Ini cuma ff selingan saat mungkin aku bosan sama 'kacau'. Jadi upnya cuma seminggu sekali. Kalau bisa nabung chap mungkin malah bagus kan?
...1
Sasuke nyaris mendengus menertawakan gadis didepannya. Dia sama sekali tak bisa percaya dengan apa yang didengarnya. Baginya gadis berambut merah muda ini terlalu naif. Seolah hidup di negeri dongeng, sayangnya ini dunia nyata yang sulit menemukan keajaiban semacam yang ada di kepala merah mudanya.
"Jadi bagaimana Sasuke-kun?" Sasuke mengangkat sebelah alisnya. Dia berdecak karena menganggap gadis ini terlalu mengganggu dan keras kepala.
"Kau mau jadi pacarku?" Lanjutnya keras kepala. Memang Sasuke belum mengatakan apapun sejak gadis bernama Sakura itu menyatakan rasa sukanya. Hanya saja Sasuke berharap gadis dengan emerald menakjubkan ini meralat ucapannya sebelum dia yang mengucapkannya.
"Pergilah." Ucap Sasuke datar. Dia tak peduli dengan raut kecewa dan terluka gadis itu.
"Apa? Kenapa? Kau tak menyukaiku?" Racau Sakura dengan suara bergetar. Ah inilah yang Sasuke tak suka jika berurusan dengan seorang gadis. Terlalu menggunakan perasaan nyaris tanpa logika. Menjadikan air mata sebagai senjata ampuhnya untuk mencapai tujuan. Sasuke tak suka.
"Lihat kita Sakura." Ucap Sasuke setelah menghembuskan nafas sebal. Emerald besar di depannya berkedip tak mengerti.
"Apa maksudmu?"
"Apa yang kau harapkan dari berpacaran denganku? Aku tak punya waktu dengan drama cinta tak direstui. Aku tak punya waktu untuk itu. Jadi hentikan saja segala yang ada di kepalamu tentang kita."
Sasuke meraih tasnya dan memilih meninggalkan gadis yang terdiam di tempatnya itu. Tak akan ada hasilnya jika hanya menyuruh Sakura meninggalkannya. Dan itu membuatnya sangat jengah.
Dia melirik ke dalam kelasnya tadi saat melewati deretan jendela. Sakura terduduk dengan tubuh gemetar. Gadis itu menangis. Sasuke menggeleng kecil, yang dilakukannya sudah benar. Dia dan Sakura hanya akan merajut benang kusut.
Keluarganya hanyalah keluarga sederhana. Dia harus bekerja di minimarket dua puluh empat jam demi mendapatkan biaya tambahan untuk melanjutkan kuliah. Orang tuanya hanya mampu menutupi sebagian saja dari seluruh biaya pendidikannya.
Sedangkan Sakura adalah seorang putri dari salah satu keluarga kaya di kotanya. Kehidupan serba kecukupan tak akan membuat gadis itu bisa menerima kesibukan Sasuke. Pacaran akan membuat Sakura bisa menuntutnya meluangkan waktu untuk gadis itu. Sedangkan Sasuke jelas tak memiliki itu. Dia harus lulus dengan baik dan mendapat pekerjaan yang baik demi sedikit meringankan beban hidup keluarganya.
"Hey hey teme. Ku dengar kau menolak Sakura-chan?" Ah satu lagi putra dari salah satu orang kaya di sini. Naruto Namikaze, putra walikota. Sasuke tak tahu kenapa pria ini selalu berkeliaran dan berisik disekitarnya. Padahal jelas Sasuke tak akan punya waktu meladeninya. Bahkan meski keseratus kalinya Naruto mengajaknya nongkrong pria itu tahu jawaban Sasuke.
"Hn."
"Wow wow wow keren. Kau tahu, aku ingin melakukan itu juga." Sasuke menaikan satu alisnya bertanya. Entahlah, nyatanya Naruto selalu seolah tahu maksud dari setiap gerakan kecilnya.
"Menolak cewek tentu saja. Aku sangat ingin merasakannya. Ajari aku caranya dong. Ck, selama ini selalu aku yang menyatakan suka." Gerutuan Naruto membuat Sasuke mendengus menahan tawa.
