How I Met Your Mother

3rd Fanfic

Summary : Gadis cantik ini bekerja sebagai seorang perawat di Magnolia Magna Hospital. Lelaki bengal ini mengisi waktu luang sebagai free style fighter bayaran dan bekerja di sebuah klub sebagai bartender. Sebuah taruhan konyol membawa mereka ke dalam suatu pertemuan.

Disclaimer : Ane ga bakal pernah bisa jadi pemilik Fairy Tail… Hukkzzz..TT^TT. Hanya Opa Hiro Mashima yang bisaaa….TT^TT

RnR! FnF! Xixixi….


Prologue

"Please Welcome! The Hell-Bringer…. CONNO….R LEXX..FILIA!"

"Kyaaaa!"

"Connoooor!""

"Connor! Connor! Connor!"

"Yeaaahhh!"

"Kyaa! I Love you Connor!"

"Gah… berisik banget.." bisik Connor dari balik panggung. Dengan enggan, ia mengancingkan kerah military-jacket kesayangannya yang menutupi wajahnya hingga hanya terlihat mata dan sebagian batang hidungnya. Postur tubuhnya yang kekar dan berotot, tercetak dengan jelas di balik jaketnya. Black military cargo pants membuatnya postur tubuhnya terlihat lebih tinggi. Black combat boots membuat penampilannya seakan mengintimidasi siapapun yang melihatnya. Sentuhan terakhir yang menjadi favoritnya adalah black fingerless glove yang disertai dengan aksen cincin metalik di bagian pergelangan tangan. Rambut spikey yang berwarna vivid tangerine (Me : find it by #ffa089), memberi warna tersendiri dari keseluruhan penampilannya.

"Here we go.." ia bergumam pada dirinya sendiri. Seringai sinis menghiasi wajahnya, menampakkan gigi taringnya yang berbeda dari manusia kebanyakan. Dengan angkuh, ia melangkah keluar dari balik tirai menuju main-stage yang disambut dengan teriakan-teriakan histeris dari penonton stadion. Para gadis menjerit-jeritkan namanya dengan imbuhan 'I love you'. Para lelaki menyerukan julukannya yang mengintimidasi.

The Hell-Bringer.

Connor membuka kedua tangannya ke samping dan membusungkan dadanya. Matanya yang tajam melihat ke arah kamera, memperlihatkan secara jelas di layar utama, matanya yang berwarna olivine (Me : find it by #9ab973) memandang dengan tajam dan ia mengedipkan sebelah matanya dengan gaya yang menggoda. Kontan semua gadis yang ada di stadion menjerit-jerit 2x lipat lebih histeris dari sebelumnya.

'Bahkan belum mulai aja, kuping gue udah tuli rasanya…' pikir Connor.

"Connor… Connor… Connor… bocah legendaris pembius wanita. Are you ready to open the hell gate?" tanya MC tersebut. Suasana sunyi sepi menunggu jawaban dari bocah legendaris itu.

"What are you waiting for?" jawabnya dengan seringai yang tersembunyi. Stadion bergemuruh mendengar jawabannya. Terdengar sorak-sorai yang menyerukan namanya dari tiap sudut. MC itu tersenyum lebar dan memanggil lawan mainnya yang cukup tangguh.

"Hello, kitty!" seru lawan Connor. Ia memiliki postur 2x lebih besar dan berotot dibandingkan Connor. Mendengar julukan yang diberikan kepadanya, telinga Connor memanas dan ia segera mengepalkan tangannya.

"Hello juga, Tutu-boy." Desisnya. 'Tutu-boy' menggeram kesal mendengar balasan dari bocah ingusan di depannya. Rumbai-rumbai yang mengelilingi celananya bergoyang ke sana kemari seirama dengan pergerakannya. Melihat itu, Connor tertawa kecil dan mengagumi dirinya sendiri dalam hal memberikan julukan.

'Nggak salah kalau gue kasih dia nama Tutu-boy..' Suara MC memecah konsentrasi mereka berdua yang sedang sibuk dengan adu-melirik yang sebenarnya membuat mata mereka pegal.

"Apa yang kita tunggu?! Let's see the heaven's doom! Ready?!"

"Yo!" jawab 'Tutu-boy' dengan suara beratnya.

"I miss my hell!" jawab Connor dengan suara menggoda. Stadion kembali bergemuruh dan mulai terbagi dalam 2 kubu. Kubu pecinta Connor dan kubu pecinta 'Tutu-boy'. Dentang bel yang nyaring menandakan permainan dimulai. Sebuah timer raksasa di samping layar utama menandakan waktu tersisa 4 menit 53 detik dan terus berjalan mundur.

