Author: Athiya064/Kyung064
Tittle: Swallowed by the Dark
(
asli judulnya ambil dari lagu Pricked Winner DENGERIN WAJIB BAGUS BGT!)
Cast: Jeon Wonwoo, Kim Mingyu, Seventeen
Other Cast:
YG&SM&JYP's artists, and other
Rated: M
Genre: Family, Romance, Drama, etc.
Language: Indonesian
Desclaimer: I do not own the character(s) but the plots are mine.
Notes: sorry for hiatus for some months, Sorryyyy:'(
Words: 2591
Contact Here: Athiya Almas (Facebook)
Athiya064 . wordpress . com
Happy reading

Jeon Wonwoo merapikan almamaternya kembali, ia memasang seluruh kancingnya dan memastikan tidak ada satupun yang terbuka. Waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi, masih ada waktu sekitar setengah jam untuk melakukan perjalanan menuju kampus barunya.

"Hyung! Cepat turun! Jihoon hyung sudah menunggu di depan!" itu Jungkook, adik kandungnya. Dan nama yang disebutkan oleh adiknya itu merupakan nama teman SMA nya yang kemudian mengambil universitas yang sama dengannya namun berbeda jurusan. Jihoon yang selalu pulang dan pergi bersama sopirnya menawarkan Wonwoo untuk berangkat bersama selama masa orientasi.

Jungkook langsung menarik lengan kakaknya, kebetulan SMA dan universitas kakaknya itu berada dalam gedung yang sama. "Kau ini ketiduran ya? Aku sudah menunggu lama sekali tahu!" semprot Jihoon, Wonwoo memasang senyum polos. "Baru lima menit kok."

Paman Shin menjalankan mobil Jihoon dan menurunkan mereka di depan gerbang biru yang terkenal, lambang 'PLEDIS University and High School' menyambut mereka, kebetulan Jihoon dan Wonwoo merupakan alumni SMA Pledis sebelumnya jadi mereka sudah mulai familiar.

Adiknya melambaikan tangan dan pergi ke kelasnya, sementara mereka berdua berlari-lari menuju gedung serbaguna milik Pledis. Sudah ada beberapa senior sekaligus jajaran rektor dan dekan-dekan yang menyambut mereka. Mereka diatur duduk dengan rapi menurut fakultas dan karena sama-sama mengambil fakultas seni Jihoon dan Wonwoo bisa duduk bersebelahan.

"Setelah ini akan ada sambutan dari ketua BEM masing-masing fakultas dan.." sontak para murid-murid menjadi heboh, ada peraturan yang mengharuskan ketua BEM adalah laki-laki, dan umumnya yang terpilih adalah laki-laki paling tampan di fakultas tersebut. "Wonwoo-ya, kok sepertinya aku tidak pernah melihat mereka ya? Apa sudah tidak berlaku lagi kalau ketua BEM biasanya merupakan alumni SMA Pledis?" tanya Jihoon berbisik-bisik.

Yang ditanya hanya mengendikkan bahunya tanda tak mengerti dan tak terlalu ingin tahu, "Entahlah." Kemudian naiklah BEM fakultas Seni, laki-laki aneh dengan mata yang sipit dan rambut yang dicat blonde mencolok, awalnya ia terlihat sangat dingin sampai saat berdiri di depan podium ia memasang senyum konyol. "Annyeonghasseyo, Kwon Soonyoung imnida. Tapi aku lebih suka dipanggil Hoshi, di fakultas seni kita memiliki yel-yel…." Wonwoo tak dapat melepaskan pandangannya dari laki-laki tersebut, ada hal aneh yang ia rasakan dari namja itu.

Ia menoleh menatap Jihoon, ternyata temannya itu sama menatap sang ketua BEM. "Dia jelek ya?" gumam Jihoon, Wonwoo buru-buru menyenggol kaki Jihoon takut-takut ada yang mendengar.

