Hai semuanya…
Aku datang dengan fic baru
Your trouble is my trouble
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Pairing : SasuIno slight ItaIno
Rate : T
Summary : Pada saat Sasuke ingin membalas perasaan Ino, namun disaat itulah
rintangan lain menghadang. Dikarenakan yang satu hilang ingatan dan yang
satunya lagi berusaha lari dari kematian. Bagaimanakah keduanya dapat
bersatu sementara masing-masing punya masalah sendiri?
Enjoy minna.
?!
Pemuda berambut raven yang diketahui bernama Sasuke Uchiha baru saja turun dari pesawat yang mengantarnya kembali ke daerah asalnya. Ya, dia memang baru saja menyelesaikan kuliahnya di London dan langsung pulang ke Tokyo kampung halamannya.
Dia sangat merindukan kampung halamannya ini. Dia juga sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Itachi dan orang tuanya.
Selain itu kepulangannya saat ini juga dikarenakan tak sabarnya untuk bertemu dengan gadis itu.
Mengingat gadis itu…
Sasuke pun merogoh saku bajunya, mengeluarkan sebuah foto dimana terlihat seorang gadis dengan rambut blonde dan mata aquamarine sedang bersepeda dengan sebuket bunga mengisi keranjang sepedanya tak lupa senyuman yang menghiasi wajah cantik itu dengan latar belakang matahari terbenam.
Foto ini… foto ini diambil dari lokernya sewaktu ia bersekolah di KHS.
Bukan karena ia adalah seseorang yang hobi memotret orang lain, Uchiha bahkan terlalu rendah untuk itu.
Jadi, bagaimana ia bisa mendapatkannya?
Mudah saja, biar kuberitahu. Tidak ada orang yang tidak kenal dengan yang namanya Itachi Uchiha dan Sasuke Uchiha, jika dia mengaku bersekolah di KHS.
Kedua Uchiha bersaudara ini adalah siswa paling diidam-idamkan kebanyakan kaum hawa di KHS. Meskipun bukan hanya dua Uchiha itu saja sih, tapi mereka berdualah yang paling banyak memiliki fans dibandingkan siswa lain.
Jadi, apa hubungannya dengan mendapatkan foto itu?
Hubungannya adalah siswi di foto tersebut merupakan salah satu fansgirl Sasuke Uchiha. Dialah yang meletakkan fotonya sendiri di loker pemuda raven itu. Pemuda raven itu bahkan heran darimana gadis itu mendapatkan kunci cadangan lokernya.
Gadis itu bahkan rela datang pagi-pagi dan dihukum guru karena tidak mengerjakan tugas hanya untuk berfoto-foto ria dan mengganti foto-foto yang lama menjadi terbaru setiap harinya. Konyol bukan.
Tapi harus diakuinya bahwa ia jatuh hati pada gadis yang telah dianggapnya konyol itu.
Sudah ditetapkannya dalam hati, ia akan menjadikan gadis itu miliknya begitu dia menyelesaikan kuliahnya.
'Dan sekaranglah waktunya.' Pikir Sasuke.
Sasuke lalu memasukkan kembali foto itu dan mengambil ponsel dari saku celananya.
Menekan tombol menu kemudian mencari nama Kabuto dari daftar kontaknya yang hanya berjumlah lima. Dan langsung saja melakukan panggilan dengan yang dimaksud.
"Kabuto-san, aku sudah mendarat. Segera jemput aku." Sasuke mengakhiri panggilan singkat itu secara sepihak.
Sasuke kemudian berjalan keluar dari bandara dan dilihatnya tak jauh dari tempatnya berada mobil jemputannya terparkir.
"Konnichiwa, Sasuke-sama. Senang bertemu anda kembali." Ucap Kabuto sambil membungkuk hormat dari kejauhan kemudian mengambil alih barang-barang Sasuke.
"Hn," jawaban singkat khas seorang Uchiha.
Kabuto lalu beralih ke belakang hendak memasukkannya ke bagasi.
Dengan segera Kabuto hendak masuk ke mobil namun ditahan oleh Sasuke.
