Soccer
.
Rate : M
Cast : Lu Han , Oh SeHun
Warn : BoysLove-Yaoi, typos, alur berantakan, NC gak hot :'v
.
DON'T LIKE DON'T READ
.
.
.
Oh Sehun. Pemuda tinggi dengan kulit pucat dan wajah tampan. Merupakan ketua tim sepak bola disekolahnya yang digemari banyak orang. Keahlian Sehun dalam sepak bola tak bisa diremehkan. Pemuda Oh itu telah memberikan banyak piala karena keberhasilannya menuntun tim sepak bola sekolah menuju kemenangan.
Namun untuk kali ini, Sehun merasa jengkel dan terkalahkan. Matanya menatap tajam seorang pemuda dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi dengan rambut berwarna coklat madu. Kaki pemuda itu begerak lincah melewati setiap lawan yang menghadang. Luhan. Pemuda asal China yang baru pindah ke sekolahnya beberapa bulan. Dia mendaftarkan diri sebagai anggota baru di tim sepak bola. Luhan ngototuntuk dijadikan pemain inti. Jadi, untuk mengetes kemampuannya, Sehun melakukan latih tanding.
Dan ternyata Luhan pandai dalam permainan sepak bola atau bahkan bisa dikatakan berbakat. Seketika perasaan tak senang muncul dalam diri Sehun setiap kali melihat Luhan. Karena hal tersebut, Sehun banyak melakukan kesalahan yang tak biasanya dia lakukan saat latihan dilangsungkan.
"Latihan hari ini selesai," sang pelatih berteriak lantang, mengakhiri latihan hari ini, "Sehun, ada yang ingin kubicarakan."
Sehun yang hendak melangkah menuju ruang ganti pun harus menundanya dahulu karena sang pelatih. "Ya?"
"Ada apa denganmu akhir-akhir ini? Kau melakukan banyak sekali kesalahan saat latihan, perlu kuingatkan. Jika kau melakukan kesalahan lagi, jangan salahkan aku jika posisi kaptenmu kucabut dan kuberikan pada Luhan." Ucap sang pelatih dalam sekali tarikan nafas lalu beranjak pergi meninggalkan Sehun yang terdiam di posisinya. Gigi Sehun bergemelatuk, menahan emosi yang seketika memuncak. Kakinya berjalan menuju atap sekolah. Dia perlu menenangkan dirinya sebentar sebelum membersihkan diri dan pulang.
.
.
.
Waktu di ponsel hitam Sehun telah menunjukkan pukul setengah lima sore. Sehun bangkit dari posisi berbaringnya sejak satu jam yang lalu. Dia membersihkan sedikit debu yang menempel di celananya. Lalu dia beranjak turun menuju ruang klub sepak bola.
Sesampainya di ruang klub, matanya mengedar menatap keadaan ruang klub yang tampak sepi. Namun fokus pandangnya terhenti saat melihat sebuah tas tergeletak di kursi, Sehun memperhatikan tas tersebut. Sesaat sebuah seringai jahil terpasang di wajah Sehun. Pemuda itu membuka resleting tas di hadapannya dan mengambil dua set pakaian beserta dalamannya, menyisakan beberapa barang tak begitu penting. Dia melemparkannya ke atas loker yang tingginya melebihi tinggi badannya sendiri.
Sehun pun melangkahkan kakinya menuju loker miliknya sendiri. Mengambil tasnya. Kemudian melangkah memasuki salah satu bilik untuk membersihkan diri. Selang beberapa menit Sehun keluar dengan pakaian lengkap. Wajahnya tampak puas saat melihat seseorang tengah celingukkan mencari sesuatu. "Apa yang kaulakukan?" Hoh, pemuda Oh satu ini tampaknya pintar bersandiwara. Lihatlah wajahnya yang menampilkan ekspresi datar dan seperti tak mengetahui apapun.
