Promise...!

I just have you in myworld.

Siwon menatap tautan jari-jari itu dengan mata yang memicing, pasti shock jika harus berjalan dengan seseorang yang tidak dikenal dan harus menautkan jari-jari seperti ini. Sementara ia memiliki seseorang yang lain disana. Rasanya semua ini seperti mimpi yang siap menenggelamkannya.

Saat sadar dari lamunan yang berdurasi beberapa detik, siwon menghentakkan tangan dan membuat tautan jari-jarinya terlepas begitu saja. Itu yang terbaik menurutnya. "Lupakan soal apa yang eomma katakan dan satu hal lagi aku sama sekali tidak mengenalmu."

"Tapi…"

"Dengarkan aku, eomma hanya mengatakan kita untuk saling mengenal karena kau anak dari sahabatnya. Jangan mengharapkan hal lebih dari itu, karena apapun yang kau mimpikan tidak akan pernah terjadi." Kata siwon sedikit kasar.

Yeoja itu hanya diam menatap pahatan wajah siwon yang tampan, memikirkan sesuatu lalu melangkah mundur, berbalik dan meninggalkan siwon sendirian. "Yeoja aneh…"

-o.O-

"Kau terlihat pucat." Siwon merenggangkan lengan kanannya, meraih wajah kibum dan membuat kibum menumpuhkan sebagian berat tubuhnya pada siwon. "Apa yang kau lakukan kemarin hingga kelelahan seperti ini?"

Kibum memejamkan matanya mencoba membuat tubuhnya menjadi lebih baik. "Aku hanya mengurus beberapa surat dan ternyata menghabiskan begitu banyak tenaga." Menghebuskan napas perlahan kibum menarik lengan siwon dan bermanja disana. "Aku mungkin akan kembali ke London begitu menyelesaikan sekolah dan kemarin aku melihat seseorang yang mencintaiku menautkan jari-jarinya seperti ini dengan seseorang yang terlihat begitu serasi dengannya." Kibum memperhatikan tautan jari-jarinya dengan siwon, ia merasa tuhan begitu memikirkan segala hal hingga membuat sela pada jari-jari manusia untuk saling bertaut dan terasa hangat. Siwon hanya diam tidak melakukan apapun, lebih baik mendengarkan kibum berbicara sampai lelah dan akan lebih mudah menjelaskan pada kibum apa yang terjadi. "Aku pikir mungkin itu adalah adiknya atau teman dekatnya. Tapi sebagian dari diriku menyangkalnya dengan sangat baik, daripada berpikir aku lebih menyukai mendengarkan apa yang hatiku katakan." Kibum tidak mempermasalahkan apa yang siwon lakukan, ia hanya ingin namja itu jujur, tidak ada keinginan untuk mengikatnya kecuali mengambil keuntungan dari dirinya.

"Eomma mengatakan untuk mencoba dekat dengan salah satu anak dari temannya dan berharap kami berdua mungkin cocok dalam beberapa hal lalu memiliki sedikit ketertarikan satu sama lain." Siwon mengatakannya dengan pandangan lurus kedepan, tidak ada kata-kata yang salah. Dia hanya berharap kibum mau mengerti, seperti sebuah permintaan kecil.

Kibum mentap langit-langit rumahnya. Bukankah rumah ini sama seperti sebuah tempat persembunyian untuk keduanya atau bisa juga dikatakan rumah mereka berdua. Hampir seluruh waktu keduanya dihabiskan dirumah kecil ini. "Aku tidak menginginkan apapun selain dirimu." Kibum hanya memasang senyum kecilnya, yang kadang membuat siwon ketakutan.

Siwon mirip seperti seorang santa bagi kibum, semua hal yang kibum inginkan selalu siwon kabulkan. Dia tidak pernah meminta banyak hal didalam hidupnya, ia hanya meminta seseorang yang selalu ada disampingnya, yang membuat jantungnya berdebar, memberikan rasa nyaman, dan yang selalu menjadi tempat persinggahan. Siwon memiliki semua itu dan kibum menyukainya. "Kau mirip santa yang selalu memberikan hadiah pada anak yang baik."

