Howa : *ngeganyem buku Detik* hayo semfua, kahi inhi guhe bahik buhwat nehrbithin cehita bahu, seferti jang guhe fernah bihlang. Semfoga kahian suha, ya! Oiya, sekedar inpo (jang batja LMHBS) LMBS terbit setihaf tanhal 2 setifap 1 atau 2 bhulan sehali, tafi.. Fengen hiatus, ada UN -_-#labil.
Audience : lu kenapa sih, gazebow! *getok getok pundak howa dengan galah (?)*
Howa : *ketelek buku Detik* HOEEEEEKKK..! UHOOOKKK..! HOKKK..! OHOKK..! G, GUE KESEL—OHOKKKK! KESELEK...! OI!
Disclimera-Yoshiro Togaishi-sensei.
Rated- T. Prodak ini memuat konten konten 9 tahun ke atas (menurut lembaga survei Adel), yang masih 9 tahun dianjurkan untuk tidak baca. Harap bimbing anak anda yang masih di bawah umur dalam membaca fic ini.
Genre- Friendship (hah, gontok-gontokan gitu?) & Humorandom (ketidak becusan author dalam ngebanyol).
Summary- 2 tahun kemudian setelah merasakan sangsaro badan di GunYat, ternyata Killua dipaksa howa lagi untuk mengenyam bangku pendidikan di sana. 1 semester akhir di kelas 9 harus dia gunakan sebaik mungkin hanya untuk 2 lembar kertas, yaitu SKHUN dan Ijazah. Belum lagi penguhi penghuni GunYat lama masih bersemayam di sana. "Wah, ngejar materi di semester 2 berat, loh! Gue aja terkatung katung!"
Kode Merah (sabda Skipper : "Berharaplah kau hidup tidak untuk melihatnya..") - OOC-DOC, CCD, cerita membingungkan anda pasti sulit menyerap isi dari fic ini. Humornya GARINGNGENESS, friednship sesat, dan lagi misstype serangkai bersarang disini. Semua itu karena authornya pelarian Snnare Institute. Bagi anda yang hanya membaca fic fic kece badai harap tutup tab ini atau kembali ke HxH archive, karena fic ini bukan yang macam itu. Penting buat anda bahwa perusahaan yang menghandle fic ini — alias PT. ADEL MEMANG KEPO— tidak memberikan asuransi jiwa buat anda jika otak anda terbakar saat
membaca seperti Patrick. Produk ini tidak disarankan untuk orang orang normal. Terakhir yang anda harus tau jika menyukai fic ini harap bacakan di kelasmu besok pagi jika tidak suka, silahkan lindas gadget anda dengan truk sampah ehm— ralat, lindas aja authornya dengan tronton (audience : HOREEee..!).
Killua di GunYat Untuk 1 Semester Terakhir, Cuk!
(prekuel Waktu Yang Kulewatkan Dengan Nikka, sekaligus sequel Ada Apa Dengan GunYat?)
Halaman Pertama :: Siapa rajin ke sekolah..? Cari ilmu sampai dapat!
Diproduksi Oleh
PT ADEL MEMANG KEPO INVESTAMA .Tbk.
Jl. Perum 4 No. 196 Sabi City-Indahnesia.
Ide Produk
howa
(Mourice : dan seterusnya, hore semua..)
"Hoaaahh..!"
Jujur, kopi hitam atau banrek kelas dunia sampe kelas warkop, tak akan pernah bisa membuat seoran Yoken yang gila game akan terjaga semalaman tanpa mengantuk sementara dia masih memainkan stick psnya. Dan resiko yang harus ditanggung adalah.. Eaa, mengantuk di pagi hari dan tertidur saat pelajaran dimulai. Sepasang mata beler n' berek itu bisa menjadi saksi dan bukti.
"Oi! Mulut lu udah kaya goa aja kalo lagi nguap!" Yoken memerjapkan matanya berulang kali, memastikan siapa sebenarnya mahluk cerewet banyak tingkah yang bicara padanya ini. Karena kepalanya yang dia biarkan tergeletak di meja membuatnya hanya bisa melihat secara horizontal.
"Hahh.. Kok, kenapa ya makin ke sini gue jadi tambah males belajar? Bukanya jadi males, tambah malah!" dan tiba tiba dia merutuki dirinya sendiri. Inginnya, semenjak kelas 3 dia akan selalu belajar malam hari dan bisa mengatur jam yang mana buat main game, belajar, dan tidur. Tapi semuanya itu dikorup oleh War Of Warcraft.
"Tanya sama diri lu sendiri, lah.." Niiyama Katsuiyuji alias Niika, atau Nikka (what the hell same?!) kembali ke tempatnya di belakang Yoken. Sejujurnya dia suka kalau Yoken tertidur pada setiap pelajaran, jadi dia tidak perlu menggeplak kepala berambut coklat tua itu agar si empunya diam atau menundukan kepala hanya untuk melihat papan tulis dengan leluasa.
"Tau, nih kelas 3 gue jadi makin sering main.." tiba tiba Leader, kakak kembarnya Yoken (tidak ada yang tau mereka kembar .except rumput yang bergoyang) ikut menyambar, dia kan sudah hidup bersama 14 tahun, padahal masing masing insan udah eneg se-enegnya, mereka telan itu muntahan setiap kali jika bertemu. Dan kenapa Yoken dan abangnya harus sebangku? Tak ada pilihan, padahal Yoken sudah merasa merdeka di kelas 1 dan 2 tidak bertemu Leader. Terus kenapa ya, nih orang 3 selalu main sambar sambaran..? Antara Niika, Yoken, dan Leader.
"Eh, gimana sih lu jadi KM?! Otomatis lu harus paling pinter se-kelas, dong!" sementara Niika tampak empet dengan kelakuan dua temannya ini, eh? Teman? Udah temenan, gitu?!
"Hah..? Iya, iya" dalam posisi yang sama seperti adik kembarnya Leader menjawab Niika malas, mungkin dia ikut begadang main ps sama Yoken.
"Terus kenapa kelas 3 ini gue harus disatuin sama elu, ya..?" tatapan singit Yoken sudah dirasa Leader menusuk matanya, yaiyalah ketara, orang pada hadep hadepan.
"Oh, harusnya lu bersyukur dong, kita bisa sekelas!" jangan bilang pada author kalau anda sekalian lupa bagaimana narsisnya seorang Leader.
"Nggak, ah. Rasa syukur gue mahal, ya!" tapi narsisnya itu tidak bisa mengalahkan kesongongongan adiknya.
"Ah, udah ah, ada Ma lampir tuh!" Leader beralih topik.
"Hm? Mana..?" Niika memandang pintu kelas yang terbuka.
"Dan selama 3 tahun kenapa wali kelas gue dia melulu..? Terus, kenapa dia nggak pensiun pensiun..?" masih, Yoken merutuki nasibnya. Bukan salah tadkdir.
30 detik kemudian, apa yang tidak dinanti datang. Ea, dan itu dia si Mak Lampir, jawara kita. Kelas yang tadinya tersaji randomly, mulai tertib dengan cepat, seolah si Emak ini adalah Satpol PP yang menertibkan lapak. Tapi, kalau Leader yang notabene ketua kelas bangkit dan memamerkan kondisi siaganya, Yoken lebih memilih untuk membaringkan kepalanya di meja seperti tadi tanpa perubahan, mungkin dia sudah kebal dengan Mak Lampir 3 tahun belakangan. Yak, ditaruhnya buku buku pelajaran yang dibawa ke atas meja, pandangannya pun teralih menelsik kelasnya.
