Semua karakter yang terlibat hanya milik Masashi Kishimoto sensei

Saya hanya meminjam dan tidak mencari keuntungan apapun dari tulisan ini

.

Proudly Present

A Naruhina Fanfiction

.

.

HIDDEN VENUS

A Story by Hexe

Hope you like and enjoy this story

WARNING : MATURE CONTENT ALERT

[Bijaklah dalam mencari suatu bacaan, pastikan anda dalam waktu luang membacanya. Karena sebenarnya, tulisan ini tidak bermanfaat dan hanya untuk kesenangan semata.]

.

First

"Venus"

.

.

###########################################################

Kedua manik ametis itu menatap datar ke arah sepasang pria dan wanita yang tengah bergelut dengan ganas, tubuh setengah telanjang milik si wanita berguncang saat pria betubuh tinggi itu menghentakkan pinggulnya untuk mendorong dirinya sendiri. Desahan serta suara-suara aneh menggelitik pendengaran si pemilik mata berwarna perak keunguan itu.

Hyuuga Hinata, wanita berusia 27 tahun itu tidak beranjak dari tempatnya berdiri, wanita bersurai indigo sebahu itu hanya berdiri dengan tas kerja berwarna hitam yang menggantung di telapak tangannya. Pemandangan yang tak senonoh itu menjadi sambutan dirinya di Namikaze Corporation, perusahaan yang bergerak dalam bidang properti dan pemasaran, bukan hanya itu juga, perusahaan yang dipimpin oleh seorang CEO muda, tampan, serta kaya raya itu juga bergerak di bidang entertaiment.

Gosip yang beredar mengenai sang CEO dari Namikaze Corporation ternyata bukan bualan atau omong kosong semata. Hinata membuktikan kasak-kusuk yang beredar di dunia perbisnisan mengenai betapa bajingannya si CEO dengan kedua matanya saat ini. Meski sebenarnya Hinata tidak tertarik karena atasannya di Uchiha Inc; Uchiha Sasuke, telah memberitahukan semua keburukan yang dimiliki oleh pria itu.

Hinata masih menyaksikan pergulatan panas yang bisa membuat siapa saja merasa basah atau tegang jika melihatnya. Namun, pemandangan erotis itu tidak mempan dan tidak berdampak apa-apa padanya. Ketika dirinya bosan karena mereka tidak menyadari kehadirannya dan malah asyik dengan pergumulannya, Hinata hendak berbalik dan berniat menunggu pria itu sampai selesai. Namu, sebelum dirinya melangkahkan kaki, suara pekikan serta jeritan terdengar, membuat Hinata kembali berbalik dan mendapati kedua orang itu memandang ke arahnya.

Si wanita yang dressnya tersingkap hingga perut itu langsung menutup wajah dengan kedua tangannya, sedangkan si pria hanya terkekeh sambil melepaskan tautannya lalu menaikan celananya yang melorot sampai lutut.

"Saya minta maaf, Namikaze-san. Pintunya terbuka sedikit dan saya mengetuk beberapa kali tapi tidak ada tanggapan sama sekali."

Hinata menaikan kaca matanya yang sedikit turun, kedua maniknya masih menatap datar sepasang manusia yang baru saja tertangkap basah sedang melakukan hubungan intim. Si wanita bersurai cokelat bergelombang itu membenahi pakaian dan mengecup pipi si CEO, dengan langkah yang sedikit menghentak, wanita itu menghampiri Hinata yang berdiri di ambang pintu.

"Apakah mengintip privasi orang adalah kebiasaannmu? Kau sungguh tidak tahu malu, Nona."

Hinata hanya menatap datar wanita yang lebih pendek darinya itu, kedua manik ametisnya menelisik keseluruhan tampilan wanita itu dengan seksama. Satu decakan lidah keluar dari mulut cantiknya, "Maaf saja jika saya mengganggu kegiatan tak senonoh anda, Nona murahan."

Hinata berjalan dan melewati wanita itu yang merasa tertohok dengan ucapannya, detik berikutnya, terdengar suara debaman pintu. Hinata mendengkus dalam hati, merasa kasihan pada si wanita yang sama sekali tidak mendapat pembelaan dari pria yang baru saja menggagahinya karena telah dihina olehya secara terang-terangan.

Sang CEO kini sedang duduk sambil menyangga kepala menggunakan satu tangannya, satu seringaian terpatri di wajahnya, membuat Hinata merasa muak seketika.