"Aku santa yang hanya ada untuk mu, aku akan memberikan semuanya untukmu. Apa itu cukup?" Dari bagitu banyak hal yang ada didunia ini, sampai saat ini siwon tidak pernah tahu kenapa kibum selalu menjadi hal yang lebih dari pada hal yang lain. Siwon melingkarkan lengannya pada bahu kibum dan satu hal yang tidak pernah diketahuinya kenapa semua hal tentang kibum terasa begitu menarik untuknya.

-o.O-

Dengan mata yang sedikit tertutup siwon duduk disalah satu bangku, tidak ada hal yang menarik disekelilingnya kecuali kibum ada bersamanya tapi sama seperti daratan kering yang menginginkan hujan, siwon sama inginnya untuk menemukan kibum dan menyimpan kibum hanya untuknya. "Dan berhentilah mengikutiku. Apa kau tidak lelah?"

"Tidak karena kau terlihat menarik."

Menghembuskan napasnya perlahan, siwon berharap jika yang berada didepannya adalah kibum, walau ia cukup tahu jika semua itu hanya sebuah harapan kosong. "Apa kau tidak bisa untuk berhenti menatapku atau mengikutiku kemana saja? Kau menganggu ku."

Gadis itu meletakkan lengannya diatas meja bundar dan melipatnya disana. Siwon terlihat menarik untuk ukuran remaja yang seusianya, seperti segala hal menarik selalu dimiliki siwon, "Aku hanya ingin berteman denganmu dan kau menarik menurut ku."

"Tapi kau tidak menarik sedikitpun untuk ku. Lalu apa yang kau rasa sebaiknya harus ku lakukan?" Siwon hanya mencoba menghilangkan rasa bosannya sebelum ia benar-benar akan bergerak pergi.

"Kau tidak perlu melakukan apapun. Hanya aku yang tertarik padamu jadi bukan masalah untukmu."

"Baiklah, terserah.."

.

.

.

Siwon tidak perduli bahkan ketika gadis itu terlihat hampir terjatuh karena ingin menyamakan langkahnya dengan siwon. Siwon sadar ia tidak tertarik dengan hal lain kecuali cinta lamanya, bahkan dengan apa yang pernah terjadi termasuk kibum yang memanfaakannya dulu, akan ada selalu kata maaf untuk kibum. "Apa yang kau lakukan disini?" Siwon melepaskan jaketnya dan memasangkan pada kibum, bukankan musim gugur hampir berlalu dan udara menjadi semakin dingin.

Kibum menatap pria tampan yang selalu ada bersamanya selama ini, santanya. "Aku hanya ingin menyelesaikan semua berkas-berkas itu dengan lebih cepat."

"Dan itu artinya kau akan meninggalkanku dengan lebih cepat juga." Ada nada marah didalam setiap katanya.

Kibum hanya tersenyum lucu melihat raut wajah siwon, "Kau bisa menyusulku. Apa yang perlu aku cemaskan?" masih dengan wajah yang saling menatap, kibum selalu memuja siwon didalam dirinya tanpa siwon ketahui.

"Ya, tidak ada yang perlu kau cemaskan karena hanya aku yang akan selalu mencemaskanmu dan mengikutimu seperti orang tolol." Kata siwon lalu berjalan dengan membawa jari-jari kibum dijari-jarinya yang akan membuatnya terasa lebih hangat tanpa memperhatikan gadis yang melihat mereka dengan hati terluka mungkin.

'Aku hanya ingin kau menjadi temanku. Apakah itu sesuatu hal yang sulit?' Ia berdiam diri disana. Bagai patung yang sebentar lagi akan dilupakan keberadaannya.

"Bukankah dia gadis yang kemarin bersama denganmu?" Kibum berjalan pelan disamping siwon. Siwon bahkan terlalu sempurna untuknya.

Siwon masih berjalan dan tidak memperhatikan kibum tetapi segala hal didalam dirinya memuja kibum. "Jika iya kenapa dan jika tidak kenapa?" Siwon memberikan jawaban yang menjengkelkan untuk kibum. Tapi siapa yang akan perduli jika siwon sendiri merasa sedikit kecewa atau apalah namanya siwon bahkan tidak tahu.

Kibum memperhatikan siwon. Siwon kesal dia tahu itu. Bukankan tidak semua hal berjalan dengan indah didunia ini. Bukankah semua hal tidak seperti bayanganmu. Bukankah kau harus berjuang untuk mendapakan sesuatu dan mendapatkan siwon adalah bonus yang kibum miliki. "Gadis itu terlihat menyedihkan bagiku." Kibum tidak marah karena dia tahu apapun yang terjadi siwon akan memilihnya, "Dia terlihat menyukaimu."