"Katsuiyuji, kamu ini mentang mentang pinter jangan ngobrol mulu!" katanya tegas, hehe, rasain! *DUAKK!
"Dih, siapa yang ngomong..?! Kok saya yang kena?!" seperti biasanya, si pelaku berdalih mencari alasan. Tapi, dia emang nggak ngomong, kok.
'He he.. Rasain!' Yoken, manusia jahiliyah yang selalu senang atas musibah yang ditimpa seseorang, tertawa kecil. Pose malesinnya yang tak kunjung berubah pun tak dipubris Mak Lampir.
"Hei, Iskandar jangan ngetawain orang! Kaya kamu sendiri bener aja!" tapi, sekarang siapa yang menang? Huahaha!
'Gue no komen, ah..' kini giliran Leader kita yang membathin.
"Kalau begitu, hari ini ibu mau memperkenalkan murid baru.." masih berdiri di mejanya, Mak Lampir mengumandangkan berita. Tapi, wajah seluruh anak anak kelas tampak begitu straight. Tak ada raut raut semangat, penasaran, atau berapi api ketika mendengar kata murid baru.
.
.
.
Lalu siapakah murid baru itu..?
.
.
.
Engingengggggg...! Glebek! Glebek! *backsound:bunyitapakakikuda.
.
.
.
"AYO, TUNGGU APA LAGI?! CEPET MASUK..!" nggak usah dijelasin siapa 'kan yang ngomong? Pastilah si jawara Lamfir kita.
Well, muncullah sesosok mahluk mencurigaken dari balik pintu, perlahan sosok itu menampakan wajahnya. Pandangannya menjerumus ke setiap pasang mata yang dilihatnya, tapi sama saja, tak ada yang bisa menggugah semangat anak anak 9.4. Mak Lampir saja yang perhatian melihat setiap derap langkahnya saat memasuki kelas. Sumfeh, hening situasinya.
"Kenalin, gue Killua Zaoldeyeck. Gue anak komplek sebelah, gue tumbuh besar dengan menyenangkan. Mungkin anak 7.6 2 tahun lalu udah kenal gue. Ada pertanyaan..?"
"Nggak," 9.4 kompak, hore.
Krikk.. Krikk..
Krikkk..
Tak lama kemudian, dari posisinya di depan kelas, perhatian Killua teralih oleh pikok highlight alay pirang yang sangat dikenalinya di meja paling depan di barisan paling kanan. Killua pun segera mengajak kakinya untuk ke tempat beraura surek itu, lalu dia menyunggingkan senyum menngoda(eh?) pada si pemilik meja.
"Ah.. Ada leader kita tersayang.." sapa Killua dengan nada ngesex, author yang bukan Fujoshi pun muntah darah melihatnya.
"Dan.. Yoken? Haai, manis!" kata Killua tak kalah menggoda pada Yoken sambil mengelus dagu itu anak songong dengan jemarinya. Oh, Yoken yang satu meja dengan Leader pun terlihat oleh mata Killua, yaiyalah orang segede gitu masa ga keliatan.
Lalu kedua pasang mata mereka yang warnanya satu pudar satu fekat, saling melirik dengan lirikan -itu-orang-kenapa-?-kesambet-jin-kampret-?
.
.
.
Lalu heninggg..
.
.
.
Author ngupil #jorok beuth, sih L..?!
.
.
.
"KENAPA RESPON LU PADA DATAR BANGET SAMA GUE..?!" teriak Killua bin Silva.
"EMANGNYA GUE HARUS NGAPAIN..?!" dan kembar siang siang kita ini membalas kompak.
"YAH NGAPAIN GITU, KEK! KAYA TERKEJUT GITU, MI, MISALNYA! NGELIAT GUE BALIK!"
"EMANGNYA KENAPA KALO BEGITU..?!"
"KAN DRAMATIS..! HADUH, MASA NGGAK TAU, SIH..?!" howa pun kebingungan nyari nyari tombol caps yang masih seger dan nggak jebol.
"HEI, KALIAN BERTIGAAAAA..!" adu bacot yang mulai anarki itu pun terhenti oleh teriakan mantap sang Lampir yang bisa didengar hingga jarak 4 km ke belakang.
Leader kembali duduk kurang wibawa, gengsi lha yaw sebagai KM begitu, sedangken adiknya, Yoken hanya duduk dengan membanting dirinya kasar bersama tampang asemnya.
"Killua cepat duduk!" titah Emak.
"Di mana bu?"
"Terserah kamu!"
"Kalo ibu jadi saya, ibu mau duduk di mana..?" Killua, nggak ada pertanyaan yang lebih berbobot, ne?
"Hahh.. Di sana, di belakang Iskandar" Yatimin (nama asli Mak Lamfir) tiba tiba menunjuk meja kosong di belakang Yoken, di belakang Yoken memang ada meja, tapi salah satu kursinya sudah terisi dengan seseorang. Tapi, apa itu? Namanya? Iskandar? Yoken yang merasa terpanggil pun menatap Killua tajam dengan tatapan nggak-bakal-gue-serahin-korsi-ini.
"Ah, bu tapi saya nggak suka ngeliat komuk dia yang nyolotin, bu!" JawabJujur dari Killua.
"YAUDAH KALO GITU TERSERAH KAMU AJA, MAU DUDUK DI DEPAN KELAS ATAU DI MANA TERSERAH KAMU!" dan hal ini sukses menaikkan tensi.
Killua Zaoldeyeck pun melangkah perlahan menuju satu satunya meja tersisa di belakang Yoken. Yoken alias Iskandar Zulkarnaen menatap Killua dengan tatapan singit 'Mau ngapain nih anak ke mari..?!'. Sementara Leader kita, yang masih menjabat hingga saat ini membathin 'Hahh..? Mau apa dia ke sini..?!' nggak jauh beda, ea. Killua pun menghembuskan nafas terakhirnya setelah duduk santai di korsi itu. Dan hening,
"Tajuu, ke sini kamu!"
"Ah, aye aye, sir!" ternyata apa yang dimaksud Tajuu adalah Leader kita, Tadjudin Soepardjo. Leader segera mencampakkan mejanya dan berlari ke Emak 9.4 di meja guru.
Sesampainya di lapangan, Mak Lamfir menyerahkan setumpuk kertas mencurigaken dari kolong meja ke hadapan Leader, "Cepat bagikan ini ke semuanya!"
"Hoah.. Apa, ini bu..?" mata Leader keblinger dibuatnya.
"Soal soal materi UN, udah ibu rangkum dan jadikan soal begini.. Setiap paket 50 soal, ada 4 paket.."
"Ta, tapi bu.. Kalo soal IPA, Matik kaann.." Leader berusaha memberitau kalau soal matik dan IPA itu cuma 40 soal.
"CEPET BAGIIN..!"
"A, iya, iya!" tapi, bagaimanapun juga Leader kita langsung melesat ke berbagai sisi ruang kelas untuk membagikan paket paket soal yang menjadi momok seorang howa itu.
Padahal ini baru hari ke4 masuk sekolah setelah libur akhir tahun kemarin, anak anak GunYat masih kebayang indahnya liburan alias males, dan disaat itu harus berpapasan dengan soal soal dari Mak Lamfir, omai jot. Eh hari ke4? Kenapa Killua nggak masuk di hari pertama? Karena, hari pertama dia bangun kesiangan jam 8 pagi, ahirnya tak sekula, hari ke2 dia baru sadar dan bingung sendiri kalau sekolah itu sebenernya masuk jam berapa, hari ke3, dia bertanya tanya sendiri, sebenernya masuk tanggal berapa?, begitu.
