Haii.. Lagi-lagi ime bikin fik baru.. Padahal yang lainnya belum pada diupdatee.. Yasudah lah, enjoy this fik :3
o.o.o.o
All The CHARACTER Of This Story is Belong-ing to MASASHI KISHIMOTO, i'm just borrow it.
Warning! : Semi-Cannon! Typos(maybe), abal, gaje, pasaran, kepanjangan! Dan yang paling penting : Jalan ceritanya ini cuma Khayalan saya!
Genre: Hurt/Comfort, little Romance, little Friendship
Pairs: SasuSaku, little NaruSaku, also little SasuNaru(friendship)
Summary: Naruto sudah berhasil membawa Sasuke pulang ke Konoha. Naruto berharap Sasuke dan Sakura dapat bersatu, tetapi ternyata Sakura sudah mengubah perasaannya pada Sasuke.
...
Terpaan angin lembut mengiringi perjalanan Naruto dan Sasuke menuju Konoha. Konoha yang terkenal akan luas daerahnya, terkenal akan kehebatan Shinobinya dan terkenal akan hal yang lainnya kini 'masih' rata dengan tanah. Hanya ada tenda-tenda sebagai tempat tinggal penduduk sementara waktu yang terjejer rapi di sana.
"Sasuke... Di sinilah kita.." gumam Naruto sambil menepuk pelan bahu Sasuke. Ya, di sinilah mereka. Tepat di depan gerbang yang masih kokoh berdiri. Gerbang yang menjadi penghubung desa dan luarnya. Gerbang yang selalu mereka lalui untuk menjalankan misi di luar desa, 'dulu'. Gerbang yang menjadi saksi perjalanan hidup penduduk Konoha, termasuk mereka.
"Naruto, apa aku masih di terima di desa ini?" tanya Sasuke dengan ekspresi datarnya. Ya. Uzumaki Naruto telah berhasil membawa teman ah tidak maksudku sahabatnya, Uchiha Sasuke kembali ke Konoha. Naruto bisa mengambil hati Sasuke untuk melupakan dendamnya.
Saat berhadapan dengan Sasuke di medan perang, Naruto mengeluarkan kekuatan yang diberikan Itachi kepadanya. Dan dia berhasil meraih hati kecil Sasuke, dengan menyadarkannya tentang pengorbanan dan keinginan Itachi sesungguhnya, yaitu membuat Sasuke—sang adik tersayang, menjadi 'pahlawan' Konoha bukannya 'teroris' dari Konoha.
Kekuatan yang Itachi berikan itu mampu menarik Sasuke keluar dari kegelapan.
Sasuke dan Naruto berdua, bersama bertarung melawan Uchiha Madara yang kala itu sudah mengeluarkan Jubi si ekor sepuluh dengan menggabungkan semua biju. Kyuubi dan Hachibi sudah 'diambil' olehnya. Naruto tidak mati walaupun Kyuubi sudah keluar dari tubuhnya karena Naruto adalah anggota klan Uzumaki. Berbeda dengan Bee.. Dia gugur di medan perang saat Hachibi dipaksa keluar dari tubuhnya.
Naruto dan Sasuke bertempur mati-matian melawan Uchiha Madara. Pertarungan berlangsung sangat sengit. Madara benar-benar hebat. Dia mengeluarkan seluruh jurus-jurus mematikannya saat bertarung. Naruto dan Sasuke menggabungkan kekuatan mereka. Kekuatan yang mereka gabungkan itu setara dengan kekuatan Rikudo Sennin, karena mereka berdua memang keturunannya.
Dan Pada akhirnya, Naruto dan Sasuke menang walaupun dalam keadaan 'hampir' mati. Perang pun selesai dengan kemenangan di pihak Shinobi.
Kebenaran selalu menang melawan kejahatan.
"Tentu saja, Teme! Kau juga pahlawan Konoha! Kau sudah mengalahkan Madara!" seru Naruto sambil merangkul sayang 'sahabat'nya itu sementara yang dirangkul hanya memasang wajah datar.
Walaupun Naruto berkata begitu, Sasuke bukanlah seseorang yang bodoh, dia tahu betul bagaimana penduduk desa akan memperlakukannya. Semua sudah berubah, ia bukan lagi seorang Uchiha yang dielu-elukan, dipuja dan dipuji. Dia adalah seorang Uchiha yang hanya menjadi cibiran dan bahan hinaan penduduk setempat karena pernah mengkhinati desa dan bergabung dengan Akatsuki. Tapi toh, Sasuke juga tidak terlalu peduli dengan hal itu. Ia hanya ingin satu hal, yaitu kehangatan dari orang-orang yang dulu 'berharga' baginya. Dan sampai saat inipun masih berharga untuknya.
.
...
.
"Itu Naruto! Dan juga... Uchiha Sasuke...?" para Shinobi yang tadinya ingin berlari dan memeluk Naruto-sang pahlawan, kini terdiam dan menatap sinis pada Sasuke.
Sasuke hanya diam dengan ekspresi datar, dia sudah siap mental diperlakukan seperti ini. Sementara Naruto hanya meliriknya dengan wajah sedih. Ya, Dia sedih karena teman yang berharga baginya diperlakukan begitu.
