Hai... ketemu lagi dengan saya! Ada yang merindukan author kece ini?! XD

Readers: Nggak tuh!

Author: #Pundung

Hedeh... maafkan diriku yang hampir setahun hiatus karena ada satu dan lain hal. Dan kalo boleh jujur, sebenarnya sih, ga pengen bikin cerita lagi, tapi apa daya. Ada satu cerita yang muncul di otak saya. Dan, jeng jeng... ini dia.

Oh ya, berhubung efek hiatus lama masih melanda(?) sebelumnya saya minta maaf kalo jalan ceritanya agak ngaco ato gaje ato gimana. Ya gitulah, ribet jelasinnya. #authoraneh

Baiklah, tanpa basa-basi lagi, selamat membaca :)


Fall Down and Rise Up

Disclaimer: Monsta

Author: VeroTherik

Genre: Hurt/Comfort, Romance

Rate: T

Bahasa: Indonesia

Warning: Grow-up Boboiboy, AU, No super power, Humanise chara, OC, OOC, dan segala macam kekurangan lainnya.

Don't like? Don't read ^^


Chapter 1: New Student

Suatu pagi yang cerah, matahari bersinar dengan hangatnya di sebuah tempat yang bernama Pulau Rintis. Dan tampak seorang gadis berhijab merah muda dengan memakai kemeja putih tangan panjang berlapis rompi berwarna merah tanpa lengan dan di dada kirinya terdapat logo sekolah. Namanya Yaya. Ia sedang menikmati hembusan angin sejuk sambil berjalan menuju sebuah gedung besar tempat para pelajar menuntut ilmu.

SMA Pulau Rintis.

Jujur saja, sebenarnya Yaya agak gugup, tapi ia bersemangat memasuki sekolah barunya tersebut. Yaya baru pindah ke Pulau Rintis beberapa hari lalu karena ayahnnya telah lama bekerja di sebuah perusahaan yang berada di Pulau Rintis. Awalnya sang ayah bisa pulang selama beberapa hari sekali meski jauh, namun karena ayahnya naik jabatan sehingga menjadi sulit untuk bisa pulang pergi, jadi ayahnya meminta keluarganya untuk pindah. Artinya, mau tidak mau Yaya harus pindah sekolah. Padahal ia baru satu tahun belajar di SMA sebelumnya. Akhirnya Yaya menurut kepindahannya itu.

Dan sekarang, ia belajar di sekolah yang cukup terkenal di Pulau Rintis.

"Oke, aku siap!", kata Yaya pada dirinya sendiri dengan mantap, melangkah menuju sekolah.

OoOoO

Kelas XI-A

"Anak-anak, di hari pertama sekolah ini, kita kedatangan murid baru. Silakan masuk," ucap sang Guru sembari mempersilakan murid baru memasuki kelas.

Kelas tersebut menjadi ramai. Ada yang penasaran, ada juga yang cuek. Dan akhrinya gadis berhijab itu memberanikan diri masuk, berdiri di depan murid-murid.

"Hai, nama saya Yaya Yah dari Johor Baharu. Kalian bisa memanggil saya Yaya. Salam kenal," Yaya memperkenalkan diri ke teman-teman barunya.

"Baiklah, Yaya. Kamu duduk di sebelah Ying, gadis berkacamata di kiri depan ya," ujar Pak Guru. Yaya mengiyakan lalu duduk di bangku yang kosong sebelah Ying, gadis keturunan Tiong Hoa, rambutnya dikuncir dua berhiaskan bando warna biru muda dan memakai kacamata bulat.

"Hai, Yaya. Selamat datang di kelas baru," kata Ying ramah menyambut teman barunya.

"Iya, makasih, Ying," jawab Yaya dengan tersenyum lembut. Ia cukup senang karena disambut baik oleh Ying.

Tanpa Yaya sadari, ternyata ada satu murid yang memperhatikan Yaya sejak masuk kelas tadi dengan mata menyelidik.

"Yaya Yah? Oh... jadi itu anaknya Pak Yah," gumam 'murid' itu dalam hati.

OoOoO

Meski Yaya sempat khawatir dengan hari pertama di sekolah baru, nyatanya tidak seperti yang ia khawatirkan. Malah menjadi begitu menyenangkan baginya. Ia senang bisa berteman dengan Ying, begitu pula sebaliknya. Mungkin juga bisa dijadikan rival, pikir Yaya, karena rupanya mereka memiliki kesamaan, yaitu jenius dalam intelektual. Tidak lupa Ying memperkenalkannya dengan teman-teman dekatnya di kantin pada jam istirahat.

Fang, Ochobot, dan Gopal.

"Hai semua," sapa Ying pada ketiga pemuda itu.

"Hai juga," sapa mereka balik. Mereka agak terkejut ketika Ying membawa seorang gadis yang mereka sempat dengar ada murid baru. Buset, Ying kesambet apa hari ini sampai dia membawa teman cewek, sudah begitu gadis itu baru mereka lihat? Tidak biasanya Ying seperti itu.

