Halo halo minna-san..! Maaf ya karena saya cukup lama ngilang dari fandom kita tercinta ini, lagi banyak ujian hiks T_T. Apalagi sekarang saya tidak dibantu teman saya, Auramour Pixie yang diksinya emang keren banget, jadi mohon di review saja yaa cerita ini mau dilanjut apa nggak hihi

Oke deh, lanjut aja yoo! :D

Cinta yang Terlambat...

(GS Version from 'Cinta di Ambang Keterlambatan' in Captain Tsubasa Fandom)

By : Yuri Misaki

Disclaimer : All of charas in Gundam Seed belongs to Sunrise


One..

Warna putih terlihat dimana-mana. Suhu di luar sedikit demi sedikit menurun dan mencapai angka minus. Udara dingin pun mulai datang dan terasa menusuk. Butir-butir salju perlahan jatuh memenuhi permukaan. Hari ini, musim dingin telah tiba.

Seorang gadis cantik berrambut merah muda tengah duduk di kursi sofa nyaman di cafe au lait itu. Mantel tebal dan syalnya yang hangat telah melilit di tubuh mungilnya. Uap panas dari cappucino hangatnya mengepul ke udara. Sepasang mata biru muda lentiknya lekat menatap pemandangan di balik jendela, sesekali ia alihkan pandangannya ke arah pemuda yang kini tengah menatapnya lembut –suatu pandangan yang jarang sekali ia lakukan.

"Lacus, aku ingin minta maaf"

Gadis yang disapa Lacus tadi terkejut dengan pernyataan singkat barusan, "Minta maaf untuk apa, Kira?"

Lelaki yang dipanggil Kira itu tersenyum dan ia secara perlahan mengamit jemari Lacus pelan dan menatapnya lekat dengan mata violetnya.

"Maafkan aku Lacus...karena selama ini...aku jarang memperhatikanmu."

Deg!

Satu pernyataan ini akhirnya terlontar juga dari bibir Kira. Kalau boleh jujur, sebenarnya Lacus telah menantikan hal ini begitu lama, setelah banyak hal yang telah ia lewati bersama pemuda itu.

Kisah yang telah ia rajut selama dua tahun terakhir ini...

...

Archangel Senior High School, Orb Class, 2 tahun yang lalu.

Sekolah masih sepi pada saat itu. Hening, tak ada siapa-siapa di sana. Hanya Lacus yang kini berjalan sendirian mencari kelas barunya. Derap langkah kakinya yang beradu dengan lantai menimbulkan gema ke seluruh penjuru ruangan. Sesekali ia lirik jam tangan mungil yang bertengger manis di pergelangan tangannya. Jam setengah tujuh. Masih terlalu pagi, ia cukup tahu akan hal itu.

Lacus memang sengaja datang pagi-pagi karena sebagai siswi baru, ia ingin mengenal sekolah barunya lebih dulu agar lebih cepat betah di sini.

"Hmm..kira-kira kemana lagi ya?" gumamnya pelan sambil mengatur napas. Maklum, ia telah menjelajahi semua sela sekolah itu, mulai dari pintu gerbang, aula, hingga kantin telah ia jelajahi. Kecuali satu, kelasnya sendiri.

Perlahan, ia paksa kakinya melangkah untuk mencari kelas barunya. Satu demi satu papan nama kelas ia baca, namun ternyata bukan kelasnya.

"Ah, itu dia!" pekiknya kecil.

Lacus segera menghampiri kelasnya itu, Orb Class. Ia buka pintunya dan segera masuk mencari bangku yang pas untuknya.

Lacus segera duduk di bangku kedua dari depan. Ia taruh tas baru merah mudanya dan mulai mengeluarkan alat tulisnya. Sesekali ia pandangi kelasnya itu. Di depan terlihat papan tulis whiteboard lengkap dengan spidol aneka warna dan penghapus yang siap sedia. Di bagian atasnya terlihat layar projector yang tergantung rapi. Sebuah meja guru lengkap dengan taplak, vas bunga, bahkan sebuah laptop merah manis ada di sana. Ditambah lagi meja murid yang dilengkapi laptop per anak dan juga loker biru yang ada di belakang , melengkapi kelasnya. Satu hal yang ia tahu pasti, kelasnya ini sangatlah rapi, bersih, dan juga canggih.

"Aaah... bosan sekali, lebih baik aku ke perpustakaan saja," ujarnya sambil berlalu menuju pintu. Namun, baru saja ia hendak memutar kenop pintu...

BLAK!