"Ah ... Aku minta maaf atas sambutannya yang kurang mengenakan, eum ..."

"Hinata, Hyuuga Hinata."

Pria bersurai pirang itu terkekeh, menampilkan lesung pipi di kedua pipinya yang berhiaskan tiga garis halus mirip seperti kumis rubah. Dengan gerakan yang penuh percaya diri, Namikaze Naruto, nama pria itu –berdiri sambil mengancingkan jas hitamnya lalu berjalan ke depan Hinata dengan tubuhnya yang disenderkan ke meja.

"Baiklah, Nona Hyuuga. Tch, aku tidak tahu jika si Teme punya sekretaris secantik dan semenarik dirimu. Apa kau baru bekerja dengannya?"

Hinata bisa merasakan tatapan liar dari kedua manik biru Naruto yang menatatap jelalatan ke arahnya.

"Saya dipindah tugaskan satu bulan yang lalu, sebelumnya saya bekerja dengan Itachi -san."

Naruto semakin melebarkan seringaiannya, wanita yang kini berdiri tanpa minat di depannya itu sudah menarik perhatiannya. Jarang-jarang ada wanita yang begitu tenang dan begitu terlihat enggan berbicara serta berduaan dengannya.

"Nah, Nona Hyuuga. Apakah kau sudah memiliki kekasih?"

Hinata menaikan sebelah alisnya saat mendengar pertanyaan konyol yang keluar dari mulut Naruto. Ternyata pria di depannya itu memanglah seorang bajingan tengik yang suka bermain dengan banyak wanita. Hinata menghembuskan napasnya kasar, mendengkus lalu berkata dengan tenang.

"Maaf, Namikaze-san. Itu bukanlah sesuatu yang harus saya jawab, saya hanya ingin mengantarkan beberapa berkas dari Sasuke-sama."

Hinata menyimpan tas kerja yang berisi beberapa berkas itu di atas meja, Naruto melihat tubuh wanita itu yang sedikit membungkuk, memperlihatkan betapa penuh dan seksinya bokong serta dada Hinata yang tertutup sempurna oleh kemeja berleher tinggi juga blazernya.

Shit!

Naruto mengumpat dalam hati, merasakan dirinya turn on hanya karena melihat bokong serta dada Hinata yang membuat dirinya panas dan kini sudah mengeras dengan sempurna.

"Mohon untuk segera diperiksa, kalau begitu saya pamit. Maaf karena telah mengganggu waktu anda."

Hinata membungkuk lalu membalikan tubuhnya dan berjalan menjauhi Naruto yang kini sedang mengeraskan kedua rahangnya. Satu tarikan kuat Hinata rasakan pada lengan kirinya, membuat tubuh wanita Hyuuga itu sedikit terhuyung kebelakang. Naruto menarik satu lengan Hinata dan menyeretnya untuk setengah berbaring di meja yang baru saja dijadikan tempat percintaannya dengan wanita tadi.

Hinata sedikit meringis saat merasakan pinggangnya menekan pinggiran meja, kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya sedikit terangkat ke atas, Hinata menggeliatkan tubuhnya –berusaha menyingkirkan tubuh Naruto yang menindihnya. Hinata bisa merasakan pria itu yang mengeras dengan sempurna di bawah sana, dirinya tidak habis pikir; mengapa ia harus terjebak dengan pria bajingan seperti Naruto?

"Menyingkir dari saya, Namikaze-san."

Suara rendah yang terdengar menggeram itu memperingati, membuat si pemilik surai pirang cepak itu terkekeh kemudian menyerigai setelahnya.

"Tidak, sayang. Aku tidak akan melewatkan sesuatu yang luar biasa di depan mataku begitu saja."

Suara yang terdengar seduktif itu mencoba menggoda Hinata, membuat wanita Hyuuga itu semakin ingin meninju rahang Naruto yang terpahat dengan sempurna.

"Maaf saja, Namikaze -san. Tapi saya sama sekali tidak tertarik pada anda."

Seringaian yang sebelumnya menghiasi wajah tampan Naruto menghilang seketika, terganti dengan raut wajah datar yang terlihat ingin mencekik Hinata saat itu juga.

Apa katanya? Tidak tertarik? Yang benar saja! Naruto tidak pernah mendapatkan penghinaan seperti ini dari wanita manapun, dan sekarang -wanita Hyuuga itu bilang tidak tertarik padanya? Jangan bercanda!

"Jangan sok jual mahal, Hyuuga. Aku tahu bagian terdalam milikmu menginginkan diriku juga ..."

