Miracle of Love
Konoha, 14 Februari 2010
Suasana di jembatan ini masih terlihat ramai. Meski mentari sudah mulai sedikit menyengat kulit, namun udara yang berhembus masih sangat terasa sejuk karena pohon-pohon besar yang bertengger apik di sisi kanan kiri jalan.
Belum lagi pemandangan yang disuguhkan di depan sana, hamparan luas bunga sakura yang mulai berguguran karena sebentar lagi akan memasuki akhir musim semi, menjadi magnet tersendiri bagi mereka untuk tetap tinggal meski hanya sekedar menikmati panorama pedesaan di pagi hari.
Begitu pun dengan diriku yang masih betah berlama-lama duduk di pinggiran jembatan ini melihat aliran sungai, jauh di bawah kakiku. Entah gerangan apa yang menahanku di tempat ramai yang sebenarnya tidak aku sukai seperti ini, karena biasanya setelah berjogging, aku lebih memilih pulang ke rumah atau mengekori temanku pulang ke rumahnya untuk menonton anime kesukaanku tanpa harus mendengar ocehan ibu yang menyuruhku mandi saat seru-serunya menonton tv.
Ku seka keringat yang meluncur dari dahi sembari mengistirahatkan kakiku setelah beberapa puluh menit berjogging tadi.
Seperti biasanya, hari minggu adalah hari rutin warga desa untuk berolahraga. Entah sejak kapan aturan itu ada, mungkin sudah dari embah buyut warga yang menurun dari generasi ke generasi. Ah entahlah aku pun tak tahu pasti, yang jelas, kebiasaan berolahraga di hari minggu sudah ada sejak aku masih kecil. Di mulai dari garis start rumah masing-masing hingga berhenti di jembatan ini sebagai tempat peristirahatan sampai jalan panjang dengan area perbukitan di depan sana, lalu garis finishnya kembali ke rumah masing-masing pula.
.
.
.
Ku sipitkan kelopak mataku saat sinar mentari kian terasa menusuk indra penglihatan. Dengan tak nyaman ku geser posisi dudukku, lalu ku buka kembali kelopak mataku saat ku rasa cahaya nakal itu tak lagi kurasakan mengusik.
Namun saat mataku terbuka, aku melihat sesuatu yang membuatku seolah terpaku di tempat, seorang gadis yang tengah mengayuh sepedanya dengan pelan menuju arahku.
Mataku terasa begitu enggan berkedip melihat sosok gadis bersurai indigo yang tengah bersenda gurau dengan teman di belakang boncengannya itu, apa yang kuperhatikan darinya pun aku tak tahu. Padahal disekeliling gadis itu juga banyak gadis-gadis lain yang berpenampilan lebih mencolok darinya, tapi entah mengapa mataku ini hanya tertuju padanya.
Hingga kayuhan kaki mungil pada sepedanya semakin memperkecil jarak diantara kami dan membuat sosoknya semakin jelas terlihat.
Wajah cantik nan ayu, manik amethyst bak rembulan, hidung mungil nan mancung, alisn yang terlihat teduh, dan jangan lupakan bibir tipis itu. Tanpa sadar kedua onyxku kembali menyipit karena tarikan pada kedua sudut bibirku. Ah... 'Kau membuatku tersenyum nona, siapakah dirimu? bahkan aku belum mengenalmu, namun kau sudah mampu mencuri hatiku pada pandangan pertama'.
Mataku masih setia mengekori objek indah yang kini telah melewati kehadiranku, menatap punggung yang tertutupi helaian indigonya yang perlahan kian menjauh.
Terasa seseorang menepuk pundakku, "Teme, pulang yuk", suara cempreng Naruto membuatku terkesiap dari nona tadi.
"Heh Teme, apa yang kau lihat?!" tanyanya sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku, "Ayo pulang, panas nih" ia kemudian menarik paksa tanganku untuk mengikutinya.
Tanpa banyak perlawanan, aku pun hanya membuntutinya dari belakang, sementara fikiranku masih melayang pada gadis ayu tadi.
Setelah memasuki kompleks menuju rumahku, aku menghentikan langkah kakiku dan memutuskan untuk kembali ke depan jalan tadi, mungkin saja aku bisa melihat gadis itu lagi, begitu fikirku.
