Title: Painfully Loving You
Author: applecocoa
Rating: M
Pairing: Kaisoo, Baekyeol, Hunhan
Genre: Switchgender, hurt/comfort, smut, school life, romance, friendship
Disclaimer: I just own the story :)
Summary: Kyungsoo menjadi maid pribadi bagi Jongin, orang yang telah membuat masa depannya hancur. Dan hatinya semakin remuk ketika Jongin memperlakukannya layaknya sampah / "Jangan menangis, Kyung… kau tidak selemah itu." / "Kau memang tidak ada gunanya selain di ranjang ya?" / "AKU BUKAN SEX DOLL, JONGIN-SSI!" / "Dia mengingatmu?" / KAISOO, BAEKYEOL, HUNHAN FIC. GENDERSWITCH.
Warning: Genderwitch/GS, NC, alur berantakan, gaje, ... (isi sesuai keinginan. wkwk)
Auhtor note: Hello guys! Ide FF ini sebenernya udah lama ada di otakku, mungkin udah ada sekitar setahunan. Dan selama berbulan-bulan otakku perang casts (serius, aku ga bohong -_-), dan akhirnya jadilah casts-nya Kaisoo. Oiya, kata-kata yang dicetak miring di dalam cerita itu berarti pemikiran Kyungsoo atau flashback. Oke, udah segini aja author notesnya. Happy reading :)
Kyungsoo mengigit-gigit bibirnya gugup ketika dia melihat rumah besar itu. Dia memadangi dirinya yang datang dengan baju lusuh yang sangat tidak pantas jika dibandingkan dengan rumah mewah itu. Apakah keputusannya untuk datang kesini tepat? Apa dia tidak akan ditendang ketika dia menampakkan diri di depan sang pemilik rumah?
Perempuan bermata bulat itu memutuskan untuk memberanikan diri. Dengan langkah yang tersendat-sendat, dia memencet bel di samping pintu. Jaraknya agak jauh sehingga dia harus berjinjit terlebih dahulu. Dia merutuki badannya yang jauh dari kata tinggi sehingga dia harus melompat-lompat untuk meraih bel itu.
"Ada yang bisa kubantu, Agassi?" tanya seseorang.
Kyungsoo mengalihkan pandangannya dan mengurungkan niatnya untuk memencet bel. Dia memandang sejenak pada orang yang sedang berbicara. Dia seorang wanita. Wajahnya terlihat tua, mungkin umurnya sekitar 40 tahun, tapi dia terlihat cocok menggunakan kaos kasual sederhana yang biasa dipakai orang-orang berusia 25 tahun. Kyungsoo agak minder karena tinggi badannya bahkan lebih pendek dari wanita itu. Padahal wanita itu hanya mengenakan sandal, bukan high heels.
Kyungsoo membungkuk sejenak, memberi tanda hormat pada Ahjumma itu. "Annyeonghaseyo Ahjumma, Do Kyungsoo imnida. Saya ingin melamar pekerjaan sebagai maid disini."
"Ah, jadi kau ingin bekerja? Kukira kau teman anakku," ujarnya. Kyungsoo mengerutkan dahi. Teman? Apa berarti… keluarga ini memiliki anak yang seumuran dengannya? Tunggu, lalu apalagi yang dikatakan Ahjumma itu? 'Anakku'?
"A-anda… Mrs. Kim!?"
"Ya, itu benar anak muda. Baiklah, sebaiknya kita masuk dulu. Kita teruskan percakapan di dalam," ujarnya.
"Baik Ahjumma. Dan hmm… maaf, saya tidak tahu bahwa Anda Mrs. Kim," Kyungsoo menggaruk belakang lehernya kikuk.
Keluarga Kim merupakan merupakan salah satu keluarga paling berpengaruh di Korea. Mr. Kim merupakan seorang pebisnis besar. Dia memprakarsai terbentuknya berbagai macam perusahaan, mulai dari produk telekomunikasi, agensi hiburan, hingga rumah sakit.
