ALMOST IS NEVER ENOUGH

Main Casts :

Min Yoongi of BTS as Yoongi

Kim Hyuna of 4minute as Hyuna

Support Casts :

Park Chanyeol

Park Jimin

Genre : Songfic, Sad Romance
Rating : T
Length : Oneshoot

Disclaimer :
All the casts are belong to God, family, management and fans. I just own the storyline, terinspirasi dari lagu berjudul 'Almost Is Never Enough' by Ariana Grande ft. Nathan Sykes. Already posted in my own blog ( )

Warning : Alur maju mundur! Kalau ada huruf yang di Italic berarti lagi flashback. And, please no silent readers.

Last but not least, Happy Reading^^

.

.

.

.

.

Summary :

Maybe we wouldn't be two worlds apart….
But right here, in each other arms….
We almost knew what love was….
But almost is never enough….

Hyuna's Side

Author POV

Mendung menyapa sebuah kota bernama Daegu, yang terletak di Korea Selatan. Yeoja pemilik toko bunga itu menatap langit mendung yang membawa sendu bagi sebagian orang, termasuk dirinya. Hampir setiap orang memiliki kenangan saat hujan, termasuk dirinya. Ada yang bermaksud menyimpan kenangan itu, ada juga yang bermaksud melupakan.

Yeoja itu berada di antara keduanya. Kenangan itu terlalu manis untuk dilupakan, sekaligus terlalu pahit untuk disimpan. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa. Yeoja bernama Kim Hyuna itu mengalaminya.

Hujan mulai turun sebagai rintik, membasahi permukaan bumi dengan titik – titik air yang menyenangkan sekaligus bikin pusing. Hyuna menikmati saat – saat seperti ini, saat dimana dia bisa memandang langit dengan leluasa dari jendela tokonya tanpa perlu merasa silau. Dia menikmati saat itu, karena Min Yoongi, orang yang pernah dia cintai, sedang berada di langit sana.

Memori itu melintas layaknya sekelebat bayangan, namun sukses membuat sendu itu bertambah.

"Haruskah kamu pergi?", isak Hyuna dipelukan Yoongi.

"Ne, aku harus, Hyuna-ssi. Ini sudah menjadi kewajibanku. Kita akan bertemu lagi suatu saat nanti.", ucap Yoongi.

"Kapan?! Kapan kita akan bertemu kembali?!", tangis Hyuna semakin deras.

Yoongi hanya terdiam, menandakan dia sendiri tidak tahu kapan bisa bertemu dengan yeoja itu lagi. Hyuna memeluknya erat, sementara Yoongi mendekapnya erat. Menyampaikan salam perpisahan melalui bahasa tubuh, yang sama sekali tidak diharapkan Hyuna. Dia tidak ingin ada perpisahan di antara mereka.

"Hyuna-ssi, aku harus pergi. Semoga hidupmu bisa berbahagia."

Dan sepertinya tidak ada pilihan bagi Hyuna selain melepaskan pelukannya. Dia menatap Yoongi dengan bulir air mata yang membasahi wajahnya. Ada sesuatu yang mengganjal, yang harus dia sampaikan ke Yoongi, kalau memang Yoongi benar – benar harus pergi.

"Ada satu hal yang harus aku sampaikan, Yoongi-ssi.", ucap Hyuna. Yoongi menatap Hyuna keheranan.

"Apa itu, Hyuna-ssi?", tanya Yoongi.

Ucapan itu terbata – bata. Hyuna tidak mampu berucap dengan normal. Hatinya gugup, sangat gugup. Dia tidak tahu, berbicara kepada Yoongi bisa berarti sangat menyusahkan seperti ini.

"A…aku… ak..aku…."

"Ah mianhae, Hyuna-ssi. Aku harus pergi."

Dan Yoongi pergi, meninggalkan Hyuna dengan satu kalimat yang belum terucap dari mulut Hyuna.

'Aku cinta kamu, Yoongi. Saranghae.'

Air mata itu sukses mengalir dari sudut mata Hyuna. Bahkan hanya sekelebat, tapi sukses membawa sendu bagi Hyuna. Mengingat perasaannya yang belum tersampaikan kepada Yoongi hingga saat ini, 7 tahun setelah kepergian Min Yoongi.