Luhan menolehkan kepalanya saat mendengar suara yang cukup familiar. "Kau," jari lentik Luhan terangkat, menunjuk wajah Sehun dengan tidak sopan. Alis Sehun terangkat sebelah. Pura-pura bingung. "Kau kemanakan pakaianku?" Luhan bertanya ketus. Mata rusanya berkilat sebal.
"Mana ku tahu," Sehun melangkahkan kakinya menuju pintu keluar klub, namun langkahnya terhenti saat Luhan berlari dan tiba-tiba sudah berdiri menghalangi langkahnya.
"Mau kemana kau? Kembalikan dulu pakaianku!" Suara Luhan sedikit meninggi. Emosinya tiba-tiba naik.
Luhan dan Sehun tidaklah pernah akur asal kalian tahu. Mereka selalu memperdebatkan hal yang tak penting. Tapi hal yang paling sering di debatkan adalah masalah keahlian mereka dalam sepak bola. Semua itu bermula karena Sehun yang tak senang dengan kemampuan Luhan.
"Hei, jangan asal menuduh orang, dasar feminim."
"Ya!" Luhan berteriak nyaring. Dia paling tidak suka di panggil feminim. Dia itu pria. Pria manly.
"Minggir. Ini sudah mulai malam," Sehun berusaha menggeser tubuh Luhan yang hanya berbalut sehelai handuk itu. Luhan sendiri tetap berdiri di posisinya. Dia yakin sekali pakaiannya di sembunyikan oleh Oh Sehun sialan ini. "Kau mau minggir atau ku telanjangi kau?"
Luhan menyeringai. Matanya menatap lurus ke mata Sehun tanpa rasa takut sedikitpun, "Kau pikir aku takut?"
Sehun balas menyeringai. Tangannya dengan cepat menarik lepas satu-satunya kain yang membalut tubuh Luhan. Kini pemuda rusa itu telanjang bulat. Seringai Sehun perlahan luntur kala matanya menelisik tubuh Luhan lebih lama. Sial. Kenapa tubuh Luhan mulus sekali? Sehun meneguk ludahnya susah payah. Sedangkan Luhan tampak tak menyadari tingkah Sehun, "Kembalikan pakaianku! Aku ingin pulang!"
Lamunan Sehun buyar. Dia menghela nafas sedikit sebelum menunjuk di mana pakaian Luhan berada. Luhan tanpa menunggu lagi langsung menarik kursi lalu berdiri di atas kursi dengan tubuh yang telanjang. Entah dorongan darimana. Sehun sedari tadi memperhatikan Luhan dan memilih untuk tidak pulang terlebih dahulu. Dan sial seribu sial. Dia menyesali perbuatannya. Kini posisi Luhan sedikit membungkuk untuk mengambil pakaiannya, menyebabkan Sehun dapat melihat lubang merah Luhan yang tampak sempit. Berkedut minta diisi.
Uh, tenanglah Sehunnie kecil.
Sengaja atau tidak. Luhan menggoyangkan sedikit pinggulnya karena kesusahan mengambil pakaiannya yang terlempar cukup jauh. Okay, Sehun sudah tidak tahan. Salahkan Luhan dan lubang menggodanya.
Luhan tersentak kaget saat merasakan sebuah benda hangat dan basah menyentuh sesuatu di tengah bokongnya. Dengan cepat Luhan berbalik, benar saja. Sehun berdiri di belakangnya dengan mata berkilat-kilat. "A..apa yang kau lakukan, hah?!" Luhan berteriak.
Bukannya menjawab, Sehun malah menarik tubuh Luhan turun dan mendorongnya ke arah loker cukup keras. Luhan sedikit mengerang saat merasakan sakit di pumggungnya. "Kau menggodaku, hm?" Tangan Sehun terjulur mengelus pipi Luhan yang sangat halus itu. Luhan meneguk ludahnya kasar. Astaga. Mimpi apa dia semalam sampai dirinya harus berada di posisi seperti ini.
