Kepulan uap air dingin menguar memasuki kamar tidur yang luas nan elegan. Seorang pria tampan melangkah keluar dari dalam kamar mandi. Handuk putih tersampir di pundaknya. Sesekali bibirnya mengerut menahan dingin dan tak jarang diselingi dengan gerutuan.

Handuk ia lemparkan asal keatas ranjang. Kaki jenjangnya dengan cepat melenggang mendekati lemari kayu disudut ruang. Secepat mungkin memakai baju tebal dan panjang. Setelah itu, Tangannya dengan segera meraih remote AC yang tak jauh dari jangkauannya, kemudian menaikkan suhu ruangan sebelum melompat keatas tempat tidur, dan menggulung diri dibawah selimut hitam bergaris putih yang cukup tebal.

Bibirnya bergetar samar, dan umpatan masih terdengar jelas. Cuaca diluar sana sudah mencapai -4°C. dan dia harus rela mandi dibawah guyuran air dingin, dan itu semua karena waterheater yang ada, tidak berjalan seperti seharusnya.

Dingin menjalar hingga terasa menusuk tulangnya. Tanganya terus berusaha mengeratkan selimut yang menggulung tubuhnya. Perlahan-lahan, kelopak matanya mulai menurun. Dan saat kesadaran sudah diambang batas, ia harus rela menarik seluruh kesadarannya kembali karena sebuah panggilan masuk.

Dengan gerutuan dan perasaan kesal, tangannya terjulur mengambil ponselnya yang terletak diatas nakas. Dan Gerutuannya semakin menegeras saat melihat siapa yang menghubunginya.

"Shim Changmin sialan?! Untuk apa kau menghubungiku?" helaan nafas terdengar dari seberang. Selalu seperti ini. "hoy, sabar kawan. Kenapa kau berteriak seperti itu? apa masalahmu?" tak ada jawaban dari sebrang, membuat Changmin mengerutkan alisnya. "hey Cho! Kau masih disana?" masih tak ada jawaban. Changmin menghela nafas sesaat sebelum menarik nafas dalam dan…

"CHO KYUHYUN!"

"YA! Apa maksudmu berteriak seperti itu?!"nafasnya tersenggal menahan amarah."cepat katakan apa masalahmu. Jika tidak penting, aku akan menutupnya" lanjutnya. Changmin yang mendengar nada mengancam dari lawan bicaranya sesegera mungkin membuka mulutnya untuk mengatakan tujuan awalnya. "hey, ini tentang Kibum" ucap Changmin secepat yang ia bisa.

"apa yang kau dapatkan?" nada bicaranya menurun beberapa oktaf. Perlahan, Kyuhyun keluar dari gulungan selimut tebal itu, kemudian beranjak dan melangkah kearah jendela besar disamping ranjangnya.

Diluar sana, salju mulai turun. Pandangannya berubah sendu saat melihat halaman belakang rumahnya yang menyatu dengan rumah disampingnya. Rumah sahabatnya. Sahabatnya yang sekarang entah dimana. Kim Kibum yang menghilang entah kemana beberapa bulan yang lalu. Ia mendesah. Merasakan rindu pada seorang sahabat.

"kyuhyun, kau masih disana?" suara Changmin cukup untuk menarik kesadaran Kyuhyun yang sempat hilang. Dia menghela nafas sebelum kembali melangkah keatas ranjang. "ya" ia melipat kakinya diatas ranjang. Sebelah tangannya ia gunakan untuk memegang ponsel yang menempel ditelinganya. Dan lengan lainnya meraih sebuah figura yang ada diatas nakas. Matanya memancarkan kesedihan yang mendalam tat kala melihat objek dalam figura kayu itu. Ini adalah foto dirinya dan juga Kibum beberapa minggu sebelum sahabatnya itu menghilang. Saat itu salju pertama baru saja turun. Ia dan juga Kibum yang saat itu baru saja pulang dari games center, sempat mengabadikan momen saat mereka melewati sebuah taman yang sudah mulai tertutup salju. Tanpa disadari, senyum muncul di bibirnya. Ini adalah momen yang sangat indah sebelum semuanya menjadi seperti ini.

