*ALU POV*
Jleb
Aku dengan cekatan mencabut pedangku yang baru saja kutanamkan di perut musuhku. Darah segar menetes dari ujung pedang. Sial aku harus mencucinya nanti! Ntah sudah berapa banyak iblis dan monster yang kutebas hari ini. Pertarungan ini seakan tidak ada habisnya.
Land of Dawn, tanah yang pernah damai dulunya. Manusia berhasil mengalahkan para Blood Demon dan mengurung ratu mereka, Alice, di Dark Abyss. Para manusia hidup tentram hingga suatu hari terjadi gangguan besar di Land of Dawn yang membuat kekuatan yang menyegel Dark Abyss perlahan melemah. Hal ini menyebabkan keluarnya The Dominator, makhluk misterius dari Dark Abyss ke dunia manusia. Pemimpin dari makhluk misterius itu bernama Zhask. Zhask ingin menguasai Land of Dawn dan untuk mencapai itu, ia pun mulai mencari rekan-rekan yang kuat. Zhask pun membebaskan Alice, dan juga menjatuhkan malaikat utusan dewa ke kegelapan, Argus. Dalam waktu yang singkat, Zhask berhasil mendapat rekan yang kuat untuk rencana jahatnya, termasuk Raja Ashura, Martis. Raja dari kaum shura. Padahal kaum ini terkenal dengan kemampuannya mengalahkan demon, tetapi sekarang mereka malah ada di pihak The Dominator.
Maka dari itu, para elf mulai mengumpulkan orang-orang terpilih untuk memimpin pasukan untuk melawan kejahatan dan mengembalikan kedamaian di tanah ini. Para terpilih ini disebut hero. Semua ini adalah rencana pemimpin para elf, Estes dan ia dibantu oleh adiknya, Miya.
Dan aku, Alucard.
Salah satu dari yang terpilih.
Sang Pemburu Iblis
Begitulah mereka memanggilku.
ETHEREAL
Fanfic tentang perjuangan para hero mengembalikan cahaya di Land of Dawn.
Pairing: ZiAlu ;D, GosLey, martis x alu /nama pairing ini apa? Marcard? Maralu? :'D
Peperangan itu berakhir dengan kemenangan di tangan kami. Kami berhasil memukul mundur para iblis yang ingin merebut hutan para elf. Tapi, kemenangan kami ini tidak terlalu membawa kebahagian bagi kami. Tidak terhitung berapa banyak kawan-kawan kami yang gugur dalam perang ini. Seandainya saja aku lebih kuat.
"Alu! "suara ini? Zilong? Kepalaku rasanya berat. Hanya untuk mengingat siapa pemilik suara itu saja memakan beberapa detik bagiku.
"Z-zilong? "jawabku lirih seraya membalikkan tubuhku untuk menatapnya. Tatapanku kabur.
"Banyak sekali darah! Sini, biar kubawa kau menemui Raja Estes. "Zilong terdengar sangat panik. Dia segera memghampiriku dan mengangkatku. Bridal style. Apa-apaan ini? Aku ingin memberontak, masa lelaki seperti ini digendong ala pengantin. Aku berusaha untuk meronta dengan harapan pegangannya padaku akan terlepas, tetapi aku tidak merasakan tenaga di tanganku. Aku merasa sangat lelah, aku mulai mengantuk.
"Alu! Jangan tertidur! Bangun! Jaga kesadaranmu! "Zilong semakin panik. Ia mulai berlari ke arah ruang singgasana, menemui Estes.
"Rajaku! Kumohon, tolong Alu, "seru Zilong panik. Zilong selalu memanggil Estes dengan sebutan raja, rasanya sangat formal karena Estes selalu memperlakukan kami selayaknya kami ini berteman. Mendengar namanya disebut, Estes segera menghampiri kami dan mulai merapalkan mantra-mantra yang tidak pernah kumengerti artinya, terapi mantra itu sangat familiar, mengingat aku yang selalu terluka dan Estes selalu merapalkan mantra yang sama setiap kali menyembuhkanku.
"Tenang, Zilong! "seru Estes. Ia Berusaha menenangkan Zilong yang masih panik, "dengan istirahat yang cukup, ia akan baik-baik saja. "
"Terima kasih, Rajaku, "aku bisa mendengar kelegaan yang besar dari suaranya.
"Tapi, harus kuakui, lukanya kali ini cukup parah. Jika kau terlambat mengantarnya kepadaku, aku tidak yakin.. Aku bisa menyelamatkannya,"ucap Estes suram, "lebih baik kau membawanya ke kamarnya untuk istirahat. Hari ini hari yang panjang, kau juga perlu istirahat. "
"Terima kasih, Rajaku, "sahut Zilong seraya keluar dari ruang raja. Berjalan menelusuri koridor panjang menuju kamarku. Koridor itu ramai.