Istrinya, orang yang saat ini duduk di depan Kyungsoo, merupakan seorang perempuan yang memiliki andil besar dalam politik dan hukum Korea. Dia merupakan aktivis yang sering sekali muncul di TV. Dia juga sering dipercaya untuk menyelesaikan kasus-kasus berat dalam negara.
Sedangkan anak tunggal mereka… Kyungsoo sebenarnya belum tahu siapa dia. Kata orang-orang, pemuda itu tampan, cerdas, dan sangat berbakat. Orang-orang sering mengatakan bahwa predikat 'seniman berbakat' masih kurang untuk menggambarkan kesempurnaannya.
Mrs. Kim meminta Kyungsoo untuk duduk di kursi tamu. Perempuan kecil itu semakin tidak nyaman saja dengan keadaan ini. Rumah ini tidak hanya terlihat mewah di luar. Setiap perabot dan detail kecil di rumah ini seakan berharga satu juta dolar di mata Kyungsoo. Dia takut akan merusaknya jika dia benar-benar menjadi maid nantinya.
"Do Kyungsoo, kau lebih suka teh atau jus jeruk?" tawar Mrs. Kim.
Kyungsoo terbelalak. Mata burung hantunya melebar imut. Mrs. Kim tersenyum simpul ketika Kyungsoo terlihat bimbang dan memutuskan untuk berpikir sejenak.
"Ayolah Kyungsoo, ini hanya tawaran minum. Kau membuatnya terlihat seperti tawaran pemecatan saja," canda Mrs. Kim.
Mrs. Kim semakin tidak bisa menahan senyumnya ketika dia melihat Kyungsoo terbata-bata mengatakan sesuatu. Sepertinya dia tidak biasa menghadapi situasi seperti ini. Kyungsoo terlihat seperti anak berusia sembilan bulan yang mencoba untuk menirukan kata-kata orangtuanya.
"Ti-tidak.. u-usah," ujarnya sambil menggeleng pelan. Pipi chubby-nya semakin terlihat ketika dia menyunggingkan sebuah senyum gugup.
"Oh baiklah, reaksimu itu aku anggap sebagai kata lain dari 'terserah Mrs. Kim'," ujar wanita paruh baya itu. Kyungsoo kembali menunjukkan wajah kagetnya. Sudut-sudut bibir Mrs. Kim terangkat sebelum dia mengucapkan, "aku akan membuatkanmu jus jeruk. Jangan menolak, oke?"
Mrs. Kim menghilang cepat sekali hingga Kyungsoo tidak punya waktu untuk memberi penolakan. Tidak sampai 5 menit, Kyungsoo menerima sebuah cangkir putih dengan ragu-ragu. Es yang sedang mencair dan titik-titik air di luar cangkir terlihat begitu menyegarkan di matanya.
"Jadi Do Kyungsoo, kau benar-benar berniat untuk menjadi maid?" Mrs. Kim mulai membuka pembicaraan.
"I-iya, Mrs. Kim."
"Tapi begini Kyungsoo-ah, anakku ingin satu maid di rumah ini. Jadi, kau bersedia 'kan, hidup berdua saja dengan anakku?"
Bukan hal yang sulit, lagipula aku bisa menjamin bahwa aku tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh.
"Saya bersedia. Adakah aturan lain yang harus saya setujui?"
"Nah, ini yang paling sulit. Calon maid yang datang sebelum kau banyak yang tidak dapat menyanggupi ini," ujar Mrs. Kim. "Kau tidak boleh pulang selama 8 bulan. Aku dan suamiku sering sekali mengunjungi rumah ini, tapi untuk 8 bulan ke depan aku pikir kami tidak akan bisa melakukannya lagi. Agenda kerja kami semakin padat, bahkan kami tidak yakin bisa pulang ke rumah sekali dalam sebulan."
Kyungsoo menelan ludah. Dia tidak akan bisa melihat Eomma dan rumahnya selama 8 bulan ke depan.
