Disclaimer: Gintama©Hideaki Sorachi

Story: Fuuyuki Ayasegawa

Rate: M

Genre: Drama, Hurt/Comfort

Pair: Sakata Gintoki x Sarutobi Ayame

Warning: Sedikit typo, OOC (pada karakter&situasi tertentu), garing, aneh, ada sedikit humor, ada sedikit lime juga. Jadi sudah fuuyu peringatkan ya diawal. Fuuyu gak tanggung jawab kalo masih ada yang nekat baca fic ini. Disarankan yang usia 17 keatas yang baca.

Keterangan:

"Bla bla bla" = Speak

'Bla bla bla' = Inner

Don't like. Don't read!

~Because I Love You, Gin-san~

Chapter 1

Sachan's POV

Hari ini misi berjalan dengan sukses. Tidak salah aku mendengar nasihat Matsudaira-sama untuk memakai softlense, aku tidak perlu khawatir softlense ini tiba-tiba jatuh seperti kacamata lamaku. Dan pastinya aku terlihat lebih cantik tanpa kacamata. Hihihihi.

Untuk merayakan keberhasilanku sebaiknya aku minum beberapa sake untuk menghilangkan lelah. Lagipula ini masih jam 11 malam. Ah aku jadi teringat kata-kata si penjual softlense tadi siang. Cih, mungkin itu hanya strategi demi meningkatkan penjualannya saja.

End Sachan's POV

.

.

Flashback

"Sarutobi-san, aku mempunyai misi untukmu. Tapi sebelumnya aku ingin kau mengikuti saran dariku dan kau tidak boleh membantah" ucap Matsudaira sambil menghembuskan asap rokok berbentuk kotak-kotak.

'Eh, ternyata asap rokok bisa dibuat berbagai bentuk ya? Ternyata Matsudaira-sama kreatif juga ya' inner Sachan kagum.

"Baik Matsudaira-sama. Sachan akan mematuhinya" jawab Sachan dengan mantap.

"Aku sering mendengar kau gagal dibeberapa misi hanya karena kacamata. Oleh karena itu mulai sekarang dan seterusnya aku menyuruhmu memakai softlense setiap menjalankan misi. Jadi sekarang juga kau pergilah membeli softlense sesuai keinginanmu" titah Matsudaira sambil memberikan amplop berisi uang pada Sachan.

"Wakarimashita Matsudaira-sama, tapi aku bisa membelinya dengan uangku sendiri Matsudaira-sama" ucap Sachan yang merasa tidak enak. Matsudaira mengangguk sambil menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya. Kali ini berbentuk love-love.

"Tidak masalah untukku Sarutobi-san. Selain demi kelancaran misi, kau juga sudah kuanggap seperti putriku sendiri. Sekarang kau boleh pergi membelinya"

Sachan mengangguk dan mengucapkan "Arigatou gozaimasu" tapi sebelum pamit Sachan menanyakan sesuatu pada petinggi shinsengumi tersebut.

"Sumimasen Matsudaira-sama. A-ano dari tadi aku melihat berbagai macam bentuk yang anda buat dari asap rokok itu. Kalau boleh tahu, bagaimana anda melakukannya?" tanya Sachan yang nampak tertarik.

Matsudaira tiba-tiba tertawa sambil memukul-mukul meja. Sachan bingung melihat sikap tidak elit dari orang dihadapannya.

"Eheemm,,,, eheemm.. Jadi kau tertarik Sarutobi-san? Baiklah akan ku beritahu sebuah rahasia. Rokok ini kudapatkan dari temanku yang bertugas di planet entah apa namanya. Dia bilang ini bukan rokok biasa. Setiap rokok akan menghasilkan bentuk asap yang berbeda-beda. Sepertinya aku ingin membeli rokok seperti ini lagi. Hahahaha" jelas Matsudaira dengan penuh percaya diri.

Sachan hanya melongo mendengar jawaban tersebut.

"Ah sou ka. Baiklah Sachan permisi dulu Matsudaira-sama" pamit Sachan yang tidak mau melihat ke-OOC-an Matsudaira lebih lanjut. Ia pun segera mencari optik yang memiliki banyak pilihan softlense.

.

.

.

Sachan melihat sebuah optik dengan spanduk 'Disini bukan optik biasa. Beli kacamata/softlense pilihanmu dan dapatkan keberuntungan yang menarik'

Selain itu terdapat banner dengan tulisan 'Jual kacamata/softlense dengan berbagai macam fungsi dan peruntungan'.

Sachan tertarik dengan promosi tersebut, selain itu ia juga ingin menguji kebenarannya.