"Aku akan pergi lagi. Jadi aku pakai mobil. Beritahu orang rumah aku tak akan lama." Ucap Sasuke lalu mengeluarkan sejumlah uang dan memberikannya kepada Kabuto-supir pribadi keluarga Uchiha.
"Baiklah, Sasuke-sama." Balas Kabuto.
?!
Sebuah mobil berwarna silver terlihat melaju cepat membelah jalanan kota Tokyo.
Pohon-pohon yang rindang serta lampu-lampu jalanan yang berjejer rapi seakan menaungi setiap pengguna jalan di situ. Kali ini jalanan terlihat sepi. Pemandangan kota Tokyo memang sangat indah pada sore hari. Dengan langit yang berwarna kuning kemerahan, serta kumpulan burung yang berterbangan seperti membentuk sebuah formasi hendak kembali ke sarangnya dan awan-awan yang turut menghiasi semakin menambah keindahan kota Tokyo. Hah, benar-benar hari yang indah.
Mobil itu terus membelah jalanan, tak ada yang tahu kemana tujuan pastinya kecuali sang pengendara.
'Tunggulah sebentar lagi.' Pikir Sasuke sambil menggenggam sebuah kotak beludru berwarna merah maron disebelah tangannya.
Pemuda raven ini sepertinya sedang senang, terlihat senyum yang terpatri di wajahnya namun lebih mirip seringaian dan jarinya yang berulang kali mengetuk-ngetuk kemudi mobil. Padahal dia sama sekali tidak menghidupkan musik, mungkin musiknya dia ciptakan sendiri.
'Yamanaka Ino'
Bagaimana rupanya? Apakah masih secerewet dan secentil dulu?
Memikirkan gadis itu lagi membuat senyumnya kembali muncul.
Karena terus melamun, pemuda raven itu menabrak batu yang lumayan besar.
Kotak beludru merah yang ada digenggamannya tiba-tiba terlepas. Sejauh penglihatannya, sepertinya tidak ada mobil lain yang mengambil arah berlawanan darinya. Jadi dia mengambil kotak itu dengan sebelah tangannya sementara sebelahnya lagi masih memegang kemudi. Tangannya terus berusaha menggapai kotak itu.
Tak disadarinya, kakinya semakin menekan pijakan gas dan membuatnya melaju dengan sangat cepat.
Brumm…
Mobil itu terus melaju dengan kecepatan tinggi sementara terdapat tikungan jalan di depannya.
Sampai akhirnya mobil itu menabrak pagar pembatas jalan yang terbuat dari besi. Sadar akan hal itu, langsung saja si pengemudi buru-buru banting stir.
Cieettt…
Namun semuanya sudah terlambat…
Braakk…
Dan baru berhenti setelah menabrak sebuah pohon yang cukup besar, menyebabkan bagian depan mobil penyok dan pintu sebelah kiri bagian depan terbuka karena mendapat hantaman yang cukup keras.
Langsung saja beberapa orang mengerumuni mobil tersebut.
Darah terus menetes dari dahi pemuda berambut raven itu dan mewarnai kemudi mobil. Tangannya yang semula masih menggenggam kemudi mobil itu kini terkulai lemah.
"Cepat bantu!" teriak seorang remaja tanggung.
"Panggil ambulan! Juga polisi!" histeris beberapa orang yang mengerumuni tempat itu.
Tak beberapa lama terdengar suara sirine yang menandakan mobil ambulan dan mobil polisi datang.
Kemudian diturunkan tempat tidur beroda oleh beberapa suster.
Dengan segera, para suster dibantu si pengemudi ambulan mengeluarkan pemuda raven itu. Lalu menaikkan dan memasukkannya ke dalam mobil ambulan.
Polisi pun langsung saja memasang police line untuk menghindari orang-orang yang ingin melihat dan menghambat proses penyelidikan penyebab kecelakaan.
Kemudian mobil ambulan itu langsung melesat meninggalkan tempat kejadian.
Suara sirine terus terdengar mengiringi mobil ambulan tersebut.
Tak beberapa lama sampailah di sebuah rumah sakit.
Para perawat yang melihat itu langsung saja membantu menurunkan dan segera melarikannya ke UGD.
?!