Hyuna kembali menatap langit. Hyuna tahu, Yoongi ada di sana. Memperhatikan dan mengawasinya selama 7 tahun ini. Bahkan mungkin, gerimis ini adalah salah satu cara agar Hyuna mengetahui bahwa Yoongi masih mencintai dan menunggui dirinya. Hingga mereka kembali berbagi dunia bersama – sama.

'Ah, apakah mencintaimu adalah sesuatu yang tidak pantas aku rasakan?'

Tiba – tiba, Hyuna menoleh ke belakang, ke arah toko bunga yang dikelolanya dari nol. Bahkan toko bunga ini ada berkat Min Yoongi. Kalau tidak ada Min Yoongi dalam kehidupannya, maka Hyuna tidak akan pernah bisa menjalani kehidupan yang lebih baik seperti ini.

Mentari menelusup masuk melalui celah gorden di kamar hotel itu. Namja berkulit putih itu terbangun karena sorot matahari itu tepat menyorot ke matanya. Dia mengerjapkan matanya dan berbalik menghadap ke arah yeoja yang baru dia temui semalam. Semalam, namja itu pergi ke sebuah bar dan mendapati yeoja itu tengah menari di hadapan banyak namja dan ahjusssi. Namja itu merasa ada sesuatu yang berbeda di hatinya ketika melihat yeoja cantik itu, dan itulah yang membuatnya berani membayar mahal untuknya.

"Sampai kapan Tuan akan memandangi wajahku seperti itu? Kalau Tuan ingin lebih, maka Tuan harus membayar lebih juga.", ternyata yeoja itu juga sudah bangun. Namja itu kaget karena memang sedari tadi dia memandangi wajah cantik yeoja itu. Namja itu gelagapan dan langsung memalingkan wajahnya. Semburat merah itu kentara sekali di pipi kulit putihnya.

"A..ani. Tidak apa – apa.", jawab namja itu gugup. Yeoja itu hanya tersenyum kecil menanggapi namja itu. Dia sudah terbiasa akan para namja dan ahjussi yang terpesona akan fisiknya, baik itu wajah maupun tubuhnya. "Baiklah, kalau begitu. Aku rasa tugasku sudah selesai. Aku ingin pulang dan kuharap kau sudah mentransfer uangnya ke rekeningku.", yeoja itu bangkit dan mengenakan penutup tubuhnya yang berserakan. Sementara namja itu hanya duduk dan bersandar di kepada tempat tidur itu. "Semua sudah aku serahkan ke bossmu tadi malam.", ucap namja itu. Yeoja itu hanya mengangguk dan mengatakan "Gomawo", dengan singkat. Ketika dia sudah selesai berpakaian dan hendak keluar kamar hotel itu, namja berkulit putih itu tiba – tiba menanyakan sesuatu yang tidak biasa. Yah, pelanggan – pelanggannya tidak pernah menanyakan ini sebelumnya.

"Kita sudah bertemu dan melakukan hal itu semalam. Bolehkah aku tahu namamu? Namaku Min Yoongi, kau bisa memanggilku Yoongi…."

"Tapi, kamu harus segera meninggalkan pekerjaanmu. Pekerjaan itu bukanlah pilihan yang baik untukmu."

Sekelebat dia mengingat memori masa lalunya, ketika pertama kali bertemu dengan Min Yoongi. Ya, dia adalah seorang pelacur sebelum bertemu Min Yoongi. Yoongi lah yang telah merubahnya. Karena Yoongi, Hyuna berani merubah jalan hidupnya. Karena Yoongi, Hyuna menjadi lebih kuat. Karena Yoongi, Hyuna berani untuk memulai hidup baru yang lebih baik dengan toko bunga ini. Karena Yoongi, selalu bersamanya.

Namun, karena Yoongi juga, Hyuna merasakan apa itu jatuh cinta. Perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Yoongi secara tidak langsung telah mengenalkan dirinya pada dunia baru. Dunia yang indah, sekaligus pahit didalamnya.

Dan sebelum Hyuna sempat mengerti "dunia" yang dikenalkan Yoongi itu, Yoongi telah pergi jauh. Sangat jauh. Terlalu jauh dan sulit untuk dijangkau Hyuna.