Dan ketika 4 paket soal materi UN itu sampai ke meja Killua, senyuman atau muka anteng asoy geboy yang tadi terpampang di wajah Killua tak pernah terukir lagi di hadapan Gunung Jati CS..
lebih dari sekitar 2 jam kemudian...
"Niika, tadi lu yang nomer 15 Matik isinya apaan..?" tanyanya sembari mengambil kursi untuk duduk di hadapan Niiyama.
"Hmm.. Yang foto itu ya..?" Niika mencoba mengingat.
"Iye,"
"Ih, itu super gampang tau! Gue yang C, jadi yang sisa jarak dari foto ke framenya 5 cm" lalu perempuan berambut pirang tua-kejemur ini memaparkan jawabannya.
"5..? Dih, dari mana?!" tapi Leader tampak tak yakin.
"Itu kan jarak yang kiri sama kanan. Ada 2, jadi 40+2x dulu" jelasnya, ea.
"Ohh.."
"Emang kenapa? Lu salah..?" barulah Niika memalingkan pandangannya dari buku yang ketebalannya pas untuk nimpuk howa ke Leader.
"Enggak," Leader pun menampakan komok sok benernye. Padahal, 'Gue ngga bisa bilang kalo gue lupa nambahin 2, dan langsung 40+x!' probematika anak SMP nggak teliti.
"Ohh.." Niika hanya ah oh ah oh saja.
Pemandangan yang sebenarnya terasa normal normal saja untuk orang normal ini tapi tidak untuk orang 'kurang' normal karena 'agak ngumbar gosip', Yooken perhatikan dari jauh. Sekarang, dia dan Killua ada di pojokan kelas dan melakukan hal yang nyeleneh di sana, apalagi Youken yang terlihat sangat nafsu. Tapi jangan senang dulu para Fujoshi yang berbahagia, Yoken nafsu ngeliat abangnya ngobrol mulu dari tadi sama Niika. Dia sebagai orang kurang normal, agak curiga dengan pemandangan itu.
Tapi, tidak lagi. Sekarang dia memandang Killua yang terkapar di lantai dengan letoy n' lesunya, kaya dia abis manggul beras 50kg berkali kali. "Weh, kenape lu..? Perasaan tadi pagi, tampang lu hepi banget, sekarang frustasi banget.."
"Nggak, nggak knapa napa.." pandangan Killua masih kosong.
Sejenak, Killua mengambil langkah untuk duduk dan menyender di tembok. Dia menghela nafas panjang panjang, "Oiya, kenapa lu dipanggil Iskandar tadi..?"
Dan yang namanya Iskandar di sebelahnya pun langsung menoleh kearahnya. "Tunggu dulu, dari pada gue ngejawab pertanyaan lu, mendingan lu jawab pertanyaan gue!"
"Apaan..?"
"Lu mau ngapain ke GunYat..? Lu mau ngapain ke sini..?" terasa banjet semangat semangat ribut seorang GunYat'ers yang membara darinya, tampang tampang ngajak ribut itu, ohhh. Inilah generasi penerus Gunung Yati.
"Tunggu dulu! Kenapa lu jadi kepo sama gue..?!" kayaknya agak sulit buat Killua menjawab pertanyaan Yoouken.
"Lu juga, kenapa nanya nanya Iskandar segala..?!" sepertinya cekcok mulai sengit, suaranya diatas 10 oktaf semua.
.
.
.
Lalu heninggg.. Tak ada yang mau mengalah,
.
.
.
"Hm, gue kepo karena ini menyangkut GunYat juga. Lu mengganggu ketenangan gue!" jiwa narsiser Leader nyangkut juga, ya ke Yoken.
"Apa?! KeGRan! Siapa juga yang mau gangguin lu..?! Eh, lu pikir gue nggak ada kerjaan kali!" Killua spontan langsung berdiri.
"Kalo begitu kenapa lu nanya Iskandar segala?! Itu nama panjang gue, puas lo!" dan untuk menyamakan derajat, Yoken ikut diri.
"Oh.. Gue kan cuma mau tau, kenapa Mak Lamfirr manggil lu dengan nama Iskandar" Killua pun memejamkan matanya, lalu duduk lagi di lantai, tadi kan kalap karena adu mulut, sudah tenangan dikit dia sekarang.
Yoken juga yang tadinya semula berdiri, duduk kembali menyenderkan dirinya pada tembok, "Sebenernya nama gue Iskandar Zulkarnaen,"
"Dih, nama macam apa itu..?" tatapan aneh Killua menyerang Yoken.
"Lu tau Iskandar Zulkarnaen itu nama lainnya Kaisar Agung Alexander..?" tanya Yoken seraya menoleh ke Killua.
"Nggak," dan Killua menjawab datar sedatar pandangannya ke depan.
"Oh.. Berarti gue lebih pinter dari pada elu.."
"Hm?" Killua berharap dia tak salah dengar atas apa yang didengarnya.
"Gue LEBIH pinter dari pada elu.."
"Oh, terserah.." ternyata dia kaga ngamuk, calm down. "Emangnya kenapa emak lu ngasih nama itu? Berharap lu kaya Kaisar Alexander, gitu..?" Killua ternyata memilih untuk beralih topik.
"Nggak tau, bapak gue bilang karena nama Iskandar Zulkarnaen bagus aja," jelas Yoken tenang juga.
Tapi, yang namanya pemandangan Niika sama Leader masih ngorbol sampe sekarang, itu tidak bisa dianggap angin lalu, seperti halnya infotaiment. "Ngomong ngomong itu orang 2 lagi pacaran ya, berdua..?" pandangan Killua tertuju pada subjek kita tadi.
"Hm, oh. Iya kali.." dan Yoken sebagai adeknya hanya menatap pemandangan tersebut dengan tatapan datar.
"Wah, ada aja ya cewek bego yang mau sama dia!" esensi semangat Killua mulai muncul, dengan nada mengejek dia katakan itu.
"Itu sih, berarti dianya yang pinter nipu cewek. Ceweknya pinter pinter juga nggak punya otak! Ha ha ha ha ha ha ha!" ejek Yooken diakhiri tawa, dengan catatan cewek pinter = Niika. Sementara Killua hanya tersenyum mengejek, tau 'kan subjek ejekannya siapa?
Padahal, baru 2 menit 3 detik 4 nano detik Yoken dan Killua ngomongin Niika dan Leader, eh, orang yang diomongin dateng, panjang umur! Panjang umur! Jejak jejak ngejek yang tadi terukir di wajah mereka, hilang seketika. Mereka pun langsung bangkit berdiri dari lantai.
"Eh, ini Killua ya..?" tanya Leader basa basi, udah basi de'h, aa!
"Iya, ini gue. Lu nggak ngeliat tadi gue memperkenalkan diri di depan, dan menyapa lu berdua dengan hati berbunga bunga..?" Killua masih ingat, saat dirinya masih lempeng tadi menyapa kembar kakak beradik itu dengan super OOC.
"Bukan begitu, terakhir kita ketemu itu kann.. Ehh.." memori Tadjudin mulai berputar ke fic Ada Apa Dengan GunYat?
"Please.. Tolong, jangan di bahas.." jawaban ini, tentu saja dari Killua.
"Oiya, ayo kita adain pesta sambutan lagi! Buat elu!" semangat nyiksa Leader jahanam kita mulai berkobar.
"UDAH GUE BILANG JANGAN DIBAHAS..!"