"Zi.. Aku bisa jalan sendiri, "bisikku pelan. Malu sekali rasanya digendong seperti ini koridor yang ramai. Aku bisa mendengar jeritan tertahan beberapa wanita. Mereka kelihatan senang. Aneh.
"… "Zilong hanya diam.
"Zi? Hei, "aku meraih pipinya dan menepuk pelan. Tidak ada respon, aneh.
Cklek
Zilong membuka pintu kamarku dan meletakkanku di kasur dengan hati-hati.
"Zi? Hei, kau kenapa? Heii, "aku tidak terbiasa tidak dihiraukan olehnya, "Zilong, jawab ak-, "Zilong meninju kasir, tepat di samping wajahku, "Zi-zilong? "
"Bodoh! Kau bodoh! Kenapa kau selalu terjun di tengah-tengah kerumunan musuh seperti itu? Apa kau tidak menghargai nyawamu? "bentak Zilong. Dia terlihat sangat marah.
"Heh, aku tau aku bisa mengalahkan mereka semua, kenapa kau marah? Kau tidak percaya pada kekuatanku? "balasku sengit.
"Kau ceroboh! Kenapa kau tidak menungguku? Aku bisa membantumu! Jangan maju sendirian seperti itu. "
"Aku bisa mengurus diriku sendiri! Aku tidak perlu perlindunganmu! Aku tidak selemah itu! "oke, aku marah. Enak saja, masa Alucard, Sang Pemburu Iblis perlu perlindungan dari orang lain!
Zilong tidak membalasku, jadi kulanjutkan saja, mengeluarkan semua dalam pikiranku, "Kau harus berhenti memperlakukanku seperti anak kecil! Aku ini sudah dewasa, ok? Aku bisa melakukan apapun yang kumau, termasuk terjun di tengah-tengah musuh! "
"Itu berbahaya! "sahut Zilong cepat.
"Memangnya kenapa kalau berbahaya? Ini perang, Zilong! Pasti berbahaya! Kalau aku tidak terjun seperti tadi dan menahan para iblis itu, pasti banyak dari kita yang akan gugur! Kita hero, kita yang dipilih untuk membantu memenangkan perang ini, dan aku tidak peduli apapun yang terjadi, aku akan memastikan kemenangan itu di tangan kita. "
"Apapun katamu? Apakah kemenangan itu segalanya bagimu? "
"Tentu saja! Bukankah kau juga begitu?! "
"Tidak, ada yang lebih penting dari itu.. Kau.. Kau tidak akan mengerti, "Zilong mengangkat tangannya dari samping wajahku dan berjalan ke arah pintu.
"Zilong.. Hei, "
"Tidurlah, Alu. Kau membutuhkannya, "sahut Zilong sambil memutar kenop pintu. Dia pun keluar dan menutup pintu kamarku.
Aku tidak mengerti dengannya. Emangnya apa yang lebih penting dari memenangkan perang ini? Mengalahkan kejahatan. Haa, daripada aku memikirkan ini, lebih baik aku tidur. Dia benar, aku membutuhkan istirahat. Badanku cape sekali. Aku pun tertidur.
*ZILONG POV*
Idiot! Benar-benar menyebalkan! Kenapa dia selalu bertindak gegabah seperti itu. Apa dia tau kalau jantungku seakan berhenti berdetak saat melihat dia melompat ke arah musuh. Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku benar-benar khawatir! Apalagi saat melihat darah mulai melumuri tubuhnya. Aku sangat ingin membantunya saat itu, tapi apa daya para monster mengerubungiku. Membuatku gila saja. Dia benar-benar membuatku takut..
Aku takut sekali
Kehilangan dia,
Hal terpenting dalam hidupku.
Aku terduduk di kasurku. Padahal aku baru saja keluar dari kamar Alucard, tapi aku ingin segera kembali kesana. Memastikan jika dia masih baik-baik saja. Aku ingin melihatnya lebih lama.
Kenapa isi otakku selalu saja tentang dia? Perasaan ini sangat baru bagiku. Aku selalu menghabiskan waktuku untuk menegakkan keadilan di berbagai tempat. Aku sangat jarang bersosialisasi dengan orang lain. Yang paling sering mengajakku bicara dulunya hanya Chang'e dan Sang Naga.
Aku masih ingat saat aku terpilih menjadi salah satu hero. Sang Naga segera menyuruhku untuk pergi menghadap Raja Estes, dan aku tentu saja menyanggupinya. Jujur saja, menjadi salah satu hero dan berperang melawan kegelapan terdengar sangat keren dan menarik untukku.
Setelah menemui Raja Estes, beliau memintaku untuk mengemban satu tugas. Aku sudah berpikir jika tugas yang diberikan pasti akan berhubungan dengan bertarung dengan iblis, seperti merebut kembali wilayah dari para iblis dan sebagainya. Kenyataan berkata lain. Tugas pertamaku sebagai hero adalah merekrut hero lainnya.