Hyuna kembali menatap langit. Merasakan Yoongi yang memperhatikannya dari atas sana. Dari sebuah tempat yang tidak akan pernah bisa Hyuna, atau siapapun, jangkau. Dan Hyuna menyadari betapa jarak yang amat sulit untuk dijangkau itu memisahkan dia dan Yoongi, orang yang pernah dia cintai. Seorang namja yang tidak memandangnya sebelah mata. Seorang namja yang tidak hanya melihatnya dari fisik, layaknya namja – namja lainnya, melainkan dari hatinya.

Dan hati Hyuna kembali bergetar mengingat Yoongi, orang yang pernah mengisi dan merubah hidupnya.

'Tak bisakah kamu kembali? Aku hanya ingin mengucapkan bahwa aku mencintaimu, Min Yoongi….'

Dan gerimis menaikkan intensitasnya menjadi hujan deras….

Yoongi's Side

Author POV

Namja itu tengah melihat keadaan di bawah, ke alam lain dimana yeoja yang sempat berada di hatinya sedang menjalani kehidupannya sebagai seorang manusia. Ah, lebih tepatnya yeoja itu masih berada di hatinya. Namja itu juga pernah berada di sana, menghirup udara yang sama, menginjakkan kaki di tempat yang sama dengan yeoja itu. Namun, itu terjadi 7 tahun yang lalu, ketika dirinya masih menjadi manusia. Sama seperti Kim Hyuna, yeoja yang menjadi perhatiannya.

Yoongi, ama namja itu, menghembuskan nafasnya berusaha untuk mengembalikan emosinya yang bergejolak, meskipun udara sudah tidak lagi melalui rongga paru – parunya. Melihat yeoja itu memperhatikan dirinya dari bawah sana, mengembalikan sekilas memori di benaknya. Memori kebersamaan yang membawa sendu ke suasana hatinya. Menggiring air mata untuk keluar dari peraduannya.

Dan air mata itu turun, terjatuh dari tempatnya berpijak. Memasuki alam yeoja itu, dan turun sebagai hujan. Membawa suasana duka yang sama ke Hyuna

'Andai aku punya kesempatan untuk menjadi manusia lagi, maka aku ingin hidup bersamamu.'

Dan Yoongi membentangkan sayap putihnya.

Yoongi duduk di sebuah Pub. Matanya memicing ke arah satu orang yeoja yang tengah menari di atas panggung sana. Pandangan itu penuh maksud, namun bukan nafsu yang menguaainya. Lebih dari itu. Ada sesuatu yang menarik dari yeoja itu yang Yoongi sendiri tidak tahu apa. Sesuatu yang baru pertama kali dia rasakan.

Tiba – tiba, seorang ahjussi datang menghampirinya. "Kalau kau menginginkannya, aku ada penawaran bagus untukmu.", ucap ahjussi itu. Yoongi kembali menatap yeoja yang tengah menari itu. Ada sesuatu di hatinya yang membuatnya menyetujui tawaran ahjussi itu.

Yoongi teringat pertemuan pertamanya dengan Hyuna, bukanlah pertemuan yang baik. Sebuah pertemuan yang menjerumuskan diri mereka sendiri ke lubang dalam dan gelap bernama dosa. Namun, karena pertemuan itulah, Yoongi menyadari perasaannya kepada Hyuna bukanlah nafsu belaka.

"Siapa namamu?

"Maaf, tapi peraturan dari boss tidak boleh mengucapkan nama kami. Annyeong.", lalu dia membuka pintu dan melangkah keluar kamar hotel. Meninggalkan Yoongi yang, entah kenapa, merasa begitu bahagia saat ini.

Yoongi tersenyum mengingat hal itu, bukan karena malam penuh nafsu yang telah dilewatinya bersama Hyuna. Melainkan ketika dia menyadari perasaan hatinya yang tumbuh berkembang seiring semakin dekat dirinya dengan yeoja itu. Seorang yeoja cantik dan baik hati, hanya saja nasib baik tidak berpihak padanya.

