Dazai harusnya mengetik laporan pagi itu, tapi karena sikapnya yang memang entah berantah itu, dia malah browsing internet. Tidak tanggung-tanggung, dia mengetik namanya sendiri di kolom pencarian.

"Wah?" Dazai berpikir Ango sudah menghapus catatannya, jadi kenapa beredar banyak foto-foto dia versi mafia? Tunggu, Dazai bahkan tidak ingat pernah berpose begitu. "Fanart by *?" Bahkan seorang jenius sepertinya tidak habis pikir mengapa ada orang yang mengaku sebagai fans malah membuat karya terkait masa lalunya yang ingin disimpan rapat.

Dazai kembali heran ketika menemukan namanya sering disebut-sebut berbarengan dengan Chuuya, dihubungkan huruf X. "Fanfiction, hmm, ratingnya M?" Dazai nekad membuka halaman tersebut, penasaran sekaligus merasa dirinya sudah dewasa.

"Dazai-san?" Berakhir dengan Atsushi yang khawatir karena seniornya muntah-muntah di kamar mandi. "Kau baik-baik saja?"

Dazai mengerang bahwa dia butuh istirahat di rumah selama seminggu. Tentunya Kunikida tanpa ampun menolak keinginan yang akan sangat merugikan Agensi itu.

"Aku jadi penasaran apa yang membuatmu sampai begitu, Dazai-san." Atsushi masih bingung.

"Kalau begitu klik saja namamu di search engine, Atsushi-kun," Dazai tersenyum dingin. Aura gelapnys yang jarang-jarang kini menguar di sekitar.

Semenit kemudian, gantian Atsushi yang menghuni kamar mandi. "Ba-bagaimana mungkin mereka membuat cerita bahwa aku dan Akutagawa ...!"

"Aku juga tidak menerima itu, Jinko!" Tahu-tahu saja Akutagawa sudah merangsek ke lantai empat gedung, tepatnya kantor agensi. "Kenapa fanfic tentangmu dan Dazai-san lebih banyak daripada aku dan Dazai-san? Padahal Dazai-san menjadi mentorku selama 2 tahun dan aku terus mencarinya selama 4 tahun! Sementara kau bahkan belum mengalami skip time!"

"Itu yang kau permasalahkan?!" Atsushi seperti biasa bertsukkomi.

"Sudah, sudah, toh kalian berdua sama-sama diceritakan membunuhku dalam fanfic yang berbeda." Dazai mengangkat tangannya. "Lagipula Akutagawa-kun, 2 tahun yang kamu sebutkan itu hanya beberapa menit yang ditampilkan sebagai flashback. Tapi jujur saja aku juga kasihan karena kamu sering dibikin jadi gila karena gagal menemukanku."

"Aku tidak akan kehilangan kewarasan karena itu, Dazai-san. Rasa putus asa setingkat itu ... Tidak cukup untuk menghancurkanku!" Akutagawa mengulang slogannya ketika berhadapan dengan pendeta Guild.

"Intinya kamu putus asa juga, toh," cetus Atsushi nyari masalah.

"Hah?! Tarik ucapanmu!"

"Bukankah yang harus melakukan itu kau sendiri?"

"Jadi ... Port Mafia ada perlu apa kemari?" Kunikida mengabaikan percakapan tidak bermutu antar dua orang gemblengan Dazai tersebut.

"Itu ... Barusan hanya kemarahan pribadi, tidak ada kaitannya dengan Port Mafia." Akutagawa kali ini jujur saja.

Brak!

Tapi lagi-lagi pintu didobrak terbuka dan kali ini Chuuya pelakunya. Mata birunya mencari-cari Dazai untuk dihadiahi tatapan paling mematikan yang dia punya. Beberapa langkah di belakang Mori turut melenggang masuk tanpa beban.

Tanpa kata, Dazai membalas tatapan Chuuya dengan silau yang sama. Sementara kedatangan Port Mafia yang tidak diduga cukup mengejutkan, Naomi berinisiatif memanggil Fukuzawa.

Sebenarnya situasi panas di Port Mafia itu dimulai dari Higuchi, yang ingin menyelidiki tentang masa lalu Dazai berhubung Akutagawa bilang dia gak bakal menang melawannya. Sementara Dazai versi Port Mafia terkait erat dengan Soukoku.

Dazai Port Mafia juga terkait dengan Akutagawa, yang ketika ditunjukkan fanartnya ikut penasaran dan cari sendiri. Di sana dia menemukan fanart dan fanfic Dazai dengan Atsushi lebih banyak sehingga tanpa pikir panjang dia ngacir ke gedung agensi.

Higuchi yang kadang kurang waras itu malah mengirim fanart sho-ai soukoku lewat e-mail pada Chuuya untuk minta konfirmasi. Si eksekutif yang sedang menghadap bos itu sontak gatal untuk memukul mantan rekannya dan pamit menyusul Akutagawa. Mori yang sedang bosan memutuskan untuk ikut tanpa alasan khusus.

"Dazai! Kenapa di kebanyakan fanfic aku yang dibikin mati?!"