Kyuhyun kembali menghela nafas, figura itu ia simpan kembali. "apa yang kau dapatkan?" sebenarnya polisi dan juga keluarga Kim sudah pasrah karena kasus Kibum tak pernah menemukan titik terang. Dan penyelidikan sudah berhenti 2 bulan yang lalu. Meski begitu, Kyuhyun tetap akan menyelidikinya dengan caranya sendiri. Namun hingga saat ini, dia dan juga Changmin yang merupakan mahasiswa hukum yang berniat membantunya, Tidak pernah menemukan barang bukti atau apapun itu. Ini sudah cukup lama. Ah tidak. Kyuhyun mendesah kecewa. Ini sudah hampir satu tahun.

"begini, bukannya aku merasa putus asa ataupun menyerah. Dari data yang sudah aku selidiki, Kibum tidak melakukan suatu hal yang mencurigakan. Sama sekali tidak ada" Changmin menghela nafas sesaat. "barang bukti pun tidak ada yang benar-benar meyangkut dengan hilangnya Kibum. Dan kau sudah dengar sendiri, dan kuyakin juga sudah berulang kali. Kibum menghilang tanpa sebab. Dan tempat dia menghilang tanpa jejak adalah taman belakang rumah kalian. Disana pun tidak Nampak barang bukti yang cukup kuat untuk membuktikan kasus ini"

Kyuhyun menghela nafas. Benar. Semua yang dikatakan Changmin benar. Tak ada barang bukti. Tak ada jejak. Bahkan Tak ada saksi mata.

"aku tidak memaksamu untuk menyerah. Ini semua terserah padamu. Aku akan terus membantumu. Tapi, aku hanya ingin kau sadar. Ini sudah hampir satu tahun. Polisi dan tim penyelidik pun tak pernah menemukan titik terang. Aku berbicara seperti itu, bukan bermaksud membuat semangatmu luntur. Aku sebagai teman akan tetap membantu dan mendukungmu. Kau perlu ingat itu" Kyuhyun menutup mulutnya rapat-rapat. Sebagian besar dirinya menyadari semua kebenaran dari kata-kata Changmin.

"kyu, kau baik-baik saja? maaf jika uca-"

"aku akan menghubungimu lagi nanti" sambungan terputus. Ponselnya ia letakkan disamping tubuhnya. Pikirannya berkecamuk. Antara berhenti atau terus maju. Ia tidak menyalahkan ucapan Changmin sebelumnya. Mungkin ia menyetujui ucapan Changmin. Bahkan sangat menyetujuinya. Ya benar. Itu semua benar.

Bukan bermaksud menyerah, namun ia hanya tidak ingin terus larut dalam masalah ini. Apakah sekarang waktu yang tepat untuk menyerah?

Tanpa diperintah, kakinya beranjak keluar kamar. Tangannya dengan cepat mengambil jaket tebal yang tersampir di kursi belajar, kemudian memakainya cepat. Pandangannya kosong, dan pikirannya masih berkecamuk memikirkan masalah yang dihadapinya. Tanpa disadari, kakinya melangkah menuju halaman belakang rumahnya. Langkahnya terhenti tepat di Depan pintu kaca yang menghubungakannya ke dunia luar. Tatapannya berubah nanar. Salju masih turun diluar sana. Sebagian menutupi rumput-rumput, dan yang lainnya menempel diatas pepohonan. Ia menghembuskan nafas, membuat kepulan uap didepan bibirnya.

"Kibum sangat menyukai salju" gumamnya tanpa sadar.