Namanya Alucard
Seorang pemburu iblis.
/FLASHBACK/SATU TAHUN YANG LALU/
Dimana sih rumah Alucard ini? Aku melihat peta yang diberikan Raja Estes berkali-kali. Aku yakin aku sudah di tempat yang ditujukan peta ini, tetapi aku tidak melihat ada rumah atau bahkan tanda-tanda kehidupan disini. Hanya ada rumput yang tumbuh terlalu panjang, panjang rumput itu bahkan mencapai pinggangku! Jujur, aku sedikit takut jika tiba-tiba ada ular lewat dan mengigitku. Aku yakin tidak ada orang yang tinggal disini. Aku mengingat kata-kata Raja Estes padaku sebelum aku berangkat.
"Aku tidak tau dimana tepatnya dia tinggal, tapi aku yakin ada di sekitar sini, "ujarnya sambil menunjuk tanda x di peta, "Ini bukan tugas yang mudah, Zi. Kau tidak tau berapa banyak orang yanh kuutus untuk menemuinya, tetapi dia tidak pernah mengiyakan tawaran menjadi hero ini. "
Aku tidak mengerti dengan orang ini. Kenapa dia menolak menjadi hero? Tidak sadarkah dia ini takdirnya?
RAAAHHWWR
Terdengar suara monster yang berteriak kesakitan. Aku segera lari ke arah sumber suara. Dan saat aku sampai, pemandangan yang kuliat seakan menyihirku.
Seorang pemuda yang mungkin umurnya sekitar 18 mengayunkan pedang besarnya dengan sangat lihai. Dia seakan menari saat menebas monster besar itu. Rambut pirangnya juga ikut berhembus mengikuti gerakannya. Tapi, yang paling menarik adalah..
Sorot matanya.
Matanya penuh dengan determinasi untuk menang. Selain itu, warna matanya itu.. Merah menyala. Aku sangat jarang menemui orang dengan warna mata itu.
Aku mengalihkan pandanganku ke monster yang sedang ia lawan. Itu.. demon.. yang sangat besar. Tunggu, aku yakin aku pernah melihatnya sebelumnya. Itu.. Itu! Demon level A yang lumayan kuat. Demon itu pernah menyerang Emerald Woodland tempat tinggal para elf. Dan, demon itu sangat sangat kuat! Nyaris 50 petarung gugur untuk menumbangkan demon itu. Aku harus membantunya!
Tetapi niat itu kuurungkan setelah melihat wajahnya. Senyumannya. Dia tersenyum maniak. Seakan pertarungannya dengan demon adalah hal yang paling menyenangkan yang terjadi padanya seminggu ini. Senyuman itu membuatku yakin jika dia bisa mengalahkan demon itu sendirian. Aku pun hanya menontonnya bertarunf dari kejauhan. Bila pertarungannya mulai membahayakan pemuda itu, aku akan membantunya.
Aku terus memperhatikan penampilan pemuda itu. Rambut pirangnya yang warnanya sedikit mirip dengan pasir terlihat sangat berantakan, tapi rambutnya yang berantakan malah menambah daya tariknya. Dia memiliki mata besar yang tajam.. dengan bulu mata yang cukup panjanh untuk ukuran laki-laki. Hidungnya mancung sempurna dengan bibir pink yang tipis. Ok, serius, cakep. Cakep banget. Aku terpesona.
T-tunggu! Rambut pirang pendek? Penampilan rupawan? Itu kan ciri-ciri dari pria bernama Alucard yang diberi tau Estes padaku? Apa jangan-jangan?
ARHHGH RAAAahk-
Aku berhenti melamun dan kembali fokus dengan pertarungan tadi. Akhirnya demon itu tumbang. Darah berwarna hijau menyelimuti tubuh demon itu. Demon itu pun terjatuh ke tanah tepat di samping kaki lelaki tadi, yang mulai kucurigai sebagai Alucard.
Aku pun memfokuskan pandanganku pada pria itu. Dia terlihat sempoyongan. Kenapa begitu? Aku yakin dia tidak terluka sama sekali?
Bruk
Pria itu terjatuh ke belakang. Ia ambruk ke tanah. Aku dengan segera menghampiri dan mengeceknya. Aku tidak menemukan luka serius apapun pada tubuhnya. Aku tidak mengerti kenapa dia pingsan seperti ini. Wajahnya memerah dan ia berkeringat. Seperti orang sedang demam. Aku pun mengangkatnya dalam dekapanku dan membawanya ke tenda kecil yang kubangun selama aku mencari pria yang bernama Alucard.
Aku menatap lelaki di gendonganku. Dia benar-benar persis dengan ciri-ciri Alucard yang diberi tau Raja Estes.
Apakah pencarianku sudah selesai?
TO BE CONTINUED
KASIH SAYA REVIEW YAAA
(kalo bisa fav ama follow juga hehe)