"Irasshaimase nona. Cari kacamata atau soflense?" sapa pemilik toko dengan ramah yang ternyata amanto dengan wajah mirip boneka voodoo.

"Aku mencari soflense. Bisa lihat dulu?" tanya Sachan yang tengah melihat-lihat buku contoh soflense.

"Silahkan nona, ingin mencari yang bagaimana? Kami memiliki banyak warna dan peruntungan yang berbeda pada tiap soflense" ucap pemilik toko sambil menawarkan.

Ini yang dari tadi Sachan tunggu.

"Peruntungan? Seperti apa maksud anda?" tanya Sachan mencari tahu.

"Mungkin anda tidak mempercayainya, tapi tidak apa. Anda akan percaya setelah anda membelinya nanti. Anda ingin yang bagaimana? Mudah mendapatkan banyak uang?

Mudah mendapatkan jabatan? Mudah mendapatkan hati atasan? Atau mudah mendapatkan pasangan?" jelas pemilik toko.

Sachan terlihat berpikir sejenak 'Mustahil. Mana ada yang seperti itu? Ini optik atau dukun sih? Tapi boleh juga untuk dicoba, siapa tahu benar' inner Sachan.

"Hemm,, hanya itu saja peruntungan yang anda tawarkan tuan? Maaf aku tidak tertarik" ucap Sachan sambil pura-pura beranjak dari kursinya.

Melihat hal tersebut si pemilik toko tersenyum "Tentu saja tidak nona. Yang tadi kusebutkan hanya garis besarnya saja. Rata-rata manusia menginginkan hal yang kusebutkan tadi bukan? Lalu peruntungan apa yang anda inginkan nona?" tanya pemilik toko tersebut. Sachan berbalik dan menghampiri pemilik toko yang berhasil masuk taktiknya.

'Sepertinya caraku berhasil. Sekarang mari kita buktikan kebenarannya' inner Sachan.

"Kalau aku ingin softlense yang bisa mengabulkan apapun permintaanku bagaimana tuan?" tanya Sachan to the point. Si pemilik toko diam, terlihat memikirkan sesuatu. Lalu ia tersenyum pada Sachan.

"Kalau ternyata ada, bagaimana nona? Anda tertarik,hm?" jawabnya sambil mengambil sesuatu dari laci mejanya.

"Benarkah. Lalu apa jaminannya kalau ternyata itu tidak berhasil tuan?" tanya Sachan dengan setengah mengancam. Si pemilik toko tersenyum seperti biasa, tidak gentar dengan perkataan Sachan.

"Kalau tidak berhasil, kau boleh membunuhku dan hancurkan toko ini nona 'sang pembunuh' " ucap pemilik toko.

Sachan terkejut, dari mana orang itu tahu profesinya? Padahal ia tidak mengenakan 'pakaian dinas' nya. 'Dari mana ia tahu?! Apa jangan-jangan ia musuh yang menyamar?' inner Sachan.

"Tenang saja nona, saya bukan musuh. Saya hanya seorang penjual softlense dan kacamata saja. Saya hanya menebak dari aura anda" jawab pemilik toko. Sachan masih belum percaya dengan penjelasan tersebut.

"Baiklah, saya tidak akan memaksa anda, saya tidak memiliki kepentingan apapun pada anda nona. Jadi bagaimana nona, apa anda tertarik membeli softlense ini?" tanya pemilik toko sambil menyodorkan kotak berwarna silver.

Sachan mengambil kotak tersebut "anda boleh melihat dulu nona" ucap pemilik toko. Sachan membuka kotak tersebut. Didalamnya terdapat sepasang soflense berwarna abu-abu cerah yang terlihat cantik.

'Abu-abu, tidak terlalu beda jauh dengan silver. Warna ini mengingatkanku pada Gin-san' inner Sachan. "Baiklah, aku ambil ini. Berapa harganya tuan?" ucap Sachan yang sudah tertarik dengan soflense tersebut.

"Sudah ku duga, anda pasti menyukainya nona. Saya memberikan anda diskon 50%, anggap saja ini keberuntungan anda nona" ucap pemilik toko sambil tersenyum ramah.

"Sou ka. Kalau begitu ini uangnya tuan. Emm,, soal peruntungan, apa yang akan softlense ini berikan untukku?" tanya Sachan masih ragu.

"Seperti yang anda inginkan tadi nona. Tapi ada yang harus anda ketahui. Softlense ini hanya bisa mengabulkan dua permintaan saja karena soflense ini sangat berbeda dengan yang biasa. Dan kekuatannya pun lebih tahan lama dibandingkan yang biasa. Saya harap anda bisa menggunakannya dengan baik nona" jelasnya.