"Aduh sakitt...!" Lacus mengaduh kesakitan setelah ia jatuh tertubruk pintu itu. Tak lama kemudian, ia sempat mendengar suara gaduh dari luar.

"Ya ampun...kalau buka pintu, pelan-pelan dong! Lihat nih, dia sampai kesakitan begitu!"

"Tapi aku kan gak sengaja.."

"Sudahlah, ayo kita tolong anak itu," tiba-tiba saja Lacus melihat sosok pemuda berrambut biru tua mendekatinya.

"Maafkan temanku tadi ya, kamu gak apa-apa kan?" tanyanya lembut.

Lacus mengangguk, "Ah..iya aku nggak apa-apa kok, hanya sakit sedikit"

"Oh, ya, kamu anak kelas mana? Kok perasaan aku gak pernah lihat kamu"

"Aaah...aku kelas ini, baru masuk hari ini," Lacus merasa bersalah juga belum memperkenalkan dirinya, "Namaku Lacus Clyne, panggil saja Lacus," ujarnya.

"Oh..anak baru ya? Kenalkan, aku Athrun. Selamat bergabung bersama kami ya," jawabnya ramah, "Hei kalian! Ada anak baru nih, ayo kenalan!"

Tiba-tiba saja ada dua orang yang muncul, yang satu seorang gadis cantik berrambut merah yang manis, yang satu lagi seorang pemuda berrambut cokelat dan bermata violet yang terlihat cool.

"Kenalin, ini namanya Lacus," Athrun mengawali pembicaraan.

"Halo Lacus! Aku Flay.. salam kenal yaa, entar kamu duduk bareng aku aja, gimana?" sapa gadis yang ternyata bernama Flay itu.

Lacus mengangguk senang, "Boleh kok, dengan senang hati"

"Eh..ah..ehm... hai, namaku Kira. Soal yang kamu tertabrak pintu tadi, itu gara-gara aku gak tahu kalau ternyata ada orang di kelas, maaf ya..," ujar pemuda yang bernama Kira itu sedikit gugup.

"Aku maafin kok, salam kenal ya Kira..," ucap Lacus dengan tersenyum yang membuat rona merah di wajah cantiknya. Melihat itu, entah kenapa Kira menjadi blushing.

"Lacus...kamu itu...menarik ya?"

Deg!

'Kamu itu menarik ya?'

"Eh?" hanya itu yang Lacus ucapkan, saking kagetnya dengan pernyataan Kira barusan.

'Menarik? Maksudnya mungkin sikapku yang menarik barangkali, tidak mungkin lebih jauh dari itu, kan kita baru kenal' batin Lacus.

"Ah, sudahlah tak usah dipikirkan, ayo masuk kelas!"

Lacus menurut, ia pun masuk kelas dan kembali ke bangkunya dan Flay dan segera memulai pelajaran.

KRIIIIIINGGGGG...!

Akhirnya istirahat tiba juga. Kebanyakan anak langsung mengantri di pintu untuk keluar menuju kantin.

"Lacus, aku mau ke perpustakaan dulu mengembalikan buku, mau ikut?" tanya Flay sambil mengenggam erat buku panduan mengendalikan gundamnya itu.

"Ah, tidak terimakasih. Aku di kelas saja"

Flay mengangguk, "Oke, aku kesana dulu yaa..!" serunya dan menghilang di balik pintu.

Lacus hanya balik tersenyum dan terdiam di bangkunya. Kelas menjadi hening seperti tadi pagi. Kosong tak berpenghuni.

"Lacus, kamu gak keluar?"

"He?" Lacus terkaget-kaget mendengar ada yang mengajaknya bicara, perasaan di kelas hanya ada dia sendiri, tapi ini?

Ia pun berbalik dan begitu mengenali sosok yang mengajaknya bicara, dia sedikit lega.

"Kamu ini mengagetkanku saja, Kira!" umpat Lacus sambil memukul pelan lengan teman barunya itu.

"Maaf..kupikir kamu tahu di sini ada aku juga," balas Kira sambil cekikikan melihat wajah cantik Lacus yang merah padam.

"Huuuh...ya sudah, kali ini aku maafkan"

"Iya..iya, maafin aku ya, kan gak sengaja. Ngomong-ngomong, boleh ikut duduk?"

Lacus mempersilakan Kira duduk menempati bangku Flay yang kosong. Dan dari situlah, Kira membeberkan persahabatannya dengan Athrun dan Flay.

Ternyata, Athrun dan Kira sudah bersahabat sejak kecil, sehingga Kira sudah menganggap Athrun sebagai saudaranya sendiri. Ia bahkan bercerita bahwa ia pernah menyelamatkan Athrun dengan mengorbankan nyawanya sendiri dan juga gundamnya saat Bloody Valentine.

