Mikazuki melihatnya..
Saat Surai keemasan sang kekasih mengalun lembut di hadapannya..
Saat seukir senyum penuh kesakitan ditujukan untukya..
Saat senjata musuh makin menusuk kedalam jantung sang kekasih..
Mikazuki melihatnya...
Namun ia hanya diam..
Mikazuki mendengarnya..
Saat teriakan keputus asaan menggema dari bungsu Kunihiro..
Saat seruan mundur memekakkan telinganya..
Saat panggilan demi panggilan mengguncangkan jiwanya..
Mikazuki mendengarnya..
Namun ia hanya pasrah..
Mikazuki tahu, bahwa ia tidak lebih dari seorang laki laki brengsek yang bahkan gagal melindungi sang kekasih..
Tangisan pilu pecah dalam keramaian. Rintihan demi rintihan keluar dari bibirnya. Jiwanya terguncang hebat. Manik itu kemudian menyipit. Tubuh tegapnya berdiri bagai pemimpin. Pedangnya ia cabut dengan gagahnya. Namun bukan untuk membunuh musuh, namun untuk membunuh dirinya
Satu tarikan nafas, dan manik hetero itu mulai menutup
"Kumohon, tetaplah bersamaku.. Yamanbagiri"
* Please Stay With Me...
Manik hetero tengah itu terbuka lebar. Tubuhnya menegak seketika. Ia mengumpat dalam kesunyian saat rasa pening menyambar kepalanya
"Mimpi itu lagi?"
Helaan nafas berat keluar dari mulut Mikazuki Munechika. Pertanda ia lelah akan mimpi yang terus menghantuinya akhir akhir ini
Dering ponsel mengalihkan perhatiannya. Alisnya terangkat sedikit
'Orang gila mana yang menelpon pagi pagi sekali?'
Mikazuki kembali menghela nafas dan mulai meraih ponselnya
"Moshi moshi? Munechika desu"
"Ah, mikazuki-san maaf menelpon mu pagi pagi sekali"
"Kogitsunemaru-san?"
"Jangan tanya aku mendapat nomor telpon mu darimana.. Ngomong ngomong, hari ini adalah hari pertama mu mengajar, dan aku harap kau tidak terlambat Mikazuki-san"
"Baiklah aku mengerti"
"Kalau begitu sampai bertemu di sekolah.. Mikazuki-san"
Telpon terputus secara sepihak membuat mikazuki terdiam sesaat. Ah benar, ia hampir saja lupa. Hari ini adalah hari dimana ia menjadi guru muda pertama di sekolah ternama itu.
Kaki jenjangnya mulai melangkah, dengan seukir senyuman kecil, ia mulai mengawali harinya..
Dan tentu saja.. Ia harus mandi terlebih dahulu
* Please Stay With Me...
Jalanan Tokyo ramai seperti biasanya. Membuat Mikazuki kembali termenung
PUK
Tepukan di bahu membuat manik hetero ini sedikit melebar
"Apa yang sedang Anda lakukan, mikazuki-san?"
Sosok tegap menyapa paginya. Rambut selembut sutra itu mengalun dengan anggun
"Ah, kogitsunemaru-san, maaf.."
Pria itu-kogitsunemaru, menggeleng pelan lalu menyodorkan segelas kopi pada mikazuki
"Ini... Untukmu.."
Mikazuki tentu menerima nya dengan senang hati, hei.. Siapa yang tidak mau ditawarkan kopi hangat saat suhu udara masih terasa dingin?
"Terima kasih"
Kogitsunemaru mengangguk. Lalu mengalihkan pandangannya
"Rasanya familiar ya?"
"Ngh?"
Manik kogitsunemaru menerawang jauh ke depan
"Aku merasa... Kita telah kenal jauh sebelum ini... Kau begitu familiar"
Mikazuki tersenyum
"Mungkin hanya perasaanmu saja"
"Kau tau? Kau lebih mirip seorang model daripada seorang guru"
"Jangan mengejekku.."