"Tapi tenang saja Kyungsoo, kau bisa menelepon keluarga dan teman-temanmu kapan saja. Kau juga bisa mengambil cuti selama beberapa hari jika kau ingin," jelas Mrs. Kim lagi.
8 bulan bukan waktu yang singkat…
Tapi bukankah dia kesini untuk mencari uang? Untuk memberi kehidupan yang lebih layak pada ibunya, untuk satu-satunya keluarga yang tersisa baginya saat ini?
"Bagaimana Kyungsoo? Kau setuju?" tanya Mrs. Kim.
Mencari pekerjaan dengan gaji besar bukanlah hal yang mudah di Seoul. Apalagi jika pekerjaan itu termasuk pekerjaan kecil dan ringan seperti maid. Dia sudah cukup beruntung karena dia menemukan lowongan pekerjaan ini, bahkan dia diterima dengan baik oleh sang calon majikan.
Kyungsoo, kesempatan tidak datang dua kali.
"Baik, saya setuju."
Mrs. Kim terlihat lega dan bahagia sekali. Dia tersenyum manis pada perempuan bermata besar itu. Kyungsoo mengikuti gerakannya ketika wanita paruh baya itu menyeruput jus jeruknya.
"Oh iya Kyungsoo-ah, kau masih dalam usia sekolah, bukan?"
"Iya, Ahjumma."
"Bagaimana jika kau kusekolahkan ke SM High School?"
Kyungsoo hampir saja menyemburkan jus jeruknya. SM High School adalah sekolahnya dulu. Dia bersekolah disana sebelum akhirnya dia memutuskan keluar karena… dia hamil.
"Jangan khawatir, Kyungsoo-ah, SM High School adalah salah satu sekolah terbaik di Seoul. Anakku juga bersekolah disana. Kalian bisa berangkat bersama dan meminta dia untuk memberimu tour guide. Bagaimana? Ide yang bagus 'kan?"
"Ehm Ahjuma… selama beberapa bulan ini saya samasekali tidak menyentuh buku. Saya tidak yakin saya bisa melewati tes masuk di SM High School. Lagipula, saya tidak berencana masuk kuliah, jadi tidak masalah jika saya tidak menyelesaikan SMA," Kyungsoo memberikan alasan.
"Begini saja, kau jalani dulu tes masuk ke SM High School. Jika kau tidak diterima disana, aku akan mencarikanmu sekolah lain," ujar Mrs. Kim. Kyungsoo tertegun memandang wanita itu. Sepertinya dia serius ingin menyekolahkannya. Dan jujur saja, perlakuannya membuat Kyungsoo bertanya-tanya. Wanita itu seakan tidak menganggap Kyungsoo sebagai orang asing. "Oh ya ampun, sore ini ada rapat! Kyungsoo-ah, jangan lupa berbelanja untuk membuat makan malam. Uangnya bisa kau ambil di lemari di dekat kulkas. Aku pergi dulu!"
"Eh? Sebentar Mrs. Kim, ada satu hal yang ingin saya tanyakan," ujar Kyungsoo. "Siapa nama anak Anda?"
"Oh benar juga, aku lupa tidak memberitahumu. Nama anakku Kim Jongin."
Dan bersama dengan perginya perempuan itu, Kyungsoo menyadari bahwa kehidupan barunya sebagai maid tidak akan mudah.
.
.
.
"Kamsahamnida, Ahjumma," ujar Kyungsoo sambil menerima 2 kantong plastik yang diberikan oleh kasir.
Ini sudah hampir jam 6 sore. Jongin pasti sudah pulang. Mengingat nama Jongin membuat hatinya merasakan hal yang ganjil kembali. Entahlah, dia juga tidak menjelaskan apa yang terjadi. mungkin saja cinta, mungkin saja kecewa... dia tidak mengerti. Sudah berbulan-bulan dia mencoba menulikan diri dari kata-kata hatinya. Kenangan-kenangan masa lalu hanya akan semakin menghantui jika dia terus-menerus mendengarkan hatinya.
