Vocaloid milik Yamaha

Requested by Kurotori Rei

Happy Reading

.

.


Gadis bersurai pirang madu pendek itu mengerang frustasi. Pasalnya, tumpukan buku-buku tebal dan catatan-catatan pelajaran yang seakan tidak ada habisnya itu harus ia pelajari—demi keselamatan nilai akademiknya. Gadis itu tahu, nilainya memang nggak bagus-bagus amat. Tapi sebanyak ini—?!

"Rin-chan, mau sampai kapan kamu mengerang frustasi begitu? Erangan tidak dapat menyelesaikan soal secara instan lho." sahut pemuda berkacamata di depannya. Kacamata dengan full frame hitam itu ia perbaiki letaknya. Buku ensiklopedia tebal berada dalam genggaman.

Rin mengerang frustasi—lagi, "Aku tak mengerti kenapa kamu bisa tahan membaca buku-buku tebal seperti ini Teiru-kun," keluhnya "kita break dulu, ya? Pleeeease."

Pemuda yang dipanggil Teiru mengangkat sebelah alisnya, seakan mengatakan 'seriusan?' pada gadis itu. Ia menghela napas kecewa.

"Kembali belajar," perintahnya malas "kau tahu—bukannya aku tak suka mengajarimu, Koibito. Tapi kalau sampai kau remedial lagi, nanti kau tidak bisa naik kelas."

Pipi gadis itu merona mendengar kata 'koibito'. Setelah hampir setahun pacaran, ia tetap merutuki dirinya yang selalu memerah setiap mendengar pujian ataupun kata-kata manis—baik disengaja maupun tidak disengaja—dari pemuda pintar yang berstatus pacarnya itu. Gadis itu menggembungkan pipinya.

"Aku nggak sepintar kau, tahu," keluhnya lagi "aku bukan gadis jenius dengan IQ diatas rata-rata sepertimu. Bidangku itu non-akademik."

Pemuda itu terkekeh pelan mendengarnya. Kadang keduanya bingung bagaimana bisa menjadi pasangan—oke, Teiru memang 'nembak' Rin dengan cara paling tidak romantis sedunia. Tahu apa? Pakai SMS. Isinya pun cuma begini:

Aku suka kamu dari dulu—jangan tanya kapan. Terserah kamu mau jadi pacarku atau enggak. Aku tunggu jawabanmu besok.

...

...

...

... itu mana romantisnyaaa?!

Fine, kita alihkan dulu topik 'nembak'-anti-romantis ini.

Intinya, Teiru dan Rin itu beda. Teiru irit bicara—hanya Rin yang berhasil membuat Teiru mengeluarka lebih dari 10 kata dalam sehari—sedangkan Rin itu cerewet. Teiru tergolong pintar, Rin malah remedial mulu. Teiru jago dalam hal akademik, Rin jago dalam hal non-akademik. Bagaikan langit dan bumi, 'kan?

Teiru tersenyum akan nostalgianya—tak menyadari Rin sedari tadi menatapnya sambil terdiam.

Helaian rambut perak yang diterpa angin sore... senyum tulus nan lembut yang terpatri di wajah pemuda itu... serta kilauan manik merah yang tengah menerawang...

Kami-sama, izinkan Kagamine Rin, hamba-Mu yang manis ini fangirling sebentar. Sebentaaar saja.

"Hei Teiru-kun," Rin berkata tanpa sadar sambil tersenyum manis dan, err... agak genit? "kamu kalau lagi begitu keren ya—ah, ralat. Lebih tepatnya manis."

"... please deh, Rin. Yang cowok disini kamu apa aku, sih? Masa' kamu yang ngegombal? Hah..."

Rin cuma cengar-cengir.

Satu lagi perbedaan pasangan unik kita—Rin lebih bersikap layaknya cowok dibanding Teiru yang bersikap layaknya cewek—habis Teiru orangnya lembut dan pemaaf sih, mirip cewek idaman!


[End]


[A/N]

... apa ini. Kamu memang minta fluff ringan, Rei-san, tapi kenapa aku merasa seperti menghancurkan harapanmu?!

Er—akhir kalimat(?), silakan beri review, flame, maupun krisar di bawah. Happy monday!