Luhan tertawa hambar, "Apa yang kau katakan? Minggir, aku ingin segera pulang."
"Untuk apa terburu-buru? Kita bermain sebentar, bagaimana?" Sehun bertanya dengan nada sensual. Mendadak Luhan merinding.
"Se–" Ucapan Luhan terpotong saat bibir tipis Sehun membungkam bibirnya cepat. Awalnya hanya menempel, namun lama-kelamaan bibir Sehun bergerak melumat bibir atas dan bawah Luhan bergantian. Luhan sendiri tampak shock.
"Eunghh.." lenguhan lolos dari bibir Luhan, ketika tangan Sehun meremas bongkahan pantatnya yang kenyal.
Menyadari mulut Luhan yang terbuka, Sehun langsung melesakkan lidahnya ke dalan mulut Luhan. Mengobrak-abrik mulut tersebut. Suara kecipak terdengar nyaring mengingat ruangan klub yang sudah sepi dan hari yang mulai beranjak malam. Lidah Sehun menggoda lidah Luhan. Menarik-nariknya, lalu melilitkan lidah satu sama lain. Ciuman itu berlangsung selama beberapa menit. Sehun melepaskan pagutan mereka, menyisakan benang-benang saliva tipis. Mata Sehun memperhatikan wajah Luhan yang memerah dengan mata sayu dan nafas terengah-engah. Uh, sungguh menggoda. Membuat Sehunnie kecil semakin mengeras di bawah sana.
Bibir Sehun mengecup ceruk leher Luhan yang menguarkan harum menyenangkan. Menjilatnya lalu menggigitnya, menghasilkan bercak merah keunguan di sana. Yang di pastikan bercak itu tak akan hilang dalam hitungan hari. Hal itu dilakukannya berulang kali. Tangannya pun merambat menuju dada Luhan. Mencari tonjolan kecil di dada Luhan. Elus, cubit, tarik. Membuat desahan tak ayal di keluarkan Luhan.
"Sshh..Se..hh..hunhh.." Luhan memanggil nama Sehun susah payah. Sial, kenapa tubuhnya lemas begini? Dan kenapa pula dengan suaranya?
"Tenanglah. Ini akan menyenangkan." Luhan memejamkan kedua matanya erat-erat. Tubuhnya tak bisa menolak perbuatan Sehun sama sekali. Ini sungguh nikmat.
Tangan Sehun tetap bermain di kedua nipple Luhan. Sedangkan bibirnya masih sibuk menciptakan tanda di sekitar tubuh mulus Luhan. Perlahan tangan Sehun merambat turun. Mengelus paha dalam Luhan, "Nghh.."
Bibir Sehun kembali dipertemukan dengan bibir manis Luhan. Ciuman panas pun tak terelakkan. Sehun terus melumat bibir Luhan. Bibir Luhan yang selalu mengoceh dan membalas setiap ucapannya ini sangat manis, eh. Kini tangan Sehun mengocok pelan kejantanan Luhan yang sudah menegang dengan precum di ujungnya. Tautan keduanya terlepas karena kepala Luhan yang mendongak nikmat, matanya semakin terpejam erat.
"Mm..Le..lebihh..cepathh.." Astaga. Ini terlalu nikmat untuk Luhan. Sehun mengalihkan wajahnya menuju kedua nipple menegang Luhan. Menjilat lalu mengulumnya hingga basah.
Sehun menjauhkan tubuhnya dari tubuh Luhan, menyebabkan Luhan sedikit melenguh kecewa karena kenimakmatan yang melingkupinya seketika menghilang begitu saja. Pemuda Oh sendiri sedang menatap Luhan dengan mata berkilat nafsu. Sungguh, dia tak pernah menyangka bahwa Luhan akan semenggoda ini jika sehabis mandi. Sehun segera melepaskan kaus berlengan pendeknya, menampilkan abs yang mulai tercetak di tubuh putih milik seorang Oh Sehun. Pemuda rusa yang sedari tadi hanya diam, merona melihat tubuh Sehun. Wajahnya semakin merona kala Sehun mulai menurunkan celananya. Seumur-umur, Luhan belum pernah melihat milik orang lain selain miliknya sendiri. Dan apa yang salah dengan sistem kerja tubuhnya? Kenapa tubuhnya malah diam saja bukannya kabur? Uh..