"Lalu bagaimana caranya meminta hal yang aku inginkan tuan? Apa ada ritual khusus?" tanya Sachan penasaran dan masih sedikit ragu.

"Tidak ada ritual apapun nona. Cukup memakai softlense tersebut, lalu sebutkan hal apa yang anda inginkan sebanyak 2x. Maka dari itu hati-hati berucap selama anda menggunakannya.

Jika anda sudah memakai dua kesempatan, softlense itu hanya menjadi softlense biasa" jelas si pemilik toko. Sachan mengangguk, sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

Sachan pun kembali menemui Matsudaira untuk membahas misi dan strategi yang akan dilakukan. Dan softlense tersebut ia gunakan ketika misi akan dimulai.

Flashback End


Sachan berjalan menuju bar langganannya, ketika melewati gang ia melihat sosok yang tidak asing dimatanya tergeletak di tengah jalan gang.

'Apa itu Gin-san? Sebaiknya aku segera menghampirinya' inner Sachan sambil berlari menghampiri Gintoki.

Setelah berada di dekat Gin, ia membalikkan tubuh Gin dan menepuk-nepuk pipinya. "Gin-san, Gin-san ayo bangun Gin-san" namun Gin hanya mengerang, tidak ada tanda-tanda ia akan bangun.

"Hah kau mabuk berat rupanya. Baiklah, aku akan mengantarkanmu sampai rumah Gin-san ku sayang. Hehehe" ucap Sachan kegirangan lantaran ia bisa mendapatkan moment berdua dengan Gintoki.

Sachan melompat dari satu atap ke atap lain dan ia pun tiba didepan kedai milik Otose. Ternyata Otose baru akan menutup kedainya, Sachan pun menegurnya "Konbanwa Otose-san".

Otose menyahut sambil menghembuskan asap rokoknya dengan normal (tidak seperti asap rokok milik Matsudaira). "Ah Konbanwa. Ada apa dengan bocah itu?" tanya Otose yang melihat Gin tengah di gendong ala bridal style oleh Sachan.

"Aku menemukannya tertidur di gang dekat bar, sepertinya ia habis mabuk berat sampai-sampai aku tampar berulang kali ia tidak terbangun sedikitpun" jelas Sachan yang masih menggendong Gintoki. Otose mengangguk, mengerti dengan penjelasan Sachan.

"Ah sou ka. Bisa-bisanya ia mabuk-mabukan sedangkan uang sewa bulan ini belum ia bayar. Oh iya, Kagura sedang menginap di dojo keluarga Shimura jadi kau antar saja bocah itu langsung kekamarnya" ucap Otose sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Arigatou Otose-san. Aku permisi dulu" ucap Sachan dan langsung melompat ke teras Yorozuya.

"Heh bocah itu, semoga saja tidak terjadi hal aneh. Tapi siapa ya perempuan tadi? Rasanya tidak asing. Ah sudahlah, bocah itu banyak memiliki teman yang tidak kukenal" gumam Otose sambil memasuki kedainya.

.

.

.

Sachan sudah memasuki tempat tinggal Gintoki, ia segera membawanya ke kamar dan meletakkan tubuh Gin diatas futon.

"Akhirnya selesai juga pekerjaanku, oh aku hampir lupa, aku belum melepas sepatu Gin-san. Tidak mungkin ia tidur sambil memakai sepatu. Yosh Gin sayang, Sachan akan memgurusmu" ucap Sachan dengan semangat.

Setelah selesai melepaskan sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu, Sachan melihat kulkas dan meminum air dingin. Ia belum meminum setetes airpun sejak tadi. Rencananya minum sake pun batal karena menemukan Gin yang tertidur dijalan.

Waktu menujukkan jam 12 malam. Sachan kembali memasuki kamar Gin, ia mengusap surai keperakannya dan menatap wajah polos pujaan hatinya yang sedang tertidur pulas.

"Andai saja kau mau membuka sedikit saja hatimu untukku Gin-san, aku janji akan menuruti semua kata-katamu. Bahkan aku rela berhenti dari pekerjaanku.

Kuharap kau bisa mencintaiku Gin-san, semoga kau bisa mencintaiku Gin-san" gumam Sachan sambil membelai pipi Gintoki.

"Sebaiknya aku segera pulang, tapi aku akan menggantikan bajumu dulu Gin-san, tunggu sebentar ya Gin sayang, Sachan mau mengambil piyamamu dulu" ucap Sachan yang hendak berdiri, namun ada yang memegang lengannya.

Ternyata Gin yang memegang lengannya dengan mata yang separuh terbuka, tidak seperti mata ikan mati yang biasanya ia tampakkan.