"Hey kalian ini! Dia yang mengalahkan Uchiha Madara tau! Kalian juga harus berterimakasih padanya!" seru Naruto yang mengepalkan kedua tangannya.
Shinobi-shinobi yang ada dihadapan mereka memundurkan posisinya, mereka sedikit ngeri melihat ekspresi Naruto yang benar-benar marah, "Ja, jadi itu benar?" Naruto mengangguk cepat. "Ma, maafkan kami Uchiha-san!" para Shinobi tadi langsung membungkukkan tubuhnya, tanda hormat sekaligus minta maaf kepada Sasuke.
"Tak apa." jawab Sasuke. Dia memang irit bicara.
"Biarkan saja mereka, teme! Ayo kita ke kantor- eh maksudku tenda Tsunade-baachan! Shinobi-shinobi yang seangkatan dengan kita sudah berkumpul di sana!" Naruto menyeret Sasuke dengan menarik-narik tangannya dengan kencang, sedangkan yang ditarik hanya bisa pasrah dengan mendengus.
.
o.O.o.O.o.O.o
.
"Sakura," sapa Ino pada Sakura yang sedang istirahat di bawah pohon yang cukup rimbun. Dia cukup lelah seharian ini mengobati beberapa shinobi yang terluka saat berperang. Untungnya, sekarang perang sudah selesai.
"Ada apa Ino?" tanya Sakura pada Ino yang sudah duduk di sampingnya.
Ino melirik Sakura dengan ekor matanya lalu mendesah kesal, "Jangan pura-pura tidak tahu, Sakura." ucap Ino lalu menghela napasnya, "Hari ini kita ada perkumpulan di tenda Tsunade-sama.. Untuk menyambut..." Ino tidak meneruskan perkataannya, dia hanya menatap nanar pada emerald Sakura.
"... Aku tahu Ino.." Sakura menundukan kepalanya, menatap rerumputan yang saat ini menjadi alas duduknya. Seulas senyum tipis nan miris tergambar di parasnya.
Ino dan Sakura larut dalam diam beberapa saat, sampai pada akhirnya Sakura angkat bicara, dengan kepala yang masih tertunduk.
"Kau senang 'dia' pulang, Ino?"
Ino tersentak, dia tidak menyangka Sakura akan menanyakan hal seperti ini padanya, "Hm.. Hanya sedikit sih.. Sekarang 'kan aku tertarik pada Sai." ungkap Ino tanpa malu-malu.
Sakura terkekeh pelan sementara Ino hanya menatapnya penuh arti.
"... Sedangkan kamu, Sakura? Apa kau senang?"
Sakura terdiam sejenak, "Entahlah, Ino..." gumam Sakura lalu mengangkat wajahnya. "Aku merasa biasa-biasa saja," sahutnya sambil tersenyum lembut. Walaupun lembut, senyuman itu tetap palsu.
Ino sedikit tercekat melihat ekspresi Sakura. Hanya dengan melihat senyuman palsunya, Ino bisa merasakan bagaimana kondisi hati dan pikiran Sakura yang sangat bimbang, dilema dan galau..
"Ayo kita ke tenda Tsunade-sama, kita sudah ditunggu, mungkin sih." Ino bangkit dari duduknya lalu melirik Sakura yang masih duduk dengan rapinya.
"Sakura.. Kau ikut atau tidak?"
...
"Gyahahahahahaa! Aku memang hebat, 'kan!" seru Naruto dengan segelas jus jeruk di tangannya. Saat ini dia, Neji, Shikamaru, Lee, Chouji, Kiba, Sai, Shino, Tenten, Hinata dan juga 'Sasuke' sedang berada di dalam tenda milik Tsunade untuk merayakan 'selamatan kepulangan Sasuke' dengan kecil-kecilan.
"Biasa aja tuh," sahut Kiba sambil menyeruput jus miliknya dengan sedotan.
"Benar," sahut Lee dengan entengnya.
"Ukh," Naruto langsung memasang wajah sebal, sementara yang lain kecuali Sasuke dan Neji serta Shino, langsung tertawa. Ternyata kekonyolan Naruto tidak kunjung hilang.
Sang pemilik tenda a.k.a Tsunade, sedang tidak ada di tempat saat ini, katanya beliau sedang berkeliling desa untuk mengontrol keadaan penduduk setempat. Dia membiarkan para pemuda dan pemudi Konoha itu merayakan 'selamatan' di tenda miliknya asalkan tidak membuat tendanya berantakan.
Sret.
"Loh sudah ngumpul semuanya, ya?" tanya Ino yang tiba-tiba sudah masuk ke dalam tenda bersama Sakura. Dan semua matapun tealihkan kepada mereka berdua.
...
.
.
Sasuke POV
Haah.. Di sinilah aku, di tenda milik Tsunade-sama yang cukup besar dibandingkan dengan tenda penduduk lainnya. Naruto bilang dia mengadakan 'selamatan' kecil-kecilan untuk menyambut kepulanganku. Padahal aku tidak terlalu suka dengan ini.
Aku ingin segera pulang ke rumah, tapi sayangnya rumahku juga sudah rata dengan tanah.
Naruto mulai menceritakan bagaimana kronologis pertempuran kami pada semua orang yang ada di tenda ini. Aku tidak tertarik dengan hal ini. Naruto dengan bangga menceritakan kekuatannya, benar-benar congkak, tidak berubah dari dulu..
