Karena cinta itu tentang menjadi bodoh bersama, kan?

.

.

.

.

Baekhyun melangkahkan kakinya riang memasuki pelataran parkir sekolah. Matanya yang biasanya terlihat cerah hari ini sedikit menggelap. Lingkaran hitam di bawah matanya menandakan bahwa semalam gadis itu tidak mendaatkan waktu yang cukup untuk tidur.

Terang saja, semalaman suntuk dia berusaha untuk membuat sebuah surat yang berisikan semua perasaannya. Di atas selembar kertas berwarna biru langit itu, Baekhyun mencurahkan semua rasa yang dirasakan hatinya. Agar dia tak kehilangan kata-katanya ketika mengungkapkan perasaannya pada Chanyeol nanti. Dia hanya perlu gugup saat berhadapan, menyerahkan surat dan selanjutnya perasaannya tersampaikan.

Baekhyun tersenyum sangat lebar. Amplop berwarna biru polos sudah berada di tangannya.

Gadis itu berdiri menunggu di depan koridor kelas milik Chanyeol. Seolah tuli, dia sama sekali tidak peduli dengan suara-suara yang terdengar dari dalam kelas milik laki-laki itu -yang terdengar seperti bisikan di telinganya- menyerukan ketidaksukaan mereka terhadap sikapnya.

.

Tapi toh, Baekhyun tidak peduli. Selama perasaannya tersampaikan dia merasa senang.

.

Kakinya tetap terkatup rapat di samping pintu masuk kelas itu dengan ujung jari menjepit surat miliknya. Membayangkan bagaimana reaksi Chanyeol ketika membaca surat ini membuat dirinya tertawa kecil. Apa laki-laki itu akan tetap membacanya dengan ekspresi datar atau matanya akan membulat kaget? Pasti lucu sekali melihat ekspresi Chanyeol yang seperti itu.

Gadis itu bahkan menepis kemungkinan bahwa Chanyeol mungkin akan langsung membuang suratnya ke tempat sampah begitu laki-laki itu menerimanya. Chanyeol tidak sejahat itu, pikirannya. Yang dia tahu tentang Chanyeol adalah dia laki-laki yang sangat baik dan menghargai sekitarnya. Karena itu banyak yang menyukai berteman dengan Chanyeol. Dan Baekhyun berharap dia juga salah satunya. Tapi menjadi kekasih Chanyeol juga tidak buruk, kan?

Gadis itu terkekeh sendiri membayangkan ketika suatu hari nanti dirinya akan berjalan berdampingan dengan Chanyeol memasuki koridor sekolah. Pasti menyenangkan rasanya ketika orang-orang yang mencibirnya sekarang ini melongo kaget karena usahanya berhasil. Baekhyun percaya kok semua usaha pasti membuahkan hasil asal dia mau berusaha, meskipun dia tak punya kemampuan sekalipun.

.

Dia yakin juga Chanyeol pasti akan luluh juga padanya suatu hari nanti.

.

Gadis itu kembali melirik ke arah pintu masuk sekolah. Belum ada tanda-tanda kedatangan laki-laki itu. Kakinya sudah lumayan pegal karena berdiri nyaris setengah jam. Salahnya sendiri memang datang terlalu pagi karena terlalu bersemangat tenang surat ini. Melupakan fakta bahwa Chanyeol adalah orang yang akan tiba tepat ketika bel sekolah berbunyi.

Ingin rasanya gadis itu berjongkok, mengistirahatkan kakinya sebentar agar tidak kelelahan. Jam ketiga nanti adalah olahraga dan bodohnya tadi dia juga lupa untuk sarapan atau sekedar membawa makanan dari rumah. Bahkan biasanya dia membawa botol air di tas, terlupa pula olehnya hari ini. Perutnya yang biasanya jam segini sudah terisi mulai berteriak meminta. Jika dia memutuskan ke kantin atau koperasi sekolah untuk mengganjal perutnya, ia takut akan melewatkan Chanyeol.

