First love
Presented by Naurovhy
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Rated : T
Warning : AU, OOC, OC, Typo, Ide pasaran, alur berantakan, dll.
If you don't like? So don't read! Happy reading all
please RnR.
Aku Namikaze Naruto, juga seorang Uzumaki Naruto .. aku punya segalanya, sahabat yang setia, orang tua yang menyayangiku, teman-teman yang yang tak akan pernah kurang, harta yang berlimpah ruah, kekuasaan yang secara pasti akan berpihak padaku, segalanya kecuali wanita. Bukan aku buruk rupa sehingga tak ada satu orang wanita pun yang tertarik padaku, bisa di bilang aku adalah pria tampan paling eksotis di negara ini. Puluhan bahkan ratusan wanita bisa aku dapatkan setiap harinya ... berlebihan? Tidak, karna itu adalah suatu kenyataan.
Tapi di antara sekian banyak itu tidak ada dia, wanita keras kepala yang bahkan tak pernah mau melirikku, dan aku mencintainya, bukan karna pertaruhan atau rasa penasaran seperti yang ada dalam pikiran kalian. Aku mencintaiya sesejatinya seorang pria yang mencinta. Semua rasa ini timbul bukan hanya dalam semalam, ini sudah berlangsung lama aku pun tak tau pastinya kapan aku mulai mencintainya. Sejak kapan irish lavendernya menggangguku, surai indgonya membuatku merindu, dan senyum kikuk itu membuatku berdebar.
Ya, dia adalah seorang Hyuuga, Hyuuga Hinata putri sulung dari Hyuuga Hiashi sorang pekerja di kerajaan bisnis Namikaze. Bukannya aku pengecut hingga tak pernah menyatakan perasaan ini padanya, ayolahh ... aku sudah mengatakannya puluhan kali, bahwa aku mencintainya, aku menginginkannya namun ia tak pernah perduli, ia mengabaikanku. Entah bagaimana ia bisa tak tertarik padaku? Aku tampan, cerdas, kaya raya, semua syarat itu aku miliki, semua syarat yang harusnya bisa membuat ia bertekuk lutut mencintaiku tapi kenyataannya tidak gadis Hyuuga itu tak sedikit pun terjerat pesonaku.
Si Teme sahabatku selalu bilang bahwa harusnya aku melupakannya, aku bisa mendapatkan gadis yang lebih baik ratusan kali dari dirinya. Hah, seolah dia bisa saja melupakan Sakura-chan, dasar teme sok tau! Haruno Sakura adalah satu-satunya gadis yang bisa membuat sahabatku itu mencair, dari Sasuke yang dingin menjadi Sasuke yang hangat, dari Sasuke yang cuek menjadi Sasuke yang cerewet, segala sifat aneh si teme akan berubah jika bersama Sakura-chan. Tapi itu 2 tahun tang lalu, sejak Sakura pindah ke Denmark meneruskan kuliah kedokteranya disana, Sasuke menjadi tambah menyebalkan saja.
Oke, kembali lagi padaku dan si gadis Hyuuga menyebalkan, yang sangat kucintai kadang aku berfikir untuk menyerah, merelakannya dan mencari tambatan hati yang lain, tapi entah mengapa semua gadis cantik yang aku temui menurutku tak sebanding dengan Hinata, kepolosannya, senyum hangatnya, suaranya yang sarat akan kelembutan membuatku merindu, menggila ingin menjadikannya milikku.
Kami-sama mengapa cerita cintaku serumit ini, mengapa aku tidak menyukai Yamanaka Ino sang diva, yang jelas tergila-gila padaku, kenapa?
-naurovhy-
"Kau sudah mengerjakan tugas Iruka sensei, oi Naruto?" Kiba berseru lantang
"Sudah" jawabnya acuh
"Dia kenapa?" tanya Kiba pada Shikamaru
Pemuda Nara itu hanya mengangkat bahunya acuh, Kiba mengarahkan pandangannya pada Sasuke, dan mendapat reaksi serupa.
Hingga akhirnya ia bad mood sendiri, kami-sama pasti membencinya karna mengiriminya sahabat seperti mereka, membuatnya menggeram dan menendang kaki meja, lalu beranjak keluar.