Siwon menghentikan langkahnya. "Dan kau membahas semua ini?" Tanyanya. Dia tidak tahu, kemana rasa kecewa tadi dan kenapa harus berubah menjadi sesuatu yang hanya saja seperti kesal dan kebas secara bersamaan. "Aku menyukaimu apa itu tidak cukup,kibumshi?"

Kibum membulatkan kedua mata beningnya. "Aku hanya mengatakan apa yang aku lihat. Aku tidak ingin apapun menjadi salah dan jangan katakan padaku tentang perasaan." Siapa yang ingin terluka? Tidak ada. Tidak ada satu orangpun yang ingin terluka. "Apa kau terlalu bodoh untuk mengetahui semua itu?"

"Mengetahui jika kau ingin pergi dariku?" Siwon membentak, mengeluarkan sesuatu hal yang berbentuk mungkin sama dengan kata kecewa, marah, sedih, dan semua itu sama seperti sebuah ombak yang menghantamnya. "Apa kau pikir aku dapat tersenyum bahagia sementara aku harus menghadapi kenyataan jika aku akan dijodohkan dan kau akan pergi ke London." Bukankah menyedihkan untuk mengetahui jika hidupnya seperti sebuah mesin yang bisa diprogram oleh oranglain dan ketika orang itu akan pergi, apa lagi yang kau miliki. Yang ia tahu hidupnya akan segera mati. Siwon berjalan meninggalkan kibum dengan semua perasaan kacaunya.

"Kau bodoh dan tolol."

-o.O-

Matanya bulat, menawan, dan dapat membuat terhisap kedalamnya. Sebuah kombinasi sempurna dengan wajahnya yang putih serta bibir yang sedikit berwarna merah alami. Masih dengan mata yang mempesona, ia duduk dan memperhatikan hal-hal disekelilingnya. "Jika kau datang hanya untuk minum dan makan cemilan sebaiknya pulang saja."

Ia memutar arah pandangannya, berganti menatap lawan bicaranya dan memasang senyum kecil yang menawan diwajahnya. "Dia terlihat lumayan untuk ukuran wanita. Kau menyukainya?"

"Tidak, aku bahkan tidak mengenalnya." Siwon melirik sekilas pada anak teman eommanya yang tinggal disini sampai jangka waktu yang tidak ditentukan. Mungkin gadis itu menarik tapi tidak untuk siwon, ada hal dimana segala sesuatunya harus berisikan oleh kibum tidak bisa digantikan dengan oranglain. "Dia mungkin terlihat menarik tapi entah bagaimana ia sama sekali tidak menarik untukku."

"Ya, tidak ada yang menarik untukmu selain kibum."

"Dan tidak ada yang menarik untukmu selain yunho." Jawab siwon tidak mau kalah. "Bukankah lebih aneh jika seseorang sepertimu bisa bersama dengan yunho."

Jaejoong tersenyum lucu, dia jadi mengingat salah satu rekan kerja appanya yang berusia hampir tiga puluh tahun. Pria tampan yang ditemuinya di supermarket. "Dia mencintaiku. Itu cukup terlepas dari hal-hal lain. Aku tidak butuh banyak hal, aku hanya butuh seseorang yang selalu bisa ku andalkan. Seseorang yang akan memelukku ketika aku sedih, memanja ku ketika aku butuh kasih sayang, dan yang terpenting seseorang yang membuat jantungku berdetak lebih cepat daripada oranglainnya." Jaejoong merasakan semua itu dari yunho. "Apa kau merasa hal seperti itu dengan kibum?"

Siwon hanya tahu jika yang jaejoong katakan cukup benar, dia selalu ingin menjaga kibum dan menjadi nomor satu untuk kibum tanpa ingin menyakitinya sedikitpun. " Mungkin hampir sedikit sama. Aku rasa." Siwon mengambil kaleng dingin yang ada diatas meja lalu meneguk cairan yang ada didalamnya. "Apa mencintai harus memiliki alasan?"

"Memangnya jika tidak menyukai bisa tanpa alasan?" Jaejoong menyamankan duduknya dan kembali memakan cemilan kecil yang tersedia. " Dan lagi semua hal memiliki alasan, kau harus tahu itu."