"Dobe, kau duluan saja, aku masih ingin berjalan-jalan sebentar" ucapku sembari berlalu begitu saja meninggalkan pemuda berambut kuning jabrik itu.
Mungkin temanku ini kebingungan dengan tingkahku yang tak seperti biasanya, ah perduli amat dengannya. Sekarang aku harus bergegas secepat yang ku bisa.
.
.
.
Sudah sekitar 15 menit aku menunggu, namun gadis tadi masih belum terlihat juga.
'Apa mungkin dia sudah pulang?' batinku mulai gelisah.
Ada rasa takut tak dapat melihat sosoknya lagi, padahal mengenalnya pun tidak.
Mataku masih terus menelusuri keramaian di depan sana, berharap menemukan gadis bermata amethyst indah itu di tengah kerumunan orang-orang. Namun lagi-lagi aku harus menghela nafas putus asa untuk kesekian kalinya karena masih tak menemukan sosoknya yang memenuhi otakku.
Setengah jam pun berlalu, dan dia masih saja belum menampakkan batang hidungnya yang mancung. Aku pun menunduk pasrah dan berniat pulang, karena mungkin dia sudah pulang sebelum aku menunggunya di sini.
Dengan tubuh gontai ku pandang sekali lagi jalan yang masih tampak ramai akan manusia-manusia yang tengah berlari-lari kecil, berharap dapat menemukan gadis bersurai indigo di sana.
Angin pagi berhembus menerpa wajahku, mengantarkanku pada sosoknya...
Aku...
Ah, senyumku merekah tatkala menemukan dirinya yang menyesakkan hatiku selama satu setengah jam terakhir ini.
Ia mengayuh sepedanya, lagi, ke arahku. Bagai sebuah adegan slow motion dirinya lagi-lagi mampu membuatku terpana akan sosoknya yang kini perlahan mendekati keberadaanku.
Meski kutahu senyumnya saat ini bukan untukku, namun melihat bibir tipisnya membuat cekungan indah itu sudah cukup untuk membuat diriku seakan berada diantara puluhan kupu-kupu yang terbang menari-nari di padang rumput luas. Perasaan macam apa ini Tuhan?
Beranikah aku untuk berharap?
Berharap... Ia jodohku. Jodoh?!
Arrgghhh... Apa yang ku fikirkan?! Bodohnya diriku!
Tak lebih Tuhan...
Aku hanya ingin melihat sosoknya lagi.
Atau mungkin sedikit berharap aku bisa mengenalnya suatu hari nanti...
Apa aku sudah gila? Gila karena nona asing yang begitu memikat hatiku, gila karena wajahnya yang begitu ayu dalam pandanganku, gila karena senyumnya yang begitu manis sehingga membuat aku tak henti-hentinya menarik kedua sudut bibirku tanpa lelahnya.
Aarrgghhh... Sial!
'Kurasa aku benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama kepadamu nona'.
'Apa yang kau lakukan padaku? Sihirkah?' batinku serasa menggila.
Sekali lagi, aku tak mau melepasnya dari penglihatanku. Bahkan merasa tak rela kehilangan meski itu hanya siluetnya.
Dan ku rasa ini adalah hari keberuntunganku, keberuntungan untuk melihatnya sedikit lebih lama karena tiba-tiba saja ia menghentikan laju sepedanya.
Ia terlihat sedang menunggu sesuatu, atau mungkin seseorang?
Tiba-tiba ia menolehkan wajahnya ke belakang, melihat ke arahku dan tersenyum begitu menawannya.
Tu-tunggu? k-ke arahku?! Ke arahku?!
Oh Tuhan...
Apa jantungku berhenti berdetak sekarang?
Aku bahkan sampai lupa bagaimana caranya bernafas?.
Be-benarkah ini?
Apa aku tengah berfatamorgana? Atau berilusi? Berhayal? Berhalusinasi? Berimajinasi? Berrrr… entah apa lagi kata yang tepat untuk mengungkapkan apa yang tengah kualami ini, yang ku tahu aku tengah berharap dalam hati pada Tuhan untuk tidak menyadarkanku dari hal indah ini. Tidak! Jangan! Aku tak mau tersadar!