"Loh, sudah ngumpul semuanya, ya?" terdengar suara perempuan yang mulai asing tetapi masih ku kenali, yaitu suara Yamanaka Ino.
Dan pandanganku secara refleks langsung menuju ke arah pintu tenda, tempat dimana suara itu berasal.
Aku dapat melihat sesosok ah maksudku dua sosok perempuan yang 'dulu' menggilaiku, selalu meneriaki namaku ketika aku melintas di hadapan keduanya, tapi sekarang... Ku rasa tidak lagi..
Onyx ku menatap salah satu dari mereka berdua, perempuan berambut merah muda yang dulunya adalah teammates ku. Perempuan yang paling dekat denganku setelah ibuku. Perempuan yang 'dulu' sering ku lindungi, Perempuan yang paling sering kubuat menangis, Perempuan yang beberapa kali hendak kubunuh dengan tanganku sendiri...
Ah... Haruno Sakura..
Apakah dia akan memaafkan ku...?
.
.
O.o.O.o.O.
.
.
Sakura POV.
"Sakura.. Kau ikut atau tidak?" tanya Ino yang sudah berdiri dihadapanku. Aku tidak menjawabnya dan tetap memfokuskan pandanganku ke rerumputan hijau dibawahku. Entah kenapa lidahku malas untuk bergerak, sekedar mejawab Ino.
"Sakura!" seru Ino dengan suara yang meninggi. Mungkin dia lumayan sebal karena tidak ku hiraukan.
"Iya, Ino..." gumamku lalu berdiri.
"Ayo!" Ino langsung menyambar tanganku dengan sedikit kasar, mungkin dia benar-benar kesal. Dan kami pun berjalan beriringan menuju tenda Tsunade-shisou.
Kaki ku terasa berat untuk melangkah, seakan ada beban berton-ton di atas kakiku..
Ino.. Aku 'belum' ingin bertemu dengannya. Tidakkah kau mengerti...
...
Tak butuh waktu lama, kami pun sampai di depan tenda Tsunade-shisou. Aku mengatur napasku sebelum masuk tenda ini.. Pendengaranku dengan jelas menangkap suara teman-teman yang tertawa. Apa yang mereka tertawakan, ya?
Sret.
"Loh sudah ngumpul semuanya, ya?" pertanyaan Ino ini mampu mengalihkan pandangan teman-teman yang sebelumnya sibuk sendiri sekarang menatap kami.
Emeraldku menelusuri seluruh orang yang ada di sana, semuanya sudah lengkap. Berarti memang hanya aku dan Ino saja yang belum datang tadi.
"Sakura-chan!" terdengar suara Naruto yang menyerukan namaku. Mataku dengan refleks menuju ke arah sumber suara itu berasal.
Aku melirik Naruto dengan mengembangkan senyuman tipis yang mati-matian aku buat. Dadaku terasa nyut-nyutan dengan kehadiran lelaki yang duduk di sebelah Naruto. Sepertinya lelaki ini sedang menatapku, tapi aku berusaha dengan keras menghindari kontak langsung dengan onyxnya.
Lelaki ini dulu adalah teman setimku, bersama Naruto dan guru Kakashi. Lelaki yang selalu melindungiku dulu, lelaki yang selalu kugilai dulu, lelaki yang ratusan kali sudah membuatku menangis, lelaki yang beberapa kali mencoba membunuhku...
...dengan tangannya sendiri...
Uchiha Sasuke...
...
Normal POV.
"Hai," sapa Sakura sambil tersenyum, terlihat sedikit memaksa.
"Lihat! Aku bawakan Sasuke-teme!" seru Naruto sambil merangkul Sasuke yang langsung mendengus kesal.
Sakura membatu, matanya terlihat nanar. Dialah yang meminta Naruto untuk membawa Sasuke kembali, tapi entah kenapa dia merasa sesak melihat wajah Sasuke yang kini ada di hadapannya.
"Wah, kau memang hebat," gumam Sakura dengan senyuman(palsu)nya tanpa sedikit pun melirik Sasuke.
Naruto yang tadinya nyengir, perlahan mengubah ekspresinya menjadi sendu, ia menatap emerald Sakura dengan lekat. Begitu juga yang lainnya kecuali Sasuke-dia tetap memasang ekspresi datar.
"Lo, loh? Kenapa menatapku seperti, itu?" tanya Sakura yang masih berdiri. Jujur saja dia merasa risih ditatap seperti itu oleh berpasang-pasang bola mata.
Semuanya terdiam. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Sakura, karena mereka pikir Sakura pun tahu apa jawaban dari pertanyaannya.
Mereka tahu betul bagaimana Sakura menggilai Sasuke, selalu heboh sendiri kalau ada Sasuke di dekatnya. Dan mereka pun tahu bagaimana sikap Sasuke pada Sakura. Mereka juga mengetahui tentang Sasuke yang beberapa kali 'hampir' membunuh Sakura dengan tangannya sendiri.
Jika kau menjadi Sakura, apa yang akan kau lakukan?
...Hampir dibunuh oleh orang yang sangat kau sukai...
"Sakura.. Ayo duduk dulu.." ucap Ino dengan suara yang lembut, lalu menggiring Sakura mendekat pada teman-temannya yang duduk rapi membentuk lingkaran besar. Ino menghempaskan tubuhnya-duduk- di tengah-tengah Shikamaru dan Sai. Kesempatan dalam kesempitan.