Tak berselang lama, seorang pria berbaju putih yang diyakini dokter itu pun keluar.
Dokter tersebut terlihat tengah berbicara dengan salah seorang dari pihak kepolisian.
"Apakah ada keluarga korban?" tanya dokter tersebut.
"Tidak ada, tapi saya sudah hubungi keluarga korban."
Berselang beberapa menit, empat orang terlihat menghampiri dokter dan polisi.
"Dimana anakku?" tanya seorang wanita bernama Uchiha Mikoto dengan raut muka cemas hendak masuk namun ditahan oleh orang yang sepertinya suami dari wanita tersebut.
"Tenanglah, Kaa-san. Kita dengar dulu penjelasan dokter." Hibur seorang pemuda bernama Itachi Uchiha yang sepertinya anak dari kedua orangtua tersebut.
"Korban sempat kehilangan banyak darah, untung saja cepat dilarikan ke rumah sakit. Dan sekarang korban masih belum sadarkan diri. Tapi ada masalah dengan ingatan korban."
"Apa permanen?"
"Ada kemungkinan jika pasien terus dipaksa menerima semua informasi tentang dirinya secara bertubi-tubi dan dibawah tekanan."
Sang dokter terlihat mengambil nafas sejenak kemudian kembali melanjutkan ucapannya.
"Maka pasien akan cepat untuk hilang ingatan permanen." Ujar sang dokter seraya menundukkan kepalanya.
Langsung saja wanita yang diyakini ibu korban menghambur masuk ke ruangan tanpa memperdulikan larangan para suster yang berada di dalam.
Para suster itu pun menatap sang dokter yang terlihat memaklumi kemudian permisi meninggalkan ruangan.
"Kami belum tahu penyebab pasti kecelakaan ini. Tapi kami menemukan sebuah foto beserta kotak dalam genggaman korban." Pihak kepolisian lalu memberikan kedua benda tersebut pada Itachi.
"Kalau anda mengetahui perihal kedua benda ini apakah ada sangkut pautnya dengan kejadian ini, segera beritahu kami." Jelas pihak kepolisian.
"Baiklah"
"Kalau begitu kami permisi dulu." Kemudian pihak kepolisian itu pun meninggalkan rumah sakit.
Itachi mengamati foto dan kotak itu bergantian lalu masuk mengikuti kedua orangtuanya.
?!
Suara tangis langsung terdengar mengisi ruangan itu.
Terlihat seorang wanita yang sudah memasuki usia setengah abad tengah mengelus-elus rambut sosok yang kini tengah berbaring tak sadarkan diri dan suami si wanita masih berusaha menenangkan istrinya serta seorang pemuda berambut putih tengah berdiri tak jauh dari keduanya.
"Kenapa bisa begini, anakku? Hiks… hiks… kenapa tidak kau saja yang menjemputnya Kabuto? Kalau kau yang jemput, tidak akan terjadi seperti ini. Hiks…" Wanita yang bernama Mikoto itu menatap supir pribadi keluarganya dengan linangan air mata.
"Sudahlah, sayang. Tidak baik menyalahkannya. Ini tidak sepenuhnya salahnya." Ucap pria bernama Uchiha Fugaku sambil mengusap-usap punggung istrinya berusaha menenangkan.
"Maafkan saya. Tadi Sasuke-sama langsung pergi ke tempat lain dan memaksa membawa mobil itu. Kalau tuan dan nyonya tidak percaya, saya siap dipecat sekarang juga." Lirih Kabuto-pemuda berambut putih itu tak berani menatap kedua majikannya.
"Sudahlah, tidak apa. Kami juga sudah paham betul sifat anak ini. Memecatmu tidak akan merubah keadaan. Kau tetap bekerja untuk kami, tapi jangan ulangi lagi." Ucap Fugaku Uchiha sambil menatap Kabuto yang masih menundukkan kepala.
"Terima kasih, tuan dan nyonya. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi." Mendengar itu, Kabuto mengangkat kepalanya dan tersungging sebuah senyum tulus.
Pemuda yang mirip dengan sosok yang tengah berbaring itu namun dalam versi lebih dewasa menjatuhkan dirinya di sebuah sofa berwarna abu-abu yang memang telah disiapkan sebagai salah satu fasilitas dari kamar pasien.