Tak lama kemudian Sasuke bersuara "dobe, dia sudah datang" katanya menunjuk sang gadis pujaan tunggal Namikaze itu
"Hn" Naruto tetap acuh
Melihat reaksi yang sangat aneh itu Sasuke menaikan sebelah alisnya, tak menyangka jika sahabatnya akan mengacuhkan gadis itu, Shikamaru pun memperlihatkan reaksi yang sama sangat aneh Naruto tidak bertindak apapun saat melihat Hinata
Kiba kembali masuk ke kelas membawa sekotak egg roll di tangannya, lalu di belakangnya terlihat Iruka yang memandangi pemuda Inuzuka itu sambil menggelengkan kepalanya, memangnya apa lagi yang bisa ia lakukan pada anak pemilik sekolah ini? Melarangnya? Silahkan saja dan terima surat pemecatanmu besok pagi.
*bruukk bruukk* Iruka menghentakan hukunya pada meja kerjanya "baiklah anak-anak kita akan mulai pelajaran hari ini, kumpulkan tugas rumah kalian"
.
.
"Ikut denganku" kataku menarik tangannya
"Ap ... lepaskan" ia berontak
"Ck, sebentar aku tidak akan menculikmu" kataku, walau sebenarnya itu yang ingin aku lakukan
"Apa yang igin kau bicarakan Namikaze?" Perkataannya menyakitkan, selalu meyakitkan tak bisakah kau memanggil nama kecilku Hinata, tak bisakah?
"Besok jam 2 siang aku menunggumu di Konoha land" kataku menelan rasa sakit itu
"Aku tidak mau" jawabnya ketus
"Ck, hanya bermain sebentar"
"Aku sudah bilang tidak mau Namikaze" lalu ia beranjak pergi, aku menahannya menggenggam erat pergelangan tangannya
"Kenapa keu selalu menolakku, aku harus mengatakan berapa kali jika aku mencintaimu? AKU MENCINTAIMU HYUUGA" teriakku
"Kau menyakitiku" ucapnya sengit masih berusaha melepaskan genggaman tanganku
Aku menahannya, mengempaskan tubuhnya pada dinding di belakang kami, menghimpit kedua bahu kecilnya dengan tanganku, menatap lurus lavendernya, menahan segala emosi yang selalu muncul saat ia menolakku, lagi dan lagi
"Kenapa kau tak bisa menyukaiku Hinata?" Ucapku geram
"Kau itu kasar, mahluk paling kasar yang pernah aku temui, kau berteriak bahwa kau mencintaiku tapi kau malah menyakitiku, lalu dimana letak rasa cintamu?"
Aku diam, siapa yang sebenarnya buta di antara kita? Apakah kau tak pernah bisa melihat semua perasaan ku Hinata?
"Sekarang lepaskan aku" katanya dingin
"Aku akan menunggumu besok jam 2 siang di Konoha land" kataku pada akhirnya melepaskan himpitanku pada bahunya
"Tunggulah di sepanjang keabadian, karna aku tidak akan datang Namikaze" lalu ia pergi meninggalkanku
Kini tubuhku yang menghempas kedinding merosot perlahan, sapphireku memburam, bahuku bergetar "aku akan menunggumu Hinata, walaupun itu berarti sepanjang keabadian" janjiku pada diri sendiri.
.
"Kau mau kemana Naruto?" Tanya Kiba saat melihat sahabat blondenya ini bersiap-siap di hari libur seperti ini
"Kencan" jawab Naruto riang
"Dengan?" Tanya Sasuke
"Hinata tentu saja, siapa lagi"
"Haa?" Reaksi Kiba terkejut
Mendengarnya Shikamaru sampai bangun dari tidurnya, menatap lurus sahabat blondenya itu "kau bercanda Naruto?" Tanyanya penasaran
"Apakah aku terlihat seperti sedang bercanda?" Katanya "sudah ya, aku pergi jaa~"
Melihat kepergian sahabatnya membuat pemuda Inuzuka ini antusias ia berlari mengikuti langkah Naruto, tapi tak sempat karna pemuda Namikaze itu sudah memasuki mobilnya
-Konoha Land-
"Masih jam 1.30" pikir Naruto "setengah jam lagi Hinata pasti datang" kembali ia meyakinkan diri sendiri "jika aku disini ia tak akan bisa melihatku"
Lalu Naruto beranjak untuk duduk pada sebuah bangku taman yang ada di dekat pintu masuk, suapaya Hinata mudah menemukannya, itu pikirnya.
Satu jam berlalu, 'mungkin ia terjebak macet', 2 jam 'apa dia ada urusan mendadak?' 3jam, 4 jam ...
8.00 pm, Naruto menatap sendu arlojinya, sapphire menatap langit malam sapphirenya melihat butiran air mulai berjatuhan ... namun ia akan tetap menuggu Hinata.
.
