!" jerit Naruto sambil memejamkan matanya.
"Kh…." Sasuke menyeringai lebar saat ini. 'Sangat menyenangkan menjahili bocah yang satu ini,' ungkapnya dalam hati.
"Kenapa kau menutup mata mu dobe," bisik Sasuke yang terdengar seduktif.
"Me—menyingkir dari atasku teme!" bentak Naruto.
"Kalau aku tidak mau, hm?" dijilatnya cuping telinga Naruto.
"Nghhh~" lenguhan indah keluar dari bibir mungil itu.
'Apa ini? rasanya sungguh menyenangkan,' batin Sasuke.
"Apa kau takut padaku dobe?" bisiknya seduktif sambil menggesek-gesekkan hidungnya di ceruk leher Naruto.
"Ngghhh~ Ba—baka!" pekiknya yang terdengar menikmati.
"Benarkah?" bisiknya, secara perlahan tangan kiri Sasuke yang bebas mulai menjalari tubuh tan Naruto. Perlahan mulai dari belahan dada Naruto hingga turun ke perut tannya.
"Ngggghhh… te—teme…" wajah manis itu kini semakin memerah, ada rasa geli dan nikmat ketika tangan putih milik Sasuke menjalari tubuhnya.
"Hn?" Sasuke yang awalnya hanya ingin menjahili majikannya yang cerewet itu entah mengapa kini tengah menikmati kegiatan tanpa rencananya itu.
"Umm… ngghhh… ughhh~" geliat Naruto yang mendapat perlakuan kenikmatan dari demon pantat ayam itu.
"Bagaimana kalau aku menyentuhmu disini hum?" Sasuke kemudian mengecup leher jenjang milik Naruto, sebelum menghirup dengan puas wangi ditubuh si pirang. Dengan lidahnya ia menjelajahi setiap jengkal tubuh tan si pirang.
Dan, tanpa ada perlawanan, tanpa ada permintaan, semuanya terjadi. Dua pasang tubuh beda warna itu menggeliat dahsyat diatas sofa berukuran mini, menimbulkan derit dan decitan dari sofa yang bergesekan dengan dua tubuh maupun dengan lantai dibawahnya. Ya, kegiatan panas antara manusia dan sang demon. Tak tahu siapa yang memulai kegiatan panas itu dan tanpa mereka sadari, sekarang mereka telah terikat satu sama lain.
~SN~
"…." Naruto berjalan tepat dihadapan Sasuke.
"…." Sasuke yang melihat Naruto berjalan dihadapannya hanya diam saja.
"….." Naruto mengambil tas selempang miliknya. Berdiri didepan pintu rumahnya.
"Hoi, tangkap!" Sasuke melempar sebuah kalung prisma kearah Naruto.
"Apa ini?" ujar Naruto bingung. Ditatapnya kalung itu. kalung sewarna bola matanya.
"Untukmu, kemarin maaf…" ujar Sasuke cepat. Naruto hanya bengong mendengarnya. Entah kenapa wajahnya kini mulai memanas.
"…. Emm, aku berangkat," ia kemudian melangkah keluar rumah. Tak seperti biasa, hari ini rumah itu terkesan sedikit 'kaku', terlebih setelah kejadian beberapa detik itu.
BLAM
Pintu rumah itu tertutup. Dan kini hanya ada Sasuke yang kembali berkutat dengan tumpukan komik-komik milik Naruto.
.
Lima hari setelah kejadian tak terduga itu, suasana di rumah kecil Naruto masih terasa 'kaku'.
Sasuke yang sibuk dengan komiknya—ini hal biasa.
Naruto yang sibuk dengan tugas kuliahnya—ini hal yang tak biasa.
Sejak kapan, si bod—ups maaf—Naruto sibuk dengan urusan yang berkaitan dengan tugas kuliah? Tak mungkin, ia paling tak bisa diandalkan jika itu berkaitan dnegan tugas 'belajar' kecuali jika itu tugas proyek atau praktik, itu masih mending, tapi kalau tugasnya mengurus puluhan tumpukan paper kuliah? Hell no, itu tak mungkin akan ia lakukan.
Tapi kenyataannya sekarang si pirang itu tengah terlihat sibuk dengan paper-paper di kamarnya. Entah ia sengaja menyibukkan diri atau benar-benar sibuk. Yang pasti itu bukan urusan author.