Tawa mereka pecah seketika. Sebelum akhirnya pandangan mikazuki tertuju pada helai helai pirang di sudut halte
Mulutnya terbuka seketika. Alfabet demi alfabet tersusun rapi di benaknya.. Otaknya kembali memutarkan sebuah memori usang yang selalu menghantuinya akhir akhir ini
"Siapa... Dia?"
"Maaf?"
Ah mikazuki lupa, kogitsunemaru masih ada disampingnya
"Ah tidak, bagaimana kalau kita langsung menuju ke sekolah ? Ini hari pertamaku" tawar mikazuki cepat
"Oh, baiklah"
* Please Stay With Me...
Kelas 11-2
Pelajaran pertama : Matematika
Guru : Kogitsunemaru
"KALAU TIDAK PAHAM, YA JANGAN MELONGO SEPERTI ORANG BODOH!"
Sebuah penggaris kayu menghantam papan tulis dengan keras. Membuat seisi kelas terkejut setengah mati
"Ta-tapi sensei" Tsurumaru Kuninaga, siswa ToukenRanbu Gakuen yang sialnya adalah siswa kelas 11-2 mencoba angkat bicara
"TAPI APA?!"
BRAAK
Penggaris kayu itu menghantam meja Tsurumaru
"Ma-maaf sensei"
"Ck, kalian ini..."
Kogitsunemaru menyeringai karena teringat akan sesuatu yang sangat penting baginya
Dengan tatapan membunuh, ia menatap para muridnya
"Kumpulkan Tugas kalian... muridku sayang"
GLEK
Beberapa siswa menelan ludah karena penyakit 'lupa' yang mereka derita selama ini.
'Mati aku'
"SAYA BILANG KUMPULKAN TUGAS KALIAN SEKARANG!"
"BAIK SENSEI!!!"
25 buku menumpuk di meja guru. Dengan teliti kogitsunemaru memeriksa semuanya
Tunggu, 25? Sedangkan siswanya saja berjumlah 30?
"Shishio, Tsurumaru Kuninaga, Kashuu Kiyomitsu, Yamatonokami Yasusada dan Mutsunokami .. Kemari kalian"
Dengan tatapan horor, mereka berlima mendekati guru killer nya itu
"I-iya sensei?"
"apa alasan kalian?"
"Lupa lah.. Apa lagi?" dengan enteng Se-enteng entengnya Shishio menjawab pertanyaan kogitsunemaru dengan tampang 'i don't care about it'
Keempat rekan sepersialan nya itu (?) menatap horor pemuda pendek disamping nya
"Eh? Apa?"
"TANGGALKAN BAJU KALIAN DAN LARI 30 KELILING SEKOLAH INI!!"
"La-lari... Tanpa baju?!!"
"LAKUKAN SEKARANG ATAU KALIAN LARI TANPA PAKAIAN APAPUN! A.K.A TELANJANG!"
"B-BAIK SENSEI!!!"
Tanpa ba-bi-bu lagi, lima sekawanan itu langsung pergi menuju lapangan dengan menanggalkan baju mereka
"Hmm..."
Kogitsunemaru kembali duduk dengan tenang
"JAWABAN APA INI?! SALAH! SOUZA! AMBIL BUKUMU INI! NOL BESAR!"
"Bagaikan burung dalam sangkar"
"INI APA LAGI NIH?! HACHISUKA! NILAIMU 20!"
"lebih baik daripada kotetsu palsu"
"DAN INI- ah ... Yamanbagiri Kunihiro.. Nilaimu 100.. Ini bukumu"
Seukir senyum dari kogitsunemaru membuyarkan lamunan pemuda berhoodie ini..
Helaian pirangnya mengalun lembut, terpaan sinar mentari menambah kesan indah dalam dirinya. Ah andai saja ia membuka Hoodie nya.. Pasti jauh lebih indah
"Terima kasih"
Tanpa ia sadari, sepasang manik hetero mengekorinya dari luar ruangan
"Mitsuketa"
