A Fiercely Lotus in Hogwarts

Fanfic D. Gray ManXHarry Potter and the Order of Phoenix

Sinopsis: Yuu Kanda berharap dia tidak membuat pilihan yang salah. Menjadi guru untuk seseorang sama sekali tak pernah terbersit dalam kepalanya, apalagi untuk ratusan! Di Sekolah Sihir Hogwarts pula! Tunggu, memangnya sihir itu ada?!

Disclaimer: Harry Potter by J.K. Rowling & Man by Katsura Hoshino

Warning: OOC-ness, typo beterbangan, AU, canon, no flames...

Yosh! A new story!

OMAIGAT! Maaf, dear readers, author sadar betul kalau harusnya author selesaikan dulu fic yang 'itu' dan bukannya ngeluyur ke fandom lain! Tapi writer block yang mendadak menyerang ruangan inspirasi Hogwarts: Battle of Two Worlds di otak author! Demi menyalurkan rasa frustrasi, akhirnya author membuat plot baru dari fandom yang berbeda – masih HarPot sih, gak tau juga kenapa susah move on ma yang satu ini – di-crossover ma DGM! Lagian, author lihat fandom ini lumayan sepi, apalagi yang bahasa Indonesia! So, it's worth trying for and, voila!

Nah, sebelumnya, recomended banget buat baca atau nonton DGM sebelum terjun ke fic amburadul ini. Jadi readers sekalian ga bingung amat, 'coz latar waktunya diambil beberapa tahun dari plot aslinya. Dan disini bukan Inggris abad ke-19 seperti DGM, tapi lebih modern!

Daaan, author memilih – lagi-lagi – buku ke-5 HarPot sebagai lawannya! *grin. Kenapa? Bisa dibilang 'Harry Potter dan Orde Phoenix' ini salah satu seri favorit setelah buku ke-6. Suram dan misterius. Dan tahu apa bagian terbaiknya? Ada Umbridge buat di-bully! BWAHAHAHAHAHAHA – cough!

Jadi, selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan review di kotak yang di bawah situ lho~

Chapter 1

Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore dikenal karena kontribusi besarnya bagi dunia sihir. Order of Merlin, Kelas Pertama; Penyihir Agung, Hakim Ketua Warlock Wizengamot; Ketua Tertinggi Mugwump, Konfederasi Sihir Internasional. Penyihir terbesar abad ini yang menaklukan Penyihir Hitam Gellert Grindelwald, penemu lengkap Dua Belas Kegunaan Darah Naga, dan sejumlah deretan pencapaian lainnya. Kecemerlangannya tak perlu diragukan, meski hari-hari ini pamornya diyakini sedang turun.

Apa pasal? Bukan perkara besar sebetulnya. Penyihir yang telah uzur itu hanya mendukung pernyataan Harry Potter bahwa penyihir hitam yang menamai dirinya Lord Voldemort telah kembali dan siap melancarkan teror pada komunitas sihir dan juga – kemungkinan besar – masyarakat non-sihir. Yang menjadikannya rumit adalah Kementerian Sihir yang tak mempercayai itu. Mereka menganggap Albus Dumbledore orang tua bodoh yang berniat mengacaukan stabilitas perdamaian dan keamanan yang telah dibangun selama empat belas tahun terakhir. Akibatnya, jabatan prestisius yang berderet apik di belakang namanya tergerus nyaris habis. Posisi resminya yang belum tergeser adalah jabatannya sebagai Kepala Sekolah Sihir Hogwarts, penghargaannya di Order of Merlin, Kelas Pertama (yang menurut rumor terancam dicopot juga), dan – menurut Albus Dumbledore adalah prestasi paling puncaknya – penghuni kartu Cokelat Kodok.

Yah, dia memang penyihir luar biasa yang terang-terangan memerangi Pihak Hitam. Namun juga luar biasa eksentrik.

Dan keeksentrikannya kali ini yang sedang dibahas di pertemuan 'rahasia' gerakan anti-Lord Voldemort, Orde Phoenix. Di tengah polemiknya dengan Kementerian Sihir, dengan berani Albus Dumbledore memilih calon guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam yang baru yang jelas akan membuat Kementerian tak setuju.

"Apa kau serius, Albus?" tanya Minerva McGonagall untuk yang ke sekian kalinya, menatapnya tajam penuh keraguan di balik kacamata perseginya.

"Tentu saja, Minerva," sahut Dumbledore kalem.

"Izinkan aku mengingatkan anda, Kepala Sekolah," ujar Severus Snape datar, namun alisnya nyaris bertaut, "anda mengambil calon guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam dari sebuah organisasi rahasia-pemunah-iblis yang bahkan Kementerian tidak tahu banyak soal itu."

"Memang iya," balas Dumbledore, masih sama tenangnya.

"Kau akan menempatkan dirimu dalam masalah baru, Dumbledore!" gerutu Alastor 'Mad-Eye' Moody, kedua matanya – baik yang gaib maupun yang normal – berputar jengkel.

"Aku tahu itu," angguk Dumbledore. "Aku sebenarnya sudah memberitahukan ini dan menyerahkan berkas calon guru itu pada Kementerian."

Semua peserta rapat di dapur ruang bawah tanah rumah keluarga Black itu menatapnya antara tak percaya, kaget, dan putus asa.

"Dan sebenarnya, Kementerian sudah menyetujuinya."