Dia melihat ke arah sebuah toko boneka yang hanya berjarak 2 blok dari toko bunga milik Hyuna. Dia teringat, ketika kedua kalinya dia bertemu Hyuna, yeoja itu membawa sekarung boneka yang dia beli dari toko itu

"Eh, itu ada Hyuna noona datang!"
Nyanyian dan petikan gitar itu berhenti ketika salah satu anak laki – laki berteriak dan menunjuk ke satu arah di belakang Suga. Anak – anak itu mendatangi orang yang ditunjuk anak laki – laki itu dengan semangat. 'Hyuna? Siapa Hyuna?', batin Yoongi. Lalu dia ikut menoleh dan terkejut dibuatnya. Dia mengenal yeoja yang anak – anak panggil dengan Hyuna.

Hyuna berdiri di ujung lapangan dengan 2 karung besar di kanan – kirinya. Dia melambai ramah ke arah anak – anak yang mendatanginya. "Aku bawa sesuatu untuk kalian.", ujar Hyuna ketika anak – anak sudah mendatanginya dan memandang 2 karung itu keheranan. Lalu Hyuna membuka satu per satu karung itu dan membagikan isinya ke anak – anak. Anak – anak itu tampak begitu senang mendapat boneka dari Hyuna.

"Mau kubantu?"

Yoongi teringat satu ungkapan dari Hyuna yang sampai sekarang masih dia ingat dan rekam di dalam otaknya. Sebuah ungkapan yang Hyuna ucapkan ketika mereka sedang duduk memandangi anak – anak panti asuhan yang sedang diajak belajar oleh suster itu dari kejauhan.

"Aku hanya ingin berbuat kebaikan selama aku masih hidup. Aku tahu hidupku sudah buruk, dan aku tidak ingin menjadi lebih buruk lagi. Dan berbagi bersama anak – anak pengidap kanker ini adalah hal kecil yang bisa aku lakukan."

Yoongi kembali menatap Hyuna dari kejauhan langit di atas sana. Dia memutuskan untuk terbang mendekat ke permukaan bumi, namun masih sangat jauh dari permukaan tanah tempat Hyuna berpijak. Namja itu hanya mengenakan celana panjang hitam, dengan sayap putih yang lebar terkembang di punggungnya. Dia tidak khawatir akan eksistensi dirinya yang diketahui banyak orang. Tidak ada satupun orang yang akan melihatnya

Dia melihat lagi ke bawah, ke arah kota Daegu yang tengah diguyur hujan deras. Dia bisa melihat Hyuna yang menatap ke arahnya dari jendela tokonya, meskipun Hyuna sendiri tidak sadar dia sedang menatap Yoongi. Yoongi menatap balik mata Hyuna, berusaha menyampaikan pesan hatinya melalui air hujan yang turun membasahi bumi. Dia berharap pesan hatinya dapat tersampaikan dengan baik. Sebuah pesan yang belum sempat dia katakan ketika dirinya masih menghirup udara yang sama dengan Hyuna.

'Sarangahae, Hyuna-ssi. Jeongmal saranghae.'

Dapat dia lihat Hyuna menitikkan air matanya. Sebuah air mata yang Yoongi sendiri tidak menginginkan kehadirannya. Dia tidak ingin membuat yeoja yang dia cintai menangis. Sudah cukup batin yeoja itu tersakiti atas perlakuan namja yang selama ini menggunakan 'jasa'nya. Ingin sekali dia mendatangi yeoja itu, merengkuhnya dalam sayapnya dan memberi kehangatan serta kenyamanan pada yeoja itu. Memberitahunya bahwa dia, Min Yoongi, akan selalu berada di sisi Kim Hyuna. Namun, satu hal yang langsung dia sadari.

'Mianhae, aku tidak bisa melakukan itu.'

Dan sekelebat memori itu datang lagi. Sebuah memori ketika Yoongi dan Hyuna sudah saling mengenal satu sama lain. Pada pertemuan yang terjadi beberapa bulan setelah pertemuan kedua mereka di panti asuhan itu. Sebuah pertemuan yang terjadi di atap apartement Yoongi.

"Hyuna-ah, aku ingin mengucapkan sesuatu padamu."

Hyuna menoleh ke arah Yoongi, menatapnya dengan penuh keheranan. Baru kali ini dia melihat wajah Yoongi serius seperti itu. Sebuah ekspresi yang dipenuhi kebimbangan. Dan karena penasaran itulah, Hyuna bertanya, "Ada apa, Yoongi-ah?"