Tiba-tiba perhatiannya teralihkan pada sebuah benda diluarsana. Benda itu mengkilat, membuatnya mencolok diantara puluhan ribu butir salju. Ia mengernyit. Kemudian tangannya terangkat untuk mendorong pintu kaca yang sudah mulai berembun. Angin dingin menerpa tubuh kurusnya saat pintu sudah terbuka. Pandangannya tak lepas dari benda mengkilat itu. Dengan menahan dingin, ia melangkah.

Satu langkah…

Ia tersentak. Entah kenapa, tubuhnya seperti menyalakan alarm peringatan untuk berhenti melangkah. Ia menggelegkan kepala, mencoba menghiraukan peringatan itu. kemudian kakinya melangkah kembali.

Dua langkah…

Hawa disekitarnya berubah muram. Ia menelan ludahnya susah payah. Tubuhnya berteriak agar segera berbalik dan masuk kedalam. Namun, untuk kedua kalinya, ia hiraukan.

Tiga la-

Angin berhembus kencang. Tubunhnya diam terpaku. Matanya tertutup menghindari salju yang ikut tertiup angin. Dan tangannya mencengkram kedua sisi mantel coklat yang ia pakai untuk menghalau dinginnya angin musim dingin. Tetapi kemudian Ia mengernyit. Perlahan matanya terbuka. Pandangannya menyapu kesekeliling taman. ini masih tempat yang sama. Ya, ia yakin. Sangat yakin.

Kemudian ia berjongkok, tangannya meraih beberapa butir salju ditanah. Dingin. "bodoh" ia mendesis sinis. Semua jenis salju pastilah dingin. Lipatan di dahinya bertambah banyak. Otaknya mencoba berpikir keras. Ini sudah akhir tahun, yang artinya musim dingin telah tiba. Musim dingin musim dingin musim dingin….

Bandannya tiba-tiba bergidik. Ya, sudah seharusnya salju dingin. Termasuk anginnya. Tapi, kenapa angin yang behembus beberapa waktu lalu malah membuat tubuhnya hangat?

"kyu?" tubuhnya terlonjak kaget. Kepalanya reflex berbalik mengikuti sumber suara. Lantas ia menghela nafas lega "eomma, kau mengagetkanku" ia berdiri kemudian membersihkan tangannya dari butiran salju yang masih tersisa. "masuklah Kyu, diluar sedang hujan salju" sahut eommanya. ia mendongak dan menyadari bahwa salju turun lebih lebat dari sebelumnya. Badannya hendak berbalik saat matanya melihat tempat yang sedari tadi ditujunya. Kemudian ia mengernyit. Kenapa….

"kyu?" ia masih diam ditempatnya berdiri saat suara sang eomma menyadarkannya. "ya?" salju turun makin lebat dan angin berhembus makin kencang. Dan satu hal penting yang harus digaris bawahi. Ini dingin. "baiklah"

Masih dengan segudang pertanyaan di kepalanya, ia berbalik dan berjalan menghampiri sang eomma.

.

Villain

Chapter 1

Rated : T

Story © ReaLee

.

Suasana sepi membuat detik jam terdengar jelas memenuhi ruangan bernuansa biru langit itu. Ranjang king size yang ditempatkan tepat ditengah ruangan masih tertata rapi. Seakan tak tersentuh. Pintu balkon terbuka lebar, membuat tirai hitam dikedua sisi pintu terus bergerak seirama hembusan angin. Pemuda jangkung berdiri diatas balkon dengan segelas wine ditangannya. "aku tahu" gumamnya. Pandangnnya lurus kedepan, namun kosong. "tapi aku tak mengerti" lanjutnya, sebelum meneguk habis wine yang masih tersisa di gelas bening itu.