Namun hanya dalam hitungan detik semua harapan indahku tentangnya sirna ketika ku lihat seorang pemuda menepuk akrab pundaknya, dan ia tersenyum membalas si pemuda tadi dengan ramahnya.
'Apa ia kekasihmu nona?'
Ku tarik sebelah sudut bibirku getir. Dengan mudahnya gadis asing itu membawaku melayang tinggi lalu menghempaskanku begitu hebatnya.
Ada rasa sakit di sini, 'di hatiku'.
Namun, masih saja mataku enggan berpaling menyaksikan keakraban mereka yang hanya menambah rasa pilu itu.
Saat ku lihat dirinya berlalu, aku pun berbalik dan memutuskan meninggalkan keramaian ini.
.
.
.
.
.
"Arrgghhh..." ku remas helaian rambutku dengan frustasi.
Kurebahkan tubuh di atas kasur yang empuk, sembari menutup kelopak mata ini. Namun masih saja membuat fikiranku membayangkan wajah ayu gadis tadi pagi.
Sekeras apa pun aku berusaha, maka yang kutemukan adalah senyum manisnya yang tak mau enyah dari otakku.
Oh Tuhan...
Aku bisa gila karena ciptaan-Mu yang begitu indah itu.
Ku tatap langit-langit kamar ini dengan tatapan kosong.
Ku tarik udara melalui hidung, "Huu... " lalu ku hembuskan perlahan melalui mulut, "Hahhh... ".
Ku rasa fikiranku sedikit jernih sekarang, dan...
"Ah, Sakura!" teriakku keras.
Aku baru ingat, diantara teman-teman gadis itu ada Sakura sepupuku. Aku mungkin bisa meminta bantuannya.
Raut mukaku seketika berubah cerah, setelah sebelumnya seperti awan mendung yang menaungi abg galau yang tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, huatcihhh ! :v
Dengan tergesa-gesa aku memakai kaos yang sebelumnya ku lepas karena gerah, aku akan ke rumah Sakura untuk sedikit mencari tahu tentang gadis itu.
Drrtt... Drrttt...
Tiba-tiba ponselku bergetar.
Ku lihat ada sebuah pesan masuk dari nomer yang tidak ku kenal.
From: 087880543075
"Woooyyyyyy..."
Dahiku mengernyit membaca sms tak jelas pada layar ponselku.
"Ckh, apa-apaan orang ini!" gerutuku.
Oh iya, nomer ini...
Flash back_
"Sakura, aku pinjam ponselmu sebentar" ucap seorang pemuda berambut raven sembari meraup sebuah ponsel N*kia yang tergeletak begitu saja saat pemiliknya lengah.
"Untuk apa?!" protes gadis berambut permen kapas itu berusaha merebut kembali ponsel miliknya yang kini berada di genggaman si pemuda, seolah ada rahasia besar dalam ponsel sebesar 3 inch itu, hingga ia benar-benar tak rela benda persegi panjang itu berpindah tangan walau hanya sebentar saja.
"Sms Dobe sebentar" alibinya dengan memasang raut muka sememelas mungkin.
"Ya sudah sana, tapi jangan dipake sms'an, nanti pulsaku habis".
"Iya cerewet, sudah cerewet pelit pula" godanya.
Sontak saja Sakura menggembungkan pipi putihnya kesal, membuat pemuda tadi tertawa puas atas keberhasilan aksi jahilnya.
Ditekannya tombol bertuliskan 'kontak' lalu ditekannya lagi tombol gulir bawah terus, terus dan terus.
"Sakura..." panggil pemuda tadi pada gadis bersurai pink yang ternyata adalah sepupunya.
"Apa?" sahutnya malas dari dalam kamar.
"Kenapa kontak ponselmu pakai nama Zodiak semua?" tanya si pemuda heran.
"Suka-suka dong, memang kenapa?" gadis itu menengokkan kepala berambut pinknya keluar kamar, "Jangan bilang kau hanya ingin mencari nomor perempuan diponselku? Ayo ngaku?!" tanyanya menyelidik.
Jleb! Pertanyaan yang tepat!
"Jangan mengada-ada". Jawabnya kikuk.