Sedangkan Flay adalah kekasih Kira. Mereka sudah berpacaran sejak lama. Kira menyukai Flay yang cantik dan manis itu dari kelembutan hatinya yang membuat Kira tak bisa berpaling darinya.

"Wah, jadi kalian pacaran? Kenapa gak duduk bareng aja?"

"Ah nggak..entar bukannya belajar malah pacaran hehehehe," balas Kira ringan, "Lagian, sebenarnya aku justru pengen duduk bareng kamu"

"Eh? Kenapa?"

"Karena kamu itu menarik, dari awal aku sudah tahu itu"

Deg!

Jantung Lacus tiba-tiba saja berdebar tak karuan. Dadanya terasa sesak, seolah ingin memuntahkan segala perasaan yang ada padanya saat ini. Kenapa bisa begini? Ia benar-benar tidak mengerti.

"Aku serius Lacus, kamu itu cantik dan lucu, dan kamu tahu, aku suka itu," lagi-lagi Kira membuat dadanya sesak seperti ini, ditambah lagi ia mulai menatap lekat mata biru mudanya yang membuat Lacus semakin blushing. Perlahan, tangan Kira mulai menyentuh dagu mungil Lacus dan mengangkatnya pelan, terlihat jelas rona merah menghiasi wajah pemuda itu. Ia mulai mendekatkan wajahnya dan anehnya Lacus sama sekali tak berniat mengelak dari sana.

"Kira, kamu—," tiba-tiba saja terdengar suara yang langsung terpotong. Merasa mengenali suara itu, Lacus segera mengelak dan mencari sosok itu.

"Flay, a—aku tidak bermaksud—"

Suara Lacus tercekat ketika gadis yang ternyata Flay itu langsung membalikkan badannya dan berlari pergi. Samar-samar terdengar suara isakan. Dan Lacus pun menyadari satu hal.

Ia, telah menyakiti hati sahabat barunya.

...

Keesokan paginya, Lacus berlari menuju sekolah, takut kesiangan. Sekolah telah dipenuhi hiruk pikuk obrolan anak-anak saat itu. Tapi, ia merasa seperti ada satu hal yang janggal.

Ketika ia melewati lorong menuju kelasnya, beberapa anak perempuan terlihat berbisik sambil melirik ke arah dirinya dengan tatapan tidak menyenangkan. Awalnya ia tak peduli, sampai-sampai, ia melihat suatu pamflet yang dipajang di mading sekolah yang mengejutkan dirinya.

JANGAN BERTEMAN DENGAN ANAK BARU INI (LACUS CLYNE)!

HATI-HATI, DIA AKAN MEREBUT PACARMU DIAM-DIAM!

"Apa maksudnya ini?" geramnya kesal. Ia lepas pamflet itu dan merobeknya. Cepat-cepat ia bergegas menuju kelas dan mencari sosok di balik semua ini. Sosok yang terlihat manis sekali hari ini dengan rambut merahnya yang kini dibiarkannya tergerai.

"Flay, jelaskan apa yang terjadi!"

"Seharusnya kau yang jelaskan padaku apa yang kau lakukan kemarin dengan Kira!" tiba-tiba saja Flay menyerangnya dengan nada tinggi, diikuti teman-teman sekelas yang mengerubunginya dengan wajah kesal.

"Aku tidak melakukan apapun, kami hanya mengobrol," Lacus mencoba membela diri.

"Bohong! Cepat jelaskan yang sebenarnya!"

"Flay.. sungguh aku tidak melakukan apa-apa, kamu tahu aku kan, kita kan berteman," airmata terlihat mulai menggenang di pelupuk mata Lacus.

"Berteman? Berteman katamu? Mulai saat ini, aku tidak mau lagi berteman denganmu, dasar playgirl!"

Bletak!

Tiba-tiba saja puluhan, bahkan ratusan gumpalan kertas dilemparkan para gadis teman sekelasnya menuju Lacus. Lacus sudah tak tahan lagi, ia segera keluar dan berlari sekencang-kencangnya menuju tempat yang sepi menurutnya. Dadanya terasa amat sakit. Jantungnya seolah ditikam ratusan pedang tajam. Paru-parunya sesak, ia butuh oksigen sekarang juga.

Setelah tiba di taman belakang sekolah yang dirasanya aman, barulah ia duduk dan melipat kakinya perlahan, dan menumpahkan airmata dan segala gejolak perasaannya disana.