~SN~
"Surat?" ujarnya. Ia membolak-balikkan surat dengan amplop putih tanpa nama itu. penasaran? Tentu saja.
"Dari siapa ya?" Naruto membuka amplop itu dan mengeluarkan isi didalamnya.
"Temui aku di taman jam 1 siang ini"
"Eh?" Naruto nampak berpikir. Ia mengira-ngira siapa kiranya yang mengirim surat itu kepadanya.
"Naru! Ayo cepat kelas sudah dimulai!" teriak kiba memanggil namanya.
.
"Kau?!" pekik Naruto kaget.
"Kau si merah sialan yang menjatuhkan aku dari menara itu kan?!" tudingnya kearah Gaara.
"Bukan aku yang menjatuhkanmu bodoh! Itu karena tanganmu yang licin!" tak terima dituding seperti itu Gaara nampak kesal dan balik memarahi si pirang.
"Cih, tapi karena kau aku jadi mendapat pengalaman terburuk di masa mudaku, rakun bodoh!" balasnya tak mau kalah.
"Sialan! Kau yang salah bocah pirang buluk!"
"Kau rakun brengsek!"
" Kau pirang!"
" Kau!"
"Kau!"
.
Beberapa menit kemudian…
"Hoshh…. Hosh… itu salahmu rakun.."
"Hosh… hoshh… bukan aku pirang,"
"Ck, sudah cukup hentikan. Aku kemari bukan karena ingin mengajakmu berkelahi." Gaara bersidekap.
"Lalu, apa maumu huh?" jawab Naruto.
"Aku ingin kau segera mengucapkan sisa permohonanmu pada Sasuke dono, "
"Apa mak—"
"Dengar dulu bocah pirang!"
" Che!" decih Naruto.
"Sasuke dono akan kehilangan kekuatannya jika ia terus berada di dunia ini. Bagi kami para demon, walaupun kami bisa hidup dengan kekal abadi tapi jika kami dijauhkan dari tempat sumber energi kami yang utama, maka kekuatan kami akan melemah. Kalian manusia tak akan tahu jika hal itu sangat beresiko bagi demon seperti kami. Terlebih lagi, Sasuke dono adalah salah satu demon terkuat di dunia kami. Dan jika kau menahan Sasuke dono semakin lama disini, aku tak bisa menjamin apa yang akan terjadi pada Sasuke dono ataupun pada duniamu. Terserah kau mau percaya atau tidak, tapi masih ada keluarga Sasuke dono yang mengkhawatirkan dirinya di sana. Apa kau tak merasa kasihan dengan orang tua serta kakak dari Sasuke dono? Beliau sangat khawatir dengan kondisi dari Sasuke dono." Jelas Gaara panjang lebar.
"….." Naruto hanya diam mendengar perkataan Gaara.
"Cepat putuskan pilihanmu, semakin cepat semakin baik,"
" apa kau tau bagaimana perasaanku setelah ia datang ke kehidupanku?" lirih Naruto pelan. Hatinya kini terasa sakit.
" huh?" Gaara tak cukup jelas mendengar perkataan Naruto.
Kini tubuh pirang itu bergetar, "Kau tak akan pernah tahu bagaimana rasanya memiliki seseorang yang kau cintai, kau tak akan pernah merasa seperti apa yang aku rasakan, apa aku tak pantas merasa bahagia? Kenapa orang-orang begitu mudahnya merampas kebahagiaan dari hidupku? Khh…. Aku hanya ingin bahagia, hanya itu…" Naruto menundukkan kepalanya dalam. Ia menangis, untuk sekian kalinya.
"….." kali ini Gaara diam terpaku.
"Bisakah kau memberiku waktu? Aku ingin memikirkannya…" setelah mengucapkan itu ia berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Gaara yang masih terdiam.
.
"Sasuke dono akan kehilangan kekuatannya jika ia terus berada di dunia ini."
"Jika kau menahan Sasuke dono semakin lama disini, aku tak bisa menjamin apa yang akan terjadi pada Sasuke dono ataupun pada duniamu."
"Apa kau tak merasa kasihan dengan orang tua serta kakak dari Sasuke dono? Beliau sangat khawatir dengan kondisi dari Sasuke dono."