Beberapa jam kemudian mereka dipisah dalam kelas-kelas, sayang sekali kali ini Wonwoo dan Jihoon tidak berada dalam kelas yang sama. Suasana hiruk pikuk sedikit mengganggu Wonwoo, ia memilih berdiri di pojok kelas.

"CARI KELOMPOK KALIAN DAN TENTUKAN KETUA KALIAN DALAM TIGA MENIT!" Oke Wonwoo membenci ini, tapi akan selalu ada penindasan tingkat kecil dalam masa orientasi. Senior perempuan dengan almameter biru kebanggaan Pledis, rok yang jauh di atas lutut, dan rambut pirang yang sengaja diikat ekor kuda tampak berteriak dengan microphone di tangannya.

Itu Jennie Kim, salah satu evaluator di jurusannya. Ituloh sekumpulan kakak tingkat yang hobi marah-marah ditengah acara PeMaBa, dan apapun yang kalian lakukan akan salah di mata mereka. Seseorang menepuk pundaknya dari belakang, ia menoleh dan harus mundur dua langkah untuk bisa melihat wajah lelaki itu tanpa mendongak. "Hai, aku Kim Mingyu, sepertinya kita sekelompok Jeon Wonwoo." Mingyu melirik nametag yang digunakannya.

Baguslah, ia menemukan satu anggota kelompoknya. Mingyu menariknya menuju barisan anak-anak yang tampak bingung menentukan kelompok mereka. "Mingyu! Kau saja yang jadi ketua Mansae!" pekik seseorang dari belakang, sedikit mencuri pandang, nama orang yang baru saja berteriak itu Choi Junhong. Diikuti anggukan yang lain, mau tak mau Mingyu berdiri paling depan.

Karena tak punya pilihan Wonwoo berdiri tepat di belakang Mingyu, menutupi barisan anak-anak perempuan yang ketakutan. Ia berdiri tepat di depan Sana, gadis yang berasal dari Jepang dan sedikit ketakutan mendengar bentakan para senior.

Kim Jongin selaku ketua evaluator berhenti di depan Mingyu, Jongin sunbae itu sudah tergolong tinggi namun masih harus mendongak ketika menatapnya. "Oh, jadi Kim Mingyu? Jangan kira karena kau adik dari Kwon Soonyoung kau akan mendapatkan keistimewaan ya." Sindir Jongin, Wonwoo melebarkan matanya karena terkejut, apa katanya tadi? Adik Kwon Soonyoung? Adik bagaimana? Marga dan wajah saja berbeda jauh?

Sementara itu Mingyu hanya terdiam tanpa membalas apa-apa, namun lain halnya dengan mahasiswa baru yang memilih menatap ujung sepatu mereka, Mingyu dengan berani menatap wajah Jongin dengan tatapan tajamnya. Sementara itu Jongin merasa janggal dan memilih meninggalkan kelompok Mingyu.

Sebelah tangan lelaki tinggi itu menyentuh tangan Wonwoo, "Jangan takut, gwaenchana." Darimana Mingyu tahu kalau dirinya takut? Padahal dari tadi Wonwoo hanya memasang wajah datar saja.

. . .

Seorang lelaki setengah bule tampak menikmati acara baseball di televisi dengan layar LED yang sangat lebar. Meskipun matanya fokus menikmati acara tersebut, headset terpasang di telinga lelaki itu dan lagu yang cukup keras mengalun. Joshua menggeleng-geleng mendapati hal tersebut, ia mengambil alih remote televisi dan menggantinya ke acara MTv.

"Gosh, you're so annoying." Geram lelaki di samping Joshua, "Well, kau harus pilih mendengarkan musik atau menonton televisi." Yang diingatkan hanya memaki-maki karena tim kesukaannya hampir menang tadi, "Tidak baik memaki terus Vernon."