Sedangkan Sakura melangkahkan kakinya maju, lalu duduk di sebelah Sai dan Naruto. Dia tidak memilih duduk di antara Naruto dan Sasuke. Entah apa alasannya..
Suasana menjadi canggung mendadak. Tidak ada yang mengangkat suara, semuanya larut dalam diam. Hanya permainan bola mata mereka saja yang saling melirik satu sama lain.
'Pstt! Hey Lee! Menurutmu kenapa suasananya jadi seperti ini?' bisik Kiba pada Lee yang duduk tepat di sebelahnya.
'Entah lah, Kiba-kun. Kurasa sebaiknya kita diam saja,' balas Lee dengan berbisik pula.
"Sakura-San!" teriak seorang shinobi yang tiba-tiba masuk ke dalam tenda Tsunade.
"A,ada apa?" Sakura pun bangkit lalu berlari kecil menghampiri Shinobi yang berteriak tadi.
Shinobi tapi mengatur napasnya sebelum mengeluarkan suara,
"Te, temanku terluka parah! Cepat tolong dia!" setelah melontarkan kalimat ini, Shinobi tadi langsung berlari meninggalkan tenda.
"Hey, tunggu!" Sakura pun dengan secepat kilat memasang alas kakinya, "Teman-teman aku pergi dulu," pamitnya lalu berlari menyusul shinobi tadi.
"Sakura-chan.." gumam Naruto setelah kepergian Sakura.
Inilah kehidupan mereka sekarang, sibuk dengan urusannya masing-masing. Sehingga waktu mereka untuk berkumpul menjadi minim. Memang sedikit sedih rasanya jika mengingat betapa 'santai'nya mereka waktu kecil dulu, andai waktu bisa diputar..
...Mereka ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama...
Tanpa penderitaan...
Dan juga tanpa kesalahpahaman..
"Uchiha Sasuke." panggil Tsunade yang tiba-tiba muncul di ambang pintu tenda.
"!" Bepasang-pasang bola mata yang tadinya melirik Sasuke kini beralih ke arah pintu tenda.
Tsunade berjalan pelan menghampiri para shinobi muda yang berkumpul di dalam tendanya ini. Setelah lumayan dekat dengan mereka, Tsunade memposisikan badannya untuk duduk. Tsunade menarik napasnya sebelum mengeluarkan suaranya sementara para Shinobi muda yang ada di sana memasang telinga dan mata mereka baik-baik.
"Sasuke, Karena kau 'pernah' menghianati Konoha, masuk Akatsuki dan juga mengganggu perkumpulan lima Kage, kau harus mendapat hukuman."
"Nenek apa-apaan sih! Dia juga sudah bertarung melawan Madara bersamaku! Kami mengalahkan Madara! Kenapa nenek tidak ada rasa terimakasih sama sekali padanya!" teriak Naruto yang protes.
"Cukup, Naruto." sanggah Sasuke, "Apa hukuman yang anda berikan padaku?"
.
...
.
Tangan Sakura terlihat mengeluarkan cakra berwarna hijau, berfungsi untuk mengobati luka yang ada pada seorang Shinobi-yang sedang terkulai lemas ini. Luka yang dialaminya cukup lebar namun tidak fatal.
Setelah beberapa saat, luka lebar yang menggores perut Shinobi itu pun terlihat menipis. Sakura telah mengobatinya.
"Nah, temanmu sudah tidak apa-apa lagi," Sakura tersenyum sambil melap peluh yang keluar dari pelipisnya.
"Terimakasih banyak, Sakura-san!" seru Shinobi yang memanggil Sakura tadi dengan ujung mata yang berair, lalu mengusapnya sebelum air itu jatuh dari pelupuk matanya. Ia terharu karena temannya sekarang sudah baik-baik saja.
Sakura tersenyum senang lalu berdiri tegak, "Hahaha, iya sama-sama."
"Emm, Sakura-san.." panggil Shinobi itu ragu-ragu, "Yang tadi di dalam tenda itu, Uchiha Sasuke 'kan?"
DEG!
Pertanyaan dari Shinobi yang satu ini membuat Sakura terhenyak. Senyuman yang tadinya menghiasi wajah eloknya kini menipis dan digantikan oleh wajah datar miliknya.
"Iya.." jawab Sakura singkat.
Sakura cepat-cepat melangkahkan kakinya menjauhi Shinobi itu. "Aku pergi dulu, ya. Dah."
Ia tidak ingin ditanyai tentang Sasuke lebih lanjut. Ia bukan lagi teman setim Sasuke seperti dulu, oleh karena itu dia tidak mempunyai hak ataupun kewajiban untuk membicarakan tentang Sasuke.
...Kau berlebihan Sakura..
...
Kaki jenjang milik Sakura terus berjalan dan menelusuri tenda-tenda milik penduduk. Beberapa kali ia harus mengeluarkan suaranya untuk membalas sapaan dari penduduk-penduduk yang menyerukan namanya.
Haruno Sakura. Seorang medic-nin muda hebat yang menjadi andalan Konoha. Siapa yang tidak mengenal gadis satu ini?