Kata-kata itu terus terngiang di kepala pirangnya. Ia bingung dan ragu untuk mengambil keputusan. Bukan hanya itu, ia juga tahu bagaimana perasaan keluarga Sasuke di dunia sana, tapi bagaimana dengan perasaannya sendiri?
"Bisakah aku kembali melanjutkan hidupku tanpa kehadirannya?" lirihnya sambil memandang langit bertabur bintang diatasnya.
"Pergi! Jangan sakiti anakku!"
"…hiks, maaf…"
"Aku tak butuh maafmu! Tinggalkan anakku!"
"Maaf… hiks… tolong maafkan aku…"
"Pergi! Jangan pernah tunjukkan wajahmu lagi dihadapanku!"
"Hiks…."
"Kau sudah menghancurkan masa depan anakku! Pergi! PERGII!"
"Ma—maafkan aku bibi"
Sekelebat bayangan masa lalu menghampiri ingatannya.
"Ughh…." Ia mengerang sakit, meremas piama yang ia gunakan dibagian dada.
"Maafkan aku bibi…" lirihnya. Tanpa disadari air matanya pun jatuh.
"Apa kau tak merasa kasihan dengan orang tua serta kakak dari Sasuke dono? Beliau sangat khawatir dengan kondisi dari Sasuke dono."
'Sepertinya aku harus merelakanmu teme,' batinnya lirih.
~SN~
"Nee, Teme…" ujar Naruto masih membelakangi tubuh Sasuke.
Ia menggenggam erat kalung yang pernah diberikan oleh Sasuke padanya. Ia tarik nafasnya dalam-dalam yang kemudian ia hembuskan dengan terpaksa.
"Hn" ujar datar pemuda bersurai pantat ayam dibelakangnya.
"Aku sudah memutuskan permohonan ke dua dan ketiga ku," masih dengan membelakangi tubuh tegap pemuda yang tak sengaja ia panggil ke dunianya.
"Apa?" ujar Sasuke sedikit penasaran. Pasalnya, si pirang itu baru dua hari yang lalu mengatakan akan memikirkan permohonannya selanjutnya, tapi hari ini mendadak ia dipanggil kesini, dan diminta untuk mengabulkan sisa dua permohonan yang tertinggal.
Naruto membalikkan tubuhnya berhadapan dengan demon uchiha itu.
Sasuke yang menatap langsung kearah Naruto merasa bahwa permohonan yang akan diucapkan olehnya itu adalah permohonan yang buruk. Itu karena, saat ini ia tak bisa membaca apa yang ada di kepala si pirang. Hanya gelap yang ia lihat. Dan tatapan mata si pirang padanya berbeda dengan tatapan biasa yang ia terima. Ada kesedihan didalamnya.
"Permohonan ku yang kedua, kau, pulanglah keduniamu,' Sasukepun terkejut, sudah ia duga, permohonan yang akan diucapkan oleh Naruto bukanlah permohonan yang bisa dikategorikan baik.
"Kau!" geramnya marah. Ya, sang demon yang paling kuat itu terlihat sangat marah. Ia menatap Naruto dengan tatapan garang miliknya.
"Permohonan ketigaku, ketika kau kembali ke duniamu, lupakan semua hal tentangku, jangan pernah mengingatku, baik hal sekecil apapun itu, lupakan aku,"
"Jangan bercanda!" teriak Sasuke marah.
Ia hendak menuju kearah Naruto, tapi tubuhnya terasa kaku. Ia tahu, kali ini permohonan itu harus ia kabulkan. Tapi, ia tidak terima. Ia tahu, ketika memandang ke arah manic biru langit itu, tersembunyi beribu rasa sakit. Tapi mengapa? Jika ia merasa sakit, mengapa ia tetap meminta hal itu pada sang demon?
"Dan terima kasih teme, setidaknya aku bisa punya teman yang benar-benar bersamaku," ujarnya masih memandang Sasuke yang tetap terpaku di tempatnya. Sakit didadanya semakin menjadi, tapi ini harus ia lakukan, demi kebaikan semuanya.
Perlahan Naruto mendekati Sasuke.
"Aku kembalikan benda ini padamu, teme," ujarnya terdengar lirih. Ia mengalungkan kalung prisma yang berwarna sama dengan matanya ke leher Sasuke.