.

.

.

Siwon berdiri tegak menantap pria yang selalu menjadi idola sendiri dalam dirinya. Walau dari begitu banyak waktunya selama ini hanya sedikit yang bisa ia rasakan untuk bersama dengan sosok idola yang sering menghabiskan waktunya dengan tumpukkan pekerjaan.

"Kau seharusnya bersikap lebih baik pada eunhye. Bukankah kalian berdua bisa menjadi teman baik. Dia juga merupakan wanita yang menarik dan cantik."

Siwon mungkin bisa menjadi teman yang baik dan diandalkan untuk beberapa hal tapi jika itu hanya sebuah hubungan yang disebut dengan pertemanan bukan hal lain atau hal yang mungkin berjarak lebih jauh. "Ya, dia cukup menarik untukku jika hanya menjadi seorang sahabat dan jangan berharap lebih untuk hal yang lainnya,appa."

"Kau sudah cukup dewasa untuk menentukan masa depanmu sendiri tapi kau harus ingat kau penerus dari kerajaan choi. Apapun yang terjadi aku akan tetap memberikan semua ini ketanganmu tanpa kurang sedikitpun dan karena itu aku ingin kau mengikuti aturan untuk semua itu. Ini bukan tentang kekayaan tapi lebih terhadap kelangsungan hidup seluruh karyawan dan juga tanggungjawab,siwon." Appanya tetap selalu seperti itu dan entah bagaimana siwon selalu memuja sosoknya mungkin sampai hembusan napas terakhir.

Siwon tidak marah, sedih atau apapun namanya. Bukankah ini hidupnya jadi dia yang menentukan apa yang akan dilakukannya termasuk apa yang harus dan tidak. "Aku tahu. Appa tidak perlu khawatir untuk semua itu. Tapi jika menyangkut aku dan apa yang akan aku pilih untuk masa depanku selama itu tidak membuat perusahaan bangkrut appa tidak perlu bersusah payah untuk membantuku." Siwon tahu seperti apapun ia menyembunyikan kibum pada akhirnya semua akan mengetahuinya dan seperti apapun yang akan terjadi nanti dia akan selalu membuat kibum berada disisinya. Mungkin setelah ini semua hal akan menjadi lebih berat untuknya dan juga kibum.

Mr. Choi mengambil gelas yang berisikan cairan coffe lalu meneguknya pelan dan meletakkan gelas itu kembali seperti semula. "Sebagai appa aku hanya menginginkan yang terbaik untukmu termasuk siapa yang akan berada disampingmu nanti, dan sebagai appa aku juga ingin kau hidup bahagia sama seperti ku dulu. Tapi memilih untuk memiliki seseorang kekasih yang sama sepertimu itu bukan sebuah pilihan yang baik,nak."

Bagaimana siwon bisa membencinya, jika dalam semua hal keluarganya selalu mencoba untuk mengerti dengan segala hal yang ia pilih. "Aku hanya menginginkannya. Bukan yang lainnya dan jika appa ingin melakukan hal yang menyakitkan sekalipun aku tetap akan memilihnya dan melupakan semua hal termasuk kelurga choi."

"Kau masih terlalu kecil untuk tahu seperti apa kejamnya dunia. Aku tidak akan menghalanginya tapi cobalah untuk dekat dengan eunhye dan pikirkan kembali bagaimana jika kau kehilangan kami." Ucap Mr. Choi lalu berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan siwon yang masih berdiri ditempatnya seperti tadi.

.

.

.

Setalah memacu motornya begitu kencang dan mungkin saja membunuh dirinya sendiri dalam hidungan detik, siwon memarkir motornya asal didalam garasi kecil milik kibum, mengambil kunci dari dalam saku jeansnya dan memutar kunci itu untuk membuka pintu rumah kibum yang selalu membuatnya merasa lebih hidup. Sebanyak apapun alasan yang siwon berikan untuk bisa tetap datang ketempat ini sebenarnya semua itu hanya sembuh hal yang membuatnya bisa bersama dengan kibum lebih sering dan lebih lama.

Siwon melepas sepatunya, membiarkan benda itu terletak didepan pintu, melangkahkan kaki panjangnya kedalam kamar kibum, dan menemukan hanya ada dirinya sendiri disana. Sejak pertama kali berada ditempat ini, siwon selalu ingin kembali dan kembali lagi. Semua terasa lebih nyaman dan lebih menyejukkan disini.