"Oh, ini murid baru itu?" tanya Ochobot, pemuda keturunan Amerika berambut pirang dan bermata sapphire.

"Iya. Kenalin, namanya Yaya," ucap Ying memperkenalkan Yaya ke tiga temannya tersebut.

"Hai, Yaya. Aku Ochobot dari kelas XI-B," kata Ochobot ramah.

"Namaku Gopal dari kelas XI-C. Senang bertemu denganmu," kata Gopal, pemuda keturunan India berbadan tambun dan berkulit gelap.

"Aku Fang dari kelas XI-B," kata Fang -pemuda keturunan Tiong Hoa, rambut berwarna nila agak berantakan, memakai kacamata- singkat.

"Senang berkenalan dengan kalian bertiga," balas Yaya sopan.

"Akhirnya, Ying punya temen cewek juga," kata Ochobot agak menyindir.

"Ha-ah. Ochobot, ini keajaiban lho! Luar biasa," ucap Gopal menyetujui.

"Biarin! Dia kan teman sebangkuku! Mau protes?!" kata Ying agak kesal. Ochobot dan Gopal hanya bisa menyengir, dengan maksud lebih baik mengalah daripada lama-lama terjadi keributan. Tak lama, Ying ingat sedari tadi tidak melihat teman yang satunya lagi. "Eik, mana Boboiboy?" tanya Ying heran.

"Dia belum masuk sekolah hari ini. Tadi pagi aku SMS, katanya dia baru mau berangkat dari KL hari ini. Palingan besok udah masuk sekolah," jelas Gopal bosan.

"Haiya, jangan-jangan dia lupa kalo hari ini udah masuk sekolah," kata Ying.

"Hn, dasar si pelupa itu," ucap Fang datar.

"Tapi masa iya, Boboiboy bisa lupa sampai segitunya?" tanya Ochobot.

"Ya bisa aja kan?" ucap Fang lagi.

'Boboiboy? Nama yang aneh,' kata Yaya dalam hati, tapi ia tidak mempermasalahkannya lebih jauh. Sebenarnya, Yaya agak terkejut kalau Ying berteman dengan anak laki-laki. Terkesan tomboy, memang. Apakah ini kali pertama Ying mendapat teman perempuan yang cocok? Entahlah, Yaya tidak tahu. Tapi dari perkataan Ochobot tadi, membuatnya yakin dengan kenyataan yang ia lihat sekarang. Ying sudah mulai akrab dengannya.

Waktu terus berjalan, sampai tak terasa bel pulang sekolah berbunyi.

Murid-murid meninggalkan kelas. Ada yang langsung pulang ke rumah, ada juga yang masih tinggal di area sekolah untuk ngobrol-ngobrol. Dan mari kita lihat keberadaan Yaya dan Ying sedang berjalan bersama hendak meninggalkan sekolah.

"Yaya, kamu pulang lewat mana? Rumahmu jauh nggak?" tanya Ying.

"Nggak jauh kok. Aku pulang belok kiri," jawab Yaya.

"Wah, kalau begitu searah, wo! Baguslah, aku ada teman pulang, hihihi..." cengir Ying.

"Lho, nggak pulang bareng mereka bertiga itu?" tanya Yaya soal ketiga teman Ying.

"Nggak, mereka ada urusan," jawab Ying agak pasrah. Yaya hanya mengatakan 'oh'.

.

"Yaya! Yaya!"

Yaya terkejut ada yang memanggil, menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Ying juga ikut terkejut dan mengikuti gerakan yang sama. Dan orang yang memanggil gadis berhijab itu berlari menghampirinya.

Seorang gadis. Rambut berwarna coklat tua yang panjangnya sampai sebahu, poni agak panjang ke kiri dan berkulit putih.

"Ya, ada apa? Kamu-"

"Ivanka. Kamu bilang dari Johor Baharu. Anaknya Pak Yah, benar kan?" belum sampai Yaya selesai bicara, Ivanka memotong seakan-akan ia tahu apa yang Yaya tanyakan dan langsung tanya to the point.

"Iya. Memangnya kenapa? Kok kamu bisa tahu ayahku?" Yaya agak heran, kenapa dia bisa tahu nama ayahnya?

"Wahhh! Ternyata kamu toh! Akhirnya aku bisa ketemu kamu! Asik!" seru Ivanka girang dan memeluk Yaya. Yaya yang tidak siap menerima pelukan dadakan itu hampir jatuh. Ying hanya bisa bengong dengan keanehan Ivanka. Emm, perhatian, 'murid' yang dimaksud memperhatikan Yaya tadi adalah Ivanka.

"I-iya. Memangnya ada apa sih? Aku nggak ngerti," kata Yaya bingung.

Ivanka segera melepaskan pelukannya. "Oh maaf, aku terlalu senang. Ayah kamu itu bekerja di perusahaan ayahku. Pak Yah pernah berbicara tentangmu. Dan aku nggak nyangka ternyata kita sekelas."

"Oh begitu... aku juga ikut senang," ujar Yaya dengan senyum.