"Kau benar tak akan menemuinya Hinata?"
"Nii-san"
"Orang bodoh sepertinya pasti akan menunggumu terus menerus"
"Biar saja, aku sudah mengatakan tak akan datang, jika ia tetap bersikeras itu sudah resikonya"
Neji manatap sepupunya itu, semenjak kematian ibunya gadis manis ini menjadi sangat diam dan tertutup, mengacuhkan semua orang
"Baiklah, sebaiknya kau istirahat ini sudah larut" ucap Neji lalu meninggalkan kamar itu
Hinata menatap jam di dinding kamar tidurnya 10.30 malam ...
'Apa lelaki keras kepala itu maaih menunggu di sana?'
Sebenarnya Hinata bukannya tidak tersentuh pada segala hal yang dilakukan oleh tunggal Namikaze-Uzumaki itu, hanya saja Hinata percaya bahwa cinta hànya untuk orang-orang bodoh, hanya untuk orang-orang lemah. Kaa-sannya adalah bukti nyata terlalu mencintai Otou-sannya hingga menjadi wanita bodoh melakukan segalanya, mencintai ayahnya yang gila kerja, mencintai lelaki yang menelantarkannya bahkan di saat-saat terakhirnya.
Dan ia bersumpah pada dirinya sendiri, bahwa tak akan pernah ada cinta dalam kehidupannya, tak akan membiarkan benteng pelindungnya porakporanda bahkan oleh pesona sang mentari yang menyilaukan.
.
5.30 pagi Naruto tetap duduk tenang pada kursi taman itu, tapi seorang ibu mufa menghampirinya, menanyakan keberadaannya sepagi ini di taman sendirian
"Kau sedang apa nak?"
"..."
"Nak?" Wanita itu menggoyang tubuh Naruto
"Ahh, Oba-san aku sedang menunggu kekasihku"
"Sepagi ini?" Tanyanya sangsi
Naruto tersadar ini sudah pagi, ia sudah menunggu semalaman di temani hujan yang sangat setia menunggu pujaan hati yang entah sadar di tunggu atau tidak?
"Ahh .. aku ..." *brukk* Naruto pingsan saat ia mencoba bangkit dari kursi itu
*dip dip* Naruto mengejapkan sapphirenya ini kamarnya, kenapa ia bisa ada disini? Bukan ia tadi di taman? Siapa yang membawanya kesini?
"Naruto-kun?"
"Kaa-san?" Aku seperti sedang bermimpi
"Kau sudah sadar? Syukurlah" Kushina membelai surai blonde putranya
"Kenapa aku bisa ada disini?"
"Sasuke-kun yang membawamu kemari, ia bilang kau pingsan"
Naruto diam mencoba mengingat kejadian kemarin ...
"Sudah tak perlu di ingat, yang penting kau sudah berada disini"
"Iya kaa-san"
"Ya sudah, kau istirahatlah dulu, nanti kaa-san siapkan makanan"
Naruto hanya menanggapi dengan menggangguk membenamkan lagi tubuhnya di kasur empuknya.
-naurovhy-
"Naruto-kun, kenapa kau pucat sekali?" Tanya Ino merangkul lenganku
"Aku tak apa Ino" jawab ku sekenanya
"Naruto kau masuk?" Tanya Kiba heran, 'memang kenapa jika aku masuk?' Pikirku heran
"Kau sudah lebih baik dobe?"
"Hm .." aku menggangguk menanggapi peetanyaan kedua sahabatku
Aku melewatinya, gadis Hyuuga yang kutunggu semalaman yang bahkan menggubris semua pengorbananku
Pelajaran dari Azuma sensei terasa bagai neraka untukku, tak ada satupu kalimatnya yang mengena di otakku, kepalaku pening, mataku berkunang-kunang, tubuhku menggigil walaupun cuaca cukup cerah diluar sana.
"Namikaze-san" Asuma sensei memanggilku
"Ya sensei?"
"Kau sakit? Pergilah ke ruang kesehatan" perintahnya "Hyuuga-san, kau sebagai penagung jawab kelas antarlah Namikaze-san ke ruang kesehatan"
"Baik sensei" jawab gadis itu membungkuk lalu ia berjalan menghampiriku, dan mengulurkan tangannya.
Sungguh aku tak ingin ia melihatku dalam kondisi seperti ini, lemah tak berdaya seperti bukan lelaki saja umpatku dalam hati.