"Gi-Gin-san, K-kau sudah bangun? Gomen aku sudah mengganggumu" ucap Sachan sambil menundukkan kepalanya. Tapi ia merasakan ada jari yang menyentuh dagunya dan mengangkat wajahnya.

Iris abu-abunya(softlense yang dipakai) bertemu dengan iris crimson milik pemuda yang kini berjarak 10cm didepan wajahnya.

Sachan blushing, ia bisa merasakan nafas dengan aroma bir diwajahnya. Tanpa aba-aba Gintoki sudah menempelkan bibirnya pada bibir Sachan. Gin menggigit bibirnya dan memaksa lidahnya beradu dengan lidah Gin.

Sachan bisa merasakan sisa bir yang Gintoki minum. Rasa bir tersebut benar-benar kuat hingga ia merasa sedikit pusing.

Gin menarik diri sejenak, menghirup udara untuk menormalkan nafasnya, begitu juga Sachan. Ia sudah merasa sesak meskipun baru sebentar berciuman dengan Gin.

Gin kembali menatapnya, tatapan penuh nafsu seolah Sachan adalah parfait yang biasanya dia makan. Sachan gugup, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Menolak atau membiarkan semua terjadi apa adanya.

"G-Gin-san, a-apa kau yakin" tanya Sachan memberanikan diri. Gin tidak menjawab, ia hanya tersenyum dan melanjutkan ciumannya pada Sachan.

'Bodoh, jelas-jelas ia masih mabuk. Percuma saja aku bertanya. Aku memang ingin dia menyentuhku, tapi bukan dalam keadaan mabuk seperti ini' inner Sachan lirih. Ia tidak terlalu menikmati ciumannya.

Berbeda dengan Gin, ia tampak bernafsu dan tidak sabar.

Kini mereka sudah dalam keadaan polos, hanya ada selimut yang sedikit menutupi tubuh mereka. Sachan pasrah dengan yang akan terjadi. Meskipun bukan seperti yang diinginkan tapi nafsu telah menguasainya.

Sachan menjerit ketika Gin berusaha menyatukan tubuh mereka. Sakit dan perih, itulah yang saat ini Sachan rasakan. Ia belum pernah melakukan hubungan intim.

Bukan berarti Sachan tidak pernah punya pacar, ia tidak mau dengan mudah memberikan 'hal berharga' miliknya.

Tapi sekarang ia melakukannya dengan orang yang sama sekali bukan kekasihnya dan dalam keadaan mabuk pula. Air mata Sachan mengalir, rasa sakit karena bagian bawah tubuhnya terkoyak dan rasa sakit yang mencubit hatinya.

Ia tidak menyangka akan seperti ini nasibnya. Di satu sisi ia bahagia orang yang mengambil 'kegadisan'nya adalah orang yang ia cinta, tapi ia juga sedih mengingat Gin melakukannya tanpa rasa cinta bahkan tanpa kesadaran.

Gin masih setengah sadar dan ia melihat darah mengalir dari pangkal pahanya. Gin menatap Sachan yang tengah menangis.

Sedikit merasa bersalah, Gin mencium kening, pipi dan bibir Sachan, mengajak lidah mereka kembali bertaut. Gin mencoba mengurangi rasa sakit yang Sachan rasakan.

Setelah beberapa menit mereka berciuman, Sachan sudah tidak merasakan sakit dibagian bawah tubuhnya, sekarang rasa nikmatlah yang ia rasakan.

Mendengar desahan Sachan, Gin segera memacu tubuhnya. Mereka saling berbagi kenikmatan yang dirasakan. Desahan mereka satu-satunya suara yang terdengar dimalam itu.

.

.

.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 5.30 pagi. Sachan terbangun dari tidurnya, ia merasakan pegal dan nyeri di bagian bawah tubuhnya serta sebuah lengan yang terasa hangat tengah melingkari pinggangnya.

Sachan tidak lupa dengan kejadian beberapa jam yang lalu. Ia mengumpulkan tenaga dan memaksa tubuhnya bangun.

Ia memunguti pakaian serta dalamannya yang berserakan. Setelah memakai pakaiannya ia menatap Gin yang masih tidur dengan rambut acak-acakan dan tanpa pakaian.

Sachan tersenyum lembut kemudian memakaikan selimut hingga menutupi leher Gin dengan hati-hati. Ia tidak ingin membangunkan Gin yang tidur dengan sangat damai.

"Sebaiknya aku segera pergi sebelum anak-anak itu melihatku. Jaa na Gin-san, Arigatou" ucap Sachan dengan lemah.