"Sudahlah, jangan menangis," tiba-tiba saja terdengar suara lelaki yang amat dikenalnya. Lelaki yang menyebabkan ia masuk ke perkara menyebalkan ini. Sosok itu yang bernama Kira.

"Jangan dekati aku, Kira, aku mohon!" Lacus meminta dengan sangat sambil terisak, ia hanya ingin sendiri di sana. Sendirian saja.

Namun, Kira bukannya pergi, ia malah merangkul Lacus dan langsung mendekapnya erat, seolah tak mau dilepaskan.

"Tenang saja Lacus, aku akan selalu ada di sisimu"

Lacus menyeka airmatanya pelan, "Tidak, kau harus menemani Flay, jangan pedulikan aku! Aku tidak mau gara-gara aku, hubungan kalian jadi rusak!"

"Jangan khawatirkan tentang dia, aku bukan pacarnya lagi"

"Eh?" Lacus langsung tersentak ketika mendengar akan hal itu, "Kenapa begitu?"

"Karena aku lebih menyayangimu daripada dia, jadi Lacus, maukah kau jadi pacarku?"

Deg!

Lacus bungkam, sebenarnya ingin sekali ia menjawab 'tidak' dengan cepat. Bagaimanapun, dia tak ingin menyakiti hati Flay lebih dari ini. Tapi entah mengapa, bibirnya seolah tak mau membuka, suaranya sulit sekali keluar untuk mengatakan hal itu.

"Soal Flay, tak usah kau pikirkan, kau akan aman bersamaku"

Dengan satu pernyataan sederhana itu, Lacus pun akhirnya merubah jawabannya. Terdengar aneh memang, apalagi ia tahu bahwa ini terlalu cepat, mereka baru berkenalan kemarin!

Tapi ia takkan pernah bisa lagi membohongi perasaannya sendiri.

Ia, jatuh cinta pada Kira dari pandangan pertama.

Maka, ia dekati bibir pemuda itu hingga bibir mungilnya menyentuhnya lembut, dan membisikkan jawabannya untuk mereka berdua.

...

Institute of Coordinator, Gundam Operational Class, 1 tahun yang lalu

Tak terasa, sudah 1 tahun lamanya Kira dan Lacus merajut kisah cinta mereka hingga akhirnya mereka sama-sama masuk ke Institute of Coordinator –suatu sekolah khusus coordinator untuk melatih pengendalian gundam. Athrun juga masuk ke sekolah yang sama, sedangkan Flay masuk ke institut khusus natural.

Akhir-akhir ini, tanda-tanda akan adanya perang semakin bertambah. Banyaknya gundam musuh yang datang, seringnya terdengar suara ledakan, bahkan kaca pecah, orang jatuh tanpa lengan, ataupun darah yang tiba-tiba menetes sepanjang kaca kelas, bukanlah suatu hal baru lagi.

Para pasukan ZAFT mulai kehabisan personil sehingga mereka kadang-kadang menarik beberapa siswa yang sudah mahir mengendalikan gundam untuk ikut dengan mengadakan seleksi. Dan Kira masuk di antara pasukan itu dengan Strike Freedom-nya.

"Kira.. punya waktu sebentar?" pernah suatu waktu Lacus memberanikan diri bertanya pada Kira yang akhir-akhir ini sibuk itu.

Kira menoleh sesaat,"Maafkan aku Lacus, aku kembali dipanggil untuk perang lagi, nanti kalau sudah selesai, kita ngobrol lagi seperti biasa ya..," dan ia pun menghilang di balik ruangan.

Lacus benar-benar kesal. Bagaimana mungkin? Setiap hari ketika Lacus menanyakan hal yang serupa, Kira akan menjawab demikian, tanpa pernah menepatinya. Semakin hari, rasanya pemuda itu malah lebih memperhatikan gundamnya daripada kekasihnya.

Huft, Lacus menghela napas lebih dalam daripada biasanya. Dadanya terasa semakin sakit dan perih saja. Perih karena luka yang ia alami tak pernah terobati, bahkan mungkin luka itu akan makin membesar. Kalau digambarkan, mungkin sekarang di hatinya ada lubang yang menganga. Karena ia sudah tak kuat menanggung penderitaan ini. Ia sudah lelah menunggu. Ia sudah terlalu lama kesepian menunggu Kira. Sudah terlalu lama.

Dan tanpa disadari Lacus, cintanya pada pemuda itu kian memudar.

...

Huft..cukup panjang juga ternyata. Baiklah, yang mau ngasih saran ataupun kritik silakan langsung di review aja ya, sekalian minta pendapat kalian fic ini mau dilanjut apa nggak.

Arigatou~