Vernon mendengus, "Church boy." Joshua terkekeh pelan, tiba-tiba seseorang muncul dari belakang sofa yang diduduki Joshua dan Vernon, dan orang itu langsung melompat dan mengganti acara musik ke acara Running Man. "Ya! Kwon Soonyoung!" protes dua orang yang berasal dari Amerika tersebut.

Yang diprotes tak menoleh sama sekali, dan malah tertawa menyaksikan kekonyolan Kwangsoo dkk. "Soonyoung, dari pulang kuliah tadi kau tak berhenti tersenyum. Katakan padaku apa yang terjadi di acara orientasimu?" tanya Joshua penasaran, Soonyoung menggeleng tidak membalas pertanyaan Joshua. "Kalian ribut sekali, seperti rumah ini hanya punya satu televisi saja."

Datang dari arah taman belakang Mingyu –anggota keluarga yang paling jangkung- mengambil tempat di karpet di samping Soonyoung. "Dia menyukai anak kecil berambut pink, adik kelasnya. Padahal jelas-jelas anak itu mengatainya jelek," yang lain tertawa mendengar penjelasan Mingyu, sementara itu Soonyoung melempar wajah sok tampan nya dengan bantal sofa. "Benarkah? Hahaha." Vernon tertawa.

Kemudian Mingyu teringat sesuatu, "Hyung, Kim Jongin itu.. boleh aku menghisap darahnya? Jjajeungna." Gerutunya, "Apa? Memang apa yang ia lakukan?" tanya Hoshi heboh, Mingyu menggeleng. "Ingin saja, ngomong-ngomong aku lapar. Sudah terakhir kali semenjak aku meminum darah,"

Vernon menginjak kaki Mingyu, yang diinjak memasang wajah kesakitan, biarpun Vernon lebih pendek darinya tapi tetap saja dia itu vampir dan kekuatannya besar. Joshua bangkit tiba-tiba dan menuju ke halaman belakang, "Jisoo hyung!" panggil Soonyoung namun yang dipanggil tidak menoleh. "Ya! Kau jangan bicarakan soal makan di depannya, hari ini Jeonghan hyung sakit, dan hari ini giliran Seungcheol hyung." Jelas Vernon.

Buru-buru Mingyu menepuk dahinya, ia benar-benar lupa dengan hubungan rumit tetua di rumahnya ini. "Jisoo hyung tidak akan berburu manusia di luar kan?" tanya Mingyu takut-takut, vampir akan selalu tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan makan. "Tidak, kau tahu, dia bahkan lebih memilih berpuasa sampai Jeonghan hyung sembuh. Atau makan dari kantong darah, atau darah binatang. Dia kan alim," Mingyu tidak lupa dengan hal itu, ia jadi heran tumben Soonyoung lebih pintar dari dirinya.

Dengan secepat kilat Mingyu menuju ke lemari es dan mengambil satu kantong darah kemudian meminumnya dari situ. Vernon jadi ikut-ikutan merasa tenggorokannya terbakar dan mengambil kantong darah lain. "Kenapa minum dari kantong darah? Kau kan punya Seungkwan dan Dino." Selain Seungcheol-Jisoo-Jeonghan, ada Vernon-Dino-Seungkwan yang memiliki hubungan rumit. Bedanya kalau di kasus Seungcheol, Jisoo, Jeonghan hanya Jeonghan manusianya. Di kasus Vernon, baik Dino dan Seungkwan merupakan manusia.

Yang ditanyai menggeleng, "Mereka berdua ikut study tour, pasti lelah. Aku tidak mau mereka malah sakit karena aku minum dari mereka," Mingyu berdecak, "Enak sekali hidupmu dikelilingi dua sumber darah. Keundae, yang aku tidak mengerti apa kau, Joshua hyung, atau Seungcheol hyung bisa memilih? Bagaimana hubungan bertiga seperti itu?" Vernon tidak menjawab, ia sendiri bingung harus menjawab apa. Yang jelas ia tidak bisa melepaskan salah satu dari keduanya.

. . .