'Aku tak tahu kalau kau menyukai gadis penjual bunga ini." batin Itachi sambil menatap foto yang kini dalam genggamannya itu.
'Sebentar lagi kau mungkin tak akan ingat kalau kau pernah menyukainya.' Ucap Itachi dalam hati kemudian mengalihkan pandangannya pada adiknya yang masih tak sadarkan diri.
?!
At Yamanaka's Florist
KRIING
Bel berbunyi pertanda datang seorang pelanggan.
"Konnichiwa, selamat datang di Toko Bunga Yamanaka. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa gadis bersurai pirang bernama Yamanaka Ino dengan sopan membungkuk hormat pada pelanggan terakhirnya hari ini mungkin.
"Ah… kau tak perlu sesopan itu Ino-pig!" Ucap si pelanggan yang ternyata sahabat si gadis bersurai pirang itu sambil mengibaskan sebelah tangannya.
"Forehead! Kukira tadi siapa." Pekik gadis pirang itu begitu menyadari kalau itu adalah Sakura- sahabat merangkap rivalnya.
"Tak perlu seperti itu juga Ino-pig. Kau kira siapa rupanya? Gaara?" goda gadis bersurai pink bernama Haruno Sakura yang langsung berdiri tepat di depan Ino.
"Apa sih? Aku ga ada hubungan apa-apa kok sama dia. Jangan-jangan kau ya Forehead?" balas Ino menggoda Sakura sambil memutar-mutar telunjuknya tepat di depan wajah gadis pink itu.
"Lah, kok jadi aku?" ucap Sakura mengerutkan dahi dan mengerucutkan bibirnya.
"Habisnya aku ga ada bicarain dia, eh malah kau yang mulai. Ah sudahlah, ada perlu apa kau kemari Forehead? Biasanya kau dengan si duren itu. Kemana dia? Habis kau pukuli?" rentet gadis bersurai pirang itu menggantungkan celemeknya kemudian berjalan ke arah sofa.
"Enak saja kau. Ga sampai habis juga. Cuma pingsan kok." Jawab Sakura enteng kemudian menghampiri Ino ikut duduk.
"Kau bilang cuma pingsan? Ckckck…Kami-sama, berilah kekuatan pada si duren dalam menghadapi kekasihnya ini." Gadis bersurai pirang itu memejamkan matanya serta mengatupkan kedua tangannya di depan dada pura-pura berdoa.
"Huh…eh, tadi kau bilang 'kekasihnya'? Apa maksudmu?" tanya Sakura menegakkan badannya kemudian mendekat pada Ino.
"Tidak akan kuberitahu sebelum kau beritahu kedatanganmu kesini untuk apa. Masalahnya, tokoku seharusnya sudah tutup sekarang. Tapi karena kau, aku harus menjaga toko lebih lama." Sungut si gadis bersurai pirang sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Dan jangan salahkan aku kalau pelayanan yang kuberikan buruk. Soalnya ini diluar jam kerjaku. Oke?" Sambung Ino menatap sahabat karibnya ini.
"Baiklah, baiklah, aku kesini untuk menanyakan padamu apa arti dari bunga matahari. Puas? Sekarang, kau harus jawab kenapa kau bilang aku ini kekasihnya Naruto?" ucap gadis bersurai pink ini mulai serius.
"Oh, aku tahu sekarang. Ternyata bunga matahari yang dipilihnya." Kata Ino manggut-mangut.
"Aku semakin ga ngerti. Apa maksudmu?" tanya Sakura masih dengan dahi berkerut bedanya sekarang lebih terlihat jelas.
"Aku jelaskan, ya!" Ino membuka mulutnya hendak berbicara namun segera digantikan dengan senyuman.
"Jangan bercanda, Ino-pig!" ucap gadis bersurai pink itu pada Ino menyipitkan mata serta mengerutkan dahi menunjukkan bahwa saat ini dia benar-benar kesal.
