Badai salju terus saja menghantam tubuh ringkih seorang gadis berambut pirang. Tapi ia terus saja mencoba berjalan. Tanpa memperdulikan angin kencang yang menyeretnya untuk kembali. Pandangan matanya yang kosong tetap lurus ke depan. Dan kedua tangannya ia gunakan untuk menggapai-gapai. Seakan menggapai sesuatu yang tak mungkin digapainya.

Semakin lama, wajahnya semakin pucat. Tubuhnya bergetar hebat. Bibirnya memutih dan giginya bergemeletuk.

Tiba-tiba saja, angin yang sangat kencang menabrak tubuhnya yang lemas. Dan tentu saja membuat gadis pirang itu jatuh terduduk di atas tanah yang tertutup salju. Angin tersebut bukan hanya membuat gadis pirang itu jatuh, tapi juga membawa pergi syal putih yang tadinya melilit di leher kecil si gadis pirang.

Si gadis mulai menangis. Air matanya ia biarkan jatuh begitu saja. "Mama... Papa.. Lucy takut. Dan Natsu, kau dimana?" gumamnya. "Tapi.. Siapa Lucy? Siapa Natsu? Siapa mereka?" lanjutnya lirih sambil memegangi kepalanya erat.

*My lose memory By Fi-chan nalupi

*Fairy tail by Hiro mashima

*Warning : typo(S), Gaje, VERY bad, mungkin OOC, tak terlewatkan ;garing;

"Natsu! Cepat kemari!" perintah seorang lelaki berambut merah tua tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Raut wajahnya seakan syok. Terbukti dari matanya yang melotot dengan mulut menganga lebar.

"Iya ayah. Memangnya ada apa?" jawab seorang pemuda berambut merah muda yang diketahui bernama Natsu dari kamarnya.

"Cepat kemari!" perintah ayah Natsu yang bernama Igneel itu lagi. Karena merasa firasat yang tak enak, Natsu pun dengan segera berlari ke arah ayahnya yang sedang menonton televisi di ruang tengah.

"Kenapa ayah terlihat aneh begitu? Dan sebelum itu, tolong tutup mulut ayah,"ucap Natsu ketika melihat dua ekor lalat akan memasuki mulut Igneel. Sesuai dengan permintaan anak satu-satunya itu, Igneel dengan segera menutup mulutnya yang masih menganga lebar. Lalu dipandangnya Natsu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Natsu..," panggil Igneel tanpa ekspresi. Sampai-sampai Natsu dibuat bingung oleh kelakuan ayahnya.

"Ada apa?" tanya Natsu.

"Lihatlah televisi. Aku akan keluar sebentar," ujar Igneel lalu pergi meninggalkan Natsu yang masih saja bingung.

"Memangnya ada apa dengan televisi? Apa televisi itu rusak lagi?" pikir Natsu lalu duduk di sofa depan televisi. Sesuai dengan perintah ayahnya, dipandang dan dengarkannya televisi itu dengan cermat.

'Belum diketahui secara pasti siapa yang telah membunuh keluarga bangsawan Heartfilia itu. Akan tetapi, polisi hanya dapat menemukan mayat Jude Heartfilia dan istrinya beserta para pelayannya saja. Sampai saat ini, anak tunggal dari pasangan Heartfilia, bernama Lucy Heartfilia itu belum ditemukan keberadaannya.'

Mendengar berita itu, Natsu pun tak kalah syok dari Igneel tadi. "Lucy...," gumamnya dengan tatapan kosong. Ingatan ketika ia bermain dengan Lucy tadi siang teringat. Ketika ia masih bisa melihat senyum Lucy yang manis. Tapi, malam ini tak disangka akan ada sebuah bencana yang memungkinkan ia tak akan bisa melihat senyum manis Lucy lagi.