"Kau baik-baik saja?" tanya Seokmin khawatir, Wonwoo hanya mengangguk sekilas. "Akan aku izinkan kau ke Jongin sunbae kalau kau tidak kuat," tawar lelaki itu kembali, namun Wonwoo hanya memberi isyarat agar Seokmin meninggalkannya sendirian. Mau tak mau Seokmin yang menjadi ketua grup 'Bangtan' meninggalkannya.

Namun dalam diam lelaki itu masih mengawasi Wonwoo, Hanbin yang kebetulan baru datang memapah Wonwoo untuk berbaris. "Gwaenchana, maag ku hanya sedang kambuh." Wonwoo berkata untuk menyakinkan Hanbin, lelaki itu hanya menatapnya khawatir. "Kau punya anemia ya?" tanyanya.

Soalnya wajah Wonwoo benar-benar pucat, lelaki itu meringis lalu mengangguk. "Ya! Kau bisa pingsan nanti!" namun meski dibentak seperti itu ia masih memilih menggeleng dan berdiri tegak di belakang Mingyu seperti kemarin. "Aku berdiri di belakangmu dude, kalau-kalau kau jatuh nanti." Bisik Hanbin, Wonwoo hanya mengangguk saja.

Acara hari itu berlangsung seperti kemarin, namun acara evaluasi oleh kakak tingkat berlangsung lebih lama dari sebelumnya. Banyak dari teman-temannya yang akhirnya harus rela pergi ke ruang kesehatan, tapi dasar Wonwoo sok kuat. Akhirnya setelah hampir dua jam dimarahi, para kakak tingkat itu meninggalkan ruangan. Buru-buru para mahasiswa baru mengemasi barang mereka.

Langkah kaki mendekati Wonwoo, "Ya! Kau yakin kau baik-baik saja? Mau aku antar pulang?" itu Dokyeom lagi, Wonwoo hanya menggeleng kecil. Ia melangkah di koridor yang sepi, sekilas melihat ke arah lapangan parkir siapa tahu akan menemukan adiknya Jungkook atau mungkin Jihoon. Tapi ada yang aneh, ia melihat Jihoon memasuki mobil yang berbeda, padahal Jihoon selalu naik mobil yang sama karena dijemput paman Shin. 'Mungkin temannya,' batin Wonwoo.

Ia melangkah dengan cukup lemas, memaksa kakinya agar sampai ke halte bis. "Jeon Wonwoo! Nanti malam kita harus kerja kelompok.." terkutuklah orang yang memanggilnya, Wonwoo menoleh dan menemukan si ketua kelompoknya. Ia berbalik dan berniat menghampiri Mingyu yang masih memanggilnya.

Bruk!

Karena tidak menjaga langkahnya, ditambah pusing parah dan perutnya yang sakit Wonwoo jadi menabrak pintu laboratorium yang terbuka. Engsel pintu yang sedikit tajam menggores lengannya –salahkan ia melepas almamaternya dan hanya menggunakan kemeja berlengan pendek- "Aw! Sial! Ah ngomong-ngomong, Ada apa Mingyu-ya? Kita kerja kelompok dimana?" tanyanya, sambil memegangi lengannya yang berdarah.

Namun ia menyadari kejanggalan dari tatapan Mingyu, lelaki itu bergerak mundur dan wajahnya berubah tegang. "Mingyu?" tanya Wonwoo bingung, "Jangan mendekat! Pulanglah Jeon Wonwoo, aku akan menghubungimu nanti." Geramnya, lelaki yang saat ini terluka menatap bingung. "Kau kenapa? Takut darah? Aku tidak apa-apa kok, oh iya kemungkinan aku datang sedikit terlambat, aku tidak enak badan."

'Bukannya takut, aku malah sangat menginginkannya bodoh. Sial.. kenapa aromanya sangat menggiurkan?!'