"Kalo gitu, aku pulang dulu ya. Sampai ketemu lagi, daah Yaya," kata Ivanka sambil lalu meninggalkan Yaya dan Ying. Yaya membalas dengan melambaikan tangannya, sedangkan Ying memasang muka sebal dan menggerutu.

"Haiya, udah datang ngerecok, aku dicuekin lagi! Dasar nggak tahu sopan santun!"

"Emm, Ying, apa dia memang begitu orangnya?" Yaya yang masih agak bingung dengan sikap Ivanka terhadapnya tadi bertanya pada Ying.

"Nggak. Nggak biasanya dia begitu. Udah ah, ayo kita pulang!" jawab Ying dengan nada agak meninggi lalu pergi.

"Iya." 'Hm, kayaknya Ying masih kesal,' kata Yaya dalam hati.

OoOoO

Singkat cerita, di kantor Budhi Vanilla Latte Company...

"Bagaimana keuntungan penjualan produk kita bulan ini?" tanya sang Bos kepada bawahannya.

"Meningkat, Bos. Keuntungan kita naik lima persen," jawab Pak Yah, sang bawahan.

"Wah, bagus, bagus. Kalau begitu kita harus-"

"Ayah! Ayah!"

Pembicaraan terhenti karena sang bos dan bawahan mendengar suara anak perempuan.

"Ivanka?" ucap sang Bos, yang adalah ayah Ivanka. "Ada apa? Kenapa kamu belum pulang? Ayah sedang sibuk, nak." Ivanka sudah berada di samping ayahnya dengan napas terengah-engah namun masih bisa memasang wajah senang.

"Ivanka, kelihatannya kamu lagi senang, ya," tebak Pak Yah.

Setelah napas Ivanka sudah teratur kembali, baru ia bicara."Iya, Pak. Ayah, aku punya kabar bagus! Di sekolah aku udah ketemu dengan Yaya, anaknya Pak Yah!" ucap Ivanka senang, membuat kedua bapak itu agak kaget.

"Oh ya? Wah, bagus dong kalo begitu. Ayah senang mendengarnya," ucap ayah Ivanka sambil mengusap rambut putrinya.

"Oh, kamu udah ketemu sama anak saya? Berarti kalian sekelas?" tanya Pak Yah.

"Iya, Pak. Kami sekelas," jawab Ivanka.

"Ya sudah, kamu baik-baik sama Yaya di sekolah, ya,"

"Pasti, ayah."

OoOoO

Ketika hari sudah malam, di rumah keluarga Yah...

"Assalamualaikum," sapa Pak Yah sambil membuka pintu depan.

"Wa'alaikumsalam, ayah," jawab Ibu Yah menyambut sang suami. "Bagaimana kerjaan hari ini, yah?"

"Alhamdullilah, berjalan baik, Bu. Keuntungan penjualan bulan ini naik lima persen."

"Alhamdullilah. Ayo, ayah, ibu sudah siapkan makan malam." Pak Yah mengangguk.

Setelah Pak Yah melepas jas dan dasinya, ia bersama Ibu Yah melangkah menuju ruang makan. Yaya sudah duduk di kursi.

"Ayah..." Yaya ingin mengatakan sesuatu, tapi ia tahu kalau ayahnya ingin berbicara lebih dulu.

"Kamu sudah ketemu dengan Ivanka, anaknya Bos ayah?" tanya Pak Yah sambil duduk di kursi berhadapan dengan Yaya.

"Iya, ayah. Ayah udah kenal dia, rupanya."

"Iya, Ivanka sering main ke kantor. Jadi Ayah sudah kenal dia. Ayah juga kaget kalau dia satu kelas denganmu. Ayah harap kamu bisa berteman sama dia dengan baik. Lalu, apa ada cerita lain di hari pertamamu sekolah? Ayah mau tahu."

Setelah doa makan, Yaya bercerita tentang hari pertamanya sekolah pada ayahnya, yang sebelumnya kepada ibunya.

Dan hari itu merupakan kegembiraan tersendiri bagi Yaya, sebagai warga sekaligus murid baru di Pulau Rintis.

TBC


Oke, oke, sampai di sini dulu chapter satunya. Kurang greget ya? Hehehe... tenang, para readers. Chapter selanjutnya bakal lebih seru lagi, jadi tunggu ya.

Nah, chapter ini ada OC saya, Ivanka. Ciri-cirinya udah saya tulis di atas. Di sini dia anak piatu. Jadi dia cuma sama bapaknya aja.

Saya bakal munculin OC lagi, mungkin satu. Jujur, tadi saya agak bingung mau ngasih nama perusahaan apa, dan pembicaraan dua bapak itu, asli, itu ngasal banget.

Dan pasti pada kecewa ya, Boboiboy ga muncul di chapter ini? Haha, saya sengaja. Chapter 2 nanti Boboiboy bakal ketemu Yaya kok, liat aja nanti, hohoho #ditendang

The last but not least, if you don't mind, review please? ^^