Tiba-tiba sebuah dobrakan pintu mengagetkan lamunan Natsu. Dengan segera, Natsu melangkah ke arah pintu depan rumahnya. Alangkah terkejutnya ia melihat ayahnya sedang menggendong Lucy yang terbaring tak sadarkan diri. "Natsu! Jangan diam saja! Bantu aku! Cepat siapkan tempat tidur di samping tempat tidurmu itu," perintah Igneel yang langsung dilaksanakan oleh Natsu.

Setelah Natsu selesai merapikan tempat tidur yang dimaksud ayahnya, Igneel dengan cekatan membaringkan Lucy lalu menyelimutinya. Kemudian ia memandang Natsu yang memasang tampang bingung. "Ikut aku," ujar Igneel yang mengerti apa yang dibingungkan Natsu. Natsu pun mengikuti Igneel dari belakang.

"Aku menemukan Lucy tergeletak di depan pintu. Mungkin ia ketakutan lalu berlari kesini," ucap Igneel yang membuat kebingungan Natsu terjawab.

"Dan jangan biarkan Lucy diketahui keberadaannya. Dengan begitu, orang-orang yang berniat jahat pada keluarga Heartfilia, tak akan mengancam nyawanya. Jagalah dia selama aku pergi," lanjut pria berambut merah itu lalu meninggalkan Natsu sambil membawa tas ransel besar. Setelah ayahnya pergi, Natsu kembali ke tempat Lucy terbaring. Diusapnya pelan puncak kepala Lucy. "Luce," panggil Natsu. Tapi Lucy tetap memejamkan matanya. "Sepertinya kau memang perlu istirahat. Oyasumi Luce," ucap Natsu lalu meninggalkan Lucy untuk pergi tidur.

*ski _

Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui celah-celah jendela. Natsu yang tak tahan dengan sinar matahari yang mengganggu tidurnya pun, dengan enggan ia terbangun. Butuh waktu beberapa menit untuk Natsu menormalkan matanya dengan sinar pagi. Hal yang pertama ia lihat ketika ia bangun adalah sesosok gadis berambut pirang di depannya. Yang menatap dirinya dengan intens.

"Luce? Kau sudah bangun rupanya," ucap Natsu sambil menguap ringan. Si gadis yang ditanyai malah bingung sambil mencari-cari sesuatu. Terbukti ketika ia menoleh ke kanan dan ke kiri secara berulang-ulang.

"Luce? Siapa dia? Dan dimana? Apa dia orang jahat?" tanya gadis itu waspada. Pertanyaan Lucy itu langsung membuat Natsu syok. "Apa Lucy lupa ingatan? Tapi tak apa. Dengan begitu ia tak akan mengingat kejadian suram itu lagi. Akan tetapi.. Ia... melupakanku ya? Ah, tak masalah denganku. Melihat Luce kembali bahagia juga akan membuatku bahagia," batin Natsu sambil tersenyum penuh arti.

"Luce itu kau. Namamu Luce," jawab Natsu sambil menunjuk Lucy.

"Eh? Jadi namaku Luce? Luce? Wah, ternyata namaku bagus," tunjuk Lucy pada dirinya sendiri lalu berteriak senang. Yang malah membuat Natsu sweatdrop. "Separah itukah trauma Lucy?" pikirnya.

"Tapi, kalau aku Luce, namamu siapa... Um,, pink?" tanya Lucy polos dengan sedikit meringis ketika ia berkata pink. Sebab ia tak tau siapa nama pemuda di hadapanya itu.

"Namaku bukan pink. Tapi Natsu."

"Nat-su?"

"Iya. Namaku Natsu."

"Huaaa! Kenapa namamu lebih bagus dariku? Ayo kita bertukar nama! Namaku Natsu dan namamu Luce!" protes Lucy.

"Eh?! Mana ada yang seperti itu! Namamu Luce dan namaku Natsu," jelas Natsu tegas. Yang malah membuat Lucy merinding.