"Kau tahu kau tak akan bisa melakukannya." Sahut Sasuke kalem melangkah menuju parkiran. Dia tak menyangka gosip tentangnya akan menyebar dengan cepat.
"Apa? Itu terdengar kalau kau bilang aku tak keren." Gerutu Naruto yang tak mendapatkan sahutan berarti dari Sasuke selain gumaman.
Jam tiga sore Sasuke sudah memasuki mini marketing tempatnya bekerja. Dia akan menghabiskan waktunya hingga jam sebelas malam di sini. Kadang Sasuke sampai sakit kepala karna kurang tidur juga kebingungan membagi waktu untuk mengerjakan tugas kuliah. Sebisa mungkin dia meminimalisir kegiatan di luar kuliah dan bekerja.
"Giliranmu jaga kasir kan?" Sasuke mengangguk menyahuti ucapan Darui. Dia tak tahu alasannya, hanya saja semua pekerja di minimarket ini adalah pria. Entah memiliki obsesi apa pemilik tempat ini pada seorang pria.
Sasuke menghentikan gerakan tangannya saat seorang gadis bermata sembab meletakkan minuman energi di meja kasir. Sakura. Sasuke tak akan heran jika Sakura mengetahui tempat ini dari Naruto atau yang lainnya. Gadis ini memang terkenal terlalu keras kepala untuk mendapatkan yang diinginkannya. Sebut saja saat ini Sasuke terlalu percaya diri. Tapi dia cukup yakin jika Sakura kemari karna dia.
Sakura mengulurkan selembar uang setelah Sasuke menyebutkan harga minuman yang harus dibayarnya. Sasuke mengernyit melihat Sakura tak beranjak dari tempatnya meski dia sudah membungkus barang yang dibeli gadis itu dan memberi kembalian. Tiga orang yang mengantri dibelakang Sakura juga menatap aneh gadis itu.
"Dengar Sasuke. Ini buatmu." Sakura menghentakkan minuman yang terbungkus kantong plastik itu di meja kasir. Kelakuannya itu membuat Sasuke menaikkan sebelah alisnya tak mengerti. Juga menarik perhatian orang dibelakangnya.
"Aku jamin tak akan ada drama cinta tak direstui. Jadi, ayo pacaran." Lanjut gadis itu yang mendapat siulan menggoda dari pengunjung pria dibelakangnya. Tentu saja helaan nafas lelah dari Sasuke.
"Sakura..."
"Stop!" Gadis itu mengangkat tangannya mengisyaratkan agar Sasuke berhenti bicara. "Kita pacaran mulai sekarang. Jadi aku akan menunggumu pulang."
Lagi, Sasuke menghela nafas dengan kekeraskepalaan Sakura. Dia juga menyesalkan tingkah nekad gadis itu yang membuat pengunjung lainnya bersiul dan berbisik menggoda mereka.
"Keren euy." Komentar salah satu pengunjung yang membuat wajah Sakura memerah.
"Tentu saja. Mana mungkin aku menyerah dengan sekali penolakan." Sahut Sakura percaya diri. Sasuke mengusap wajahnya kasar melihat kelakuan memalukan Sakura.
"Keluarlah Sakura." Desis Sasuke tak sabar.
"Oke. Aku akan menunggumu di luar, pacarku." Sakura mengedip genit sembari berlalu. Sasuke memijit pelipisnya mendengar kekehan menggoda pengunjung yang di acuhkan gadis itu.
"Terima saja. Toh dia cantik." Sasuke melotot tak terima mendengar godaan bocah yang sepertinya masih SMP. Dia menghitung cepat barang yang dibeli bocah itu agar cepat enyah.
"Jangan membuat gadis cantik jadi mubazir." Celetuknya lagi sembari melangkah keluar. Sasuke hanya berdecak kesal. Tapi pikirannya segera teralih dengan antrian pengunjung yang mulai menumpuk. Ini bukan saatnya mengurusi hal tak penting.
Sasuke melirik jam saat pengunjung mulai sepi, sembilan lewat lima belas menit. Sudah cukup malam. Onixnya membulat saat melihat sosok yang masih duduk di kursi yang di sediakan untuk pengunjung di depan minimarket. Sakura masih menunggunya. Apa gadis itu gila?