Siwon membaringakan tubuhnya dan menyesap aroma kibum disana yang memenuhi seluruh sarafnya. Semua menjadi lebih baik dan lebih terasa normal untuknya saat ini.

-o.O-

"Selamat pagi, pemalas." Kibum merapikan lehaian rambut siwon yang memenuhi dahinya, tersenyum cerah seperti biasa. Ini hari minggu dan mereka bebas untuk melupakan tumpukan tugas-tugas menyiksa itu. "Apa yang kau inginkan untuk sarapan pagi ini?"

Siwon menjerapkan matanya beberapa kali sebelum wajah kibum terlihat jelas disana. Siwon menarik tubuhnya dan menyenderkan sebagian tubuhnya pada kepala tempat tidur, dengan senyum kecil siwon menarik kibum dan membawanya dalam dekapan hangat. "Kenapa kau selalu terasa benar-benar diciptakan untuku?" Siwon bertanya dengan bodohnya.

"Aku tidak tahu." Jawab kibum yang kini bisa merasakan aroma tubuh siwon yang khas tanpa aroma parfume atau sebagainya. Aroma yang memabukkan seperti aroma rempah-rempah dan sesuatu hal yang lain.

"Karena kita diciptakan untuk bersama." Jawab siwon dengan bangganya. "Apa yang ingin kau lakukan hari ini?"

Kibum nampak berpikir sebentar lalu tersenyum lebar. "Tidur." Hanya jawaban singkat itu yang keluar dari bibir merahnya.

"Apa tidak ingin melakukan hal lain?" Siwon memainkan jari-jarinya pada helaian rambut kibum, dia menyukai saat jari-jari itu bersentuhan dengan helaian rambut kibum yang lembut dan beraroma mint. "Maksudku kita bisa berbelanja, pergi menonton, main di game center, atau jalan-jalan ke taman. Ayolah, kita perlu suasana yang baru."

"Ada kantung mata yang terbentu dibawah mataku, jika kurang tidur maka kantung matanya akan terlihat lebih jelas, lalu akan menghitam, dan parahnya aku akan menjadi semakin jelek." Kibum mencari-cari alasan. Sebenarnya ia hanya ingin menghabiskan setiap saat seperti ini dengan siwon, ia hanya ingin memeluk siwon seperti ini. "Kau ingin memiliki kekasih yang terlihat jelek dengan kantung mata dan pipi yang tirus?"

"Kau akan terlihat selalu sama dimataku. Tidak perduli dengan kantung mata, tumpukkan lemak, bahkan rambut putih. Asalkan itu kim kibum aku akan selalu menerimamu." Siwon mengatakannya dengan jelas dan tulus. Kibum bisa merasakan jika pria ini memujanya namun ada hal yang membuat kibum harus menyakitinya tidak perduli bagaimana jika keduanya akan terluka dan saling tersakiti. "Kau tahu jika aku mencintaimu." Siwon mengecup puncak kepala kibum.

"Aku tahu itu." Kibum nyaris ingin mengubur dirinya dan menghilangkan rasa sakit yang membanjiri. Ia tidak pernah merasakan cinta dan mengapa rasa cinta itu begitu besar dan terasa menyakitkan seperti ini. Kenapa semua itu berubah menjadi seperti sebuah belati yang selalu siap menyayat. "Baiklah, kita akan pergi berbelanja lalu pergi ke taman. Aku ingin menikmati sore hari dengan udara yang lebih baik. Sekarang, lepaskan pelukanmu tuan choi yang tampan. Aku perlu memakan sarapanku untuk mengisi tenaga dan segeralah mandi atau aku akan membatalkan semua rencana itu." Siwon melepaskan pelukannya pada kibum dan membiarkan pria itu berjalan meninggalkannya dengan senyum lebar di wajah tampan siwon.