"Mereka... menyetujuinya?" tanya Remus Lupin, mengerjap heran. Ia, yang penyihir tulen saja harus melakukan berbagai macam tes untuk jabatan yang sama dua tahun lalu. Tes yang merepotkan, jika ia mau mengakui, hanya karena ia manusia serigala. Dan si calon guru baru ini disetujui Kementerian? Dengan keraguan besar mereka pada Albus Dumbledore?

Dumbledore mengangguk, matanya berkelip riang. "Tapi mereka akan menempatkan Asisten Senior Menteri Sihir di Hogwarts sebagai Pengawas Pendidikan untuk tahun ini."

Tak perlu jadi jenius untuk mengetahui apa artinya itu. Pengawas Pendidikan? Lebih kedengaran seperti posisi yang akan mengatakan 'halo, Menteri Sihir, aku menemukan seseorang yang tidak kompeten, silakan tendang dia keluar dari kastil'.

"Jangan cemas tentang Pengawas Pendidikannya. Aku mendapat jaminan bahwa Black Order mengirimkan salah satu anggota terbaik mereka. Yah, karena nama itulah Kementerian tidak mau berlarut-larut memutuskan posisi guru baru itu."

"Apa itu nama organisasi mereka?" tanya Mrs Weasley.

"Black – hitam? Yang benar saja... Kayak tidak ada pilihan lain saja," komentar Sirius. Nama keluarganya memang kebetulan sama dengan nama organisasi yang sedang mereka bicarakan.

"Ya, Molly." Dumbledore memberikan setumpuk berkas pada Mrs Weasley, yang langsung membaca lembar teratasnya bersama suaminya. "Ini. Kukira kalian akan mau tahu siapa. Aku memang sudah memberitahu mereka kalau orang yang mereka pilih harus sudah tiba di Hogwarts paling tidak dua minggu sebelum tahun ajaran baru dimulai. Yah, mengingat dia tak pernah berada di sekolah sihir sebelumnya, perlu mengenal koleganya, dan juga perlu mengenal kastil. Tapi mereka bilang itu tidak bisa dilakukan. Sepertinya organisasi mereka sangat sibuk dan membutuhkan semua orang mereka untuk bergerak, aku izinkan dia datang tepat di hari tahun ajaran baru dimulai.

"Dan, Sirius, namanya memang begitu," Dumbledore tersenyum. "Organisasi ini di bawah kendali Vatikan, pengaruh religiusnya cukup kuat di sana. Kurasa ini merujuk pada tugas para exorcist yang turun ke pertempuran, membuat mereka tak sama dengan para pendeta biasa; julukan mereka adalah Para Paderi Hitam."

"Apa kau serius, Albus?"

Dumbledore menatap Mrs Weasley, mendapatinya tengah menatap lembar berkas di tangannya, lalu ke arahnya dengan mata terbelalak.

"Ya?"

"Dia yang akan menjadi guru baru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam?"

Dumbledore meminta kembali lembar profil sang guru baru. Yah, siapa tahu dia meletakkan lembaran yang salah. Tapi foto dan identitas di sana sama dengan yang terakhir diingatnya. "Ya. Memang dia."

"Kenapa memangnya?" tanya Sirius, meminta lembar profil itu. Bersama Lupin, Tonks, dan Mata Gaib Moody, ia meneliti isinya. Foto yang ada di sana jelas foto Muggle, menampilkan seorang pemuda dengan rambut hitam yang membingkai wajah tampan khas Asia Timur. Membaca kolom identitas, mereka mendapati nama calon staf baru pengajar Hogwarts itu: Yuu Kanda.

"Dia masih sangat muda! Dia bahkan lebih muda dari Bill!" seru Mrs Weasley tak setuju.

"Dan lebih cakep. Jangan tersinggung, Bill," kikik Tonks, sementara Sirius dan Lupin menggelengkan kepalanya geli, Bill terkekeh, dan Moody melempar tatapan mencela. "Cewek-cewek Hogwarts bakal senang sekali tahun ini."

Mata Albus Dumbledore bercahaya di balik kacamata bulan separonya, "Aku yakinkan kau, Molly, dan kalian semua juga, Yuu Kanda bisa melakukan tugas ini. Black Order sendiri mengatakan bahwa dia termasuk yang terbaik. Yah, mereka memang memberitahuku kalau dia punya satu kekurangan."

"Apa itu?" tanya Sirius tertarik.

"Temperamennya sangat buruk," senyum Dumbledore, membuat pewaris keluarga Black itu tertawa sementara McGonagall dan Mrs Weasley mengernyit tak senang. "Supervisor mereka, Komui Lee, yang mengatakan kalau Yuu Kanda tidak terlalu baik dengan bekerja sama. Tapi, selama kita tidak mengganggu privasinya, dia akan cukup toleran..."

"Kedengaran seperti Sev, menurutku," kekeh Sirius, membuat Snape menatapnya garang.

"Tapi," Snape menatap Dumbledore, berkata di antara giginya saking geramnya, "Pengawas Pendidikan dari Kementerian Sihir tentunya akan mengorek informasi darinya, yang dengan kata lain, mengusik privasinya?"

"Ah," Albus Dumbledore berkata dengan nada seakan baru teringat akan sesuatu yang sangat menarik, meski kedengarannya ia sudah menduga pertanyaan itu, "aku sendiri akan sangat menantikan apa yang akan dilakukan Exorcist Muda Yuu Kanda itu."

Tidak hanya Albus Dumbledore yang menunggu itu, sepertinya.

Sekolah Sihir Hogwarts akan terasa sangat berbeda tahun ini, sepertinya.