Daripada ngomongin ini, mendingan gue ganti pembahasan, ah!, pikir Killua. "Weh, lu udah jadian 'kan? PJnya boleh, dong..?" kata putra nomer 4nya Silva seraya menepuk pundak seorang Tadjudin.
"Jadian..?" Leader mengulang apa yang ditanyakan Killua.
"Yeah, kemaren kan lu cerita sama gue. Lu udah jadian sama Nikka!" kini giliran si adek, Youken, berkata seraya menepuk pundaknya.
"NGGAK, OI! APA APAAN, LUH GUE NGGAK PERNAH CERITA, JUGA! GUE JUGA NGGAK MAU SAMA CEWEK SOK TAU, SOK PINTER, SOK BENER KAYA DIA!" Leader, pastinya siluman berkepala 3 ini membantah, menolak. Tapi, Nikka yang namanya turut dibaca bacain di berita hoax ini, mendatarkan mukanya, seolah dia hanya mendengar anjing menggonggong.
"Um, dari tadi lu ngobrol sama dia ya..?" tanya Niika pada Yoken secara woles, dengan catatan dia = Killua.
"Iya, emangnya kenapa?" jawab Yoken mantabs.
"Lu udah akrab sama dia..?" Yoken dan Killua pun saling melirik.
"Nggak, nggak juga. Cuman gue udah lama kenal sama dia aja.." tapi bagaimana pun juga dicap akrab sama Killua, terdengar janggal bagi Yoken, yang tau kenapa janggal harap diam.
Sementara hening, Killua memandang Niika dari ujung kaki hingga ujung rambutnya yang terumbai umbai itu. Bagi Killua, Niika biasa biasa aja, so, ini bukan momen cinta pandangan pertama dan author harus menyetel lagu cinta pada pandangan pertamanya di pemutar piringan hitamnya itu. Meskipun Niika tidak melihat Killua memandangnya, Killua tau bahwa Niika sebagai objek penglihatannya ini tau sedang dilihat. "Jadi.. Lu yah, yang namanya Niika?" Niika pun menoleh ke Killua.
"Ehm, sebenernya kita bisa panggil dia Niiyama atau Katsuiyuji, sih, itu nama aslinya.." sela Leader, tampang Niika pun langsung berubah nyeremin.
"Ah, Killua..? Jangan dengerin mereka! Panggil gue dengan nama NIIKA oke?!" kata Katsui dengan senyum mengerikan.
"Oh, Niiyama Katsuiyuji itu nama asli elu ya? Jadi, lu ini cewek atau cowok..?" seketika, Leader dan adek tercintrong ea berubah menjadi tua, keriput, dan rambutnya rontok semowa. Sementara, howa tidak mau mendekskripsiken bagaimana Niika sekarang.
"UDAH GUE BILANG PANGGIL GUE NIIKA! NIIKA ITU JELAS JELAS NAMA CEWEK TAU, MASA NGGAK NGERTI JUGA, SIH..?! GUE INI CEWEK TULEN 100%! LU NGGAK NGELIAT ROK INI, HAH..?!" dengan mendengarnya, Killua langsung nyumbat kuping kiri dan kanannya pakai batu kali.
"Oh, kirain gue lu ada 'kecenderungan ke samping', atau seorang crossdresser, gitu.."
30 menit kemudian...
"Ngemeng ngemeng, lu ngapain ke mari..? Mau bikin pesta sambutan..?" tanya Leader yang tak jera jera, Killua yang udah capek kuping gara gara Niika ngebacotin dia pun panas.
"JANGAN DIBAHAS SOAL PESTA SAMBUTAN! KUPING GUE PANAS DENGER KATA 'PESTA SAMBUTAN'!"
"Soal dia ke mari mau ngapain juga udah gue tanyain, tapi dia malah bilang gue kepo sama dia!" eaak, baru kali ini Yoken sepihak sama abangnya.
"Oh, jadi Killua, ada apa nih urusannya ke mari..?" kini bukan hanya mata coklat superpekat milik Yoken' yang menatapnya penuh harap akan jawaban, tapi sepasang mata bola Niika yang hijau nyala berkilow dan mata coklat muda milik Yoken menatapnya.
Melihat respon masyarakat tinggi, Killua tersenyum miring, mungkin sudah saatnya untuk mengutarakan perasaan gue, pikirnya. "Gue ke sini, ke GunYat, mau nuntut ilmu. Gue datang ke mari untuk belajar sungguh sungguh!"
.
.
.
"Ngg.. Lu.. Serius..?" Yoken menganggap keseriusan Killua itu nggak serius, dia pikir main main kali. Sementara Leader dan Niika kompak menyerang Killua dengan tampang WTF mereka.
"Kenapa lu nanya dengan tampang macam ini ke gue..?! Lu nggak inget siapa yang nyeramahin lu waktu itu..?" lagi lagi, baca Ada Apa Dengan GunYat, ea..? *Doorr!
"Hmm.. Itu.. Siapa ya..?" tapi Yoken tampak begitu bolot, dia menjawab tidak sesuai dengan harapan Killua.
"Orang itu kece, cakep, smart, dikagumi banyak perempuan, berintelejensi tinggi.." apaan tuh, narsis secara tidak langsung. Wah, Killua, jangan mau ikutan leader jahanam kayak Tadjudin!
"Kalo nggak salah itu manusia ubanan yang mukanya 11-12 sama lu.. Itu.. Abang lu kali, ya..?" tanya Yoken dengan tanpa otaknya.
"ITU GUE, TAUK..!"
"Oh.." akhirnya si bungsu ini mengetahui kebenaran.
"Terus kenapa lu meragukan semangat gue yang membara ini..?" Killua menunjuk nunjuk dirinya sebagai si-pengkobar-semangat.
"Karena gue tau, mau sebijak apapun elo, lo tetep manusia durjana yang bisanya cuma makan teori.." jawab Yooken singkat, lugas, padat, berwibawa, bermakna, padat, merayap. Killua sebagai subjek perkataannya hanya bisa terjatuh dan tak bisa bangkit lagi..~
.
.
.
"Udah, mendingan jelasin aja tujuan lu ke sini tuh sebenernya apa, deh!" sontak, Niika langsung dapat sorotan tajam dari Killua, dia pikir, sejak kapan nih anak ikutan?!
"Hmph.. Sebenernya gue CUMA mau dapet pertama, ijazah, kedua, SKHUN (Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional), dan ketiga, X'Box.. Itu aja.." tangan kiri Killua menunjukan 3 jarinya, huaha, beri aku satu permintaan! #iklan.
"Hah..?"
"Jadi, maksud lo apaan sih..?" tanya Leader dengan kepo'nya.
"Gue disuruh sekolah di sini sampe tamat dengan diiming imingi X'Box! Dan gue mau barang itu!"
"X'Box..? Gue di rumah juga ada, kok.." Yoken, Yoken, songong banget sih nih anak satu. Leader langsung meliriknya tajam, 'Dan itu punya kita BERDUA, camkan!'.
..flashbackk..
Seperti yang sudah sangat sering author ceritakan, Killua nganggur, nggak kerja dan nggak sekolah. Well, suatu ketika saat dia sedang asyik main Harvest Moon, tiba tiba namanya dipanggil dengan To'a masjid.
"Killua!" suara itu terdengar dari bawah, Killua kan mainnya di atas, di kamarnya.
"Hm? Gue lagi sibuk, neh!" jawabnya, pasti.