"Sebenarnya Chuuya, aku juga keberatan dengan peranku yang selalu jadi orang brengsek terutama kalau berkaitan denganmu dan Akutagawa-kun."

"Cih, memang kau itu brengsek sih, tapi gak ada yang sedih juga kau keluar Port Mafia!" Chuuya berseru, "Eh, maaf, Akutagawa," kemudian dia teringat sebuah pengecualian.

"Tidak, saya bukannya sedih, hanya saja untuk memperoleh pengakuan Dazai-san terpaksa harus mencarinya. Jadi keluarnya Dazai-san membuatku repot, itu saja."

Sementara itu, sisa anggota agensi yang awalnya bengong kini searching sendiri-sendiri, memastikan nama baik mereka di dunia fanfiction.

"Hm, sepertinya tidak ada yang membuat cerita tentangku, jadi aku amaan!" Kenji dengan lega meregangkan tangannya.

"Kunikida-san ... " Tanizaki berbisik horor dari belakang si empunya nama. "Kenapa ada yang menulis fanfic bahwa Anda menikahi Naomi ...?"

"Mana kutahu!" bentak Kunikida kaget.

"Apa ada hint antara kalian yang tidak kuketahui ... ?" Tanizaki masih mode interogasi.

"Tenanglah, Tanizaki! Itu mungkin yang mereka sebut crack pairing!" Kunikida menunjukkan fanfic dimana Dazai berpasangan dengan Higuchi dan Gin dengan Atsushi. "Ini juga nyaris gak ada hint kan?"

"Sepertinya dunia fanfic itu sangat bebas, mereka bahkan memasangkan kita dengan OC." Atsushi menyatakan kesimpulan barunya. "Ranpo-san ... Anda sangat tenang, ya," diliriknya Ranpo yang santai saja mengudap cemilan.

"Habisnya Atsushi, mereka pasti membuatku sebagai detektif hebat, kan? Kalau begitu tidak ada masalaah!"

"Be-benar sih, tapi selain itu ada juga yang memasangkan Anda dengan detektif Guild ... " Ranpo mengangkat alis. "... juga dengan Shachou," Atsushi melanjutkan perkataannya. Ranpo terdiam, perlahan matanya yang jarang-jarang dibuka kini diperlihatkan.

"Hapus, Atsushi,"

"Eh? Tapi hanya authornya yang bisa ..."

Saat itulah Fukuzawa masuk. Melihat Mori yang kelihatan seperti menikmati adu mulut Dazai dan Chuuya, dia melepaskan pegangan pada gagang pedangnya. "Ada apa ini?" tanyanya yang kurang update.

Jadilah mereka duduk berhadap-hadapan seperti sedang rapat. Kunikida menjelaskan secara singkat dengan bantuan proyektor tentang fanfic dan fanart.

"Pertama kita akan membahas fanart, ini beberapa contoh ..."

Gambar pertama menunjukkan Dazai yang menangis dengan Chuuya berlumuran darah di hadapannya.

"Tuh, lagi-lagi aku dibikin mati!" cetus Chuuya kesal.

"Terima nasibmu, Chuuya, tapi kenapa aku harus nangis segala?" Dazai turut mengomentari dengan datar.

Berikutnya beberapa panel hitam putih yang menunjukkan gambar Dazai 15 tahun disandera dengan telapak tangannya ditancapi pisau tembus ke lantai. Lalu Chuuya yang datang dan melihat itu marah pada tahap mengaktifkan corrupt.

"Lah, gantian aku yang disiksa?" Dazai bergumam dengan tangan menopang dagu.

"Rasain, tapi kenapa aku harus ngaktifin corrupt?" balas Chuuya.

Gambar selanjutnya adalah komik singkat tentang Akutagawa versi TK yang mengatakan sesuatu yang cukup, yah, romantis pada Atsushi. Si pemilik Rashoumon itu nyaris memotong-motong layar proyektor kalau Dazai tidak turun tangan menetralkannya.

Kemudian gambar Odasaku yang tersenyum bahagia dikelilingi anak-anak asuhnya. Dazai terlihat seperti menahan napas ketika melihatnya dan Mori mengamati itu dengan ekspresi tak terbaca. Sementara sebagian besar anggota agensi saling berbisik menanyakan orang itu siapa.

Selanjutnya ada gambar Dazai beradu punggung dengan Akutagawa, masing-masing menghadap tali gantungan.

"Dazai-san memang pengen bunuh diri, tapi kenapa aku harus ikutan?" Akutagawa bergumam tidak terima.

Selanjutnya gambar Ranpo yang menarik-narik Fukuzawa. Tidak ada yang berkomentar tentang itu. Pun ketika ditampilkan ilustrasi Yosano yang menyeringai memegang goloknya berada satu panel dengan Mori memamerkan ekspresi serupa berbekal pisau bedah. Paling-paling Yosano melirik tidak suka pada si mantan dokter kota yang pura-pura tidak sadar.

Ketika ditampilkan gambar Fukuzawa dan Mori yang bertukar kostum, semuanya sempat pangling sebelum berpikir bahwa begitu juga cocok. Kecuali kedua tokoh bersangkutan yang merinding dalam diam.