"Haarrgh!" 'Tutu-boy' menggeram dengan keras dan mulai menyerang Connor dengan kepalan tinju yang mengarah langsung ke wajah tampan Connor. Seringai sinis menghiasi wajahnya. Tangan kirinya dengan cepat menepis kepalan tinju tersebut. Secepat kilat ia menyikut wajah 'Tutu-boy' dengan siku kanannya, tepat di leher dan berlanjut dengan amat cepat ke dagu dan membuat kepala 'Tutu-boy' mendongak ke atas.

"Argh!" melihat ada peluang, tangan Connor dengan cepat merengkuh leher 'Tutu-boy' dan menariknya sekuat tenaga menuju lututnya yang sudah bersiap menghajar wajah pria itu. Darah segar mengalir dari hidung 'Tutu-boy' dan membuatnya tersungkur. Melihat keadaan lawannya yang tak berkutik, Connor berjalan menjauh dan mengambil posisi siaga. Ia tidak terlalu suka untuk langsung menghabisi lawannya yang sedang dalam keadaan tak berdaya. Ia ingin memberikan kesempatan bagi lawannya untuk bermain-main dengannya. Setidaknya sebelum ia memberikan lawan mainnya sebuah 'hell'.

'Tutu-boy' berdiri di atas dua kakinya dan meludah ke arah samping panggung. Ia melompat langsung menuju Connor dan berhasil merengkuh tubuh bocah itu. Connor yang merasa sesak nafas akibat rengkuhan yang sanggup membuat tulang rusuknya remuk, langsung menginjak kaki 'Tutu-boy' dan menghantamkan kepalanya ke kepala pria tersebut. Dengan cepat mereka berdua mundur dan mengambil langkah seribu dan bersalto di udara. Kaki mereka saling beradu dalam adu tendang di udara. Beberapa tendangan dari 'Tutu-boy' sukses mendarat di dada, kepala, dan kaki cowok itu. Tidak ingin terkalahkan, Connor dengan tubuhnya yang jauh lebih kecil dan langsing, memanfaatkan kelenturan tubuhnya untuk memutar posisi mereka berdua. Dengan demikian, 'Tutu-boy' berada di bawah Connor yang sedang mengambil ancang-ancang. Tubuh Connor tegak dengan kepala mengarah ke bawah dan menghadap 'Tutu-boy'. Dengan kekuatan penuh, ia menekuk tubuhnya dan menghantamkan lututnya ke dada 'Tutu-boy' berharap memberikan efek syok yang akan membuat pernafasannya terhenti sementara.

Tangannya tidak menyia-nyiakan kesempatan emas yang dilihatnya. Ia mencengekram kerah 'Tutu-boy' dan dengan segenap kekuatan yang dimilikinya, ia membanting tubuh gempal tersebut langsung ke arena tanding yang keras. Connor mendarat dengan mulus di samping 'Tutu-boy' yang sudah bersimbah darah.

"Kitty.. gue ga akan sekalipun melepaskan lo!" pekik 'Tutu-boy' yang saat ini sudah berdiri dengan tegak dan dalam sekejap mata merendahkan tubuhnya dan menjegal Connor. Sebelum tubuhnya terbanting di atas arena yang keras, ia menapakkan kedua tangannya di lantai, menarik berat tubuhnya dengan otot perutnya, dan dengan dorongan yang keras dari kedua tangannya, ia melontarkan kedua kakinya ke udara dan sukses berdiri kembali dengan tegak.

Keringat membanjiri tubuhnya. Di wajahnya terdapat banyak bercak darah yang dihasilkan oleh lawannya. Mata olivine milik Connor melirik ke timer raksasa yang saat ini menyisakan waktu 58 detik.

"Waktunya menemui hellgate, 'Tutu-boy'," bisiknya.

Ia merentangkan kedua tangannya ke samping tubuhnya lalu mengatupkannya di depan dadanya. Dengan gerakan perlahan, tenang, dan lembut layaknya taichi, ia membuka kedua tangannya lagi dan mengisyaratkan 'Tutu-boy' untuk bergerak maju.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan, 'Tutu-boy' melompat maju. Tanpa diduga, Connor bergerak menghadap samping dan merendahkan tubuhnya. Kakinya membuka lebar dan dengan gerakan seringan bulu, ia menyingkir dan melakukan suatu gerakan seperti breakdance.

Ia menyelinap di bawah tubuh 'Tutu-boy' yang sedikit lagi akan mencium lantai, lalu dengan cepat ia berputar di atas lantai, menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan. Dengan gerakan yang mengejutkan, ia menghentakkan badannya ke atas dengan kaki yang mengarah langsung ke wajah 'Tutu-boy'. Tangannya memompa seluruh tubuhnya ke atas, memberikan dorongan maksimal untuk melakukan tendangan maut. Kedua kakinya melakukan kontak langsung dengan wajah dan dada pria malang itu, membuatnya kembali mengudara.