Sakura mati-matian menahan kakinya yang berjalan tanpa menghiraukan perintah otaknya, yang menyuruh kakinya untuk tidak pergi ke sana. Tapi nyatanya hati kecil dan Naluri mengalahkan kekuatan otak cerdasnya.
Dan di sinilah dia. Tepat di depan pintu tenda milik Tsunade, tempat teman-temannya berkumpul sekarang. Sakura tidak langsung memasuki tenda tersebut. Ia mengatur napasnya sebelum masuk, sama seperti yang dilakukannya saat pertama kali masuk tenda ini bersama Ino.
"Baiklah, saya akan menjalani hukuman yang anda berikan," Suara baritone ini menggema di gendang telinga Sakura.
Seketika niat Sakura yang akan memasuki tenda ini menciut. Ia terpaku di depan tenda itu.
"Hu, hukuman...?" gumam Sakura pada dirinya sendiri. Sakura bukanlah seorang gadis bodoh yang tidak mengerti pengertian dari kata 'hukuman'. Dia hanya mencoba mencerna kata-kata itu.
Pasti hukuman yang diberikan Tsunade pada Sasuke sangat berat.. Ada kemungkinan Sasuke dihukum mati... Begitulah pemikiran Sakura..
Tubuh Sakura membatu, bayang-bayang Sasuke yang akan dipancung ataupun ditembak mati terlintas di otaknya. Tangannya bergetar, tubuhnya gemetaran..
Takut...
..sungguh ia takut kalau itu terjadi pada mantan temannya..
Sret.
Sakura tersentak ketika tiba-tiba saja seseorang dari dalam tenda itu mengangkat pintu tenda yang terbuat dari terpal itu.
Mata Sakura langsung membulat dan dadanya berdegup kencang ketika menyadari siapa yang mengangkat pintu tenda barusan, "Sa, Sasuke-kun.." gagap Sakura.
Beberapa detik Onyx bertemu dengan Emerald.. Hitam bertemu dengan Hijau..
"Hn," Sasuke pun melangkahkan kakinya menjauhi tenda Tsunade dan meninggalkan Sakura yang masih terpaku di depan tenda.
"Teme! Tunggu sebentar! Loh, Sakura-chan?" Naruto yang tadinya hendak berlari menyusul Sasuke, kini menjeda langkah kakinya ketika menyadari ada Sakura di depannya.
"A, ah.. Ada apa?" tanya Sakura.
"Eeeee~? Seharusnya 'kan aku yang bertanya seperti itu! Sedang apa kau di sini? Kenapa tidak masuk ke dalam? Kami menunggumu tadi!" ucap Naruto bertubi-tubi dengan sebelah alis yang terangkat.
"E, eh? Aku hanya-"
"Ayo kita berkeliling bertiga!" Naruto langsung menyambar tangan Sakura lalu menyeretnya, tanpa ada niat untuk mendengar perkataan Sakura yang terpotong oleh gerakannya.
"AAA! BAKA NARUTO! JANGAN TARIK-TARIK!" seru Sakura lalu membogem mentah bagian atas kepala Naruto. Sementara yang mendapat bogeman mentah hanya meringis sambil memegangi bagian kepalanya yang sakit.
Sasuke memasang wajah datarnya saat melihat kelakuan mantan teman setimnya ini, tapi di balik wajah datarnya itu tersimpan rasa rindu yang sangat mendalam. Rindu akan kelakuan Naruto dan Sakura yang selalu membuat keributan, seperti dahulu.
.
...
.
Angin yang berhembus pelan dan suara aliran sungai membawa sensasi segar.
Saat ini Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke sedang duduk di pinggir sungai dengan damai. Mereka hanya berdua, tanpa ada Sakura yang membuat alasan beribu-ribu macam untuk menolak acara berkeliling ini.
Sasuke dan Naruto hanyut akan segarnya suasana di sini. Mereka menikmatinya dengan memejamkan mata.
"Hey, Sasuke." gumam Naruto dengan pelan pada Sasuke yang duduk di sebelahnya.
Sasuke tidak merespon Naruto, dia hanya diam lalu membuka matanya, memfokuskan pandangannya ke sungai.
"TEME! KAU DENGAR TIDAK!" seru Naruto yang kesal karena merasa terkacangi.
"Hn, aku dengar." jawab Sasuke sekenanya. Memang inilah sikapnya, selalu hemat bicara.
Naruto langsung mendengus kesal lalu mengalihkan pandangannya ke anak sungai. Matanya tiba-tiba terlihat menerawang.
"Teme... Kau tidak minta maaf pada Sakura-chan?"
Sasuke tertegun walaupun ekspresinya tetap terlihat datar. "Untuk apa?" tanya Sasuke balik tanpa mengalihkan pandangannya.
Hmm.. Pura-pura tidak tahu..
Naruto terlihat menghela napasnya sebelum menjawab pertanyaan Sasuke, "Kau tidak sadar?" tanya Naruto balik. Mereka hanya saling lempar pertanyaan tanpa menjawab.
"Aku sudah sadar, dari dulu."
Naruto menggertakkan giginya, merasa sedikit kesal dengan jawaban Sasuke. "Sasuke! Tidakkah kau merasa bersalah karena 'hampir' membunuh Sakura-chan! Kau mematahkan hatinya berkali-kali!" seru Naruto pada akhirnya.
