Ichigo melangkah keluar dari gedung divisi pertama sambil tersenyum lebar. Ia tidak menyangka permintaannya untuk membawa pulang jasad Kuugo Ginjou ke dunia manusia tidak perlu banyak perdebatan. Iya sih, Soi Fon sempat menentangnya. Tapi untungnya Soutaichou mengabulkan apa yang ia minta.
"Aku akan mengurus jasad Ginjou, kau mau ikut tidak?" tanya Renji yang berjalan dibelakang Ichigo. Pemuda berambut jingga itu menggeleng. "Tidak," jawabnya. "Aku mau berkeliling, rasanya sudah lama sekali aku tidak melihat Soul Society."
Renji menaikkan sebelah alis, "Haah... Terserahlah, setengah jam lagi kutunggu kau di Senkaimon."
Ichigo mengangguk dan segera menghilang dari pandangan Renji.
ありがとう © Hayi Yuki
Bleach © Tite Kubo
Timeline after the Fullbring Arc when Ichigo in Soul Society
Sorry for typo(s)
Happy reading ^^
Sepuluh menit sudah Ichigo berputar-putar di Seireitei tanpa tujuan yang jelas. Ia sendiri juga heran, kenapa mendadak ingin berjalan-jalan di kota shinigami itu layaknya berwisata. Kakinya terus melangkah tanpa henti, sampai akhirnya berhenti di sebuah padang rumput berbatu.
Ichigo menutup mata, merasakan angin sejuk yang akhir-akhir ini tidak ia rasakan akibat banyaknya urusan. Begitu membuka mata, baru ia sadari kalau sejak tadi ia tidak sendirian. Berdiri sepuluh meter di hadapannya ialah seorang shinigami dengan lencana letnan terpasang di lengan kiri yang menatapnya heran. Kalau Ichigo tidak salah...
"Momo Hinamori?"
Gadis letnan itu, masih dengan pandangan heran, menganggukan kepalanya. Tentu ia masih ingat siapa pemuda berambut jingga di hadapannya ini. Ichigo Kurosaki, si Shinigami Daikou yang sudah menyelamatkan dunia dua tahun lalu.
Ah, dua tahun lalu.
Momo ingin menyampaikan sesuatu pada pemuda ini. "Keberatan untuk duduk dan mengobrol?" tawarnya pada Ichigo.
.
.
.
"Aku terkejut sewaktu kau tiba-tiba mendatangi tempat ini," ujar Momo sambil menghirup tehnya yang sudah dingin. "Aku sedang latihan, ketika tiba-tiba kulihat kau berdiri sambil menutup mata," sambungnya.
Raut wajah malu terpasang di wajah Ichigo. "Yah, aku sedang menikmati angin. Rasanya sangat menyegarkan," ucapnya memberi alasan.
Hening. Momo tidak menjawab lagi setelah itu. Setelah beberapa detik, Ichigo yang tidak tahan akan suasana hening pun membuka mulut. "Aku sempat berpikir beberapa saat lho saat melihatmu, Hinamori-san."
Momo menoleh ke samping, menatap sang pemilik Zangetsu. "Berpikir?" tanyanya heran. Ichigo mengangguk, "Iya, berpikir. Ketika aku pertama kali mengenalmu, kau mencepol rambutmu. Sekarang kau memotong rambutmu sebatas pundak. Aku perlu berpikir dulu, kau ini siapa."
Tawa terlepas dari mulut Momo. Gadis itu tidak menyangka, Ichigo akan menyinggung soal rambutnya. Tidak banyak orang berkomentar mengenai rambutnya. Lalu dia membalas, "Kalau aku, sih, tidak perlu berpikir untuk mengetahui siapa orang yang tadi berdiri di hadapanku. Kau tidak pernah berubah, Kurosaki-kun."
Ichigo tersenyum melihat tawa Momo dan mendengar perkataan letnan bawahan Hirako itu. Sepanjang ingatannya soal Momo, tidak pernah ia melihat gadis itu tertawa lepas seperti sekarang.
Momo lalu menatap mata coklat Ichigo selama beberapa detik sebelum mengucapkan, "Terima kasih, Kurosaki-kun."
Ichigo mengerutkan dahi, tidak mengerti apa yang Momo bicarakan. "Untuk?" tanyanya heran.
"Untuk dua tahun lalu, saat aku nyaris mati. Kalau kau tidak berteriak, aku akan benar-benar mati di tangan Hitsugaya-kun. Dan aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan jika hal itu benar-benar terjadi. Aku benar-benar berterima kasih padamu," jawab Momo sambil tersenyum lembut. Ia mengucapkan itu semua dengan tulus dari dalam hati. Kalau saat itu tidak ada yang menyadari hipnotis Aizen, pastilah penjahat itu akan membabat habis shinigami yang tersisa di tengah kelengahan mereka.
Ichigo terdiam, memandangi sosok gadis di hadapannya. Ini gadis yang sama dengan gadis yang ditikam oleh sahabatnya sendiri dari belakang karena pengaruh hipnotis mantan kapten yang sangat dihormatinya dua tahun lalu. Tapi itu dua tahun yang lalu, bukan sekarang. Momo sudah berubah menjadi lebih tangguh dan kuat.
"Kurosaki-kun?"
Ah, Ichigo melamun rupanya. Pemuda itu menutup mata beberapa saat untuk menenangkan diri, rasanya memandangi Momo terlalu lama bisa menggoyahkan pikirannya. Tapi pada akhirnya ia kembali memandangi pemilik Tobiume itu, menatap mata hazelnya yang indah.
"Kurasa aku hanya berteriak saat itu, tidak lebih," Ichigo mencoba menyanggah terima kasih Momo.
Tapi gadis itu bersikeras. "Justru teriakanmu yang menyadarkan semuanya. Karena di sana hanya kau yang belum terpengaruh hipnotis Aizen. Itu sudah lebih dari cukup," ujar Momo.
Tidak ada yang bisa dikatakan lagi oleh Ichigo. Pemuda itu hanya tersenyum tipis, sembari berdiri dan meregangkan tangan.
"Sudah ya, Renji pasti sudah menungguku di gerbang Senkaimon. Kurasa aku telat," ucap Ichigo. Tanpa menunggu reaksi Momo, Ichigo melangkah menjauh dari padang. Tanpa shunpo. Karena sebenarnya ia tidak ingin beranjak dari sisi sang gadis.
"Jaa ne!"
Momo hanya melambaikan tangan dalam diam, tapi senyumnya masih terpampang.
"Terima kasih, Ichigo Kurosaki."
Wah, apa ini? Maaf, Hayi lagi kepikiran IchiHina dari kemarin, dan akhirnya jadilah fic yang cuma ditulis dalam waktu singkat.
Ini fic pertama Hayi di ffnet lho tahun ini *apacoba*. Selamat bertemu kembali dengan para readers ;)
Mind to review?