Kami berjalan beriringan, aku terus mencoba memfokuskan penglihatanku, supaya tidak terjatuh dan menambah kesan buruk pada gadis yang aku cintai ini, tapi mataku benar-benar berkunang-kunang sekilas aku melihat ruangan bertuliskan UKS. Itu adalah ruangan yang aku tuju, Kami semoga aku segera sampai.
Hinata mendorong pintu geser itu dan pertahanan diriku hilang, kakiku tak sanggup menopang tubuhku sesaat aku mendengar ia menyerukan namaku, tunggu namaku bukan nama keluargaku!
*brukkk*
"Namikaze?" Aku sangat kaget melihat pria besar ini jatuh di sampingku, aku mencoba menahan tubuhnya namun sulit melihat perbedaan ukuran tubuh kami, mencoba menangkapnya dan malah ikut terjatuh bersamanya
"Namikaze? -aku menggoncang tubuhnya- sadarlah ini tidak lucu" ia tetap tidak menjawab, Kami-sama tubuhnya sangat panas
"Naruto, hey buka matamu" aku kembali mengguncang tubuhnya, melihat sekeliling mencari seseorang untuk membantuku membawanya ke dalam, namun nihil ini masih jam pelajaran, tak mungkin ada siswa yang berkeliaran.
Terpaksa, menggerahkan segala tenagaku mengangkat tubuh jangkungnya ke dalam, 'kemana Shizune-san' batinku, saat aku mendekapnya erat aku baru sadar betapa besar tubuh pria ini, tubuhnya beraroma citrus yang menggoda terlarut dengan itu hingga
*dukk* "ittai" pekikku saat lututku membentur meja kerja Shizune-san.
Aku berhasil membaringkan tubuh itu di kasur, menarik selimut untuk menghangatkan tubuhnya, lalu mengambil kompres dan menaruhnya di kening pemuda keras kepala ini, aku mencari-cari obat penurun panas di lemari obat-obatan sekaligus mencari obat merah untuk lututku.
Aku berniat untuk kembali kekelas, namun tak mungkin aku meninggalkannya sendirian, lavenderku meneliti wajahnya, tampan kenapa Kami menciptakan pemuda setampan ini? Baik, perhatian, melakukan segala hal untukknya,
"Kenapa kau ciptakan dewa seperti ini untuk menggodaku?" Ucap Hinata pada dirinya sendiri, irishnya berwarna biru, bagaikan ada seniman yang mencelupkan kuas berlapis berlian sapphire di matanya, rambutnya berwarna kuning, blonde sebutan itu sangat cocok untuknya, Hinata tersenyum sendiri mengingat gagasan itu. Ada tiga goresan tipis di kedua pipinya, cukup membuatnya menjadi sedikit berandalan, sedikit pemberontak, dan luar biasa tampan.
Hinata terus memandanginya, memandangi wajah pemuda yang entah sadar atau tidak mengisi setiap relung hatinya, terlalu terhanyut hingga tak sadar seaeorang memperhatikan semua tingkahnya dari luar, memperhatikan dan melakukan hal yang ia rasa perlu untuk membuat sahabatnya itu bersorak saat ia sadar nanti.
.
*sreekk*
Shizune memasuki ruang kerjanya, mendiskusikan berbagai hal dengan kepala sekolah cerewet itu membuatnya sangat lelah, namun kejutan menyambutnya saat ia mendudukan diri pada kursinya
Pemuda eksentrik bersurai blonde, dan gadis pemalu bersurai indigo. Pasangan yang sangat populer di sekolah ini, mengerutkan kening mendapati keanehan itu, ia menguncang tubuh Hinata pelan
"Hinata-chan?" Sapanya
Perlahan gadis itu membuka lavendernya "Shizune-san" sapanya kaget
"Kau sedang apa Hinata-chan? Kenapa tertidur disini?"
"Aku tadi mengantar Namikaze-san kemari ia sepertinya demam, maaf aku ketiduran aku sudah mengompresnya dan memberinya obat penurun panas"
Aku mengangguk menanggapi penjelasannya "Kau menungguinya?" Godaku
"Ti-tidak -wajahnya bersemu merah, manis sekali pikirku- aku ingin meninggalkannya, tapi ku pikir aku harus menunggu Shizune-san dahulu"
"Ya ya, tadi aku ada rapat dengan kepala sekolah, maaf ya membuatmu menunggu, sekarang kau bisa kembali ke kelas, dan terima kasih sudah membantu Hinata-chan" kataku tersenyum padanya
"Sama-sama Shizune-san, kalau begitu aku pergi" katanya membungkuk
Setelah kepergian gadis hyuuga itu aku menatap pemuda blonde yang masih tertidur lelap, menusuk-nusuk pipinya mencoba membangunkannya, ia menggeliat tak nyaman dalam tidurnya membuatku semkin giat menjahilinya, menutup hidungnya dan membuat pemuda blonde itu mendapatkan kesadarannya 100%.