Sesak yang menghimpit semakin menjadi, tapi ia berusaha tetap tegar. Menahan rasa itu dengan kekuatannya.
"Maafkan aku teme…" bisiknya di telinga Sasuke masih dengan nada yang sangat lirih.
"Tarik! Tarik kembali permohonanmu dobe!" geram Sasuke. Masih memandang tak terima kearah pirang dihadapannya.
Naruto yang mendengar kata-kata Sasuke barusan, hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Maafkan aku ne, teme…" ujar Naruto tepat dihadapan wajah Sasuke. Ia, mendekatkan tubuhnya lebih dekat dengan Sasuke. Perlahan dipejamkannya mata biru langitnya. Dan bertemulah dua buah bibir beda kepemilikan itu. bibir Naruto membentur pelan bibir sang demon. Hanya sebentar, tidak lebih dari 0.5 detik. Tapi cukup untuk membuat sang demon terbelalak. Dapat ia rasakan ada rasa asin yang bercampur saat si pirang menciumnya.
Naruto, ia menangis.
"Hiduplah bahagia disana teme…" Naruto memundurkan langkahnya pelan, namun masih memandang wajah sang demon untuk yang terakhir kalinya. Wajah angkuh nan dingin yang akan ia rindukan. Wajah yang hanya akan bisa ia ingat di memori kepalanya, tanpa bisa menatapnya lagi seperti saat ini.
"Se—lamat tinggal Sasuke,… kh…" air mata yang sejak tadi ia tahan kini mengalir. Membobol pertahanannya untuk tidak menangisi kepergian Sasuke, sang demon juga orang yang ia cintai.
"Dobe! Kubilang batalkan permohonanmu! Dengar! Aku tau kau terpaksa. Jadi cepat hentikan ini segera dobe!" raung Sasuke yang merasakan tubuhnya semakin kaku, dan perlahan memudar. Kakinya pun sudah tak terlihat lagi.
"Naruto! Kau! Aku tidak akan memaafkanmu melakukan ini padaku! brengsek! Kau dengar itu dobe! Aku tidak akan memaafkanmu! Nar—" hanya itu yang diucapkan oleh Sasuke.
Kini sang demon itu telah menghilang dari dunia ini. dan mungkin tak akan pernah lagi kembali. Karena permohonan sang majikan—Naruto.
Hanya serpihan debu yang berterbangan bersama angin.
Tak ada lagi sosok angkuh dan dingin itu.
Tak ada lagi sang demon dengan peliharaannya yang aneh.
Tak ada lagi suara baritone yang hangat itu.
Dan tak akan ada lagi, teman sekaligus orang yang ia cintai di dunia yang sama dengannya.
Setelah menghilangnya Sasuke, Naruto menangis meraung. Ia menggenggam erat rerumputan yang berada dibawahnya. Tubuhnya bergetar. Ingatan-ingatan mengenai pemuda itu berkelebat di kepalanya.
Bisakah ia hidup dengan normal lagi kini? Setelah ia mengirim kembali orang yang ia cintai ke dunianya? Setelah ia menghapus dirinya dari ingatan orang itu. Mampukah ia melangkah kedepan? Seperti sebelum ia mengenal sosok demon itu?
.
"Sasuke-sama!" pekik para pelayan istana demon ketika mendapati pangeran mereka jatuh tepat dihadapannya.
"Engg?" Sasuke melenguh pelan. Ia merasa sakit di bagian bokongnya. Ia nampak bingung. Pasalnya empat orang pelayang mengelilinginya saat ini.
"Sasuke –sama? apakah anda baik-baik saja?" ujar salah seorang pelayan padanya.
"Kenapa aku bisa ada disini?" tanyanya semakin bingung.
"Anda jatuh begitu saja tepat dihadapan kami, Sasuke sama," jelas para pelayan.
'Tadi aku melakukan apa ya?' batinnya heran.
"Teruskan kerja kalian, aku baik-baik saja," ujarnya sambil berdiri.
'Aku merasa ada sesuatu yang hilang, tapi apa? aku tidak bisa mengingat hal sebelumnya, ck!' umpatnya dalam hati, sambil memijat keningnya sendiri.
"Ck, merepotkan saja," ujarnya datar. Dan ia pun memilih untuk tidak memikirkan lebih jauh lagi mengenai perasaannya yang masih ganjil. Ia melangkah menuju tempat istirahatnya.