Flashback...
"Jongin-ah, dimana kita? Bukankah kau bilang kita akan bermain?" tanya Kyungsoo sambil merapatkan diri kepada lelaki berkulit tan itu.
"Kau sudah SMA tapi kau tidak tahu tempat ini?" Jongin balik bertanya. "Ini pub, tempat bermain kita yang baru."
"A-apa maksudmu? Kita bermain disini? Apa yang bisa kau mainkan disini? Jongin-ah, tempat ini mengerikan, aku ingin pulang."
Kyungsoo bergidik melihat orang-orang di dalam ruangan itu. Sebagian orang menari mengikuti alunan musik, yang lain merokok, mabuk, dan... melakukan hal-hal di luar etika. Dia bisa melihat seorang wanita sedang membuka lingerie merahnya di hadapan umum. Di sudut ruangan, dia bahkan bisa melihat seorang perempuan mendesah ketika seorang laki-laki memainkan payudaranya dengan mulut. Seorang pemuda terang-terangan meneteskan air liurnya ketika dia melihat aktivitas pasangan itu, dan seorang pemuda lain merekamnya dengan handycam.
"Kris, bagianmu," Jongin sambil menunjuk Kyungsoo dengan dagunya.
"Anak SD?" ujar orang bernama Kris itu. Perawakannya tinggi, hidungnya mancung, dan wajahnya terlihat tegas. Kyungsoo seperti menciut ketika melihat tatapannya padanya. Dia merasa seperti mangsa yang bertemu dengan predator.
"Wajahnya memang terlihat seperti anak-anak, Kris. Tapi kau tak akan percaya dengan badannya," ujar Jongin. "Kau tidak akan percaya ketika melihat payudaranya. Ukurannya memang kecil, tetapi lebih kenyal daripada milik perempuan yang kau pesan semalam."
Mata Kyungsoo membulat ketika mendengar kata-kata Jongin. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Kyungsoo.
Hanya dengan satu gerakan tangan, kini Kyungsoo sudah duduk di pangkuan Jongin. Laki-laki berkulit tan itu memerangkap perempuan mungil itu dengan dua tangannya.
"Tentu saja kami membicarakanmu, Kyung. Lebih spesifiknya, kami membicarakanmu dan lubang sempitmu yang menggiurkan itu," ujar Jongin. Kyungsoo mengerutkan kening. Dia tidak mengerti arah pembicaran Jongin. Pikirannya masih terlalu polos.
"Kris, bagaimana dengan taruhanku kemarin?" ujar Jongin sambil menyunggingkan sebuah seringai. "Bagaimana dengan 6 ronde? Kali ini taruhannya 2 juta won."
"Menarik. Aku setujui Jongin. Apa kau punya lube? Aku kasihan dengan anak kecil ini. Bisa-bisa dia pingsan karena kesakitan."
"Jongin aku merasa ada yang tidak beres. Aku ingin pu..."
BRUK!
Jongin menghempaskan Kyungsoo ke arah Kris. Badan kecil perempuan itu berada dengan badan Kris yang berotot. Badan Kyungsoo gemetar ketika dia melihat seringai Kris.
"Ini lube-nya, dan ini kunci kamarnya. Selamat menikmati keperawanannya," bersamaan dengan Jongin yang meminum alkoholnya, Kris memanggul Kyungsoo di pundaknya.
Tidak ada gunanya Kyungsoo menangis, meronta, ataupun berteriak. Kris jauh lebih kuat darinya. Lagipula, tidak akan ada yang menolongnya. Setiap orang di pub sibuk dengan urusan mereka sendiri. Termasuk Jongin, orang yang telah dipercayainya. Malam itu, dia harus merelakan hal dijaganya seumur hidup hilang begitu saja.
.
.
.