Angin berhembus, membuat rambut coklat nya ikut bergerak. Tangannya terulur untuk menyimpan gelas kosong keatas meja kecil di sudut balkon. Suara deru mesin membuatnya menoleh kebawah. Seseorang dengan jubah tebal hitam keluar dari dalam mobil, lalu mendongak dan senyum merekah dibibirnya saat melihat ada pemuda jangkung berdiri dilantai atas. "cepatlah" seru Kyuhyun dari atas membuat senyum pemuda dibawahnya melebar. "tidak sabaran sekali. Baiklah, tunggu aku, dear" pemuda dibawahnya terkikik sebelum menghilang masuk kedalam bangunan rumahnya. "cih, menjijikan. Dugaanku semakin menguat saja bahwa Dia telah merubah orientasi seks nya" ia menggeleng, kemudian berbalik hendak masuk kedalam kamarnya, namun…

"huwaaa…. Shim Changmin Berengsek sedang apa kau disini?!" pemuda bernama Changmin itu hanya tersenyum manis sebelum menepuk pundak pemuda dihadapannya lembut. "kenapa kau menjadi kasar? Bukankan kau semdiri yang memintaku kesini? Kenapa masih bertanya?" kemudian dia berbalik, menghiraukan raut wajah Kyuhyun yang sudah merah menahan amarah dan kesal. "ahh, menurutku kau harus merubah suasana kamarmu. Ini terlihat… hmm boleh kubilang, kamarmu ini sangat tidak berkelas. Bahkan kukira design kamarmu ini sudah tak ada yang memakainya lagi. Tapi perkiraanku salah, kau mungkin adalah satu-satu nya orang yang masih menggunakannya" ucapnya panjang lebar sambil merebahkan badannya diatas ranjang. Kyuhyun berjalan mendekat. Sama sekali tak menghiraukan racauan sahabatnya itu. Merasa sudah kebal dengan semua ocehannya. "persetan dengan semua itu" bisiknya nyaris tak terdengar.

"kenapa kau sampai kekamarku cepat sekali?" tanyanya kemudian. Changmin melirik Kyuhyun sekilas "kau tahu sendiri kakiku panjang, dan langkahku lebar. Lagipula kamarmu ini tak jauh dari depan" Changmin kembali melirik Kyuhyun yang masih berdiri diambang pintu balkon. "masuklah Kyu. Udara diluar sangat dingin" Changmin bergidik, kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh jangkungnya. "tutup pintu, dan oh, jangan lupa tutup tirainya juga. Langit diluar sama sekali tak cerah. Menyeramkan juga jika dilihat dari sini" lanjutnya sebelum menutup mata, bersiap untuk tidur mungkin.

Kyuhyun menuruti perintah Changmin. Ia menutup pintu, beserta tirainya. Kemudian berbalik dan menemukan sahabatnya sedang bergulung dengan selimut hitamnya "aku memanggilmu kesini bukan untuk meminjamkan kasurku padamu. Jadi cepat bangun dan ikuti aku" suaranya datar tanpa emosi. Ia berjalan cepat melewati Changmin yang sudah membuka matanya dengan malas-malasan. Kemudian Changmin menggerang samar "kenapa kau tidak mengerti? Ini adalah semester akhirku. Dan belakangan ini skripsi terus menerus mengikutiku seperi hantu. Ditambah dosen super cerewet yang pernah kukenal, terus mencercokiku dengan segudang nasihatnya yang menurutku sama sekali tak berguna. Dan kau tahu? hari ini deadline skripsiku, yang artinya tadi malam aku tidak tidur karena harus menyelesaikan semua tugas yang belum selesai. Kemudian aku harus pergi pagi sekali karena mobilku yang masuk bengkel, dan mengharuskanku pergi ke kampus menggunkan kereta. Kau tahu stasiun sangat jauh dari apartemenku, jadi aku harus berjalan jauh. Dan sejam yang lalu aku baru saja selesai kuliah, kemudian mengambil mobil dan berniat pulang, hendak istirahat. Namun aku mendapat telpon dari sahabatku tercinta, bahwa aku harus datang kemari, yang artinya rencanaku untuk pulang dan istirahat gagal" ia berhenti sejenak, mengambil napas sebanyak mungkin "Jadi, bisakah aku beristirahat sebentar saja?"lanjutnya. Kyuhyun memutar bola matanya malas. "terserahmu saja" katanya, kemudian berlalu keluar kamar. Menyisakan Changmin yang bimbang antara mengikuti tuan rumah atau mengikuti ranjang dibelakangnya yang terus memanggilnya untuk segera beristirahat. Dan pada akhirnya, ia memilih tetap berada diatas ranjang king size milik Kyuhyun yang sangat nyaman, "kukira kamarnya cukup nyaman juga" ucapnya sebelum menutup matanya rapat-rapat.