Naruto menarik sudut bibirnya, satu telapak tangannya menelusup dan merayap dibalik rok span pendek milik Hinata, menurunkan stoking hitam setengah paha lalu membelai dan mengelusnya dengan gerakan sensual. Tidak ada reaksi apapun dari Hinata, wanita Hyuuga itu hanya menatap datar wajah Naruto yang kini menatap dengan kabut gairah yang terpancar dari kedua manik birunya.

Sepertinya, Hinata harus membiarkan pria itu mencumbuinya, karena jika ia menolak –Naruto akan terus merasa penasaran dan akan terus berusaha mendapatkan satu ronde penuh dosa darinya. Yah, ini tidaklah buruk. Hinata tidak sabar ingin melihat reaksi pria bajingan itu saat mengetahui dirinya yang sebenarnya.

Usapan dan belaian yang dilakukan Naruto semakin merayap ke bagian dalam pahanya, Hinata bisa merasakan ibu jari pria itu yang sedikit menekan kemudian mengelus-ngelus dirinya dengan pelan. Jika hal itu terjadi pada wanita lain, mungkin wanita itu akan meleleh dan basah seketika. Namun, hal ini terjadi padanya, terjadi pada Hinata yang masih diam dan belum menunjukan reaksi apapun atas perlakuan yang diberkan Naruto pada wanita itu.

Kedua alis Naruto berkerut, merasa heran sekaligus kesal karena Hinata tak kunjung mengeluarkan suara-suara erotis dan seksi selama belaiannya pada pusat gairah wanita itu. Ekspresi yang dikeluarkan wanita Hyuuga itu masih tetap sama, datar dan tanpa minat seperti tadi.

Bosan karena Hinata terus diam, Naruto mengangkat tubuhnya dan memundurkan dirinya satu langkah. Kedua manik birunya menatap tajam ke arah Hinata yang kini beridiri sambil menarik kembali stoking hitamnya.

"Keluar."

Satu kata yang meluncur dari mulut Naruto mungkin bisa mematahkan ratusan wanita jika mereka berada diposisi Hinata sekarang. Hinata yang mendengar penuturan pria Namikaze itu hanya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan kemudian kembali membungkukkan tubuhnya.

"Saya permisi."

Hinata berjalan dan melewati Naruto begitu saja, membuat pria bersurai pirang itu merasakan perasaan asing yang membuat dadanya sesak entah karena apa. Apa-apaan dengan wanita itu? apakah Hinata memang tidak tertarik padanya?

Naruto mengumpat lalu melemparkan vas bunga hingga benda itu pecah, dirinya marah, dirinya kesal. Naruto tidak menyangka jika dirinya akan sekesal dan semarah ini karena mendapat penolakan secara mentah-mentah dari seorang wanita.

"Shit! Ini semakin keras saja!"

Naruto mengumpat saat melihat bagian tubuhnya yang menonjol, dengan gerakan kasar, Naruto menekan tombol dan berbicara setelahnya.

"Ame, cepat keruanganku sekarang!"

Naruto memijit pelipisnya, merasa frustrasi karena hasrat dan gairahnya yang meluap tidak tersalurkan sama sekali. Mungkin dirinya harus memberikan pelajaran pada wanita Hyuuga itu suatu hari nanti. Memberinya pelajaran karena telah lancang menolak serta menghinanya.

.

.

.

"Bagaimana, Hinata? Apa si tolol Dobe sudah memeriksa dokumennya?"

Uchiha Sasuke menyodorkan segelas kopi panas kemudian ikut duduk di samping Hinata. Hinata menerima segelas kopi itu sambil menggumamkan terima kasih.

"Aku rasa belum. Kau benar, Sasuke. Dia memang seorang bajingan sejati."

Sasuke terkekeh saat mendengar penuturan sarkastik dari Hinata. Mereka sudah berteman sejak di bangku Universitas, dan hal itu yang membuat sikap Hinata terlihat biasa saja saat berbicara dengan Sasuke, meski pria Uchiha itu adalah atasannya.

"Jangan bilang kalau dia juga menyerangmu."

Hinata mengangkat kedua bahunya, sementara Sasuke langsung tertawa setelah melihat reaksi dari wanita Hyuuga itu.

"Hahaha ... asataga, aku tidak bisa membayangkan wajah bodohnya saat menerima penolakanmu, Hinata. Hahaha ..."

"Berisik, itu tidak lucu, Sasuke."