"Jika aku jadi kau, aku akan mengugurkan kandunganku," ujar seorang wanita berkamata tebal didepan Kyungsoo.
"AKU TIDAK AKAN MELAKUKANNYA, SEONSAENGNIM! AKU MENCINTAI ANAKKU!" teriak Kyungsoo frustasi. Sudah dua jam dia berada di ruang guru, tapi permintaannya untuk keluar dari sekolah belum juga menemui penyelesaian. Wakil kepala sekolah itu sealu saja mendebat pendapatnya.
"KYUNGSOO, DENGARKAN AKU! AKU PERNAH BERADA DI POSISIMU! SAAT ITU AKU BENAR-BENAR MENGUGURKAN KANDUNGANKU! LEBIH BAIK DIA MATI SAAT ITU JUGA DARIPADA DIA MENDERITA KARENA AKU TIDAK BISA MEMBESARKANNYA DENGAN BAIK! DUNIA INI JAHAT, KYUNGSOO! TIDAK CUKUP DENGAN CINTA SAJA KAU BISA MEMBESARKANNYA!"
"KEPUTUSKANKU SUDAH BULAT, SEONSAENGNIM!"
Flashback end.
.
.
.
Kyungsoo menyeret barang belanjaannya menuju dapur. Tangannya pegal karena dia sudah menentengnya dari supermarket hingga depan pintu.
"Ini sudah jam 6. Dia seharusnya sudah pulang sejak tadi," perempuan itu meraih sebuah piring plastik dan menempatkan buah-buahan disana. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia mengambil peralatan masak dan mulai menyiapkan bahan-bahan untuk memasak. "Oh sebentar, sepertinya aku lupa membeli garam!"
Perempuan kecil itu mencari di setiap sudut dapur, mengaduk-aduk setiap plastik yang dibawanya dari supermarket, dan meneliti setiap wadah di lemari penyimpanan, tapi hasilnya sama saja.
"Siapa kau?" suara bass tiba-tiba terdengar dari balik punggungnya.
DEG!
Suara itu... tanpa berbalik pun dia sudah tahu siapa pemiliknya. Suara itu belum juga berubah. Begitu pun dengan nada suaranya yang terdengar dingin.
Kalau saja tradisi berbicara tanpa menadang lawan bicara itu sopan, Kyungsoo pasti akan melakukannya. Jujur saja, dia tidak berani menatap laki-laki itu. Dia takut sesuatu akan terjadi pada hatinya. Dia takut luka masa lalunya akan terbuka lagi.
"Sulli?"
Hati Kyungsoo teraduk-aduk ketika nama itu terucap dari bibir pria itu. Dia dan selalu dia, selalu perempuan itu. Satu nama yang berhasil membuka kembali semua kenangan Kyungsoo. Benar bukan perkiraanya bahwa kehidupan barunya tidak akan mudah?
Ayo Kyungsoo, kau harus berani. Dia majikanmu sekarang. Kau harus bersikap baik padanya. Paling tidak, untuk saat ini bertingkahlah sewajarnya, seakan-akan kau baru mengenalnya untuk pertama kali.
"Ma-maaf, saya bukan Sulli-ssi," ujar Kyungsoo. Usahanya untuk menyunggingkan senyum gagal ketika dia melihat figur tampan itu. Ya benar, 'seniman berbakat' memang masih kurang untuk menganggambarkan kesempurnaannya. Kulitnya yang kecokelatan, bibirnya yang tebal, badannya yang tinggi... entah kata apa yang tepat untuk menggambarkannya. Tidak ada yang berubah darinya, dia masih tetap seorang lelaki tanpa cacat. "Annyeonghaseyo Jongin-ssi, Do Kyungsoo imnida. Saya maid pribadi Anda."
Kyungsoo tertegun ketika mata keduanya bertemu. Mata obsidian Jongin memandang tajam padanya, membungkam bibirnya yang saat itu masih ingin berbicara. Kenapa, Jongin? Tidak suka kah?