Sementara itu Kyuhyun berjalan menuruni tangga dengan diselingi gerutuan yang tertuju untuk Changmin. Namun langkahnya terhenti saat berpapasan dengan eommanya. "eomma?" panggilnya. Sang eomma melihatnya dan tersenyum hangat. Kyuhyun balas tersenyum. Tadinya ia ingin mengajak eommanya minum teh bersama, namun urung saat melihat nampan ditangan eommanya. "coklat panas? Roti isi?" ucapnya "untuk siapa?" lagi-lagi eomma-nya tersenyum "Changmin" katanya. Kyuhyun mengangguk mengerti, namun ia melotot saat menyadari perkataan eommanya barusan. 'Changmin sialan'

Dengan cepat ia mengambil nampan itu "biar aku saja. Kupikir Changmin sedang istirahat dan tidak mau diganggu"

"baiklah" eommanya kembali tersenyum sebelum berbalik dan menuruni tangga. "dia memanfaatkan eomma-ku yang baik hati itu? Tidak akan" ia berbalik, hendak kembali kedalam kamar.

"AAAAAA….." Kyuhyun kembali menoleh kebelakang. Itu suara eommanya. Dengan gerakan cepat, ia menuruni tangga. Nampan ditangannya ia simpan asal diatas meja kecil diujung tangga. Langkahnya ia perlebar. Hatinya beubah tak karuan. entah mendapat perintah dari mana, namun tempat pertama yang ia tuju adalah dapur. "astaga!" Kyuhyun memekik terkejut. matanya melebar saat melihat eomma-nya terduduk lemas diatas lantai dengan darah bercucuran dari kepalanya. Dengan cepat ia mendekat dan merengkuh tubuh eomma-nya kedalam pelukannya. Darah mengotori baju bagian depannya. Namun itu sama sekali tak penting. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan eomma-nya. "k-kyu" suara sang eomma berubah parau, dan itu membuat Kyuhyun takut. "kumohon eomma bertahanlah. Tunggu disini, aku akan segera kembali setelah menghubungi rumah sakit" Kyuhyun hendak bangkit, namun urung karena eomma-nya malah mencekal pergelanagan tangannya "tidak. Tidak perlu" bisik nyonya Cho. "eomma kumohon jangan seperti ini. Biarkan aku memanggil ambulance" seiring perkataannya, cekalan dilengannya perlahan terlepas. Dengan segera ia bangkit. Berjalan mendekati telepon rumah yang tergantung tak jauh dari dapur. saat jari-jarinya sudah menekan beberapa angka, tiba-tiba suara lain menginterupsinya. Ah, ini lebih pada suara teriakan.

"Changmin" gumam Kyuhyun. Matanya langsung mengarah pada ujung tangga. Ia mengernyit. Apa yang sedang terjadi? ia masih menebak-nebak saat teriakan lain menyusul. "Changmin?" tanpa pikir panjang, ia berlari menaiki tangga -setelah melepaskan gagang telpon yang sekarang menggantung diudara-. Pintu kedua disebelah kanan adalah kamarnya. Ia melangkah mendekat, dan suara teriakan makin terdengar jelas. Tangannya menyentuh daun pintu yang terasa dingin ditangan. Saat mendorongnya, pintu itu sama sekali tak bergerak. Rasa panic menyergapnya. "Changmin? Shim Changmin?! Apa yang terjadi, kenapa kau berteriak? Cepat buka pintunya!" Kyuhyun mengetuk pintu dengan brutal.