"Ada telfon!" dari suaranya.. Killua menebak kalau yang main teriak teriakan sama dia ini.. Leorio, suara bariton ngebass seorang cowok yang jelas jelas sudah pubertas dan masturxxxx.
"Dari siapa..? Udah, matiin aja!"
"Dari NYOKAP lu!" seketika, Killua langsung menghentikan aksi menunjukan kemampuannya main ps dan teriak teriakan jarak jauh bareng Leorio dengan mencampakkan stick psnya.
"Ya, hallo..?" Killua menarik telfon yang masih berkabel itu dari meja TV tempat asalnya, hingga ke sofa yang jaraknya ± 2m, lalu dia duduk di sofa sambil memegangi gagang telfun.
"Killua, ini kamu nak..?" kata robot kaleng kita di ujung berung.
"Iya, mah.." dan Killua menjawab patuh 'Kok, kesannya jadi kaya terenovela ya..?'.
"Gimana kamu sehat..?"
"Sehat, mah.." 'Nih emak gue lagi kesurupan Jin Kaprit kali, baek sama gue!', well author nggak useh nulis narasi.
"Udah makan belom..?"
"Belom, mah.." 'Dan kenapa setiap jawaban gue harus diakhiri dengan kata mah..?!'.
"Makan, dong, Killua SAYANG, nanti kamu sakit.." author, kamu nggak perlu ngejebol caps untuk kata SAYANG, SAYANG. "Jangan lupa makan sayur yang banyak"
"Iya.." 'Gue rasa emak gue udah ketularan rabies anjing gue, atau udah dicuci otaknya sama bapak gue pake deterjen konsentrat, mengangkat noda lebih optimal..'.
"Killua, gimana sekolahnya, nak..?" tapi, ketika pertanyaannya begini, Killua kehabisan bahan untuk dibicaraken dalam bathinnya.
"Oh, aku nggak sekolah, mah.." , "Aku pernah sekolah, seharii.. Aja, tapi rasanya udah di Neraka berabad abad. Jadi, aku nggak sekolah lagi sekarang.." jawab K(?) dengan xantaai.
Dan ibu Killua terdiam di sana, tak ada jawaban.
"Ah, udah dulu ya mah. Killua lagi sibuk, neh.." KamusKillua. Sibuk = sibuk maen.
"Tunggu dulu, telponnya jangan dimatiin.." suara super dingin terdengar dari telfon, kuping Killua pun merasa dingin.
"Wah, kenapa mah..? Nanti bayarnya mahal, loh!"
"OI, KILLUA ZAOLDEYECK, SELAMA INI LU DI SONO NGAPAIN AJA..?! NGOJEK?! NARIK ANGKOT?! KENAPA LU NGGAK SEKOLAH, HAAAAAAAAHH...?!" badai katarina tiba tiba berkoar dari telpon, sontak Killua terbawa anginnya yang dahsiat luar binasa dan mental ke tembok, sayang dia nggak make bulu mata anti badai Syahrini. Leorio yang ada di ruangan itu langsung ketiban jam dinding, tepar. o.. Mijon.. Tak lupa, ruangan forak foranda. "GUE PIKIR LU UDAH PINTER SEKARANG, ABANG LU AJA, MILLUKI UDAH KULIAH DI GUNADARMA DAN UDAH BISA KORUP DI SANA LEWAT ORANG DALAM, ABANG LU LAGI SI ILLUMI UDAH JADI DOKTER BEDAH KECANTIKAN, SUNTIK SILIKON CAIR DAN MASANG IMPLAN PALSU SANA SINI, FACE LIFT METODE TANAM BENANG KAWAT, ALLUKA UDAH NGUASAIN MATERI KULIAHAN DI SMP KEMAREN, DAN SEKARANG DIA UDAH SERING PRAKTEK PEMBEDAHAN ILEGAL, SEBAGAI ANAK KEDOKTERAN DIA JUGA RAJIN NGEJARAH MAKAM ORANG UNTUK DIJADIKAN BAHAN, TERUS ADEK LU UDAH LULUS SMP KEMAREN, DIA JADI ANAK CERDAS ISTIMEWA, NEMNYA 80,00 LEWAT KEGIATAN CONTEK MASSAL SE-PROVINSI. ELU SEKARANG, 17 TAHUN BELOM SEKOLAH JUGA, MAU DITAROH DI MANA NAMA KELUARGA ZAOLDEYECK, DI PANTAT LO, HAH?! GUE HARUS BILANG APA SAMA IBU IBU ARISAN SAAT DIA NGEBANGGAIN IP ANAKNYA?! NEM ANAKNYA..?!" meskipun sudah melempar Killua dan membuat porak poranda ruang tengah, suara telfon yang 30 oktaf itu masih terasa menggedor gedor gendang telinga Killua yang berada ± 5m jauh darinya.
Lantas, disamping tubuhnya yang basah kuyup karena hujan angin supr deras a.k.a badai tadi Killua terseok seok berusaha menggapai gagang telfon, well dia ngesot. "Ehm, mah, ralat mah, menurut kalender Suku Maya sekarang aku 14 tahun.."
"GUE NGGAK MAU TAU, POKONYA GUE MAU LU SEKOLAH, BESOK! SECEPATNYA! GUE PENGEN LIAT IJAZAH LU DENGAN RASA BANGGA DAN NGELIAT SKHUN LU DENGAN NILAI TOTAL DI ATAS 40,00..!"
"Ah, males ah, mah.. Mama aja yang sekolah, gimana..?" entah kenapa, Killua bicara sembahri goler goleran di lantai.
"APA..?! LU MAU NGAJAK RIBUT SAMA GUE BILANG BEGITU..?!"
"Mah, di sini itu nggak ada sekolah yang enak! Anak anaknya pada alay dan ngocol semua!" TeNGG! Langsunglah muncul bayangan sosok Leader dengan pikok blonde alaynya dan ngocolnya Youken di kepala Killua.
Lalu, keheningan lagi lagi tercipta, tak ada suara. Killua pun sambil terus memegang gagang telpong ngesot ngesot untuk nyabut kabel telpon.
"Wah, sayang banget kalo gitu. Padahal udah mama siapin X'box.." a-pa-kah jawabannya setelah Kiluaa mendengar ini?
"Ah, X'box mah aku juga bisa beli, nggak ada yang lebih menarik..?!" aksi nyopotkeun kabel terhenti.
"Yeah, ada yang lebih menarik.. Itu kalo nama elu, Killua, dicoret dari daftar pewaris sawah dan ternak buyut elu! Lalu semua abang beserta adek lu bisa dapet jatah lebih karenanya.." Kikyo tak pernah lupa gunungan emas batangan yang di sembunyiken di xxx tanpa sepengetahuan Silva, yang didapat dari Zeno.
"Ah, biarin lah mah, aku kan udah kaya! Dan kalo aku mati, aku juga ngga bawa duit!" Killua, Killua, kenapa jadi bijak begini? Meskipun sombong di kalimat awalnya,
"Hahh.. Killua, kalo gitu sekarang mau kamu apa..?" akhirnya, ibunda menyerah.
"Aku nggak mau apa apa, mah! Karena Killua aja udah bisa ngeliat matahari pagi udah berterima kasih dan ngucap syukur. Jadi manusia itu jangan pernah nggak puas, yang ada apa harus di syukuri!"
'Sejak kapan anak gue jadi bener begini..?!' bathin Kikyo jadi narasi author aja, ea.
"Jadi, udah ya ma!" tangan Killua udah mantep banget tuh buat nyabut kabel.
