It's Sulay Story's

te amo in aeternum

(prolog)

.

.

.

.

WARN! It's BL, Yaoi, Boyxboy

Typo everywhere, i'll try my best to write it.

Don't like don't read.

Enjoy the story

-unixingcorn-

.

.

.

.

Kalau saja. Aku tidak terlahir dengan semua kesialan ini. Aku tidak akan berakhir seperti ini. Tapi semua yang aku inginkan hanya tinggal angan-angan saja. Mengikuti takdir adalah salah satu cara terbaik saat ini. Walaupun aku tidak baik-baik saja.

Kehilangan kedua mataku tidak se sakit ditinggalkan oleh baba ku. Aku selamat dari kecelakaan maut, namun tidak dengan baba. Aku bersyukur Tuhan masih menyayangiku. Oleh karena itu aku akan menggunakan kesempatan itu untuk menjaga mama dan adik-adikku. Mereka adalah satu-satunya yang aku punya.

Mama jatuh sakit setelah baba meninggal. Ia begitu terpukul dengan apa yang baru saja terjadi. Mama hanya bisa tidur lalu duduk di kursi roda dan berkeliling jika bosan. Aku benar-benar menyesal. Andai saja aku tidak memaksa ayah untuk menjemputku saat itu. Andai saja aku yang menyetir saat itu. Andai saja jika aku pulang menggunakan bus saja. Pasti semua ini tidak akan pernah terjadi.

"Yiyi" Ibu memanggilku lembut. aku menghampirinya dengan menggunakan tongkatku lalu duduk di sebelahnya.

"Iya mama. wei sheme?" tanyaku lembut.

"Ada yang ingin mama bicarakan. Tapi berjanjilah, jangan menolak yang mama minta shi?" Aku menggangguk lalu mendengarkan mama dalam diam. Firasat ku mengatakan ada yang tidak beres. Apa itu?

"Mama ingin menjodohkanmu dengan seseorang yang baik Yiyi. Mama benar-benar ingin hidupmu menjadi lebih baik lagi. Jadi mama mohon terima lah. Mama tidak bisa mengurusmu lagi Yiyi, mama sudah tua. Keadaan mama mungkin akan berubah seiring berjalannya waktu." mama memohon kepadaku sambil memegang tanganku dan mengusapnya. Aku terkejut. Otakku tidak bisa mencerna apapun. Ini begitu tiba-tiba. Sulit untuk menerimanya.

"Yiyi tidak meminta mama untuk mengurus Yiyi ma. Yiyi bisa mandiri, lagipula masih ada Renjun dan Guanlin yang bisa membantu Yiyi. Mama tidak perlu repot-repot menjodohkan Yiyi, sudah saatnya Mama beristirahat. Jangan pikirkan Yiyi dan jagalah kesehatan Mama." aku mencoba tersenyum kepada mama walaupun tidak bisa melihat apapun. Tapi Mama melihatku bukan.

"Yiyi, sekali lagi mama mohon. Terima lah perjodohan ini. Demi kebaikan mama, adik-adikmu dan juga dirimu sayang." mama memelukku erat. Dan aku merasakan basah di pundakku. Mama menangis. Aku mengelus punggungnya yang rapuh dengan penuh kasih sayang. Aku mencoba untuk menenangkan pikiranku. Apakah jika aku menerima perjodohan itu semua akan berubah. Aku terlalu takut untuk jatuh kembali. Mama, Renjun dan Guanlin benar-benar sangat berharga. Dan jika apa yang mama katakan adalah jalan yang terbaik. Mungkin aku akan menerimanya. Walaupun tidak ada yang tahu bagaimana akhir dari cerita ini bukan. Pilihannya ada dua. Akhir yang menyenangkan atau menyedihkan. Asalkan itu tidak berdampak terhadap keluargaku. Aku rasa tidak masalah.

"Baiklah mama, Yiyi menerima perjodohan itu. Asalkan mama cepat sembuh dan kembali memasak sarapan untuk kami."

Aku bisa merasakan mama tersenyum bahagia disini. Aku berharap, semoga apa yang menjadi keputusanku akan menjadi akhir yang bahagia untuk keluargaku dan juga baba yang sudah tenang diatas sana.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continued ...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Lanjut ngga nih :v ada yang mau saran plotnya gimana mungkin. Semoga suka ya sama ff aku yang satu ini :v see you next chapter~

Glosarium:

wei sheme :ada apa?/mengapa?

shi :ya

161217