Ia keluar dari yorozuya dengan langkah perlahan. Untung ia tidak bertemu dengan Otose-san karena ia tidak mau hal tersebut diketahui orang lain, cukup ia dan (mungkin)Gin saja yang tahu. Karena masih merasakan nyeri, ia memilih berjalan kaki untuk sampai kerumahnya.


"Ah Ohayou Otose-san" sapa Shinpachi yang baru datang bersama Kagura dan Sadaharu.

"Ohayou Shinpachi-kun, Kagura-chan, Sadaharu. Kalian datang agak siang hari ini?" jawab Otose sambil menyapu halaman.

"Iya Otose-san, tadi kami membantu Aneue membersihkan rumah dan halaman. Aneue sedang kurang enak badan" jelas Shinpachi.

"Benar,aru. Anego sedang flu, aru" ucap Kagura menambahkan.

"Sou ka, semoga Otae lekas sembuh" jawab Otose sambil menghisap rokoknya.

"Hai, arigatou Otose-san. Kami permisi dulu" pamit Shinpachi dan Kagura.

"Anak-anak itu selalu terlihat bersemangat sekali. Eh rasanya aku melupakan sesuatu? Apa ya? Hah sudahlah, nanti saja ku ingat lagi" gumam Otose sambil melanjutkan kegiatannya.

"Tadaimaaa" ucap Shinpachi dan Kagura sambil memasuki rumah mereka.

"Shinpachi, biar aku saja yang membangunkan Gin-chan, aru" ucap Kagura sambil berjalan kearah kamar Gintoki.

"Iya Kagura-chan, tapi pelan- pelan saja ya banguninnya" ucap Shinpachi memperingatkan. Secara Kagura itu memiliki tenaga Monster yang hampir sama seperti Aneuenya.

"Ohayou Gin-chan. Gin-chan bangun, sudah siang,aru" ucap Kagura sambil mengguncang tubuh Gin. Tapi tidak ada tanda-tanda Gin akan bangun.

"Gin-chan bangun, aru. Sebentar lagi Ketsuno Ana membacakan ramalan cuaca, aru" ucap Kagura kali ini dengan suara cukup keras, tapi Gin hanya menggaruk-garuk kupingnya saja.

Kagura mulai kesal melihat sang bos yorozuya yang malasnya minta ampun. Ia pun berteriak sambil menarik selimutnya, akan tetapi ia sangat terkejut melihat keadaan didepan matanya saat ini.

"Gi-Gin-chan mesum, aru! Dasar bakayarou! Shinpachi, Shinpachi cepat kesini, aru!" teriak Kagura histeris sambil berlari keluar dari kamar Gintoki.

"Hoi Kagura-chan nanda?" tanya Shinpachi melihat Kagura tidak biasanya histeris begitu.

"Gin-chan baka, aru! Hiks...hiks... Hilang sudah keperawanan mata Kagura ,aru. Huwaaaaa" tangis Kagura sejadi-jadinya.

Shinpachi bingung dengan perkataan Kagura. 'Tidak mungkin Gin-san berbuat yang tidak-tidak pada Kagura. Atau jangan-jangan..' inner Shinpachi.

"Kagura-chan coba ceritakan yang benar, ada apa dengan Gin-san?" tanya Shinpachi dengan lembut.

Kagura menyeka air mata dan ingusnya "Hu~hu~hu Gin-chan mesum, aru. Lebih baik kau lihat saja sendiri, aru. Bilang padanya jangan bicara denganku selama beberapa hari, aru. Aku mau pergi ke taman dengan Sadaharu biar aku bisa lupa dengan kejadian hari ini, aru"

Kagura pun pergi bersama anjing besarnya. Shinpachi bingung dengan penjelasan Kagura dan ia memutuskan melihat sendiri apa yang sedang terjadi. Ketika sampai didepan kamar Gin, Shinpachi berubah pucat dan berteriak histeris

"G-Gi-Gin-saaaaannn! Apa yang kau lakukan baakaaa! Kenapa kau tidak memakai apapun!"

Gin terbangun karena sedari tadi ada suara berisik yang mengganggunya. Ia mengorek telinganya "hmm, berisik sekali. Tolong matikan AC nya, aku kedinginan" ucap Gin yang belum sadar dengan keadaannya saat ini.

.

.

.

TBC

Hallo minna, semoga fic fuuyu bisa di terima dengan baik. Fuuyu sengaja bikin limenya biasa aja, soalnya ini masih awal cerita. Semoga di chap yang akan datang bisa jadi lemon #hehehe becanda deh#. Ditunggu ya reviewnya. Diharapkan tidak ada aksi flame yaa . Hehehehe. Jaa~