"Terus, kalau fanfic ... " Kunikida menampilkan layar penuh tulisan. "Aku akan menggesernya tiap sekian detik, tolong baca dengan cepat."

"Luar biasa ... " komentar Dazai setelah membaca salah satu fanfic tentang penyiksaan masa kecil yang dialaminya. "Kenapa mereka suka sekali menulis tentang itu?"

"Dazai-kun, sepertinya kau menemukan cerita lain yang isinya mirip?" terka Mori dari pemilihan kata Dazai.

"Hmm, ya, Chuuya mungkin lebih sering dibikin mati karena corrupt atau semacamnya, tapi yang luka-luka biasanya aku." Dazai membenarkan bahwa dia sudah memeriksa sumber lain. "Ada yang bikin luka bekas operasiku terbuka, aku disiksa oleh siapa lah sebelum bertemu Mori-san, atau dikasih racun sarin oleh Fyodor, tanganku hancur kena bom, terus didorong jatuh dari menara ... "

'Yah, penampilanmu mendukung jadi itu tidak sepenuhnya salah mereka.' pikir orang-orang mengingat perban yang tak pernah lepas dari Dazai.

Lanjut ke cerita selanjutnya, itu berlatar School!AU dimana tokoh-tokohnya menjadi siswa SMA.

"Kenapa aku pakai rok?!" jerit Chuuya membanting kedua tangannya ke meja, untung tanpa mengaktifkan kemampuan, tapi cukup untuk menciptakan retakan memanjang.

"Makanya jangan melewatkan warning, Chuuya. Kulihat cukup banyak juga yang membuatmu versi perempuan." Dazai dalam hati ngakak melihat peringatan Fem!Chuuya, dia sudah menunggu reaksi itu jadi kalem saja

"Kenapaa?!" Nakahara Chuuya, lho. Petarung terkuat Port Mafia. Bagaimana bisa dia diceritakan sebagai perempuan? Begitu dia tak habis pikir.

"Mungkin karena rambutmu panjang, Tuan Topi," Ranpo menyeletuk.

"Tapi Kunikida-san juga," Atsushi menoleh pada seniornya. "Apa Kunikida-san juga sering dibikin versi perempuan?" tanyanya pada Dazai.

"Tidak juga," Dazai menggeleng. "Pertama, Kunikida-kun itu tinggi. Kedua, dia memang jarang dibikin fanfic kalau dibandingkan Chuuya."

Alasan pertama jleb di Chuuya, alasan kedua sakitnya di Kunikida. "Sekalinya dibikin, itu tentang dia yang frustrasi karena gagal memenuhi panduan idealnya ..."

"Diam!" Kunikida melanjutkan ke cerita lainnya. "Oh, ini ada tulisan 'Odazai week' nya. Kayaknya untuk event khusus kah?"

Kali ini Dazai benar-benar diam. Matanya menatap datar ke layar, tidak benar-benar membaca karena tahu rata-rata isinya pasti hanya membuka luka lama. Sementara Atsushi dan Tanizaki diam-diam mengedip-ngedipkan mata mereka yang memerah, Ranpo dan Fukuzawa agaknya mengingat-ingat pertemuan mereka dengan Odasaku.

"Lah, ini malah seenaknya bikin hubungan darah," Fanfic selanjutnya adalah tentang Chuuya yang jadi kakak Atsushi, dimana Mori membunuh bocah harimau itu dengan pisau bedah di hadapan si eksekutif mafia.

"Aku tidak melihat ada perlunya tindakan tersebut," Mori tidak kelihatan senang dengan peran antagonisnya yang dia nilai kurang kerjaan.

Belum berakhir, kali ini Dazai diceritakan sebagai ayah dari Akutagawa dan Atsushi. Fanfic lainnya menjadikan Akutagawa sebagai ayah Kyouka. Selanjutnya tentang Dazai sebagai kakak Ango dan Chuuya. Tapi yang paling menghebohkan ya peran Chuuya sebagai janda yang ditinggal mati Dazai dan harus membesarkan anak-anaknya, Shin Soukoku, seorang diri. Perlu tiga orang untuk menahannya tidak menghancurkan lantai keramik agensi.

Bagaimana tidak, itu menggabungkan dua hal yang tidak masuk akal bagi Chuuya sekaligus.

Mengingat membuat fanart dan fanfic tidak dilarang secara hukum, Agensi Detektif mati langkah. Sementara Port Mafia memilih mengurusi bisnis mereka yang lain daripada melacak akun-akun yang berasal dari banyak negara.

Mohon maaf kalau ada yang tersinggung dengan fanfic ini. Bagaimana pun, aku mendukung fem!Chara daripada sho-ai. Terus ... ini mungkin temanya sudah pasaran ya? Soalnya di Gintama dan KnB sudah ada yang bikin kayak ginian. Di fandom ini juga ada sih yang semacam 'breaking the fourth wall'.Kemudian, maaf sudah membuang waktumu dengan membaca fanfic gak bermutu ini. Terima kasih banyak kalau mau review.