Setelah mendarat, Connor dengan cepat berlari dan memanjat pagar pembatas arena dan bersalto ke tubuh yang sedang mengudara di depannya. Kakinya melakukan Roundhouse-kick. Tidak hanya sekali, namun berkali-kali dari posisi berbeda. Tubuhnya seakan memiliki sayap tak terlihat yang sanggup membawanya dengan cepat ke posisi yang berbeda di udara.

Timer raksasa menunjukkan waktu kurang dari 15 detik. Connor mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mencengkeram kerah 'Tutu-boy', memutar-mutar tubuhnya dan membanting tubuh pria itu ke lantai yang dingin di bawahnya.

-BUMM!- debu-debu beterbangan menghalau kamera yang tengah menyorot arena pertandingan. Suasana begitu sepi, penonton menahan nafas mereka menunggu sesuatu terjadi di arena. Dentang bel berbunyi sebanyak 5x. MC perlahan bergerak maju mendekati arena dengan seorang kameraman.

"Well.."

Sedikit demi sedikit, debu menghilang dan yang tampak di layar adalah…

Connor duduk di atas tubuh 'Tutu-boy' yang tidak sadarkan diri. Kepalanya menunduk. Menyadari kehadiran MC, ia mendongakkan kepalanya dan membuka kancing jaket yang menutupi sebagian wajahnya. Dengan penuh percaya diri, ia berdiri dan menampakkan wajahnya secara langsung di depan kamera, membuat penonton histeris bukan main. Seringai lebar terukir di wajahnya yang lelah.

"That's hell for you." Ucap Connor ditutup dengan senyuman maut yang lagi-lagi membuat penonton histeris.

Pukul 11.30 malam…

Ia berjingkat-jingkat di halaman rumah yang cukup luas tersebut. Dengan amat sangat perlahan, ia membuka pintu utama dengan sebuah pin yang menyerupai kawat. Setelah berhasil membuka, ia melepaskan sepatunya dan memasuki lobi rumah lalu menutup kembali pintu di belakangnya dengan sangat perlahan. Setelah melihat situasi, ia berjingkat-jingkat ke rak sepatu di sisi sebelah kirinya dan meletakkan sepatunya dengan hening. Dengan satu tarikan nafas panjang, ia berjingkat-jingkat kembali menyeberangi ruang tamu yang gelap menuju tangga yang menghubungkan lantai ini dengan lantai di atasnya, lantai tempat kamarnya berada.

"Connor Lexxfilia Dragneel" ia tercekat mendengar namanya dipanggil dengan nada itu. Dengan suara itu. Apalagi dengan menyebutkan namanya dengan selengkap itu. Langkahnya terhenti. Perlahan ia memutar tubuhnya hanya untuk berhadapan langsung dengan seorang pria berambut pink. Pria itu duduk di sofa dengan kedua tangannya tersilang di depan dadanya.

"H-hai Pa-Pap…i?"

"Come and sit." Suaranya tegas dan Connor tahu, jika ia membantahnya, Papi tercintanya akan melapor ke Maminya dan hell yang menjadi trademarknya, tidak akan ada apa-apanya dibandingkan hell milik Maminya. Ia dengan patuh dan kikuk berjalan lalu duduk di depan Pria itu.

"Kamu nggak perlu sembunyi-sembunyi dari Papi kalau kamu ikut acara tanding freestyle fighter." Connor dengan gugup menelan ludah.

'Gimana caranya Papi bisa tahu…. Mati gue…'

"Gelagatmu sama seperti Papi, kalau menyembunyikan sesuatu. Beritahu, sudah berapa lama kamu ikut acara itu?"

"3 bulan, Pi.."

"Geez… harusnya Mami udah kutuk kamu jadi batu kaya Malinkundang kalau tahu kamu berbohong. Hmm.. berhubung besok hari libur dan Mami masih membantu Tacik Erza di Clover Town, Papi akan ceritakan sesuatu dan ini penting buat kamu. Ngerti?" Connor dengan cepat menganggukan kepalanya.

"Sana, mandi." Dengan cepat, ia berlari menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Sekitar setengah jam kemudian, ia sudah siap dengan segelas cokelat panas di tangannya.

"Well.. Connor.." dan mengalirlah cerita yang sanggup membuat Connor tercekat berkali-kali.

"Beneran, Pi?" tanya Connor dengan mata membulat.

"Yeah.. That's how i met your mother.."


Tadaaa…! Finish!

Hahaha… menulis fic ini bikin ane jadi gila… beberapa adegan di dalam fic ini bahkan ane praktekkin…=_=

Tapi, semoga adegan battlenya nggak terlihat amatiran, menyedihkan, atau bahkan jelek..huaaa..

Ini pertama kalinya ane nulis adegan battle di fic. Tapi semoga kalian bisa memaafkan ane…TT^TT

RnR please… ane butuh banget.. dan jangan lupa FnF!

Trims…:D

Matursuwun…:3