Mingyu merutuki Wonwoo yang polos atau bodoh? Yang saat ini malah melangkah mendekatinya, dari sekilas scanning yang ia lakukan Wonwoo benar-benar sedang sakit, dan lebih buruknya anemia, bisa pingsan kalau ia menggigit lelaki itu. Dan lagi.. ini di kampus! "Kau ini kenapa sih? Katakan dimana kerja kelompoknya,"

Lelaki jangkung itu terkejut begitu mendapati Wonwoo hanya berjarak dua langkah dari hadapannya, darah yang menetes-netes ke lantai itu menggelapkan akal sehatnya. "Argh! Jangan salahkan aku Jeon Wonwoo, aku sudah memperingatkanmu!"

"Mingyu! Hei! Apa yang akan kau lakukan?!"

Detik itu Mingyu mengangkat tubuh Wonwoo seakan mengangkat sebuah kapas, dan berjalan dengan langkah paling cepat, kemudian keduanya berakhir di dalam gudang yang tidak digunakan lagi. Gigi Mingyu berubah membentuk taring dan ia menancapkannya di lengan Wonwoo yang berdarah, benar saja tak sampai lima detik Wonwoo memejamkan matanya dan ia kehilangan kesadaran.

.

..

Samar-samar suara dengkuran halus ditambah dengan suara jarum jam membangunkan lelaki yang baru pulih kesadarannya. Begitu ia membuka mata, yang ia lihat adalah langit-langit berwarna putih, dan ketika ia melirik ia dapat melihat infus yang menggantung. Lelaki itu reflek memegang kepalanya yang masih pusing, mengapa ia bisa berada di tempat yang dapat ia asumsikan sebagai rumah sakit ini?

Di sebelah kanan tempat tidurnya ia dapat melihat sosok yang tidak asing, adiknya Jungkook yang masih menggunakan seragam sekolah. Ternyata itu suara dengkuran dari adiknya, Wonwoo mengguncang tubuh adiknya pelan. "Oh, hyung sudahbangun?" tanyanya, "Jungkook.. kenapa aku ada disini?"

Adiknya berdecak pelan, "Tadi hyung kecelakaan, kata teman-temanmu kau hari ini tidak enak badan dari pagi? Kau jatuh dari tangga dan lenganmu tergores besi anak tangga, lalu kau pingsan." Jelas Jungkook, tapi meski begitu adiknya meraih nampan berisi makanan. "Jja, makan dulu, kau pasti tidak sarapan kan?"

Tunggu.. perlahan Wonwoo memproses apa yang terjadi padanya, samar-samar ia mengingat ospek yang melelahkan dan mengganggu kesehatannya. Kemudian Hanbin dan Dokyeom yang menanyai apa ia baik-baik saja, terakhir ia bertemu dengan.. Kim Mingyu?

Perlahan rasa nyeri sedikit ia rasakan dari lengan kanannya, ia menoleh dan lengan itu diperban. 'Tidak! Apa itu tadi? Ia digigit Mingyu? Tunggu, digigit?' masih tergambar di pikirannya kalau Mingyu menyedot darahnya, dan.. astaga! "Hyung?" tanya Jungkook karena Wonwoo yang tiba-tiba melamun.

"Ya! Katakan padaku, siapa yang membawaku kesini?" tanyanya tak sabar, namun Jungkook langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir. "Dia hyung, aku menyuruhnya tidur karena semenjak membawamu kesini dia terlihat panik. Dia temanmu? Dia tadi menghubungiku lewat ponselmu," mata sipit Wonwoo terbelalak, ia baru sadar mereka tidak berdua saja di ruangan ini, ada seseorang dengan tinggi badan di atas rata-rata dan sialnya terlihat tampan ketika memejamkan mata duduk di atas sofa. Tapi bukan itu masalahnya ia ingin menjerit. "Jungkook, bawa hyung pergi dari sini, secepatnya!"