"Maaf, maaf, habisnya kau kelihatan serius sekali sih. Tadi siang si rambut duren itu datang ke tokoku. Aku tanya dia mau beli bunga untuk apa, dianya jawab bunga yang cocok untuk ungkapin perasaan. Ya, aku bilang mawar merah. Tapi dia gak mau ambil, katanya itu sih biasa. Ya udah, aku gak mau ambil pusing. Kubiarin aja dia pilih sendiri. Bayangkan lebih dari satu jam, Sakura! Satu jam cuma untuk milih. Jadi, kuberikan aja bunga itu gratis untuknya. Dan ternyata yang dipilihnya bunga matahari." Jelas Ino panjang lebar kemudian berjalan ke arah dapur yang tak jauh dari tempat mereka duduk tadi untuk menyiapkan minuman.
"Aku tak habis pikir dengannya. Nembak cewek dengan bunga matahari. Gratis pula itu. Bisa kau bayangkan?" Sakura lalu berjalan ke arah dapur kemudian menyandarkan tubuhnya ke dinding.
Melihat Ino yang tidak ada jawaban, gadis bersurai pink itu pun menepuk bahu sahabatnya.
"Hoi, Ino-pig? Ino?" ucap Sakura menyadarkan Ino yang terdiam.
"Oh, i-iya, apa Forehead?" sahut si gadis bersurai pirang itu tersentak dari lamunannya.
"Aku tadi bilang bisa kau bayangkan Naruto nembak cewek pakai bunga matahari? terus gratis lagi."
"Bisa kubayangkan. Tapi lebih bisa lagi kalau kau ya, Forehead." Ino mengeluarkan seringaiannya.
"Apa sih maksudmu, pig?" kata Sakura dengan ekspresi bergidik melihat seringaian Ino.
"Sudahlah, Forehead. Tak perlu berpura-pura tidak tahu. Semua orang juga tahu kalau si duren itu menyukaimu. Ditambah lagi melihatnya datang mau beli bunga untuk ungkapin perasaan dan dia malah milih bunga matahari. Terus kau juga datang kesini untuk nanya arti dari bunga matahari itu apa. Berarti kau baru ditembak si duren itu, kan?" kata Ino lalu mengambil dua cangkir dari rak.
"Jadi apa jawabanmu?" ucap Ino menolehkan sedikit kepalanya melihat Sakura yang justru terdiam menatap lantai.
"Aku minta waktu padanya." Balas Sakura lebih kepada gumaman namun masih dapat didengar Ino.
"Ya, lebih baik begitu. Jangan terburu-buru. Pahami dulu perasaanmu sebenarnya pada anak itu." Ino memberi nasehat.
"Wah, kau semakin dewasa saja ya pig!" seru Sakura sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Tentu saja." Ucap Ino meletakkan kedua tangannya di pinggang.
"Balik lagi deh!"
Kedua gadis ini pun tertawa bersama.
"Eng…Forehead, bisa kau ganti tanda buka jadi tanda tutup? Aku baru ingat soalnya." ujar Ino masih berkutat dengan teh buatannya.
"Baiklah" Sakura pun mengganti tanda buka menjadi tutup.
"Hujan ya?" ucap Ino berjalan dari belakang sambil membawa dua cangkir teh hijau kemudian memberikannya satu pada Sakura.
"Terima kasih" Sakura menghirup aroma teh hijau itu kemudian menyesapnya perlahan.
Ino menatap rintik-rintik hujan yang turun seakan berlomba untuk sampai ke tanah terlebih dahulu. Gadis pirang itu pun melakukan hal yang sama, menghirup aroma teh hijau buatannya yang setidaknya dapat merilekskan pikirannya. Jujur, sedari tadi gadis bersurai pirang ini terus memikirkan Sasuke Uchiha. Pemuda yang sudah disukainya sejak baru menduduki bangku sekolah.
"Forehead!" panggil Ino.
"Hm? Ada apa?" sahut Sakura kemudian berjalan meghampiri Ino.
"Eng…a-pa kau masih menyukai Sa-su-ke-kun?" tanya Ino perlahan harap-harap cemas pada jawaban Sakura.
"Tentu saja aku menyukainya." Jawab Sakura kemudian meletakkan minumannya di meja.