Sasuke terdiam, jauh di lubuk hatinya yang terdalam ia pun merasa bersalah tapi apa yang harus ia lakukan? Minta maaf? Itu hal tabu yang dilakukan seorang Uchiha sepertinya.
"Naruto, itu salahnya sendiri karena sudah menggangguku, dan siapa yang menyuruhnya untuk menyukaiku." jawab Sasuke dengan entengnya.
Pelipis Naruto terlihat berkedut, ia kesal dengan kelakuan Sasuke saat ini, "Ah.. Terserah sajalah, aku pergi dulu." Naruto mengambil langkah dan meninggalkan Sasuke sendirian di situ.
Naruto bukannya ingin kabur, ia hanya memenangkan dirinya. Karena apabila dia tetap disana dan meneruskan perdebatannya.. Ia tidak menjamin kalau ia tidak akan memukul wajah Sasuke.
Setelah Naruto pergi, Sasuke langsung merebahkan dirinya di rerumputan. Pikirannya berkecamuk. Perkataan Naruto terus terngiang-ngiang di telinganya. Ingatan-ingatannya yang 'hampir' membunuh Sakura terlintas lagi di benaknya.
"Arg! sialan!"
.
...
.
Saat ini di dalam tenda Tsunade hanya ada Sakura, Shizune dan Tsunade-sang pemilik.
"Shisou..." panggil Sakura dengan hati-hati pada Tsunade yang terlihat berkutat dengan berbagai kertas di atas meja kerjanya. Sepertinya kertas itu berisi info-info tentang misi.
"Ada apa Sakura?" sahut Tsunade yang tidak lagi berkutat dengan kertasnya, ia memilih untuk menatap Sakura yang sedang berdiri di depan meja kerjanya.
"Em..." Sakura dengan ragu-ragu mengeluarkan suaranya. Apa hukuman untuk Sasuke, ayo tanyakan itu, sakura! , inner Sakura berteriak di dalam hati.
"Sakura." panggil Tsunade karena Sakura hanya diam, tidak mengeluarkan suara.
"Ah! tidak apa-apa. Tidak jadi.." sambung Sakura sambil tersenyum canggung.
Ah.. Sakura terlalu takut untuk mendengar jawaban Tsunade..
Shizune dan Tsunade menatap Sakura dengan tatapan datar yang terlihat sedikit sendu, "Sakura... Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Tsunade.
Sakura terhenyak. Kenapa dia diberi pertanyaan seperti itu? Untuk apa?
"Ma, maksud shisou apa? Aku tid-"
"Jangan berpura-pura tidak mengerti, Sakura." potong Shizune.
Dan sekarang Sakura mati kutu, dikeroyok dua orang wanita dalam satu waktu.
"A, aku... Perasaanku... Aku merasa biasa-biasa saja, tidak senang dan juga tidak sedih." jawab Sakura dengan mantap.
Shizune dan Tsunade saling menatap lalu menghela napas mereka, "Sakura, kumohon kali ini jangan munafik, aku paham bagaimana perasaanmu."
Sakura terdiam, dadanya dan juga pikirannya berkecamuk hebat, Sakura terlihat menyunggingkan senyuman getir, "Shisou.. Aku memang tidak bisa bohong di hadapanmu," gumam Sakura.
"Sejujurnya limapuluh persen hatiku sangat gembira dan juga senang akan kepulangannya.. Aku ingin menyambutnya, memeluknya lalu mengatakan 'selamat datang' sambil mengeluarkan air mata bahagia.. namun hal itu tidak bisa aku lakukan.." Sakura menarik napasnya sebelum melanjutkan perkataannya, "Karena limapuluh persen dari hatiku pun sudah terlalu sakit, aku terus-terusan menyukainya.. Tetapi ia juga terus-terusan membuatku menangis, membuat dadaku sesak dengan tindakannya.. Dia sudah dua kali lebih ingin membunuhku dengan tangannya sendiri.. Shisou.. Aku bingung.. Aku harus bagaimana.." gumam Sakura tanpa ada air mata setetes pun yang keluar dari kelopak matanya. Sedangkan Tsunade dan Shizune yang mendengar hanya terpaku dengan dada yang sedikit sesak, mendengar ceritanya saja sudah membuat mereka sesak, apalagi Sakura yang mengalaminya.
"Sakura, menangislah jika kau mau.." Tsunade memandang wajah Sakura dengan lembut, bak seorang ibu yang mengasihi anaknya.
Sakura terdiam lalu menyunggingkan senyuman miris, "Andai saja aku bisa, Shisou.. Air mataku tidak bisa keluar,"
.
...
.
Sepuluh hari pun berlalu semenjak Sasuke kembali di Konoha. Para penduduk pun mulai menerima sang Uchiha kembali di desa mereka. Sasuke dan para Shinobi lainnya menjalani hari dengan berpuluh-puluh misi. Apalagi Sasuke, selain menjalankan misi dia harus menjalani hukuman yang diberikan Tsunade padanya.
"Hh..." gumam Sasuke yang sekarang sedang merebahkan diri di dalam tenda miliknya. Tenda ini dipenuhi perabot-perabot sederhana yang terbuat dari kayu.