Bisa saja sih dia memberinya nanti sepulang sekolah, tapi dia terlalu tidak sabaran untuk mendapatkan jawaban dari Chanyeol. Jika pagi diberikan kan dia bisa membacanya ketika istirahat lalu pulangnya dia bisa menghampiri Arata kembali untuk menanyakan jawabannya. Bukankah dia pintar? Baekhyun tertawa pelan.

"Aduh, Chanyeol dimana sih? Perutku mulai terasa lapaar~." Keluhnya. "Eh, tapi aku tidak boleh mengeluh seperti ini. Ini kan demi Chanyeol, jadi aku harus semangat!"

Dan senyumnya mengembang seketika saat Chanbaek muncul dari arah sana. Gadis itu membenahi penampilannya yang sebenarnya baik-baik saja. Detak jantungnya sudah terasa ribut sekali di dalam sana. Detakannya semakin menggila ketika laki-laki itu semakin mendekat ke arahnya.

.

.

.

.

Chanyeol terus saja berjalan sambil membicarakan tentang pertandingan bola lokal yang disiarkan di televisi kemarin sore pada Jongdae, teman sekelasnya yang tak sengaja berpapasan dengannya di pelataran parkir tadi. Laki-laki itu terus asik berbicara dan nyaris saja tidak menyadari kehadiran seseorang yang sedari tadi sudah menunggu dirinya di depan kelas jika seseorang itu tidak memanggil namanya.

"Park Chanyeol!"

Laki-laki itu menoleh ketika namanya terpanggil. Alisnya mengernyit saat sosok yang akhir-akhir ini senang sekali menempelinya berada di sini. Mau apa lagi, sih? Pikirnya.

Chanyeol menunggu gadis itu berbicara lagi setelah memanggilnya. Tapi seperti menjadi batu mendadak, tak ada sepatah kata pun keluar lagi dari mulutnya. Jengah menunggu, dia hendak masuk saja ke dalam kelasnya. Niatnya terhenti begitu saja ketika sebuah surat berwarna biru berada tepat di depan hidungnya. Wangi stroberi yang segar menguar di indera-nya.

Laki-laki itu mengarahkan matanya pada sang pemilik tangan yang kini tengah menunduk.

.

"A-aku mohon terima surat ini!" ucapnya pelan yang masih mampu di dengar Chanyeol. Di telinga Baekhyun, semua hingar-bingar murid yang sedari terdengar di telinagnya mendadak terasa hening. Indera pendengarannya terpasang seperti hanya akan merespon kata-kata yang akan keluar dari bibir Chanyeol. Atau mungkin ketika kedua tangannya yang sedari tadi memegangi sekeping surat itu terasa kosong yang menandakan bahwa laki-laki itu telah mengambil suratnya.

.

Tapi kedua hal itu tak ada juga dirasakannya. Ketika dia memberanikan diri mengangkat kepalanya, yang dia temukan adalah Chanyeol yang memandangnya dengan alis terangkat satu. Dan di saat seperti ini pun otaknya masih saja memuji betapa tampannya lelaki di hadapannya sekarang ini.

.

Ngomong-ngomong bisa bertatap mata secara langsung dengan Chanyeol seperti ini adalah hal yang langka!

.

Baekhyun bahkan melupakan fakta bahwa dirinya berada di posisi yang memalukan saat ini. Tatapan mata itu terputus di detik berikutnya ketika suara bel berbunyi.

"Ah, sudah bel," gumam Chanyeol lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas tanpa berniat mengambil surat dari Baekhyun sama sekali.

Baekhyun yang tidak memprediksikan hal ini sama sekali hanya melongo menatap Chanyeol yang berjalan santai ke bangkunya seolah dirinya tadi adalah makhluk yang tak kasat mata. Matanya mengedar ke sekeliling kelas karena tidak percaya dan malah mendapati beberapa siswa menahan tawanya, bahkan ada yang tertawa terang-terangan. Menertawainya.

Dan sekarang Baekhyun merasa dirinya sangatlah konyol.

"Apa Chanyeol malu untuk mengambil suratnya karena banyak teman-teman sekelasnya yang melihat? Aaah bodoh! Harusnya kuberikan ketika sepi sajaaaaa…."