Sedangkan Ino terlihat lesu mendengar jawaban sahabat yang sekarang merangkap rivalnya itu.
"Tenanglah, Ino-pig. Kalau aku bilang tidak, berarti aku membencinya. Meskipun dia sama sekali tidak merespon kita, tapi aku tak membencinya. Mungkin sekarang aku akan berhenti mengejarnya. Lagipula aku sudah capek terus bersaing denganmu untuk mendapatkannya. Dan masih ada yang lebih perlu aku perhatikan dari pada Sasuke-kun yang tidak meresponku sama sekali." Lirih Sakura seraya bertopang dagu pada lengan sofa.
"Naruto maksudmu?" tanya gadis bersurai pirang itu dengan raut wajah yang lebih ceria dari sebelumnya.
"Hm, aku baru sadar sekarang bahwa Narutolah yang selalu ada untukku. Meskipun aku pernah membentaknya hanya karena Sasuke-kun. Tapi, dia sama sekali tidak berhenti untuk selalu menjadi tempat bersandar untukku. Sepertinya aku harus membalas perasaan Naruto." Curhat Sakura.
"Aku tidak tahu apakah aku akan mendukungmu atau tidak. Kalau aku mendukungmu, mungkin kau akan beranggapan kalau aku berusaha menyingkirkanmu sehingga sainganku berkurang. Dan kalau tidak, tidak bisa kupungkiri bahwa aku masih menyukai Sasuke-kun, menunggunya, dan mengharapkannya. Jadi, terserah padamu. Apapun pilihanmu aku akan selalu mendukungmu." Ucap Ino sembari tersenyum tulus pada Sakura.
"Terima kasih, Ino-pig. Kau memang sahabat terbaikku. Aku menyesal pernah memutuskan persahabatan kita hanya karena seorang cowok. Hiks…aku juga mendukungmu untuk mendapatkan Sasuke-kun. Berjuanglah! Hiks…" ucap Sakura langsung memeluk sahabatnya itu.
"Hei! Sudahlah! Kenapa kau jadi cengeng seperti ini? Mana Sakura yang selalu kulihat itu?" hibur Ino-gadis bersurai pirang itu.
Sakura pun menghapus air matanya dan langsung kembali seperti biasanya.
"Selamanya kita akan tetap sahabat. Iya kan, Ino?" ujar Sakura dengan mata berbinar.
"Tentu saja, Forehead. Sudahlah, apa kau tak ingin pulang?" Ino pun mengambil kedua cangkir yang sudah kosong itu dan mencucinya.
"Ceritanya kau mengusirku, ya? Huh…" Sakura pura-pura marah.
"Tidak, hanya saja kita terlalu lama mengobrol sampai lupa waktu."
"Kita sama-sama saja keluarnya." Kata gadis bersurai pink itu membantu Ino membereskan semuanya sebelum keluar.
?!
At Tokyo Hospital.
"Ng…" Sosok yang sedari tadi belum sadarkan diri kini mulai terlihat pergerakan.
"Kau sudah sadar rupanya." Ucap pemuda bernama Itachi itu.
"Kaa-sa…" Itachi hendak membangunkan kedua orang tuanya, namun diurungkan niatnya mengingat kedua orangtuanya langsung pergi ke rumah sakit setelah mendengar anak bungsu mereka kecelakaan.
"Akh! Dimana aku ini?" Sasuke memegang kepalanya sambil terus mengamati keadaan sekitarnya.
"Tenanglah, sekarang kau berada di rumah sakit. Kau baru saja mengalami kecelakaan." Itachi membantu Sasuke untuk duduk.
"Kecelakaan? AKH!" Sasuke memegang kepalanya dengan kedua tangannya dikarenakan rasa sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi.
"Jangan dipikirkan dulu! Setelah keadaanmu membaik, semuanya akan kuceritakan padamu. Istirahatlah!" Itachi menarik kursi kemudian duduk di samping ranjang adiknya.
Sasuke kemudian memejamkan matanya dengan sebelah tangan masih memegang kepala.
'Tidak semuanya.' Batin Itachi lalu kembali tidur.
?!