"Lalu untuk apa pakai buka-buka kontak segala?, bukankah kau hafal betul nomor pacarmu itu?" ledek Sakura.
"Aku laki-laki normal tahu!", pemuda itu berbalik membelakangi sepupunya untuk menyembunyikan layar ponselnya yang sedang mengesave beberapa kontak yang ia salin dari ponsel sepupunya lalu ia miss call untuk memastikan nomor tersebut masih aktif atau tidak.
Gemini, Libra, Virgo...
'Sepertinya ini zodiak perempuan. Hehehe...'
"Sudah sini kembalikan ponselku" Gadis itu merebut paksa ponselnya, "Awas ya..." ucapnya menggantung.
"Apa?"
"Tidak jadi"
Flash back off_
.
.
.
Oh iya, nomor ini...
"Nomor yang kusalin dari ponsel Sakura minggu lalu" ucapku.
'VIRGO'
'Apa perlu ku balas? Atau kuhubungi saja? Kebetulan sekali, mungkin dia kenal dengan gadis tadi pagi' batinku menimbang-nimbang.
Calling 087880543075...
Terdengar lagu Hoshi no Utsuwa sebagai ring back tone dari seberang sana.
"Moshi-moshi" suara perempuan di ujung sana.
"Ya" balasku.
"Ehm, siapa ya?" tanyanya.
"Kau tadi mengirimiku pesan, lalu aku menelfonmu" jawabku.
"Oh... Kau yang menghubungiku terlebih dulu beberapa hari lalu"
"Em, ku rasa seperti itu" ucapku sambil menggaruk pipiku yang sebenarnya tidak gatal, "Oh iya, ehm boleh kenalan?" ujarku memberanikan diri.
"Boleh".
"Siapa namamu?" tanyaku kemudian.
"Hinata, Hinata Hyuga. Kau?"
"Uchiha Sasuke".
"Oh... Kau ini Sasuke sepupunya Sakura yah?" tanyanya lagi.
"Iya"
"Ada apa? Apa kau sedang mencari Sakura?" tanyanya lagi.
"Eh, a-ano. Tidak" jawabku gelagapan.
Terdengar suara di seberang sana tengah menahan tawa karena reaksiku tadi.
"A-ano maaf ya, aku tidak bisa berlama-lama. Soalnya aku harus belajar". Ucapnya tak enak hati.
"Bukannya ini hari Minggu?"
"Iya, tapi besok akan ada ulangan. Maaf ya. Nanti kapan-kapan kita ngobrol lagi".
"Souka".
"Jaanee..."
"Jaa..."
Tut tut tut...
Sambungan telephone pun terputus.
Sejenak aku terlupa dengan tujuan utamaku menemui Sakura.
Dan entah bagaimana bisa aku berfikir si 'Virgo' ini dengan gadis tadi pagi itu adalah orang yang sama.
'Ah, itu tidak mungkin. Mana ada kebetulan yang seperti ini' batinku menyangkal.
Dan aku pun teringat kembali untuk ke rumah Sakura, 'Eh tapi dia juga pasti sedang belajar' fikirku.
Lalu ku putuskan untuk meminta bantuan Sakura lain waktu saja, tak tega juga mengganggu waktu belajarnya.
.
.
.
.
.
Hampir seminggu ini diriku dan Hinata semakin akrab, berbalas pesan, bertukar fikiran, berbagi cerita, tak jarang juga aku menelfonnya saat punya pulsa lebih.
Virgo atau Hinata. Ia membuat diriku sejenak terlupa akan sosok gadis bersurai indigo yang selalu memenuhi otakku belakangan ini.
Sampai tiba hari sabtu, atau malam minggu lebih tepatnya.
Sebenarnya aku sedang tidak punya uang, tapi aku memaksakan menggunakan uangku yang tinggal beberapa lembar itu untuk membeli pulsa demi menelfon Hinata malam ini.
Calling Hinata-chan...
"Moshi-moshi" jawab suara di seberang sana dengan ramahnya.
"Moshi-moshi mou" balasku
"Ya Sasuke, ada apa?"
"Ehm Hinata, apa besok kau akan berolahraga?"
"Iya, mungkin bersama Tenten-chan".