Sasuke menyimpan kopinya ke atas meja, pria Uchiha itu memiringkan tubuhnya agar berhadapan dengan Hinata. Sasuke menyangga kepalanya dengan satu tangannya pada sandaran sofa, menatap penuh minat ke arah Hinata.

"Sungguh, itu sangat menarik, Hinata."

Hinata memutar kedua bola matanya bosan, hanya saat bersamanya Sasuke akan mengeluarkan seluruh ekspresi dan perangai yang dimiliki pria itu. Karena biasanya, Sasuke akan terlihat masa bodoh dan selalu terlihat tidak berminat pada apapun. Pria Uchiha itu punya lidah yang tajam, juga dengan sikapnya yang angkuh dan arogan jika di depan orang lain.

"Sudahlah, aku harus menyusun kembali jadwalmu. Kau juga, kembali bekerja, dasar pemalas."

Sasuke berdecak saat Hinata bangkit berdiri, "Kau membosankan, apa kau juga selalu seperti ini pada Aniki?"

Hinata menatap kedua manik hitam Sasuke, "Tidak juga. Aku harus bekerja, Sasuke. Apa kau lupa? Kau juga selalu merepotkanku dengan fangirlsmu yang menyebalkan."

"Mereka saja yang terlalu murahan. Sudah aku tolak berkali-kali pun tetap saja mengejarku."

Terdengar nada sombong dan angkuh dari suara Sasuke, Hinata menghembuskan napasnya kasar kemudian berkata sebelum dirinya berbalik meninggalkan Sasuke.

"Yah, kau sama saja dengan teman pirangmu. Sama-sama brengsek."

Sasuke mengangkat satu alisnya kemudian tertawa setelahnya. Inilah yang ia sukai dari sosok Hinata, wanita Hyuuga itu selalu membuat dirinya nyaman, karena Hinata adalah wanita yang tidak tertarik terhadap pesona dan kharisma yang dimilikinya. Hinata selalu menjadi dirinya sendiri dan tidak berusaha terlihat bagus didepannya. Bahkan, wanita Hyuuga itu juga sudah dekat dengan anggota keluarganya yang lain.

Sasuke mengambil ponselnya yang berdering di atas meja, Hinata sudah keluar dari ruangannya. Kedua manik hitamnya berkilat saat melihat nama yang tertera di dalam layar ponselnya.

"Ada apa, Dobe?"

Panggilan itu dari Naruto.

"Oy Teme! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Aku sibuk."

"Tch! Jangan sok sibuk. Aku tahu kau sedang bermalas-malasan. Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Jam tujuh malam di Ichiraku ramen aku tung- eh! Tunggu saja, aku akan ke kantormu!"

Kedua alis Sasuke berkedut, Naruto memang selalu seenaknya saja. Sasuke menyimpan kembali ponselnya kemudian duduk menyenderkan punggungnya pada kursi kebesarannya. Naruto, sahabatnya itu pasti datang untuk membicarakan tentang penolakan yang diberikan Hinata padanya. Merepotkan memang, tapi sepertinya ini akan menarik, karena Naruto juga merasakan penolakan dari seorang wanita untuk pertama kalinya. Karena jujur saja, Sasuke juga sudah mengalami hal yang sama seperti Naruto, mengalami bagaimana rasanya ditolak oleh wanita bernama Hyuuga Hinata.

Hinata, wanita itu adalah sosok idaman bagi kaum pria manapun di dunia ini. Wanita Hyuuga itu mempunyai segala hal yang diimpikan pria maupun wanita, tubuhnya yang tinggi serta berisi pada bagian yang tepat dan seharusnya, kedua pipinya yang tirus, hidungnya yang kecil namun mancung, kedua belah bibirnya yang melengkung membentuk kurva indah yang bisa mengundang pria manapun untuk mengecupnya, juga lehernya yang jenjang dengan kedua tungkai kakinya yang lentik.

Hinata, wanita itu adalah bentuk kesempurnaan dari seorang wanita, mimpi semua pria, dan saingan terberat bagi seluruh wanita. Hanya saja, ada satu hal yang membuat wanita Hyuuga itu berbeda, satu hal yang membuat dirinya menjadi cacat sebagai wanita yang seutuhnya. Kesempurnaan fisik yang dimilikinya tidak akan membuat pria manapun merasakannya, bahkan, Hinata juga tidak bisa merasakan apa itu sensasi gairah seksualitas yang dirasakan pria saat melihat dirinya.

.

.

.

To be Continued