~SN~
"Aku sudah memulangkan Sasuke ke dunianya," ujar Naruto datar pada sosok bersurai merah dihadapannya.
"Baiklah," ujar Gaara menatap sekilas kearah Naruto.
"Jika kau tidak ada urusan lagi denganku, sebaiknya kau pergi, aku lelah ingin istirahat," ujar Naruto lemas.
"Haa~ baik, baik." Gaara memutar tubuhnya hendak meninggalkan rumah kecil kecil yang ditinggali oleh si pirang.
"Ahh, aku lupa memberitahumu, sesuatu," ia membalikkan tubuhnya lagi menghadap Naruto.
Gaara hanya ditatap dengan bosan oleh Naruto.
"Apakah Sasuke pernah menyentuhmu?" tanyanya penasaran. Naruto seketika terkesiap mendengar pertanyaan Gaara.
"Tidak," ungkapnya pada Gaara.
"Hmm… benarkah?" tanyanya lagi ingin memastikan.
"Kau tahu bukan, makanan demon sepertinya selain jiwa juga sperma dari pemuda virgin sepertiku, jadi ia tak menyentuhku sampai kepada apa yang pernah kau pikirkan," jelasnya malas. Ya setahunya makanan para demon itu hanya jiwa, tapi berbeda dengan Sasuke, selain jiwa ia juga memakan sperma dari para mahkluk virgin baik itu wanita maupun pria.
"Hanya saja,… ah tidak, baiklah aku pergi, selamat tinggal," ia nampak berpikir sebentar berniat mengatakannya tapi, dirasa itu pun tidak perlu mengingat apa yang dikatakan Naruto.
'Sepertinya Sasuke tidak melakukannya yah, syukurlah kalau begitu.' Batin Gaara ketika terbang meninggalkan rumah kecil Naruto.
Kalian pasti penasaran mengapa Gaara bertanya seperti itu.
Dalam dunia demon mereka, jika seorang demon menandai orang yang akan ia jadikan pasangan, dalam hal ini telah berhubungan badan dengan si calon pasangan. Maka, akan tercipta sebuah tanda di paha dalam sebelah kiri untuk demon dari golongan biasa, sedangkan di paha dalam sebelah kanan untuk demon dari golongan bangsawan. Tanda mereka beraneka ragam bentuknya. Tapi, jika demon sudah menandai orang yang akan mereka jadikan pasangan, maka tanda itu memiliki pantangan. si pemilik tanda demon tidak boleh berhubungan badan dengan orang lain, dan jika ia melakukan hal itu, umurnya akan berkurang 10 tahun tiap kali ia berhubungan badan. Dan akan berujung pada kematian yang mengenaskan. Tubuh sang pemilik tanda akan mengering, yang terlihat hanyalah kulit terbalut tulang tanpa organ dalam. Ya, itu adalah resiko yang harus di tanggung oleh si pemilik tanda. Mengapa demikian? Walaupun mereka adalah demon, tapi mereka menjunjung tinggi yang namanya kesetiaan. Maka dari itu, tiap kali tanda itu mereka berikan, mereka akan menjaga pasangan mereka agar tidak mati mengerikan seperti itu.
Dan hal itulah yang tadinya ingin disampaikan oleh Gaara pada Naruto, tapi tidak jadi.
Sayangnya, tanda itu telah terukir cantik di tubuh Naruto. Bukan terletak dipaha bagian dalamnya, melainkan di dada kirinya. Dan hanya keluarga bangsawan terkuatlah yang bisa memberikan tanda itu. ya, keluarga demon berkasta bangsawan, Keluarga Uchiha. Kali ini, karena tanda yang diberikan oleh bangsawan terkuat, tanda itu pun memiliki resiko yang tinggi. Bukan 10 tahun umur yang akan menghilang jika ia bercinta dengan pemuda lainnya, tapi setengah dari umur ketika ia hiduplah yang akan menghilang. Jika, Naruto akan hidup hingga usia ke 70 tahun maka ia akan mati disaat berusia 35 tahun. Ya resiko yang sangat mengerikan.