"Hiii,, Natsu seram," ucap Lucy lalu bersembunyi di balik selimut tebal Natsu.

"Eh? AH! KALAU BEGINI TERUS AKU BISA GILA!" seru Natsu sambil mengacak-acak rambut pinknya.

"Ternyata Natsu gila. Pantas saja dia menyeramkan," gumam Lucy yang masih bisa didengar oleh Natsu. Mendengar perkataan Lucy, Natsu hanya pasrah. "Mungkin mulai hari ini, aku akan terus sibuk," pikirnya frustasi sambil memandang keluar jendela. Memandang hari yang cerah tanpa badai salju lagi.

*ski _

"Natsu! Natsu! Lihat! Bunga ini indah!" teriak Lucy yang sedang berdiri di padang bunga. Tepatnya sekarang ia berada di bukit belakang rumah Natsu. Natsu yang tertidur di hamparan rumput, langsung menoleh ke arah Lucy. "Iya. Iya. Aku tau. Ingat Luce! Jangan pergi jauh-jauh dariku," teriaknya lantang lalu kembali memejamkan kedua matanya. Menikmati angin yang berhembus sembari mengistirahatkan pikirannya. "Ah,, lelahnya. Seharian ini, aku terlalu sibuk menuruti kemauan Luce. Ck, kalau dia bukan orang yang kusayangi, mana mau aku seperti ini terus," gerutunya sambil terus menikmati suasana.

Terbesit olehnya ingatan tadi pagi, yang membuat tubuhnya seakan remuk. Bagaimana tidak? Pasalnya Lucy terus saja meminta hal yang melelahkan. Contoh saja, tadi pagi ia disuruh memasak, mencuci baju, membersihkan rumah, serta pekerjaan perempuan lainnya yang sama sekali tak pernah dikerjakan Natsu. Sedangkan Lucy hanya diam sambil menonton kegiatan Natsu. Dan ketika Natsu tak mau melakukan apa yang diinginkan Lucy, Lucy akan marah dengan cara menjauhi Natsu. Dan parahnya, ia juga memasang wajah dingin dan sinis. Hingga mengingatnya saja membuat Natsu bergidik ngeri. "Tapi kalau dilihat-lihat, aku kuat juga ya, bisa melakukan semua pekerjaan itu," gumamnya dengan cengiran bangga. Yang entah ditujukan pada siapa.

Sedangkan tetap Lucy sibuk dengan pengamatannya. Tapi, tiba-tiba saja ia terganggu oleh pemandangan seekor kelinci yang terluka. Merasa iba, ia pun mendekati kelinci itu. Akan tetapi, setiap ia mendekati kelinci itu, kelinci itu melompat menjauh. Hingga Lucy tak sadar, bahwa ia telah memasuki hutan dan menjauh dari Natsu.

Lucy terus mengejar kelinci itu tanpa melihat ke sekitar. Akibatnya ia terpeleset dan jatuh berguling-guling ke bawah tanah yang miring. "KYAAAA!" teriaknya. Tapi tak ada seorang pun yang bisa mendengar teriakannya. Setelah sukses jatuh, Lucy merintih kesakitan. Ia terus memegangi kakinya yang berdarah akibat terkena ranting-ranting tajam. "Naattsuu!" teriaknya keras. Tetapi hanya bisa terjawab oleh angin yang berhembus. Lucy mulai menangis melihat keadaan sekelilingnya sudah hampir gelap. "Natsuu,, aku takutt," ucapnya lirih.

TO BE CONTINUED

Eh?! Kok malah begini? Nyahaha,, ya sudah, mau bagaimana lagi. #heh?! Ini juga request.

Um,, ya.. Gomen kalau tingkat ke-gaje annya setinggi gunung. Inspirasi pada ngilang soalnya.#alesan.

Hehe. Ini juga demi kelegaan batin #ngok .

Yosh! It must delete or continue?

Please RnR ^.^

Salam,

Fi-chan nalupi