CRUSH
Desclaimer by Masashi Kishimoto
Pairing Shika-Tema
OOC, abal, Non baku
-Two Shoot-
Rate M for bad language
…
"Mite- mite Neechan! Temari itu dulu manis ya, tapi sekarang kok beda, tapi kalau aku lihat Gaara,dia seperti ayahnya." Komentar Mikoto sambil tangannya menunjuk-nunjuk foto di album ketika Temari masih kanak-kanak.
"Hn, tahun ini aku akan menyekolahkan Temari di sekolah khusus finansial. Kelakuannya sekarang sudah diluar kendaliku. Dia sudah mengabaikan perintahku untuk tidak lagi berpikir tentang menulis cerita yang tidak bermutu itu lagi. Masa depan penulis itu tidak jelas. Banyak penulis yang jadi pengangguran dan miskin." Jelas Karura, panjang lebar. Dia seorang pegawai negeri di instansi perpajakan dalam negeri. Yang ada dipikirannya hanya uang.. uang.. dan uang!
Sungguh itu yang Temari tidak suka dari mamanya. Temari bukan seorang yang lahir dari cinta. Dan banyak yang bilang kalau Temari hanya beruntung dilahirkan oleh keluarga elit Sabaku. Dan dia lahir tidak dengan keberuntungan. Sering terlintas dipikirannya, mengapa mamanya rela menghembuskan nafas untuk Temari agar berada di tempat yang disebut dunia?
Sesal.
Itukah yang dirasakan orang di sekelilingnya. Namun perasaan itu ia mencoba untuk menepisnya jauh-jauh.
Plakk!
"Apa ini?" bentak papanya sembari menyodorkan lembar jawaban ulangan yang diatasnya tertera angka 80 berwarna merah di muka Temari.
"Inikah hasilmu selama ini? Ini yang ingin kau tunjukan pada papa?"
Sekali lagi tamparannya mendarat di pipi Temari.
Keras sekali. Dirasakan cairan asin di mulutnya.
Darah.
Kali ini kaki papanya yang ikut serta menghajar Temari. Hingga dia sulit bernapas. Pukulan itu menghujam tubuhnya berkali-kali hingga pingsan.
Mamanya hanya memandangnya dingin. Kemudian ia memapah Temari ke kamarnya.
Kriiinnnggg,,,,,,!
Alarm yang tak diharapkan berbunyi tepat pukul 5.00. pagi ini Temari harus siap-siap berangkat sekolah. Perih di mulutnya belum hilang. Memar di kakinya ia tutup dengan kaos kaki panjang. Seberapapun ia membenci perlakuan ayahnya, namun tetap saja dia tidak ingin nama keluarganya buruk di mata orang lain.
"Astaga, ada apa dengan bibirmu Temari? Sampai lebam parah begitu." Tenten terpekik kaget melihat luka bekas tamparan di wajah Temari.
"hehe,, nggak apa-apa lagi. Hanya tadi pagi aku terjatuh dari tempat tidur. Gara-gara.. umm.. aku mimpi pertandingan Chris John versus Rocky Juarez. Widih,! Seru banget bos. Hahahaha!" jawab Temari ringan dengan tawa khasnya. Entah apa yang dibenaknya kali ini, namun hanya di sekolah dia bisa tertawa lepas tanpa beban. Sejenak lepas dari pedih hatinya.
"Hoaamm.. dasar mendokusei! lebam di mulutmu bukan karena jatuh dari tempat tidur. Tapi karena sesuatu yang dihantam dengan keras. Kalau saja jatuh di tempat tidur pasti tangannya dahulu yang menyentuh lantai, lihat saja jika kau tertawa! Lukanya ada di dalam mulut. Jadi mustahil wajahmu terbentur meja lampu di pinggir dipan. Oh, ya satu lagi, tempat tidurmu tidak terlalu tinggi kan, kasurnya langsung menempel dengan lantai. Aku mendengarnya ketika ibumu bercerita dengan ibuku tentang kamarmu yang berantakan." terang Shikamaru panjang lebar.
Apa tadi? Seorang seperti Shikamaru bisa sedemikian cerewetnya.. *sigh*
"Dasar mulut besar! Kau hanya pandai bicara dengan omong kosongmu itu. Tsk! sungguh menyebalkan!" bentak Temari, nada bicaranya naik satu oktaf hingga semua teman sekelasnya menoleh ke arahnya. Wajah Temari memerah. Dia segera berlari keluar kelas.
Di atap sekolah, air matanya menetes. Dia bukan sedang ingin menangis. Hanya menetes saja tanpa rasa.
"Ada apa dengan dirimu Temari, sungguh aku ingin lebih mengenalmu. Kau bodoh! Kenapa harus menutupinya, apa kau tak sadar kalau aku bisa melihat pedih itu dihatimu." Gumam Shikamaru dalam hati, dia berdiri tepat di belakang Temari yang sedang termenung.
",,AAARRRGRGGGHHHH,,! Tuhan, apa kau mendengar jeritanku ini? Apa kau masih ingin melihat hambamu ini? Aku disini Tuhan, hanya ingin memohonmu agar aku takkan pernah lagi terlahir." Tiba-tiba Temari menjerit histeris dan kemudian jatuh terlentang menatap awan.
"…hanya itu Tuhan!" kata Temari pelan. Pandangannya mulai gelap. Dia pingsan…
To be continued. . .
A/N :
Fic ini sebenarnya cerpen lama Heruga sekitar dua tahun yang lalu. Next chap bakal ada latar belakang orang tua Temari sekaligus klimaks dari fic ini.
Doakan Heruga supaya bisa nyelesein fic "Monster".. honto ni gomen nasai readers!/ banyak anime-anime baru di laptop saya dan menggoda saya untuk menontonnya sehingga tidak sempat menyelesaikan fic "Monster" #alibibasi #ditendangreaders!
Yo! Review kalian bakal support aku biar cepet update!
Mohon kritik dan saran di tab review/
See y'all!