Jungkook menatap Wonwoo bingung, "Baiklah, aku akan mengambil obatmu. Dia bilang dia sudah mengurus administrasinya, kau makanlah." Jungkook malah meninggalkannya berdua dengan lelaki itu, mau menjerit memanggil adiknya tapi sang adik yang dasarnya memiliki langkah cepat itu sudah meninggalkan ruangan.

Sosok laki-laki yang tertidur itu membuka matanya, "Wonwoo-ya, gwaenchana?" tanyanya, rahang Wonwoo menegang. "Y—ya! Jangan mendekat kau Kim Mingyu!" Mingyu menatapnya bingung, namun tetap melangkah menuju ranjang Wonwoo. "Jangan mendekat! Kau bukan manusia!" jerit Wonwoo. Mingyu mematung, langkahnya berhenti, namun Wonwoo yakin melihat sekelebat perubahan ekspresi lelaki itu.

"Keugae musun suriya?(kau ini bicara apa sih?)" raut wajah Wonwoo berubah menjadi kesal, seolah-olah ia muak menatap lelaki itu. "Apa? Bagaimana bisa kau mengelak? Aku melihatmu dengan mata kepalaku sendiri, kau menggigitku! Kau.. kau.. bagaimana bisa kau menyamar?"

Cklek!

Pintu ruangan Wonwoo dibuka, ia sempat berharap kalau itu adalah adiknya, namun yang datang adalah pemuda tampan berkulit pucat dengan rambut hitam kelam berseragam dokter. Umurnya terlihat lebih muda untuk menjadi dokter. "Oh, Seungcheol hyung, baru saja aku akan memanggilmu." Lelaki yang dipanggil Seungcheol itu memberi senyum tipis, ia meletakkan alat-alat dokternya di meja di samping ranjang Wonwoo.

Ia memakai stetoskop lalu mulai memeriksa Wonwoo, sementara Wonwoo yang diperiksa akhirnya diam dan berusaha meredakan emosinya. "Salam kenal Wonwoo-ssi, aku Seungcheol kakak Mingyu ngomong-ngomong. Ah, kalian sedang apa barusan? Kenapa tegang sekali?" begitu mendengar penjelasan Seungcheol, Wonwoo mundur perlahan. Seungcheol dapat melihat raut wajah ketakutannya.

"K—Kau juga bukan manusia?" cicit Wonwoo, Seungcheol hanya menampilkan raut wajah terkejut. "Kau bicara apa Wonwoo-ssi? Tentu saja kami sama sepertimu," elaknya. "Annio, kalian bukan.. dia menggigitku, dia meminum darahku, dia.. dia.. aku akan membuktikannya kalau saja perban di lenganku dilepas."

Seungcheol tersenyum, "Baiklah, mungkin kau terkena halusinasi atau after-effect dari kecelakaan yang kau alami. Aku kebetulan juga akan mengganti perbanmu," dengan cekatan Seungcheol membuka perbannya, buru-buru Wonwoo menatap lengannya itu, namun yang ada disana hanyalah luka gores. "Tidak ada apa-apa bukan? Kau hanya anemia saja lalu terjadilah insiden itu, kalau begitu aku keluar dulu. Adikmu sudah siap membawamu pulang,"

Lelaki itu menepuk bahu Mingyu dan memasang senyum pada Wonwoo kemudian meninggalkan ruangan tersebut. Jungkook masuk beberapa saat kemudian, "Ayo hyung, aku sudah memesan taksi."

Dengan ragu Wonwoo mengangguk, lalu memegang kepalanya yang masih pusing. Kejadian tadi berputar-putar di otaknya, ia hampir saja pingsan kalau Mingyu tidak segera menopangnya. "Aku antar kau ke taksi, jangan lupa makan, kau belum makan apapun. Dan, tidak usah masuk besok." Peringatnya. Wonwoo masih menatap lelaki itu, sebenarnya dia itu apa?

TBC

Iseng, masuk fandom baru hehe. Rcl? Next/delete?