"UDAH, UDAH, PALELU BAU MENYAN! KILLUA, POKOKNYA MULAI DETIK, MENIT, JAM, HARI, MINGGU, BULAN INI LU HARUS SEKOLAH..! HARUS, CAMKAN ITU!" dan setelah adegan ini, howa langsung keluar dari kandangnya dan memberikan kartu berobat klinik THT langganannya pada Killua, well, Killua membiarkan kartu kuning itu basah dengan genangan air, howa, diseret Audience balik.
"Yah, mah sekarang baru bulan November, bulan apaan..? Kan tanggung mah buat sekolah, mending kapan kapan aja!" bilang aja males, Killua.
"KALO GITU SEMESTER 2 DEPAN, GUE MASUKIN LU DI KELAS 3 SMP TAHUN AJARAN 2014/2015. MASUK SEKOLAH APAAN GUE NGGAK MAU TAU, YANG PENTING LU SEKOLAH, TITIK..!" Killua makin menjauhkan gagang telfun dari kupingnya. "Taun depan nanti, mami pengen liat SKHUN dan Ijazah kamu! HARUS, POKOKNYA!"
"Tutt.. Tutt.."
Kembali ke GunYat
"Oh, jadi lu disuruh nyak' lu untuk sekolah..?" kata Leader.
"Iya, begitulah.."
"Wah, ngejar materi di semester 2 berat, loh! Gue aja terkatung katung!" kata Leader, lagi.
"Itu kan karena lu goblok dangkalan," siah, komentar pedas terkumandang dari Yoken, adik kandungnya sendiri.
"A, APA APAAN LU BERANI NGATAIN GUE BEGITU..?! K, KAYA LU SENDIRINYA AJA PINTER!" lantas, abangnya tak trima.
"Eh, gue sih ngaku dan nyadar diri, ya kalo gue nggak pinter alias BEGO! Emang lu!" Yoken, ngomong BEGOnya nggak usah nafsu dan nglirik Leader terang terangan, ea.
"Emangnya kapan, gue pernah SOMBONG ke elu..?"
"Wah, bukannya ke gue. Tapi ke SEMUA ORANG!" pertengkaran abang-adek pun dimulai.
"KAPAN GUE PERNAH SOMBONG, HAH..?!"
"Dih, males banget gue nyatet dan nghafalin kapan kapan aja lu pernah SOMBONG!"
"Ehm, kayaknya lu berdua mulai menyimpang dari topik, nih.." Niika tiba tiba menyela.
"Tau, nih orang dua! Kalo mau berantem, maen golok golokkan, dong sekalian!" well, setelah mendengar Killua. Yoken dan Leader saling mengeluarkan golok mereka masing masing yang entah didapat dari mana.
Baru akan menyaksiken pertarungan tersebut, Niika menepuk pundak Killua pelan, "Killua, main GOLOK GOLOKkannya mending sama gue aje, deh.. Gimana..?" dengan senyum pelahap maut plus background hitam.
Lalu, situasi hening..
Niika tiba tiba pergi entah ke mana,
Meninggalkan mereka..
"Niika.. Nyeremin.." kata Killua super pelan dengan ukuran minus sekian Hertz.
"Jyah, baru tau, dia!" Leader tepok jidat, ou, ada nyamuk di sana rupanya.
"Begitulah Niika, 'selamat, ya'…" Yoken menyeletuk, diarahkan pada Killua.
"Heh, selamat..?" jelas, Killua tak mengerti.
"Tapi.. Gimana pun juga, lu mah enak, sebangku sama dia!" Killua pun terhenyak.
"Eh, emangnya Niika kenapa lagi..?" tanya yang terhenyak tadi.
"Yehh.. Dia kan pinter! Lo baru tau?!"
"Oh, kaga tau gue.."
"Emangnya lu tadi nggak nyontek, sama dia..?" Yoken, pertanyaannya frontal kali kau.
"Ng, nggak. Gue kan ga tau, yang gue tau dia bisa lancar nyoret nyoret kertas burem sementara gue gambar gambar.."
"Kalo lu nggak ngerti tanya aja sama dia, Niika itu pinter loh, Nemnya aja kemaren masuk GunYat.. 29,30!"
"Loh, dia kok masuk GunYat..?" tentulah, Killua tau kalau GunYat itu sekolah buangan yang murid 1 sekolah cuma berapa ratus.
"Yeah.. Nggak tau, tuh gue.." dan Yoken belum baca bio author rupanya, ho, ho, ho.
"Hei, ada apa nih, gomongin gue, ya..?" panjang umur, panjang umur! Diomongin, Niika benar benar datang.
"Nggak," lalu Niika pergi lagi, cepat datang cepat pergi. 'Baguslah' bathin Killua, Leader, Yoken bersamaan pada hitungan ke4, tumben kompak.
"Oiya, kalo lu mau belajar sama gue, boleh, kok!" pembicaraan dimulai lagi, start dari Leader.
"Dih.. GR! Siapa juga yang mau belajar sama loe..?!" siapa juga yang nanya sama loe, Yoken?!
"Eh, emangnya lu pinter..?" Killua meraguken kepintaran leader kita.
"Ye lah, gue.." dan sombongnya pun keluar. Killua langsung melirik tajam Leader bejad ini dengan alah-gaya-aja-lu-selangit-!.
"Oiye, kenapa tadi lu pada langsung diem pas Niika dateng..?" Yoken dan abang tercingtrongnya pun terdiam terpantek.
"Yeh, die nggak tau ada jiwa siluman yang bersembunyi dibalik Niika!" lalu Youken menjawab setelah 2 detik.
"Heehh..?!" tentulah Killua tak mengerti apa yang dimaksud anak berkulit putih tembok itu, dia kan bukan emaknya Niika.
"Kenapa? Nggak percaya..?"
"Yah, lagian gue liat si Niika ini biasa biasa aja anaknya, nggak ada yang aneh"
"Itu karena lu belom kenal dia, siapa itu Niiyama Katsuiyuji!" kata Leader, aih sok kenal lu sama Niika, author kawinin, nih! #mulut digunting Leader.
"Oiya, asal tau aja. Niika itu sengaja ngosongin bangkunya buat elo," ada ada aja.. Lagi, si Yoken, pake tampang serius pula.
Lantas, Killua langsung memaparkan wajah hebring level 10nya dan berkata "WAAAAAAAAAAAAAAAWW..!"
Melihat reaksi Killua yang OOC, Yoken menghadap matahari terbit untuk sekilas memandang burung unta yang terbang. "Niika itu sebenernya aneh,"
'Dan lu lebih aneh lagi,' jelas jelas ini dari gubuk hati Killua.
"Dia kebanyakan main sama kita kita, pas kelas 7 gue sering main sama dia…" 'Oh, sekarang gue ngerti kenapa lu bilang Niika aneh', yang sependapat dengan Killua harap diam.
"Sebenernya Niika itu punya banyak temen cewek, tapi dia lebih sering main sama kita dari pada main sama temen temen ceweknya itu.." memang, author melihatnya, sih Niika sedang asik jambak-jambakan sama (mungkin) temannya sampe guling-gulingan di lantai. Beberapa pasang mata yang melihatnya saling meneriakan jagoannya bak laksana nonton adu ayam, termasuk howa yang menjagokan dirinya sendiri(?).
"Heehh.. Yailah, ngapain mikirin si Niika, sih..?" topik pun mulei berganti, start dari Killua. "Gue lagi punyeng ngudak nilai bagus, neh!" o Killua, serius juga rupana?