Hari sudah larut malam, tetapi sang Uchiha tidak juga tidur. Pikirannya mulai menerawang. Flashback tentang masa lalunya bermunculan lagi. Bagaimana cara Itachi menyayanginya. Bagaimana dia menjalani kehidupannya dulu bersama Naruto, Sakura dan Kakashi. Bagaimana caranya menjalani hidup setelah keluar dari desa.. Bagaimana penderitaan dan dendamnya yang terus bertambah..
"Arg!" Ringis Sasuke lalu menutupi mata dengan lengannya. Ia tidak ingin mengingat masa lalunya yang kelam.
Sasuke bangkit dari posisi tidurannya lalu melangkahkan kaki keluar tenda. Ia ingin mencari angin. Lumayan sesak juga kalau terus berada di dalam.
...
"Hhh..." lenguh Sakura sambil merentangkan kedua tangannya, menikmati suasana malam yang dingin.
"Siapa itu?" tanya seseorang pada Sakura yang jauh di depannya. Mungkin orang ini mendengar lenguhan Sakura.
Sakura segera menolehkan kepalanya, "Ah... Naruto. Ini aku," gumam Sakura sambil tersenyum.
"Ah, kamu..." Naruto berjalan mendekati Sakura lalu duduk tepat di sebelahnya. "Kenapa tidak tidur, Sakura-chan? Ini sudah larut malam..." gumam Naruto yang menikmati angin malam dengan menutup kedua matanya.
"Aku tidak bisa tidur..."
"..." Naruto terdiam sebentar, "Kenapa?" tanya Naruto.
"Entahlah.." jawab Sakura sambil tertawa renyah, "Kau sendiri..?"
"Aku tidak ngantuk," jawab Naruto lalu tertawa. Tetapi sayangnya Sakura tidak ikut tertawa dan itu menyebabkan Naruto canggung sendiri.
Blue sapphire miliknya menggerling ke arah sepasang emerald. Tampak bermacam-macam perasaan yang sulit diartikan tergambar di sana.
"Sakura-chan..." panggil Naruto dengan lembut, "Katakanlah padaku.. Curhat saja.." Naruto seolah mengerti ada sesuatu disudut hati Sakura yang begitu menyesakkan.
Sakura terdiam lalu menatap blue sapphire Naruto dalam-dalam. Saat ini Naruto lah yang paling mengerti hatinya, padahal dulu Sakura selalu menganggap Naruto pengganggu layaknya debu yang tidak berguna.. Tapi sekarang Naruto menjadi seseorang yang berharga baginya.
Sakura segera menyenderkan kepalanya pada lengan Naruto yang sedang bertumpu di lutut.
Naruto terdiam, ia juga tidak menampik apa yang Sakura lakukan. Perlahan tangan kekar miliknya mengelus rambut Sakura dengan lembut.
"Ada apa, Sakura-chan?"
Sakura menggelengkan kepalanya yang masih menempel di lengan Naruto, "Tidak ada..."
"... Bicaralah Sakura-chan.."
Perlahan Sakura menarik napasnya yang sedikit sesak, "Maafkan aku Naruto.." lirih Sakura. Naruto hanya diam dengan tangan yang masih mengelus rambut Sakura.
"Aku tahu selama ini aku membuatmu menderita gara-gara terlalu bergantung denganmu.. Aku menambah bebanmu menjadi lebih berat... Padahal kau sendiri sudah terlalu banyak memiliki beban... Aku dengan egoisnya memintamu untuk membawa Sasuke-kun pulang..." gumam Sakura dengan suara parau. Naruto tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan tetap mengelus rambut Sakura.
"Ta, tapi... Ketika kau sudah membawanya pulang, aku sama sekali tidak merasakan apapun.. Malah aku berpikir kalau Sasuke-kun tidak usah pulang saja.. Aku memang aneh..." lirih Sakura. Tidak ada setetes pun air mata yang keluar dari pelupuknya.
Perlahan Naruto mengangkat kepala Sakura yang dari tadi menempel di lengannya. Tangan kekar Naruto memangangkat wajah cantik milik Sakura lalu tersenyum lembut padanya.
"Sakura-chan.. Kau hanya berusaha membohongi diri sendiri..." Naruto melepaskan tangannya dari wajah Sakura lalu bangkit dari posisi duduknya,
"Cobalah untuk bersikap jujur pada hatimu.."
Sakura tertegun mendengar perkataan Naruto.
Jujur..? Bukankah Sakura tidak pernah berbohong pada hatinya..? Tapi entah kenapa dadanya terasa ngilu.. Seolah hatinya membenarkan perkataan Naruto barusan..
"Lagipula.. Kau bukan beban bagiku.." gumam Naruto yang sudah membalikan tubuhnya, membelakangi Sakura yang masih duduk.
"Aku sangat menyayangimu.. Sebagai sahabat terbaikku.." Naruto tersenyum lembut lalu melangkahkan kakinya.
"Pulanglah, Sakura-chan.. Sudah malam.."
.
...
.
Sakura berjalan sempoyongan menelusuri jalan setapak yang menjadi pijakan kakinya ini. Kalau diperhatikan baik-baik, tempat ini adalah tempat Sakura mencegah Sasuke untuk pergi dari desa dulu.
Keadaan tempat ini sudah berbeda, walaupun bangku tamannya masih ada, tetapi jalanan dan bangunan di sekitarnya sudah hancur.
