Best Target

Fullmetal Alchemist by Hiromu Arakawa

Fanfiction by BlackKiss'Valentine

A/N : Wah, tumben nih mas Havoc muncul jadi tokoh utama di fanficku. Selamat! Selamat!


Ketika Havoc bersama Mustang menghadapi Solaris, alias si Lust sang homunculus dan terdesak (baca : Mustang tersiram air dan saat itu ia tidak lebih dari korek api basah) Havoc pun menjadi seseorang yang bisa diandalkan dengan semua peluru yang tersisa di pistolnya.

"Siaaal!" umpat Mustang. "Letnan dua, serang dia!"

"Percuma! Aku tidak bisa mati!" kata Lust, mengeluarkan jemari tajamnya, siap mencincang kedua bujangan menyedihkan itu.

"Huwaaa!" jerit Havoc. Kendati dalam keadaan syok (pacarnya ternyata seorang moster, siapa yang tidak kaget?) dan ketakutan akan kematian, jarinya tetap menarik pelatuk dan pistolnya pun teracung, memuntahkan timah-timah panas.

Dor! Dor! Dor!

"Aaagh!" suara Lust yang cukup seksi menggema diruangan jelek dan kotor. Pergerakaan terhenti dan tubuhnya terhuyung kebelakang, mundur beberapa langkah. "K-kau...!"

"Bagus, Letnan dua Havoc! Sepertinya kau mengenainya..." kata Mustang.

"Uggh!" kata Havoc sambil menerik pelatuk pistolnya lagi—tembakan yang barusan ternyata tembakan terakhirnya. Ia kehabisan peluru setelah mengejar tubuh busuk Barry the Chopper. Gawat...

"Sial! Kolonel, aku kehabisan peluru!"

"Apa? Kita harus ka—" kata Mustang, tapi apa yang diperlihatkan Lust kemudian menghentikan pelarian mereka berdua.

"Jean..." rintih Lust. "Mengapa, Jean? Mengapa?" Havoc merasa begitu sakit untuk mendengar suara seksi dan wajah cantik Solarisnya ternyata hanyalah kepalsuan...Benar-benar terhina. Lust kembali bertanya,

"Kenapa kau menembak TEPAT dikedua DADAKU, Jean? Kau begitu MENYUKAINYA ya?"

Dibawah tattoo Ouroborosnya, tepat dikedua dadanya yang besar, terdapat lubang peluru yang Havoc tembakkan. Kedua lubang itu baru saja akan beregenerasi, sehingga baik Mustang maupun Havoc masih dapat melihatnya...

"Havoc, kau..." kata Mustang dingin. "Benar-benar suka yang 'boing',ya..."

Lust yang dadanya berhasil 'pulih' kemudian 'mengecek' keduanya 'baik-baik saja'. Sungguh pemandangan yang indah, apalagi bagi Havoc yang melihat kearah dada itu sambil menangis haru.

"IYA, KOLONEL! AKU TAK TAHAN PADA DADANYA YANG INDAH ITUUUU!"

Dan kedua bujangan menyedihkan itu harus kembali menyelamatkan diri. 2 peluru terbuang sia-sia bersamaan dengan harapan Havoc akan dada besar Solaris yang terputus.

(Tamat,deh)