"Oh, yaudah.." Yoken yang dari tadi bergunjing pun diam karena kotbah Killua.
"Ngemeng ngemeng lu tadi ngerjain soalnya gimana..? Bisa?"
"Hah, soal kaya gitu.. KECIL!" Ripley's, believe it or not.
"Dih, dih.. Gaya mu nak, nak!" kata Yoken.
"Weh, gue serius!" lagi, keseriusan Killua dianggap tidak oleh Leader.
"Ck, beneran soal kaya gitu, kecil! Orang tinggal main gue silang aja, ngasal.." ujar Killua bangga.
'OMIJOOOOOOTT..! TERANG AJA LU BILANG GAMPANG!' kembar siang siang kita kom(pak)se(kali).
"Ngasal mah gue juga bisa!" wah, Yoken, pengalaman tuh ya?
"Eh, serius lu nggak bisa sama sekali..?" Leader menatap Killua peri-Hatin.
"Ngg.. Yah, ada yang bisa sih,"
"Apaan..?" bayangan rank1 umum dimenangkan Killua pun muncul dalam benak Leader.
"Hmm.. Apaan yah? Kayanya nggak ada, deh"
'HADEH.. NIH ANAK SEKOLAH MAU BELAJAR APA MAU NGAPAIN, SIH?!'.
"Ka, kalo kesebangunan.. Lu bisa..?" menurut Leader, diantara 5 materi matik yang ngebingungin, kesebangunan paling gacel, ea.
"Oh, yang segitiga itu..?" Killua sok ngerti, deh.
"Tuh, lu tau! Jadi bisa nggak?"
"Nggak.." jawabannya ketebak bener.
'…' Leader dan adik tersayangnyah (kehabisan kata kata untuk diucapkan walau dalam bathin).
"Nah.. Terus, gimana nih sekarang? Lu mau bisa, tapi dasar dasarnya aja nggak bisa!" lalu Killua menghantam penglihatan Leader dengan mata Puss di Shrek.
Lantas, dengan sok iyenya Leader memejamkan mata, melipat tangan di depan dada, kemudian mendengus kebo'. "Sini, gue ajarin, deh.. Mana..?"
"Semuanya, cuy.." jawab Killua apa adanya.
Tadjudin Soepardjo dengan gesitnya langsung melesat ke mejanya, diambilnya sebuah buku tebal dari kolong mejanya, lalu dibawa ke hadapan Killua. Tertera judul buku itu 'Detik Detik Menjelang Ujian Nasional 2015', Killua sendiri menyeritkan alisnya tidak tau. "Apaan itu..?" tanyanya.
"Ini buku yang harus lu pelajarin BAIK BAIK 1 semester ini, Killua.." jawab Leader diiringi seringai iblis yang lebih dari sekedar iblis. Killua segera merampas buku yang sudah agak lusuh itu, dilihatnya berbagai macam ukiran sakral deret artimatika, deret geometri, gradien persamaan garis, lalu sudut sudut sama besar sementara itu Yoken yang ikut melihat, matanya langsung melumer bagai timah besi panas.
Dari 4 materi UN, kebanyakan yang menjadi momok atau haram disentuh adalah matematika, meskipun fisika susah, kita bisa mengatasinya sedikit. Baru baru ini di kelas 9 materi yang paling menjadi momok bagi seorang Yoken adalah perpangkatan al jabar, persamaan linear satu variabel, dan dua variabelnya, al jabar model distributif juga (kenapa materi kelas 1? Yah, kan mau UN, dipelajarin lagi), peluang kuartal, kenapa? Katanya caranya membingungkan, berbelit belit, dan muter muter. Yoken pernah diajari abangnya saat UTS (disuruh nyokap), tapi dianya nggak ngerti ngerti, itulah yang membuat Leader depresi dan berhenti mengajar.
Maka dari itu, saat melihat abangnya sendiri mengajari Killua, dia termanyun. Dia nggak yakin seorang Leader kebanggaan bangsa dan negara dapat menuntun Killua —yang menurutnya lebih bego darinya— menuju kesuksessan UN. Meskipun Yoken melihat Killua meresapi setiap kata kata yang tertera di buku Detik itu.
"Oh.. Kerucut, tabung, bola volumenya itu dasarnya sama, pasti ada π dan jari jarinyanya karena polanya emang lingkaran. Hmm.. Gampang," Killua mengulang kalimat kalimat yang tertera pada buku dengan bahasanya sendiri.
"Tapi ribetnya kalo ketemu soal yang bilang 'sebuah tabung berisi air sekian leter terus dimasukin beberapa bola berdiameter sekian, terus ditanya berapa tinggi air sekarang atau selisih naik, atau keduanya'.. Itu agak ribet ceritanya," Leader tak pernah lupa sebagaimana nungging nunggingnya dia saat mengerjakan soal yang dia sebutkan tadi.
"Emang kaya gimana caranya?"
"Ga tau, gue lupa, kemaren kan abis liburan." jawab Leader klasikk.
"Heh, katanya pinter!" Leader lalu merampas buku bersampul biru-putih-kuning-merah itu dari tangan Killua.
"Mendingan gini, deh. Gue pinjemin dulu buku ini ke elu, kalo ada yang nggak ngerti baru tanya, oke?" selepas mengumandangkan titahnya, Leader melempar SPM ke tangan Killua, lalu dengan santai si Zaoldeyeck satu ini menangkapnya.
"Oiya, elu. Lu tau nggak soal yang kaya gitu?" tanya Killua pada Yoken yang dari tadi memerhatikan mereka.
"Oh, tadi gue denger sekilas" kayaknya tau nih orang.
"Ye lu tau, kaga..?!"
"Kaga," santai, jawab si bungsu, jawaban 'kaga' atau 'nggak' sudah Killua hitung, peluangnya 1/1. "Kalo nanya yang begituan mah, jangan ke gue! Gue aja angkat tangan soal begituan"
lalu ketika suara nyaring Mak Lmfir berhenti terdengar..
Tak henti hentinya Leorio memandang jam dinding yang makin lama makin menggerus waktu, sekarang jam 1/2 4 kurang. Killua ngapain aja di Gunung Yati? Lama kali kau pulang, nak. Dari pada Leorio terus memerhatikan jam dinding merk Seiko itu layaknya sapi ompong mending dia tidur, lah, capek juga kalau dia harus kena shift malam setiap kerja. Begadang, begadang..
Tapi, baru saja mau memejamkan mata di atas sofa yang dibaringinya, tanpa ketukan, pintu tiba tiba terbuka sendiri. Lalu dengan mata sayu, Leorio lihat siapa, sih sebenarnya yang datang?
"Hahh.." helaan nafas yang sangat menunjukan pengeluhan dalam hidup terdengar jelas.
"Eh elu, udah pulang..?" tanya Leorio. Killua malas menjawabnya, 'Jelas jelas gue udah balik, kenapa masih ditanyain?!' kata bathinnya.
Killua pun langsung menelsik ke segala penjuru rumahnya, namun dia tidak menemukan sosok putra dari Ging Frecess yang dicarinya. "Gon mana?"
"Cielah, sehari nggak ketemu, udah kangen sama Gon!" padahal, dalam hati Leorio pengen juga tuh, dikangenin.
"Nggak, bukan begitu maksud gue"
".. Kalo Gon tadi n'cingnya dateng kemari, terus dia diajak pergi dari tadi siang dan sekarang.. Seperti yang lu liat sekarang ini, belom pulang" jelas Leorio seraya bangkit dan duduk. "Jadi, gimana tadi sekolahnya..?"