~SN~
Beberapa minggu telah terlewati, semuanya nampak biasa-biasa saja. Baik itu kehidupan di dunia manusia atau di dunia demon. Semua nampak biasa. Tak ada satu halpun yang terasa aneh. Ya, tak ada. Sampai suatu hari, Gaara menemukan hal yang sempat ditakutiny, namun sekarang itu sudah terlambat. Bahkan sangat terlambat.
"Astaga!" pekik Gaara ngeri ketika ia di bola Kristal yang menampakkan tanda yang berada tepat di dada kiri Naruto, tanda yang ia kira tak akan terukir disana.
"Naruto, kau bohong padaku!" serunya marah.
"Bagaimana ini?!" serunya panik.
Di dalam bola Kristal itu ia melihat Naruto yang tengah bercinta dengan seorang pemuda.
Ia memekik ngeri ketika tubuh Naruto dan orang itu perlahan bersatu.
"Hentikan itu Naru! Kau bisa membunuh dirimu sendiri bodoh!" serunya panic.
Tapi jarak antara dunianya dengan dunia Naruto sangatlah jauh. Bagaimana mungkin ia bisa mendengar teriakan panic milik Gaara?
.
"Apakah tidak apa-apa Naru?" ujar pemuda itu lembut, sambil mengecup pelan punggung berwarna tan itu.
"Lakukan," pinta si pirang, ia hanya menatap dinding diatasnya dengan datar.
"Baiklah, tahanlah sebentar, ini akan terasa sakit," ujar pemuda itu menenangkan Naruto.
Dan pergumulun panas dua tubuh manusia itu terjadi tanpa bisa dicegah.
"Apa yang sedang kau lakukan?" suara itu cukup untuk membuat jantung Gaara melompat.
Ternyata Sasuke sudah berdiri dibelakangnya.
"Sasuke!" pekikknya kaget. Iapun langsung berdiri.
"Apa yang kau lakukan Gaara?" tanya Sasuke penasaran.
"Hmm.. i—itu…" bingungnya saat ini.
'Apa yang akan aku katakan pada Sasuke?!' batinya kalut.
Sasuke nampak asyik memandangi bola Kristal itu. tatapannya terus focus pada kilasan kejadian yang terpampang disana.
NYUTT~
Tiba-tiba ia merasakan dadanya sakit. Seperti dicabik-cabik dengan pisau.
"Sasuke kau kenapa?" seru Gaara ketika melihat Sasuke terhuyung hendak jatuh.
"Khh… dadaku sakit," ujarnya menahan rasa sakit yang kian parah.
Gaara yang tahu penyebabnya segera melempar bola Kristal itu ke sembarang arah, hingga pecah. Ia memapah tubuh Sasuke ke kursi terdekat. Ia mendudukkan tubuh Sasuke disana.
"Sasuke kau tidak baik-baik saja," ujarnya panic.
"Tidak..khh.. apa-apa Gaara, sebentar lagi akan hilang,"
'Tidak mungkin Sasuke, itu tidak akan hilang. Karena dengan perlahan tanda yang kau berikan padanya semakin pudar dan itu memerlukan sekian persen dari tenagamu juga sas. Itu hanya akan hilang jika, orang yang kau berikan tanda mati, tapi…' batin demon bersurai merah itu.
"…ra…Gaara?!" Gaara tersentak mendengar panggilan Sasuke.
~SN~
Tiga hari setelah hari dimana Gaara menemukan kenyataan pahit itu, ia berusaha mencari cara untuk bisa pergi ke dunia manusia secepatnya. Namun, dua hari ini ia telah gagal. Tak ada buku yang bisa membantunya untuk segera pergi ke dunia manusia.
"Arghh! Apa yang harus aku lakukan?!" teriaknya frustasi. Buku- buku tercecer di dalam kamar miliknya.
"Bagaimana caranya agaraku bisa ke du—"
Ditatapnya sebuah buku lusuh bersampul biru.
"nia?" di ambilnya buku itu, dibacanya dengan teliti. Kemudian ia berlari keluar kamarnya, mencari bahan-bahan yang dibutuhkan agar ia bisa kembali ke dunia tempat si pirang bodoh saingannya berada.
'Kau harus tetap hidup naru!' batinnya
.
BRAK!
Pintu itu terbuka dengan kasar. Terlihat Gaara datang dengan wajah kesal, marah, kecewa bercampur aduk.