Yoongi tampak bimbang sejenak sebelum menjawab, "Aku mohon, kamu jangan kaget. Aku tahu kamu akan terkejut, tapi tolong, setelah apa yang aku jelaskan ini kamu jangan takut kepadaku. Arra?", tanya Yoongi. Hyuna hanya mengangguk penuh kebingungan. Yoongi menghela nafas sejenak sebelum bertanya, "Kalau aku bilang aku adalah seorang malaikat, apa kau akan percaya?", tanya Yoongi. Sebuah pertanyaan yang sukses membingungkan akal pikiran Hyuna.

"Ma..malaikat? Apa maksudmu?", tanya Hyuna kebingungan. Yoongi tidak menjawab apa – apa. Dia berdiri dan membuka bajunya. Dia berjalan beberapa langkah ke depan Hyuna, membelakangi dirinya. Hyuna dapat melihat Yoongi menggeram sesaat. Lalu, apa yang terjadi selanjutnya sukses membuat Hyuna kagum sekaligus terkejut.

Muncul sayap berwarna hitam dari punggung kokoh Yoongi. Dilatar belakangi bulan purnama yang bercahaya, siluet Min Yoongi dengan sayapnya tampak begitu gagah. Sukses menghipnotis Hyuna dengan segala kesempurnaan yang dia lihat. Lalu Yoongi berbalik, mendapati Hyuna yang menatapnya dengan mata melotot dan mulut sedikit terbuka.

"Apa kau takut kepadaku?", tanya Yoongi. Hyuna menggelengkan kepalanya pelan. Yoongi dibuat heran karenanya. "Kamu tidak takut? Aku bukan manusia, Hyuna-ah.", ucap Yoongi. "Kamu… Sempurna….", bisik Hyuna. Yoongi menyadari bahwa Hyuna kagum kepadanya. Dan dia mensyukuri Hyuna sama sekali tidak takut kepadanya. Dengan langkah perlahan dan anggun, menurut Hyuna, Yoongi kembali mendudukkan dirinya di samping kirinya.

"Aku adalah malaikat yang diturunkan ke bumi karena suatu alasan.", ucap Yoongi.

"A..alasan?", tanya Hyuna keherenan. Yoongi menghela nafas sebelum menjawab. "Ya, aku dihukum. Aku telah melakukan sesuatu yang melanggar perintah Tuhan di surga sana, dan Dia menghukumku dan memberiku tugas di muka bumi ini.", ucap Yoongi.

"Tu..tugas? Tugas apa?", tanya Hyuna. "Tugas untuk menciptakan atau merubah sesuatu menjadi sebuah kebaikan, paling tidak aku harus melakukan satu kebaikan. Dan kalau aku sudah berhasil, maka sayapku akan berubah warna menjadi putih.", jelas Yoongi. Hyuna hanya mengangguk menanggapi ucapan Yoongi. Terbersit sebuah perasaan yang mengatakan bahwa dia tidak pantas bersama Yoongi.

'Dia adalah malaikat yang sempurna. Sementara aku?'

No Side

Author POV

Jam kerja sudah selesai. Hyuna sudah menutup tokonya. Langkah kakinya membawanya ke mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tokonya. Hujan masih mengguyur kota Daegu. Hyuna menstater mobilnya, tidak berhasil. Dia mencoba lagi, namun masih tidak berhasil. Dan untuk yang ketiga kalinya, dia gagal menstater mobil itu. Dia memukul kemudi mobilnya karena kesal. Dengusan nafasnya menandakan kekesalannya. Sekilas dia menatap langit yang sedang gelap. Awan mendung itu masih menurunkan hujannya. Ada satu hal yang membuatnya terkejut. Sebuah bayangan yang dia lihat ketika petir menyambar.

Sebuah bayangan dari manusia bersayap yang tengah terbang di atas sana.

'Mungkinkah dia?'

Segera setelah Hyuna melihat bayangan itu, tiba – tiba saja mesin mobilnya berhasil dinyalakan tanpa dia stater mobilnya. Hyuna terkejut dibuatnya. Hyuna menatap kembali ke langit sana, namun sosok itu sudah tidak terlihat lagi karena awan yang terlalu gelap. Dia langsung menjalankan mobilnya, mengendarai mobilnya ke suatu tempat.