"Parah, bener bener parah. Gue diadepin sama guru yang killer abis! Mematikan, bro!" jawabnya, Killua lalu melangkah menuju meja makan dan duduk di sana.
"Oh.. Hahaha, namanya juga sekolah"
Leorio menoleh memerhatikan punggung anak itu (ya karena Killua ngadep ke sono nggak bisa liat mukanya) dan dia juga melihat ada secarik kertas dengan tulisan 'gue nggak beda halnya dengan kambing' yang ditempel dengan selotip di seragam putihnya. Tulisan di punggung begitu, terlihat iseng kali, ea. "Oiya, materi UN itu kan sama kaya materi SD.." tapi Leorio malah ngomong begini ke Killua.
"Ah, masa, seh..? Kok gue ngga nemuin soal 2+1 ya..?" Killua sambil melengkah menuju dapur setelah melempar tasnya ke sofa di mana Leorio berada.
"Yah, bukan yang 2+1, lah! Maksud gue kaya.. Hmm.. Agresi Militer I, II, sistem peredaran darah manusia, statistika, banyak, deh! Itu sekitar.. Materi kelas 5 sampe kelas 6"
"Yaelah.. Nggak usah ngomong!" Killua ingat, dia tau masa masa SD yang mengharukan tak pernah terasah, ah, ah!~
"Iya, sih tapi kalo SMP sekarang ini pelajarannya aja yang didalemin. Kaya statistika di SD kan nggak ribet, eh.. Di SMP, berbelit belit!" Leorio lalu melihat, Killua nampak mengabaikannya. Dengan santai siswa RESMI Gunung Yati kelas 9 itu mengambil mug dari almari, lalu menyalakan air keran diatasnya, baiklah.. Adegan kesegaran iklan minuman kemasan dimulai, Killua minum dengan penuh hasrat.
"Hmm.. Lagian, menurut gue jalan lu bakal suseh nanti. Apa lagi lu nggak pernah sekolah, 'kan..?" kalimat terakhirnya berasa ngeremehin banget, ea..
"Pernah," Yoken yang berada di alam lain pun mengikuti kekagetan Leorio, sejarah di Ada Apa Dengan GunYat harus diperbaiki. Killua.. Sekolah..?
"Sekolah apa..? Kapan?"
"Home Schooling.." Killua menaruh mug 'Keep Calm And Love 7.6 (19th generation)' yang sudah kosong di tangannya ke meja, sebelumnya dia tatap lagi mug berwarna dasar hitam itu. Jialah, Hom Skuling, kaya artis aja. "Pas gue masih umur 5-7 taon" Leorio memandang Killua seserius mungkin, "Sama bapak gue.." tapi jawaban terakhirnya ini nggak muasin banget!
"Nggak usah ngomong! Bilang aja lu diajarin bapak elu, dan kaga sekola!"
"Jadi, gue itu diajarin banyak macem pelajaran, sama abang gue, bapak.." Killua nyambung cerita lagi dengan bangga.
"Diajarin sampe mana?"
"Kali, bagi, tambah, kurang. Ya yang gitu gitu aja.."
"Oh, itu lu udah bisa. Lagian nih, ya kalo lu udah lulus sekolah dan terjun ke masyarakat, nggak ada tuh al jabar, fitagoras, terus yang ngitung luas dan keliling, GA ADA!" Leorio menegaskan di kata GA ADAnya.
"Emangnya lu pernah sekolah apa, ngomong begitu..?" Killua curiga juga, kok dia bisa tau?, begitu.
"Pernah, lah. Kalo nggak sekolah, mana bisa gue kerja ampe sekarang..?" dan Leorio pun membanggakan kerjanya yang jadi hansip, atau nggak tentu juga, kadang jadi pelayan, kasir, cleanning service, ngangkat ngangkat mayat, gali kubur, tergantung objekan adanya apa.
"Tapi, gue itu sekolahnya cuma sampe SD" Killua pun terhenyak dalam raga, Leorio curhat, Killua terdiam, Leorio sengsara, Killua ngakak.
"Sebenernya gue pernah SMP, tapi sekolahnya nggak bener, gue sering bolos dan hampir nggak pernah nyatet pelajaran, kalo pulang sekolah selalu kelayapan. Jadi, pas mau naek kelas 3 semester 2, gue berenti sekolah dan disuruh di rumah aja.. Gue pikir, pendidikan terakhir gue bakal ditulis SMP, karena gue udah ngabisin 2,5 taon di sana, seenggaknya pernah SMP juga. Tapi, pas kerja dan gue ditanyain, pendidikan terakhir gue tetep ditulis SD, percuma gue SMP.." tatapan Leorio yang tanpa fokus terasa sendu. "Gue nyesel, dan mikir sekarang. Kenapa waktu dulu itu gue nggak sekolah bener bener..? Sekarang, mau kerja, susah.."
Leorio pikir setelah pengalamannya di share tadi, seperti cerita cerita sekumpulan orang yang ikut pemulihan, ini akan jadi masa masa haru dimana Killua tercerahkan karenanya. Tapi, begitu dia lihat itu anak sedang asyik duduk di korsi meja makan sembari menghayati lagu Satu Jam lewat headphone. "WOI, LU DENGERIN GUE DARI TADI NGGAK, SIH..?!"
"Hah, denger, denger, kok!" lantas Killua langsung melepas 2 bantalan super gede itu dari kupingnya.
"Alah, masa..?" Leorio tak yakin.
"Iya, gue kan nyetel nggak kenceng kenceng, kali!"
"Mm, oh, baguslah.." akhirnya, baru Leorio tenang.
Setelah ketenangannya kembali, Leorio berjalan menghampiri Killua di meja makan. Sebenarnya bukan Killua yang dihampiri, tapi 2 batang kue semprong rasa jahe dari toples. Dan hal yang paling mudah ditebak dari sini adalah, Killua tidak perduli dengan adegan tersefut.
"Menurut lu.. Apa keuntungannya kalo gue sekolah sekarang..?"
Mendengar pertanyaan Killua, Leorio segera menghabisi semprongnya kemudian mengenyahkan remah remah kotor semprong yang menempel di baju. Dia ingin ini adalah jadi saat saat jadi orangtua(?) atau penceramah yang baik, "Keuntungannya..? Wah, banyak banget!" tapi Killua tetap tak memandang orang itu. "Mungkin lu sekarang nungging nungging belajar, tapi suatu saat nanti lu bakal ngerasain manfaatnya kalo jadi orang pinter! Tak terkira! Yah, siapa tau aja, suatu saat nanti lu jadi orang tersohor di negri ini. Kalo gue jadi elu, gue bakal sekolah sungguh sungguh!"
"Yah, lu mah ngomong gampang! Gue yang kerja, susah!" kata Killua, sambil menatap kecoa yang lewat.
"Yeh, gue pan cuma ngingetin.." jawab Leorio seadanya.
Lalu bagaimanakah kelanjutannya? Apakah Killua akan 'kembali' berhenti bersekolah?
Mendengar ceramah Leorio, seorang murid ndableg tiba tiba siap dengan posisi start melayangnya. "Kabur, a'ahhh..!" teriak orang itu.
Tapi, dengan kekuatan supernya, tanpa diduga datang seorang lagi dan mengentikan orang yang lari tadi, "Howa, kenapa lu sendirinya nggak belajar..?" lalu Audience kesayangan kita ini nyumpel mulut howa pake buku Detik.
Sabda FFN : "The author would like to thank you for your continued support."
howa : *ngadahin tangan*
..GBU..