Sakura menghentikan langkahnya tepat di depan bangku taman, lalu mendongakkan kepalanya ke atas, mencoba meneliti sumber sinar keperakan yang mampu menerangi malam.
"Kenapa berkeliaran di sini malam-malam begini..?"
Sakura yang terkejut lantas membalikkan tubuhnya. Matanya yang tadi sayu karena sedikit mengantuk kini terbuka lebar melihat sesosok lelaki dingin di hadapannya.
"A, a... Karena harus melalui jalan ini kalau- Akh!" Sakura langsung menepuk mulutnya dengan pelan. Dia bingung karena mulutnya secara refleks mengungkapkan kata-kata itu.
Perkataan yang sama, yang ia lontarkan empat setengah tahun yang lalu. Mungkin terbawa suasana malam ini, yang benar-benar persis dengan malam itu.
"Ah, maksudku.. Aku-"
"Pulang dan tidur, sana." potong Sasuke lalu berjalan menjauh.
Sakura terdiam lalu tersenyum kecut, "Sama seperti malam itu, ya." gumam Sakura.
Seketika Sasuke menghentikan langkahnya, dan berdiam diri memasang telinganya baik-baik tanpa menoleh ke belakang.
Sakura melanjutkan perkataannya, "Jadi tebayang waktu itu.."
Dalam diam, Sakura dan Sasuke mengenang 'adegan' yang terjadi di tempat itu empat tahun yang lalu.
Bagaimana Sakura yang mati-matian mencegah Sasuke untuk pergi..
Bagaimana dinginnya Sasuke menanggapi perkataan Sakura..
Bagaimana Sakura yang menangis histeris sambil meneriakkan perasaannya..
Bagaimana cara sang Uchiha bungsu berterimakasih sebelum membuat Sakura pingsan..
Dan malam itu.. Menjadi malam dari awal pertempuran..
...
Hening sesaat, Sasuke dan Sakura terpaku dengan pikirannya masing-masing.
"Kau masih ingat itu?" tanya Sakura membuyarkan keheningan di antara mereka.
"Tidak." jawab Sasuke yang berbohong. Dia sangat jelas dapat mengingat kejadian malam itu, sementara Sakura hanya tersenyum kecut.
"Hm, dulu aku cengeng, sekarang tidak lagi," Sakura melangkahkan kakinya menjauh, "Selamat malam. Uchiha-san," pamit Sakura lalu beranjak pergi dari situ.
Telinga Sasuke terasa panas saat Sakura tidak memanggilnya 'Sasuke-kun'. Dadanya terasa sedikit nyeri. Tapi karena ia adalah seorang Uchiha, Sasuke langsung menepisnya lalu melanjutkan perjalanannya.
...
"APPAAA! Misi kecil begitu jangan ditugaskan padaku dong! Tidak level!" seru Naruto dengan suara yang nyaring.
Tsunade langsung mendelik tajam pada Naruto sedangkan Sakura dan Sasuke hanya mendesah pasrah.
"Jangan banyak protes!" ucap Tsunade dengan raut wajah marah, "Kau dan Sasuke masih genin! Hanya Sakura yang chunnin, makanya misi yang kalian kerjakan itu tingkat D!" jelas Tsunade dengan sedikit berteriak.
Naruto memalingkan wajahnya dengan bibir yang mengerucut, "Tetap saja aku tidak berminat!" serunya lalu berlari keluar dari tenda Tsunade.
"NARUTOOOOOO!" teriak Tsunade yang gemas. "Ah, yasudah kalian saja yang menjalankan misinya."
"Eh?" Sakura terkejut, dia masih belum mau berduaan dengan Sasuke,
"A,ah.. Kalau kamu tidak mau menjalankan misi ini, biar aku sendirian saja yang mengerjakannya..." ucap Sakura pada Sasuke yang berdiri tepat di sebelahnya.
Sasuke menekuk bibirnya sedikit, dia merasa diremehkan, "Biarkan aku ikut serta," gumamnya lalu mengambil kertas tentang info misi.
"Kita berkumpul di depan gerbang jam lima nanti," ucap Sasuke sebelum berjalan keluar tenda.
"Shisou..." panggil Sakura pada Tsunade saat tidak ada lagi Sasuke di sana, "Aku ingin meno-"
"Tidak bisa. Misi ini dijalankan minimal oleh dua orang!" potong Tsunade yang seolah tahu apa yang akan dikatakan Sakura.
Sakura terdiam lalu membungkukan tubuhnya, "Baiklah... Aku pulang dulu, Shisou.."
...
A/N : Haloooooooooo lagiii.. fiknya gaje kah? Abal kah? Membosan kah? Jelek kah? Hunyuu...
Ide fik ini muncul pas aku nnton video klip Opening Song nya Naruto episode 207 keatas. Video klipnya mantaap bgt x) , tapi sayangnya aku ga tau judulnya -_-
Back to this fik..
Fik ini padahal oneshoot, tapi karena kepanjangan(sampai 8000 kata lebih) makanya aku potong, biar ga ngebosenin ;). Mungkin ini jadi Twoshoot. SasuSaku nya kurang kan di chappy ini? Malahan muncul NaruSaku tuhh #ngusepkepala.
Adakah yang membaca dan menantikan kelanjutan fik iniii?
Kalau ada silakan Review X)