"Kau bohong kan padaku saat itu? kenapa?!"
"…. Aku hanya ingin membiarkan semuanya berjalan seperti seharusnya,"
"Kau bodoh! Lalu sekarang apa yang kau dapat, huh?! kematian sebentar lagi membayangimu, bocah!"
"Tidak apa-apa, karena aku tahu, seberapa lamapun aku hidup, aku tetaplah seoarang manusia yang bisa mati kapan saja,"
"Jangan bodoh! Kau tahu, ia juga merasakan sakit yang sama sepertimu. Tiap kau merasa sakit ia juga merasakannya!"
"Sebentar lagi sakit itu akan pergi, kau pun tahu, kematian sudah membayangiku, hanya tinggal menunggu waktu,"
"Kau! Kau memang manusia bodoh yang pernah kutemui!" air mata mulai menetes diwajahnya.
"Terima kasih,"
"…..khhh!"
"Boleh aku bertanya?"
"….."
"Apakah ia bahagia disana? Apakah… ia benar-benar sudah melupakanku?"
"Bagaimana mungkin ia bahagia huh! dia hanya diam, seperti orang linglung, berusaha mengingat sesuatu yang ia anggap penting tapi tak bisa. Bagaimana mungkin kau bisa berharap ia bahagia heh?"
"Hehehe~ aku yakin ia tidak akan merasa sepi lagi jika mendapatkan orang sepertimu disisinya, karena aku tahu kau perduli padanya,"
"Sok tahu sekali kau!"
"Ha ha ha… tapi itu memang benar," Naruto tersenyum kearah demon bersurai merah marun itu.
"Nee, Gaara. Aku rasa waktuku sudah dekat." Naruto memandang ke langit-langit kamarnya dengan sendu. Pandangannya mulai melemah. Nafasnya pun semakin berat.
"Apa maksudmu huh?! jangan bercanda! Kau tidak lucu sama sekali!" diguncangnya tubuh yang kini nampak mengerikan itu. Tubuh yang mengekerut hanya dalam hitungan jam.
"Tidak… hanya saja aku merasakannnya… sebentar lagi…"
"Kau! Berhenti mengatakan hal yang bodoh!" dirematnya tangan keriput Naruto.
"Gaara… Arigatou…." Naruto menatap kearah Gaara. Ia tersenyum. Dan perlahan nafas yang tadinya begitu berat, kini tak terdengar lagi, jari-jari keriput milik Naruto tak lagi membalas rematan jari Gaara.
"Ho—hoi!" diguncangnya tubuh rapuh itu. Ditepuk-tepuknya pipi keriput milik Naruto.
"…"
"Naruto! Bangun! Kurang ajar, jangan menipuku bodoh! Hoi!"
"…"
"NARUTO!" teriak Gaara memecah keheningan di rumah kecil milik Naruto.
~SN~
Ditempat lain…
Sasuke yang tiba-tiba pingsan di bawa menuju kamar miliknya.
"Ugh…." Erangnya begitu ia sadar.
"Dimana ini?" ia melihat kesekeliling, mendapati tak ada si bocah pirang itu ia mengernyit heran.
'Ruangan ini? ini kamarku kan?' batinnya
"Sial! Kemana bocah pirang itu pergi huh!"
"Hoe dobe!" ia berteriak-teriak memanggil nama si pirang. Berlari-larian di koridor istana. Membuat pelayang serta sang kakak yang melihatnya heran.
"Dobe!"
~SN~
Sasuke yang melihat Gaara melangkah lesu segera menghampirinya.
"Gaara!" panggil Sasuke yang seketika itu juga membuat ia tersadar dari lamunannya.
"Khhh…." Air mata kembali menetes di wajahnya.
"Hoi, kau kenapa Gaara?!" Sasuke merasakan hal yang buruk saat ini.
"Sasuke dono, maaf…." Lirihnya tanpa memandang kearah Sasuke.
"Apa?" Sasuke yang tak mengerti menjadi sangat bingung.
"Maafkan saya, Sasuke dono… hiks.." hanya itu yang diucapkan Gaara, membuat Sasuke yang bingung menjadi tak tahan.
"Apa yang kau katakan?! Jelaskan padaku!" bentaknya sambil mencengkeram lengan si demon bersurai merah marun itu..
"….." Gaara hanya diam.