"Souka..." dengan tak nyaman ku geser posisi dudukku, "Hinata.." panggilku ragu.
"Ya"
"Ano, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu". Ungkapku sembari memainkan sebuah pulpen diantara ibu jari dan telunjuk.
Jujur aku benar-benar nervous sekarang, entah apa yang akan ia katakan atas pertanyaanku nanti. Yang jelas, aku harus menyingkirkan semua tanya dalam hatiku ini terlebih dahulu padanya. Apakah Hinata adalah seseorang yang sama dengan gadis yang berhasil mencuri hatiku pada hari valentine itu atau bukan.
"Ya?"
"Boleh?"
"Hahaha", tawanya terdengar menggema di seberang sana, "Kau ini kenapa Sasu-kun? tiba-tiba aneh begitu. Kau tahu, atmosfer dikamar ini jadi berubah karena sikapmu. Jadi..." ucapnya menggantung.
"Jadi apa?" tanyaku penasaran.
"Jadi mencekam" sambungnya disertai ledakan tawa khasnya yang riang.
"Ckh, kau ini. Aku serius"
"Hehe. Iya iya. Ingin tanya apa?"
"Minggu lalu apa kau juga olahraga?"
"Tentu saja, kenapa?"
"Bersama teman-temanmu, termasuk Sakura?"
"Iya"
"Kau pakai baju apa waktu itu?"
"Ehm, aku lupa. Sepertinya kuning"
"Hinata, apa rambutmu panjang sepunggung berwarna hitam kebiruan? Em, indigo?" tanyaku semakin penasaran.
"Iya"
DEG!
"Waktu itu kau naik sepeda paling depan? Membonceng temanmu yang berambut merah? Lalu ketika berbalik arah untuk pulang kau juga berada paling depan? Kemudian ketika berada di depan kedai takoyaki kau berhenti menunggu teman-temanmu yang tertinggal di belakang? Lalu ada seorang laki-laki yang menepuk pundakmu dan sempat mengobrol denganmu? Itu kau? Kau bukan Hinata?" nafasku sampai terengah-engah karena rasa penasaran yang meledak-ledak dalam diriku.
Ku mohon... Ku mohon...
Jawab 'iya'. Jawab kalau dia adalah dirimu Hinata.
Hinata menggaruk kepalanya bingung, "Sasu-kun tidak bisa pelan-pelan? Huuhh..." keluhnya, "Baiklah aku jawab... Pertama iya aku naik sepeda paling depan..."
Oh Tuhan... Benarkah ini...
"...ke dua iya aku membonceng temanku bernama Karin, dan benar dia memiliki rambut berwarna merah, ah aku menyukai rambutnyaaa..."
'Apa benar kamu adalah dia?' batinku semakin berharap.
"...ke tiga juga benar aku pulang naik sepeda pun paling depan..."
'Hinata... '
"...ke empat juga tidak salah aku berhenti sebentar karena menunggu teman-temanku yang tertinggal di belakang, ya mungkin aku terlalu bersemangat. Hehe. Lalu..."
'Lalu apa?, katakan kalau dia adalah kau hinata. Ku mohon...'
"...lalu yang terakhir juga benar kalau ada laki-laki yang menepuk pundakku waktu itu...".
DEG!
Waktu terasa berhenti berputar. Semua pertanyaanku ini mengantarkanku pada sebuah kenyataan jika gadis bersurai indigo yang telah menawan hatiku adalah Hinata, gadis yang juga membuatku nyaman secara bersamaan.
"...Em, Ano Sasuke-kun kenapa bisa tahu detail apa yang aku lakukan waktu olahraga minggu lalu?" tanyanya bingung.
"Satu lagi yang ingin ku tanyakan padamu Hinata, siapa laki-laki itu?"
'Sumpah demi apa pun Hinata, jangan katakan jika pemuda itu kekasihmu. Oh Tuhan jangan hancurkan perasaan bahagia ini..'
"Eh? Kau bahkan belum menjawab pertanyaanku Sasuke-kun" protesnya.
"Jawab yang ini dulu Hinata, please.." rengekku benar-benar memohon.
"Huh" desahnya, "Dia Kiba temanku..."
"YESS!" Teriakku entah pada siapa.