Yoongi memberanikan dirinya untuk turun ke permukaan Bumi. Tuhan sudah mengizinkannya untuk menyampaikan sesuatu hal kepada Hyuna. Sesuatu yang sudah dia sembunyikan 7 tahun lamanya. Dan Tuhan yang Maha Baik mengizinkannya untuk menyampaikan itu kepada Hyuna.

Dia berdiri di tengah padang ilalang yang luas. Sebuah padang ilalang dengan ilalang setinggi pinggang yang menjadi tempat terakhirnya bertemu Hyuna. Dia ingat bagaimana suasana ketika itu, ketika dirinya diangkat kembali oleh Tuhan menuju surga. Dengan hujan, mendung, dan petir yang sama.

"Apa yang ingin kamu katakan, Yoongi-ah? Dan kenapa harus di tempat ini?", tanya Hyuna. Yoongi memang sengaja meminta Hyuna untuk menemuinya di sini, di sebuah padang ilalang yang sangat luas dengan ilalang setinggi pinggang. Kecil kemungkinan orang – orang menemukan mereka di padang ilalang seluas itu.

"Aku… aku ingin mengucapkan sesuatu…", ucap Yoongi. Ada sebuah ketidakrelaan atas sesuatu yang akan dia katakan. Di satu sisi dia harus mengatakannya saat itu juga. Waktu yang tersisa tidaklah banyak.

"Apa? Apa yang ingin kamu ucapkan?", tanya Hyuna.

"Aku harus pergi, dan tidak akan kembali.", ucap Yoongi. Sukses membuat Hyuna diam seribu bahasa dalam kebingungan. 'Apa maksudnya?'

"M..mwo?", tanya Hyuna, meyakinkan apa yang baru saja dia dengar.

"Aku harus pergi…. Dan tidak akan kembali. Tugasku di Bumi sudah selesai, dan aku harus kembali ke surga sana. Dan aku tidak akan kembali ke Bumi lagi.", ucap Yoongi. Sebuah kalimat yang sukses menggetarkan hati Hyuna. Mengirimkan getaran yang serupa ke kelenjar air matanya dan menimbulkan embun – embun bening di pelupuk matanya.

'Kenapa harus secepat ini?'

Yoongi melihat itu semua. Merasakan sendu yang sama. Dia tidak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan apa yang harus dia ungkapkan. Sesuatu yang berada di lubuk hatinya.

Yoongi meraba pinggangnya. Pinggang yang pernah merasakan hangatnya sebuah pelukan dari tangan Hyuna, untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Di saat yang bersamaan, Hyuna juga mengingat sebuah pelukan yang sama.

"Haruskah kamu pergi?", isak Hyuna dipelukan Yoongi.

"Ne, aku harus, Hyuna-ssi. Ini sudah menjadi kewajibanku. Kita akan bertemu lagi suatu saat nanti.", ucap Suga.

"Kapan?! Kapan kita akan bertemu kembali?!", tangis Hyuna semakin deras.

Yoongi hanya terdiam, menandakan dia sendiri tidak tahu kapan bisa bertemu dengan yeoja itu lagi. Hyuna memeluknya erat, sementara Yoongi mendekapnya erat. Menyampaikan salam perpisahan melalui bahasa tubuh, yang sama sekali tidak diharapkan Hyuna. Dia tidak ingin ada perpisahan di antara mereka.

"Hyuna-ssi, aku harus pergi. Semoga hidupmu bisa berbahagia."

Dan Yoongi membentangkan sayap putihnya dan terbang menembus langit yang mendung. Meninggalkan Hyuna terpaku sendirian di tengah padang ilalang dengan air mata yang terhapuskan oleh hujan.

Hyuna memakirkan mobilnya di suatu tempat. Hujan deras masih mengguyur daerah itu. Tempat itu begitu gelap karena tidak ada cahaya lampu yang menerangi. Hyuna berjalan dan mendapati selain gelap, tempat itu juga begitu sepi. Namun, Hyuna terus berjalan sampai….