"Kau tidak kabur maupun berontak, kurasa kita bisa melakukan lebih dari ini," Sehun menyeringai. Lalu kembali mendekati tubuh sang submissive dan melumat bibir manisnya. Luhan hanya bisa pasrah. Tangannya kembali menyentuh milik Luhan, mengocoknya dengan tempo lumayan cepat. Menghasilkan desahan tertahan. Sehun dengan cepat melepaskan pegangannya dari milik Luhan, saat dirinya merasakan kejantanan Luhan berkedut tanda ingin menyemburkan cairannya keluar. Luhan kembali mendesah kecewa karenanya.
Sehun sendiri hanya menyeringai menyebalkan. Perlahan jari-jari Sehun menerobos masuk ke dalam lubang hangat Luhan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Luhan mengernyit, merasa aneh saat jari Sehun memasuki lubangnya, "Ugh, ap..apa yang kau lakukan? Keluarkan," Luhan memegang tangan Sehun yang jarinya sudah bersarang di dalam tubuhnya.
"Shh.." Sehun kembali membekap mulut Luhan, menghentikan Luhan yang terus menyuruhnya berhenti.
Merasa cukup. Sehun mengeluarkan jarinya. Kini tangannya memegang miliknya sendiri, mengocoknya sebelum mengarahkan ke lubang Luhan yang berkerut minta diisi. Luhan yang terlalu fokus dengan ciuman Sehun tidak menyadari apa yang akan di lakukan Sehun.
"Arghh.." Pagutan bibir mereka terlepas, Luhan berteriak kencang. Merasakan sakit di bagian bawah tubuhnya. Mata rusanya berkaca-kaca. Bisa dipastikan bagian bawahnya robek karena ulah Oh Sehun sialan.
"Ssh, tahanlah. Ini akan nikmat." Sehun mengecup kedua mata Luhan yang hampir menjatuhkan air mata. Cukup lama mereka terdiam hingga akhirnya Luhan menggerakkan pinggulnya karena merasa tak nyaman. Perlahan Sehun menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan kejantanannya di lubang Luhan yang sempit dan hangat. Sehun berdesis kala miliknya diremas kuat oleh Luhan seakan ingin meremukkannya.
"Nnhh.. Di..sanahh..nghh.." tangan Luhan terulur untuk menarik surai kelam Sehun yang ada di dekatnya. Sial. Kejantanan Sehun yang sedang keluar masuk di lubangnya sungguh besar dan nikmat. Bagaimana mungkin pemuda yang lebih muda darinya ini sangat hebat dalam hal seperti ini. Mata Luhan yang sempat terpejam, dia paksa terbuka. Dia dapat melihat dengan jelas wajah Sehun yang sedang merasakan kenikmatan sama sepertinya. Dengan berani pemuda rusa itu mencium bibir Sehun. Sehun sempat tersentak sesaat karena tindakan tiba-tiba Luhan namun setelahnya dia tersenyum kecil lalu membalas lumatan Luhan.
Tubuh Sehun terus bergerak. Mengeluar masukkan kejantanannya dengan cepat. Ruangan klub yang semula sepi kini menjadi ribut hanya karena desahan kedua orang ini. Hawa di sekitar Sehun dan Luhan menjadi sangat panas walau jelas-jelas di ruangan itu ada pendingin ruangan. Tubuh keduanya telah basah oleh keringat. Tampaknya mereka perlu mandi lagi setelah ini atau tidak. "Sehunhh..Ak..aku.."