'Aku benar-benar bahagia. Terima kasih Tuhan... Terima kasih...'
"Sa..H.."
"Sas..HO.."
"Sasu..HOOO.."
"Sasukee..HOOOYYY.. "
Tak sadar sedari tadi gadis di seberang sana tengah berteriak-teriak memanggilku. Sontak aku kembali tersadar dengan dunia nyata ini. Tak henti-hentinya mataku menyipit akibat tarikan pada kedua sudut bibirku.
"Ah y-ya?" jawabku gugup.
Sekarang aku berada sangat dekat dengannya, dengan sosoknya walau hanya lewat sambungan telephone. Sosok gadis yang aku kagumi, bahkan aku berani mengatakan aku mencintainya di awal pandangan pertamaku padanya.
"Kau ini kenapa? Teriak-teriak begitu, aku kaget tahu!". Aku berani taruhan dia pasti tengah mengerucutkan bibirnya karena sebal padaku, "Eh, kau belum menjawan pertanyaanku tadi". Ucapnya mengingatkan.
"Yang mana?"
"Ish... Yang bagaimana bisa kau tahu detail apa yang aku lakukan waktu olahraga minggu lalu itu.." ujarnya sedikit kesal.
"Oh yang itu..."
"Iya"
"Hinata.. Apa bisa besok aku bertemu denganmu?"
.
.
.
.
.
Konoha, 26 Februari 2010
Angin pagi berhembus menerpa wajahku, terasa sangat menyejukkan.
Samar-samar sinar mentari perlahan menampakkan diri dari ufuk Timur. Ku rasa Ia memang gemar menggodaku hingga aku harus menyipitkan mataku lagi oleh ulah cahayanya yang nakal mengusik pandanganku.
30 menit sudah kedua sudut bibirku membentuk cekungan, namun ku rasa aku takkan pernah merasa lelah. Kalian tahu mengapa?
Karena gadis bersurai indigo itu kini berada di sampingku, tersenyum indah hanya untukku. Ya hanya untukku.
.
.
.
Seminggu yang lalu aku dan gadis di sebelahku ini, bertemu di tempat ini. Tempat yang sama saat aku pertama kali melihatnya, mengaguminya, mengharapkannya.
Aku menceritakan semuanya, dari awal aku terpanah akan sosoknya yang begitu indah, dan hanya bisa memandangnya dari kejauhan, hingga berharap bahwa aku bisa mengenalnya suatu hari nanti.
Dan lihat betapa baiknya Tuhan padaku, selang beberapa jam saja, Tuhan mengabulkan harapanku. Gadis yang hanya bisa ku pandangi dari jauh mengirim pesan singkat tidak jelas padaku, namun pesan itulah yang mengantarkanku lebih dekat dengan gadis yang ku kagumi ini. Terdengar mustahil memang, bahkan dia pun tak mempercayaiku pada awalnya. Namun sekali lagi ku katakan 'Apakah kau melihat kebohongan di mataku nona?' TIDAK! Tidak mungkin ada. Dan dia pun menemukannya, ya hanya menemukan sebuah kejujuran dalam mataku.
Dua minggu yang lalu aku merasa semua harapan dan kebetulan itu tak mungkin adanya, tapi lihatlah! Sekarang aku bersamanya, menggenggam erat tangannya, memandang manis wajahnya, bukan lagi hanya sebuah fatamorgana, namun ini nyata, ini nyata!
Ia kekasihku sekarang, lebih tepatnya sekitar 6 jam 10 menit dan 10 detik yang lalu.
Terima kasih Tuhan... Terima kasih untuk kebahagiaan ini.
Ini kisahku, kisah cintaku. Kisah tentang keajaiban cinta, ya katakanlah begitu.
THE END_
Note : Cerita ini aku tulis berdasarkan kisah nyata (cerita pribadi author :'v) tanpa ada rekayasa sedikitpun di dalamnya, terkecuali latar dan karakter yang aku pakai tentunya. Cerita ini aku persembahkan (cieee... persembahkan cieee:v) buat "Aang" alias tokoh Sasuke dalam cerita ini yg lg ulang tahun yg ke 25. Otanjobi omedetou anata :*
wish you all the best
Ty2nNH ^^
Yoshaaaa... Karena tanggal 13 Maret adalah hari jadi Aangku tersayang (cie cie cieeee :v) jd aku akan ng'bls review yg masuk ditanggal ini langsung dific oneshot ini.