"GAARA!"
"Maafkan aku…"
"Aku tak perlu maafmu! Katakan dimana si dobe itu huh?!"
"….."
"Jawab aku rakun!"
"Ia sudah mati…"
"Berani sekali kau membohongiku!"
"Jika kau tak percaya, akan ku tunjukkan. Ikuti aku," Sasuke mengikuti kemana langkah Gaara, mendadak perasaan buruk itu membuncah.
.
Disana, diatas ranjang di rumah kecil itu telah terbaring tubuh tanpa nyawa. Tubuh yang kini hanya tulang dibalut kulit. Keriput yang terpahat disana-sini. Surai yang dulunya masih berwarna kuning cerah kini telah memudar, berganti dengan warna putih, serta beberapa helai yang terlepas dari tempatnya.
Sasuke diam terpaku menatap sosok yang kini tak ia kenali. Sosok yang masih segar diingatannya.
Ia hanya memandang sosok itu dalam diam. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Matanya bergerak menelisik tiap sudut di tubuh yang kini ia pandangi. Mencari detak kehidupan disana.
"Kenapa?" lirih Sasuke masih memandang sosok mayat dihadapannya. Tenang dalam tidur abadinya.
"Aku tak tahu jika ia telah kau tandai," ujar Gaara juga menatap kearah yang sama dengan Sasuke.
"…" keheningan kembali melanda.
"Gaara. . ." perintahnya menyuruh Gaara keluar gari kamar itu.
"Tapi, sas…" tolaknya.
" .aku." tekannya dengan nada yang memerintah.
"Ba—baiklah," ia pun keluar dari kamar itu meninggalkan Sasuke dengan mayat Naruto.
.
Setelah memerintahkan Gaara keluar dari kamar Naruto. Ia mendekat kearah ranjang buluk dengan mayat Naruto diatasnya.
"Kenapa kau lakukan ini."
"Apa untungnya bagimu huh?"
"Kau memang orang paling bodoh yang pernah kukenal."
"Majikan terbodoh yang pernah kudapatkan."
"Kau…" setetes air mata jatuh menimpa tangan mayat Naruto.
"Beraninya kau membuat demon terkuat sepertiku menangis."
"Kau sudah sepantasnya dihukum, dobe."
"Kau membuat banyak kesalahan padaku sang demon terkuat."
"Kau membuatku merasa nyaman,"
"Kau membuatku merasakan bahagia,"
"Kau membuatku merasa sedih,"
"Kau membuatku merasa terluka,"
"Kau membuatku merasa lemah,"
"Kau membuatku mengerti artinya cinta,"
"Kau membuatku merasakan cinta,"
"Dan kini kau membuatku merasa kehilangan, kesalahan terakhirmu,"
"Bagaimana mungkin seorang demon terkuat sepertiku bisa terjebak olehmu?"
"Kau membuatku kembali ke dunia ku. Kau membuatku melupakanmu. Lalu setelah kau melakukan itu padaku, kini dengan mudahnya kau menghilang."
"Mengapa… mengapa kau tidak menungguku? Mengapa kau tidak mau bersamaku? Mengapa kau membuangku kembali keduniaku? Mengapa kau membuatku melupakanmu?"
"Tidakkah kau sakit melakukan itu padaku huh?"
"….."
"Nee, jawab aku dobe…khh…" dirematnya tangan dingin keriput itu dengan erat.
.
"Aku akan menghidupkanmu lagi. Apapun caranya."
"Aku tak akan pernah membiarkanmu melakukan hal ini padaku, tak akan pernah…."
The End
Te~hee maaf ya endingnya ngegantung nih hehehehehe…..
Fic ini udah lama ku buat Cuma gegara masalah ga bisa buka ffn selama 3 bulan, yah jadinya tertunda deh,, o ya fic fic lain yang masih gantung, secepatnya akan ku proses dan posting, jadi maaf menunggu yak, ku lagi strees ngurus proposal skripsi nih, mana form noken nya ku ga ketemu lagi, huweeee~ masak ga ikut n3 lagi tahun ini, , T.T
Oke sekian cuap-cuap dari ku ya, senang bertemu lagi minna, gomen ne, semangat nunggu fic yang lain yak…akan segera ku posting hehehe…. Hontou ni gomen nasai…