"SELAMAT PULANG, EOMMA! SAENGIL CHUKKAE HAMNIDA!"

…. lampu ruang tengah itu menyala. Park Jimin, seorang anak kecil berusia 3 tahun, berlari ke arahnya dengan menggenggam sebuah cupcake di tangan mungilnya. Sementara itu, seorang namja dewasa berdiri di belakang anaknya dengan membawa senampan kue ulang tahun tiramissu yang cukup besar bertuliskan "Happy Birthday My Lovely Wife, Kim Hyuna. From Park Chanyeol & Park Jimin.". Hyuna tertawa bahagia melihat ini semua.

"Hahaha, kamu memang sangat mengerti istrimu ini, yeobo. Gomawo.", ucap Hyuna lalu dia memeluk Park Chanyeol, suaminya. "Hahaha, untuk hal satu itu memang akulah ahlinya.", ucap Chanyeol membanggakan dirinya. Dia mengecup kening Hyuna dan mengucapkan, "Saengil chukka, Hyuna chagi. Gomawo, sudah memberiku kesempatan menjadi suami yang baik untukmu. Saranghae.", ucap Chanyeol. Dapat dipastikan pipi Hyuna bersemu kemerahan sekarang ini. "Na..nado saranghae.", ucapnya.

"Eomma, appa. Kenapa kalian berdua asyik sendiri seperti itu?", ucap Jimin kecil sambil mempoutkan bibirnya. Dia tidak terima dirinya didiamkan begitu saja oleh kedua orang tuanya. "Hahaha, mainhae chagi. Apa kue ini buatanmu? Sepertinya enak.", ucap Hyuna sambil berjongkok dan menatap Park Jimin. Jimin menganggukkan kepalanya sampai poninya bergoyang, menambah kesan lucu pada wajah yang memiliki pipi gemuk itu. "Buka mulut eomma. Aaaaaa…", ucap Jimin sambil mengarahkan kue itu ke mulut Hyuna yang terbuka. Dan ternyata kue itu memang enak.

"Hmm mashita! Gomawo, Sayang.", ucap Hyuna sambil memeluk anaknya. "Hehehe, sama – sama eomma.", jawab Jimin. Chanyeol hanya tersenyum melihat itu semua. "Sudah – sudah, bagaimana kalau kita memotong kue yang lebih besar ini?", tawar Chanyeol. "Kajja!", sahut Hyuna dan Jimin bersamaan. Dan malam itu mereka lewati dengan canda tawa sebuah keluarga bahagia. Membawa suasana hangat pada hati Hyuna yang sempat merasakan sendu. Tapi, Hyuna bersyukur bisa menikah dengan namja seperti Park Chanyeol, yang bisa mencintai hatinya layaknya yang dilakukan Min Yoongi. Chanyeol tahu masa lalu kelam Hyuna, termasuk soal Min Yoongi, cinta pertama Hyuna. Meskipun terkadang Hyuna masih mengingat cinta pertamanya itu, namun Chanyeol dapat memaklumi itu karena dia sendiri mengalami nasib yang sama dengan cinta pertamanya. Bagi Hyuna, itu semua sudah lebih dari cukup.

Dan Min Yoongi melihat itu semua.

Dia melihat bagaimana keluarga itu tampak bahagia. Bagaimana Hyuna sudah bisa tertawa begitu lepas dan tulus. Bagaimana anak mereka berdua berlarian dengan riangnya. Bagaimana kue ulang tahun yang lezat itu dimakan bersama. Yoongi melihat itu semua. Dan seiring tawa itu hadir di wajah Hyuna, seiring senyuman miris hadir di wajah Yoongi. Biar bagaimanapun, perasaan itu masih ada di hatinya. Dan ketika dia memiliki kesempatan untuk mengungkapkannya, dia sudah terlambat. Sesuai permintaannya, Hyuna sudah hidup bahagia. Meskipun tanpa dirinya.

Dan Yoongi kembali ke langit sana, meninggalkan balkon rumah keluarga yang bahagia dan harus merelakan kebahagiaannya sendiri, untuk kebahagiaan Hyuna.

END

Annyeong^^ Gimana fanfic nya? Sepertinya kurang nge-feel ya
Baiklah, tanpa banyak bicara. RnR juseyo ^^