"Tahan..sshh, keluarkan bersama..mhh.." Luhan mengernyit sebal saat mendengar perintah Sehun. Tapi walau begitu Luhan tetap menurut. Hingga pada beberapa sodokan terahir, Keduanya mencapai puncak kenikmatan bersama sambil meneriakan nama pasangan masing-masing.
Keduanya terengah-engah. Dada mereka naik turun. Baik Sehun maupun Luhan meraup udara dengan rakus untuk mengisi paru-paru mereka yang kosong. Selang beberapa saat, Luhan memukul kepala Sehun cukup kencang membuat yang dipukul meringis sakit. Sehun mendelik sebal ke arah Luhan yang menatapnya dengan wajah kesal.
"Kau ini. Padahal sudah berjanji untuk tidak melakukannya hingga kita lulus." Bibir merah Luhan mengerucut. Bukannya merasa bersalah, Sehun malah terkekeh geli.
"Maafkan aku. Salahmu sendiri yang menggodaku," Sehun mengecup bibir Luhan yang mengerucut lalu melumatnya pelan.
Denga kasar Luhan mendorong tubuh Sehun menjauh menyebabkan pagutan bibir mereka terlepas "Siapa yang menggodamu, huh?"
"Tentu saja kau Lu baby." Luhan memilih untuk tidak membalas ucapan Sehun. Jika terus dibalas maka perdebatan mereka tak akan selesai sampai hari esok. Biarkan pemuda yang lebih muda darinya ini berkata apa yang diinginkannya.
Sehun tersenyum kecil melihat Luhan yang cemberut, "Lagipula salahmu sendiri tidak mau mendengarkanku. Sudah kukatakan jangan bermain bola lagi," Sehun menghela nafas lelah, seakan dirinya memikul masalah yang sungguh berat, "Setiap bermain pahamu selalu terpampang jelas dan dilihat oleh yang lainnya. Dan juga saat kau berkeringat, tubuh indahmu menjadi tontonan gratis untuk semua orang." Kepala bersurai kelam Sehun mengangguk seolah dirinya yakin dengan ucapannya sendiri.
Luhan yang semula cemberut kini menatap tak percaya pada pemuda di depannya. "Astaga Sehun! Sudah kukatakan berapa kali. Kenapa kau selalu kekanakan seperti ini sih?" tanpa ampun, Luhan menarik kedua belah pipi Sehun hingga pipi putih itu memerah.
Dengan lembut Sehun menepis kedua tangan Luhan yang dengan kurang ajar menarik pipi indahnya, "Aku tidak perduli. Intinya hari ini kau harus dihukum baby. Kita ke apartemenku dan bermain hingga kau tidak bisa berjalan selama berminggu-minggu." Sehun tersenyum manis yang malah tampak seperti senyuman setan untuk Luhan.
Mata doe Luhan melotot horror. Dia dengan segera menjauhkan tubuh mereka. Dengan cepat memakai pakaiannya dan pergi dari ruangan klub. Sehun hanya terkekeh geli. Rusa manisnya tak mungkin bisa berlari jauh karena mereka baru saja selesai bercinta. Jadi Sehun dengan santai memakai pakaiannya lalu mengambil barang-barang miliknya dan Luhan. Setelah itu Sehun keluar dari ruangan. "Kau milikku malam ini, Oh Luhan."
.
.
END
.
.
Yo~ Ini ff oneshot yang Vii janjikan untuk permintaan maaf karena sering telat update. Mwehehe. Nah, jangan tanya saya ini ff apaan. Karena jujur, Vii sendiri gak tau ini apaan. Ini pertama kalinya saya bkin ff dengan rated M. Mohon maafkan saya kalau ada kesalahan. Saya gak berani baca ulang. Takut minder dan malah gak jdi di publish. Jadi saya publish ff ini apa adanya.
Mungkin readers sekalian dengan baik hati mau kasih saya masukkan.. Silahkan kasih pendapat kalian di kolom review atau lewat PM juga boleh kok. Okayy, sekian.
RnR?