DUG

BRAAK

Kyuhyun melotot. Sesuatu tengah terjadi didalam. Rasa panic makin menjadi. "tenang" Kyuhyun terdiam kemudian mundur beberapa langkah. Ia memejamkan matanya sambil mencoba mengatur napasnya yang memburu. Saat matanya terbuka, pandanganya hanya tertuju pada satu titik dipintu. Ia menghela napas sekali lagi sebelum berlari dan mendobrak pintu menggunakan kakinya.

Pintu terbuka. Kyuhyun masuk dan tidak menemukan Changmin didalam. Saat matanya mengarah pada pintu balkon yang terbuka lebar. Matanya terbelalak lebar. Changmin berada diujung balkon. Setengah badannya telah menggelayut di luar pagar pembatas. Tanpa banyak bicara, Kyuhyun berlari dan menangkap tubuh jangkng Changmin sebelum pemuda itu jatuh dari sana. "sial!" umpat Changmin saat tubuhnya telah terduduk di atas lantai balkon yang dingin. Napas mereka memburu, Membuat kepulan uap didepan mulut msaing-masing "apa yang terjadi?" Tanya Kyuhyun degan napas, tersenggal. Kemudian ia melirik Changmin menggunakan ekor matanya. "aku sendiri tak mengerti" Changmin terbatuk sambil menepuk dadanya cukup keras. Kyuhyun memicingkan matanya. "kau bercanda?" Changmin mendengus "kau tidak percaya? Baiklah aku akan menceritakannya. Aku sedang tidur diatas kasur mu yang sangat nyaman" ia berhenti sejanak untuk menarik napas "kemudian Sesuatu menyentakku. Semuanya terjadi begitu cepat"

Pandangan Kyuhyun menyapu kesekeliling kamarnyra. Kasur tidak lagi rapi seperti sebelumnya, semua jendela didalam ruangan terbuka dan sebagian tirainya terlepas. Beberapa barang tergeletak di lantai, dan barang dengan bahan keramik telah pecah berkeping-keping. Bingkai foto dirinya tak lagi berada di tempatnya. Ia menghela napas "lalu apa yang terjadi dengan kamarku?" suarnya terdengar pasrah dan putus asa. Changmin yang masih menunduk lalu mendongak dan pandangannya menyapu kesekeliling "astaga!" ia melotot. kemudian dengan gerakan perlahan, kepalanya memutar dan menatap Kyuhyun. "aku tidak tahu bahwa angin bisa menghancurkan kamarmu" gumamnya. Kyuhyun mengernyit "angin?" changmin mengangguk kaku "pintu balkon dan jendela terbuka, angin masuk dan seperti menarikku kesini" jelasnya. Kyuhyun masih memikirkan kejanggalan yang terjadi, kemudia terkesiap "astaga!" ia berdiri dan melangkah cepat masuk kedalam kamar "ada apa?" Changmin membuntut dibelakangnya.

"ada apa?" Tanyanya lagi saat Kyuhyun malah keluar dari kamarnya dan dengan gerakan cepat menuruni tangga. "eomma" jawab Kyuhyun cepat tanpa emosi. Ia melangkah menuju dapur dan….

"eomma?" Kyuhyun diam ditempatnya, sebelum berlari dan memasuki dapur."kenapa?" Changmin menatap bingung Kyuhyun yang malah berlari kesana kemari. "eomma?" teriak Kyuhyun. Changmin masih berdiri di ambang pintu. Pandangannya menyapu dapur yang kosong. "eomma? Nyonya Cho?" ulang Changmin bingung. "dimana?" lanjutnya.

TBC

Hallo….

Udah lama ga nulis jadi kaku, maaf ya kalau tulisannya jelek.

Minta tanggapanya untuk fic saya yang satu ini ya…

Semoga bisa update cepat. See you!