"Shizune-nee, kenapa kau ada disini?" Naruto bangun dari tidurnya, terduduk menatapku
"Kenapa? Ini ruang kerjaku Naruto"
"Mana Hinata?" Tanyanya antusias
"Dia sudah kembali kekelas" mendengar jawaban itu pemuda blonde itu kembali tertidur di kasurnya
"Beberapa menit yang lalu" tambahku
"Haaa?"
"Makanya kau jangan terlalu banyak tidur, sehingga tidak sadar dia menungguimu dari tadi" ia kembali duduk, lebih antusias dari sebelumnya
"Hinata? Dia menungguiku? Benar? Benar dia menungguiku? Kau tidak berbohong Shizune-nee?"
Aku hanya menggangguk menanggapi semua pertanyaannya
"Lalu dimana dia sekarang?"
"Aku kan sudah bilang dia sudah kembali ke kelas, aku membangunkannya dan menyuruhnya kembali ke kelas, lalu membangunkanmu tuan Namikaze"
"Ggaahhh, kenapa kau tidak membangunkanku lebih dulu?! Tunggu maksud nee-san dia dan aku tertidur bersama? Disini? Karna dia menungguiku?"
"Iya, iya, dan iya, kau itu berisik sekali Naruto sudah sana kembali ke kelasmu"
Aku kembali berjalan ke mejaku, aneh kenapa pemuda itu diam saja ...
"Itu tidak mungkin, -jawabnya lirih- ia tak mungkin menungguku, sudahlah jangan menghiburku Shizune-nee" katanya lesu
"Kau tidak percaya padaku?"
"Sudahlah aku kembali ke kelas saja" katanya berjalan gontai menuju pintu dan menggesernya
"Hey tunggu, kau tidak percaya padaku?" Teriak Shizune namun tak di dengar tunggal Namikaze itu karna ia telah pergi.
.
Tak kembali kekelas, ia mengabiskan sisa waktunya di atap sekolah ...
"Bolos dobe?"
Menyadari suara siapa itu, ia tetap menatap lurus pada lapangan sekolahnya
"Aku punya barang bagus, kau mau lihat?" Sasuke kembali bersuara
"Aku tak berminat"
"Sungguh?" Sasuke menyangsikan pendapat itu
"Berhenti menggangguku teme, aku ingin sendiri"
"Baiklah jika kau tidak mau, aku hapus saja foto kalian ini"
Menaikan sebelah alisnya mendengar kata kalian yang di gunakan sahabat ravennya, menoleh dan menyesal tidak melakukannya dari tadi.
Sasuke sedang mengacungkan kameranya, bukan kamera itu yang menarik perhatian Naruto, melainkan moment yang berhasil di abadikan di dalamnya, fotonya yang sedang berbaring di ruang UKS dan gadis Hyuuga itu berada di sampingnya, lebih hebatnya lagi, Hinata sedang membelai surai pirangnya.
Berdiri dari bangku yang ia duduki dan berlari meraih kamera itu ...
"Ckckck, tidak semudah itu dobe-chan, -Sasuke menyeringai- karna tadi kau bilang tak berminat aku batal memberikannya padamu secara cuma-cuma"
"Arrgghh, cepat katakan apa maumu teme"
Oke ikan sudah memakan umpannya, pikir Sasuke "vidio game yang kau tunjukan minggu lalu"
"Itu, tousanku baru membelikannya beberapa hari lalu" Naruto menggerutu,
"Atau foto langka ini?" Sasuke kembali menyeringai
"Sialan, -geram Naruto, tapi sesaat kemudian ia tersenyum- ambil apa yang kau mau, dan cepat berikan foto itu"
"Sepakat" kata Sasuke melemparkan kamera itu
Naruto menangkapnya dan mulai menggila, dari tertawa sendiri, menggaruk pipinya, tersenyum, menjauh dekatkan kamera itu, sementara Sasuke hanya bergumam "bodoh" menanggapi kelakuan sahabatnya.
"Hey, aku dengar" kata Naruto "but, sankyuu Sasuke-kun~" Naruto memeluk Sasuke
"Yaik, menjauh dariku dobe, kau menjijikan"
Tak memperdulikannya, Naruto tetap memeluk sahabatnya itu.
Tbc ...
Mind to review?