.

.

"Hei, kau! Kenapa belum masuk ke kelas sekarang juga? Kau tidak dengar suara bel?" suara dari seorang guru yang berdiri tak jauh darinya menyadarkan Baekhyun.

"E-eh, iya, Bu!"

Gadis itu langsung lari menuju kelasnya yang sebenarnya letaknya cukup jauh dari kelas Chanyeol.

"Aish, semoga saja guru belum datang!" harapnya.

Baekhyun berlarian di koridor sekolah, berharap bahwa laki-laki itu belum pulang. Dia mengutuk kelasnya yang kenapa tidak dekat dengan Chanyeol saja, juga karena guru di mata pelajaran terakhirnya begitu lambat untuk memulangkan kelasnya.

Gadis itu tersenyum senang ketika laki-laki itu baru saja keluar dari kelasnya. Cepat-cepat dia berlari mendahului laki-laki itu dan menghadangnya.

"Park Chanyeol, aku menyukaimu. Tolong terima suratnya!" ucapnya. Kali ini gadis itu tidak menunduk, kepalanya tegak menatap lurus ke arah Chanyeol yang lagi-lagi menatapnya dengan pandangan itu. Kedua lengannya dia julurkan ke depan dengan jari-jari yang mengapit pada sepucuk surat itu. Gadis itu tersenyum hingga matanya mengecil tertimbun oleh pipinya yang gembil.

Tapi senyumnya memudar seketika saat laki-laki di hadapannya itu lagi-lagi melengos tanpa mau menerima suratnya terlebih dahulu. Baekhyun belum menyerah, dia hendak mengejar kembali Chanyeol yang sudah meninggalkannya begitu saja.

"Chanyeol, tunggu! Kau belum mengambil- "

"Chanyeol kenapa lama sekali, sih!"

Gadis itu menghentikan langkahnya mengejar Chanyeol begitu suara itu terdengar. Itu adalah Kai, sahabat Chanyeol dan juga Sehun. Mereka adalah sahabat Chanyeol dari jaman kelas sepuluh. Sehun adalah salah satu mantan teman sekelasnya dulu. Karena dia mengenal Sehun, tanpa sengaja pula dia bertemu dengan Chanyeol dan mulai menyukainya.

Chanyeol mempercepat langkahnya begitu melihat Sehun dan Kai yang bermuka masam menatapnya. Begitu mendekat, tiga laki-laki itu segera berjalan beriringan menuju parkiran tanpa menoleh sama sekali.

.

"Gadis itu masih saja mengejarmu?" Kai mengernyit heran. Sudah sebulanan ini tak ada yang tak mengetahui fakta tentang Baekhyun yang mati-matian mengejar Chanyeol. "Gila! Rupanya gadis itu belum menyerah juga."

"Cinta mati mungkin," Chanyeol mendengus mendengar celetukan asal Sehun. Laki-laki itu hanya memilih diam karena sejujurnya dia pun tak tahu harus berkata apa tentang gadis yang satu ini.

"Biarkan saja, nanti juga dia lelah sendiri."

.

.

.

.

Haiiii! Aku kangen nulis sumpah! Setelah mood males nulis menguap gara-gara…..aku main roleplayer HAHAHAHA ._. abis tiap waktu senggang sekarang jadi ngga pernah dipake buat baca ff lagi dan dipake main rp. Ini ChanBaek (lagi) yang ini aku janji bakal nuntasin cerita ini ga kayk yang sebelumnya hehe .-.)v udah lama pengen nulis cerita ini sejak lagu Miracle in December nya EXO keluar. Tapi apa daya waktu itu aku ga bisa nuliiiis.

Jaaa~ kalo kalian nemu cerita yang persis ini di wattpad tapi beda nama tokoh, itu akuuuu. Aslinya aku mau nyoba post disana aja tapi aku kangen Chanbaek juga T-T maaf ya ini GS soalnya lebih greget rasanya kalo GS. Gapapa yaaa? Aku ngga maksa kok kalo ga suka :3

Yosh! Annyeong~

Late autumn – 1 September 2016