-O.o-

Berjalan dengan tangan yang saling terkait satu sama lain, senyum di kedua wajah, dan hati yang melambung. Itu adalah salah satu mimpi sederhana yang kini menjadi nyata bagi siwon. Siwon adalah anak satu-satunya dari keluarga choi yang memiliki kekayaan yang sulit untuk dibayangkan dengan segala fasilitas lengkap yang dimilikinya sejak ia kecil tapi mencintai oranglain hingga membuatnya begitu bahagia adalah sebuah hal yang mungkin menjadi sebuah anugrah sendiri untuknya dan jika orang tersebut adalah kibum maka siwon tidak akan pernah menyesalinya sama sekali. Karena baginya siapapun itu bukanlah hal yang penting kecuali hatinya yang menginginkannya untuk menjadi sosok lain untuk mempertahakan kibum bersamanya.

Sama seperti saat pertama kali ia mengenal kibum, rasa itu tidak pernah berganti sedikitpun. Kibum seperti sebuah matahari yang terlihat menyilaukan untuknya, mutiara yang terkubur didalam lautan, emas yang paling berkilau, berlian yang paling mahal. Semua hal itu mewakili kibum bagi siwon. Kibum sosok indah yang akan selalu dipujanya sepanjang waktu dan sosok yang membuatnya berani untuk melakukan hal lain yang selama ini tidak pernah dilakukannya.

"Aku lebih suka black coffe dari pada vanila latte." Ucap siwon setelah menyesap sedikit coffe yang ada digenggaman kibum. Keduanya sedang menikamti sore hari disebuah taman indah dengan lampu-lampu yang mulai menyala. "Vanila latte terasa lebih manis. Hanya cocok untukmu."

"Bukankah coffe juga bisa mengambarkan karakter diri penyukanya?"

"Itu sama sekali tidak menarik. Aku lebih menyukai semua itu menjadi sebuah rahasia daripada harus mengetahui seperti apa kibumku dari buku-buku karakter jiwa. Rasanya tidak akan menarik lagi." Siwon menatap langit yang mulai berganti menjadi sedikit ada warna jingga disana di dekat matahari yang sebagiannya te rtutup oleh awan.

Awan-awan masih mengantung dilangit, membuat begitu banyak bentuk yang menakjubkan, angin masih bertiup namun tidak terlalu dingin, sebentar langit musim salju akan berganti dan udara akan menjadi lebih baik lagi. "Black coffe terlalu pahit untuk dinikmati dan terlalu mudah untuk ditebak. Kau sama seperti itu."

"Bukankah itu lebih baik untukmu." Siwon melirik wajah kibum sekilas sebelum kembali berpura-pura memperhatikan awan lagi. "Bagaimana jika kau pergi dan aku tidak bisa menyusulmu? Pasti akan sangat terasa menyakitkan untuku, apakah kau akan merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan,bummie?"

Kibum memperhatikan siwon yang kini terlihat begitu menyedikan walau kedua bibirnya membentuk sebuah senyum palsu. "Kau akan datang padaku karena itu aku akan menunggumu. Kau sudah berjanji jika kita akan selalu bersama. Jadi, sampai saat itu aku akan selalu menunggu."

"Apa kau yakin aku akan mengejarmu setelah kau meninggalkanku?"

"Aku hanya berpikir untuk tetap bisa bernapas dan hidup dengan benar disana."

"Kenapa harus ke london jika kau bisa melakukan semua hal disini bersamaku sama seperti ini. Sama seperti setiap saat yang kita lakukan." Sampai sekarang siwon tidak pernah tahu kenapa kibum ingin kembali ke london dan meninggalkannya. Siwon juga tidak ingin menanyakannya pada kibum kecuali pria itu memberitahukannya sendiri.

"Untuk beberapa hal aku tetap harus kembali ke london. Bukankah kita seharusnya menikmati saat-saat ini dengan lebih baik dan berhenti bersitegang dengan hal yang tidak jelas."

"Maafkan aku."

Kibum tertawa kecil mendengar permintaan maaf siwon, lalu mencubit pipi siwon gemas hingga siwon meringis kecil. "Kau tahu, aku sama sekali tidak pernah bisa membencimu jadi berhentilah meminta maaf untuk sesuatu yang tidak kau lakukan,wonnie." Jika bisa kibum, ingin hidupnya selalu seperti ini. Bersama siwon, menikmatin hal-hal kecil dengan pria tampannya, bersitegang karena hal yang tidak masuk akal, bermanja-manja, menikmati setiap sentuhan, dan tersenyum cerah sepanjang hari.

-O.o-

Thanks for read ^^

NOEDIT... Maaf, kalau banyak typo yang bermunculan sejujurnya aku gk suka ngeedit cerita hehehehe