At Yamanaka's house
KRIIING KRIING KRIING
Alarm berbunyi untuk mengingatkan pemiliknya agar segera bangun.
1 detik
2 detik
Masih tidak terlihat tanda-tanda pergerakan bahwa si pemilik merasa terganggu.
Si alarm mencoba lagi.
KRIING KRIING KRII
Ptak
Tok Tok Tok
"Iya, iya, aku bangun." Dengan tampang masih mengantuk dan mata 5 watt, si pemilik kamar berjalan gontai kemudian membukakan pintu.
"Ada apa, Dei-nii?" gadis berambut pirang itu mengucek-ucek sebelah matanya.
"Kau bilang ada apa? Bukannya hari ini kau kuliah, un?" pemuda dengan model rambut sama dengan Ino itu pun langsung saja memasuki kamar gadis pirang itu.
"Ini masih pagi. Lagipula kuliahnya jam 9. Hooam…" Gadis pirang itu kembali merebahkan dirinya di kasur berusaha mendapatkan lagi haknya untuk tidur.
"Lebih cepat lebih baik kan, un? Cepatlah bangun!" Pemuda pirang bernama Deidara itu membuka sedikit gorden agar cahaya matahari masuk.
"Silau Dei-nii! Tutup!" Ino mengambil guling kemudian menutup wajahnya dengan guling itu.
"Cepatlah bangun!" Deidara menarik guling itu dari Ino kemudian membuangnya sembarang tempat.
Ino pun mendudukkan dirinya sejenak di tepi kasur, dengan mata masih terpejam gadis pirang itu mengambil handuk hendak mandi.
"Pecah lagi, un?" Deidara mengambil jam weker yang telah rusak itu kemudian mengambil flashdisk dari meja Ino.
"Dia pecah sendiri."
"Yang iyanya kau yang pecahkan kan, un? Aku bawa flashdisk-mu ke tempat kerja ya, un?" ucap Deidara lalu menutup pintu kamar adiknya itu.
"Hm." Balas gadis itu yang pastinya sudah tidak didengar Deidara lagi.
?!
If you ever find yourself stuck in the middle of the sea.
I'll sail the world to find you
If you ever find yourself lost in the dark and you can't see
I'll be the light to guide you…
Lagu count on me terdengar dari ponsel Ino.
Gadis pirang itu langsung membuka ponselnya dan terlihat
Forehead calling…
Ino pun menekan tombol hijau.
"Ada apa, Forehead?" Ino berbicara dengan Sakura sementara sebelah tangannya memegang buah apel hijau yang sepertinya sarapan gadis pirang ini.
"Pig, aku tidak kuliah hari ini. Ih, sebentar baka! Jadi kau pergi sendiri dulu, ya? Jaa..." Sakura langsung memutuskan panggilan itu tanpa persetujuan Ino.
"Apa sih maksud si Forehead ini?" Ino menatap layar ponselnya yang sudah menampilkan wallpaper si pemilik ponsel.
"Pasti si duren itu yang menyuruhnya tidak kuliah. Dasar…" Ino pun melemparkan ponselnya ke sofa lalu berjalan menuju dapur.
Gadis pirang itu mendudukkan dirinya di sofa kemudian meraih remote tv.
'Masih ada waktu.' Pikir gadis pirang itu mengganti-ganti channel tv ke acara fashion kesukaannya. Tangan gadis pirang itu masih sibuk menekan-nekan remote tv dengan sebelah tangan memegang secangkir ocha panas.
'Sebuah kecelakaan …'
Deg
"Ada apa ini? Kenapa denganku?" Ino terkejut mendapati keadaannya sekarang
"terjadi kemarin malam mengakibatkan seorang korban tidak lain seorang pemuda berumur sekitar dua …' suara tv masih saja terdengar. Kenapa bukan acara fashion yang ditonton gadis ini? Berita termasuk salah satunya dalam siaran yang tak diminati gadis ini. Tapi kenapa masih ditonton?
"Kenapa denganku? Dei-nii, tolong aku! TANGANKU TAK BISA DIGERAKKAN!"
-Tbc-
Inilah fict yang saya janjikan. Bagaimana? Bisa diteruskan? Atau dihapus?