Special day gitu loch (ckh, ini kuah pake ikut muncrat segala :'v)
Oke langsung ajah ini dia orang2 beruntung tersebut... *PLAKK Cekidot/bekicot (terserah deh apa'an :v) :D :D :D
Nisa-chan: cie cie mou.. :D fic ini oneshot Nisa-chan, kalo' d'lanjutin ntar jd sinetron :v
Terima kasih udh mampir dan me'review :*
Maura-chan: blh y pake suffix -chan, *MAKSA :v.
Sblm'y mksh krn udah blg ceritaku keren, aku jg ngrasa begitu (PD Binggow) :'v *PLAKK.
Hehe (garuk2 kelapa, ups! Kepala mksud'y) soal yg hijab itu... Itu... Itu khilaf :v
jd cerita ini sblm'y udh aku publish diakun FB ku, dg cerita yg asli, em mksudku pake latar dan nama karakter yg asli dan iya aku pake hijab dicerita ini :) (cieee sok alim :v) tp udh aku edit lg kok' yg itu. Hehe
Arigatou sudah berkunjung :)
Sasuhina-san: Gomen soal yg jilbab itu keteledoranku dlm mengedit, soal'y aku publish fic ini dr hp, tulisan'y kecil bingit dan ternyata ada yg ketinggalan :'v.
Soal ada kata 'jilbab' d'situ karena cerita ini aslinya pake tokoh yg sbnarnya "AKU & DIA" :v jd setiap sifat Hinata dan Sasuke di sini adalah sifat aku sm dia. Termasuk jilbab'y dan zodiak Virgo itu juga zodiak aku. Gomenasai jika Sasuhina-san tidak berkenan (bungkuk2)
Arigatou udh mampir dan mereview :) Jgn kapok yah :D
Nurmala-san: Hehe iya aku tahu, gomen2 karena ini dr ceritaku asli jd itu zodiak'y jga pake zodiak aku. Gomenasai..
Ehm, maaf kalo semisal terkesan lancang buat para HimeLovers, tp aku gk akan ngrubah zodiak'y d'cerita ini, soal'y ada satu moment berharga bagiku ttg zodiak ini.
Jd wktu awal2 jadian dan udh ketemu langsung 'Aang' pernah blg gini (ng'gombal cerita'y :'v) "De, zodiak km Virgo yah?" aku jwb "Iya, kok Aang tau?" (pdhal dia tau dr nama kontak di hp tmnku/sepupunya yg dia salin) trs dia blg "Y tau donk, cewek cantik tuh kn biasa'y zodiak'y Virgo" Hahaha :D gombal bgt kn dia (maaf curhat) :v
Jd gitu Nurmala-san.. Hehe.
Mksh sdh berkunjung dan mereview :) jgn kapok mampir lg yah...
Subuhdibulanoktober: Kyaaaa... Arigatou udh di doa'in langgeng, (*colekAang_ Ang, kita didoa'in :v bungkuk2 bareng Aang) Arigatou ne Subuh-san...
Iya udh 6 thn lbh, dr aku msh umur 14 smpe skrg 20 dan Aang 19 smpe skrg 25 :D. Kalo itu ehm, doain aja deh :v
Dan semoga Subuh-san juga dpt jodoh yg terbaik d'hdp Subuh-san trs langgeng juga smpe maut memisahkan :') Aamiinn...
Arigatou Gozaimashita... Jika berkenan mampir lg yahhh... :)
Salsabila-chan: Haha mksh Salsabila-chan, semoga cerita cinta Salsabila-chan juga se'sweet kisah cintaku ini :'v
Arigatou ne.. Salsabila-chan udah mau berkunjung dan mereview..
Nanti mampir lg yaahhh..
Terima kasih yg sebesar-besarnya aku ucapin buat tmn2 yg udh mereview ceritaku ini dan aku harap kalian gak akan kapok mampir di cerita2ku selanjutnya.
Arigatou Gozaimashita...
Ty2nNH ^^