Sasuke menghela nafas melihat Sakura merebahkan dagunya di meja sementara matanya memelototi ponsel pintarnya. Mungkin dia sedang chatingan atau apa. Sasuke ingin sekali tak peduli. Ini bukan salahnya.
"Makan malam dulu Sono. Biar ku gantikan." Ujar Utakata.
Sasuke mengangguk. Diam-diam matanya melirik minuman energi yang ditinggalkan Sakura. Dia menghela nafas lagi. Kenapa menolak Sakura menjadi sesulit ini.
"Ngomong-ngomong gadis yang itu nungguin kamu kan? Gak kasian dibiarin gitu aja?" Ucap Utakata saat Sasuke akan masuk ke bagian belakang minimarket. Dan itu membuat Sasuke lagi-lagi menghela nafas.
Pemilik minimarket ini selalu memberikan jatah makan satu kali pada setiap pegawainya. Sasuke cukup terbantu dengan itu, karna dia tidak akan repot mengeluarkan biaya untuk makan malam. Meski kadang terlalu malam karna menunggu pengunjung sepi.
"Sudah makan?" Tanya Sasuke pada Darui yang berjaga di bagian belakang rak.
"Udah, malah yang pertama. Menu kali ini spesial banget lho." Cengir Darui. Sasuke mengangguk. Di shift ini hanya mereka bertiga yang bekerja. Jadi Sasuke makan di urutan terakhir.
Saat pria raven itu akan duduk di meja makan pikirannya justru tak bisa menghilangkan sosok Sakura di luar sana. Dia mendengus sebal, lalu mengangkat piring makan malamnya. Menyambar minuman energi di meja kasir, Sasuke keluar dan duduk di depan Sakura.
"Sasuke-kun." Ujar Sakura terkejut.
"Kau tak lapar?" Tanya Sasuke datar.
"Ah ya lapar. Tapi kalau aku pergi cari makan nanti kau kira aku main-main dengan cintaku." Sakura cemberut menatap menu makan Sasuke dengan tatapan ingin.
"Beli mi cup sana." Ketus Sasuke terdengar sangat sebal. Mendengar nada bicara Sasuke membuat Sakura merenggut sebal.
"Kau tak akan memberiku itu?" Sungutnya.
"Kau punya banyak uang." Sahut Sasuke kalem.
Sakura berdecak sebal. Tapi gadis itu beranjak ke dalam minimarket dan mengambil mi cup. Mini marketing ini juga menyediakan air panas. Setelah membayar mi cup dan air mineralnya, Sakura kembali duduk di depan Sasuke.
Tanpa menunggu Sasuke meraih mi cup Sakura dan menggeser piringnya ke depan gadis itu. Pria raven itu memakan makan malamnya yang jadi menyedihkan dalam diam tanpa peduli tatapan shock Sakura. Dalam hati dia mengeluh kenapa harus merelakan daging yang jarang-jarang menjadi menu makan malamnya pada gadis kaya keras kepala itu. Biasanya pemilik minimarket hanya menyediakan bakso atau sejenisnya. Tiba giliran daging kenapa harus ada si merah muda yang merepotkan ini.
"Sasuke-kun..." Ucap Sakura penuh haru yang sama sekali tak direspon oleh pemilik onix itu. "U...uh aku mencintaimu." Lanjut Sakura sebelum memakan dengan lambat menu di depannya.
Sedangkan Sasuke menghela nafas menghabiskan suapan terakhir mi nya. Ah dia butuh makan lagi di rumah jika seperti ini.
"Pulanglah. Aku harus kembali bekerja." Ucap bungsu uchiha setelah meneguk minuman energi pemberian Sakura yang lagi-lagi membuat pemilik emerald itu sumringah.
"Aku akan menunggumu pulang pacarku." Sahut Sakura kelewat ceria.
Sasuke hanya bisa berdecak sebal. Dia ingin memukul kepala merah jambu yang entah apa isinya. Kenapa dia sangat keras kepala. Sasuke makin sebal dan ingin mengerang saat melihat Sakura menyangga wajahnya, menatapnya dengan senyuman yang terlihat mengerikan di matanya. Sakura dan keras kepala benar-benar merepotkan.
Jam sebelas, pengganti Sasuke datang. Dia mengambil piringnya membawanya kebelakang sekalian berganti pakaian. Sasuke berusaha menulikan telinganya dari godaan Darui dan Utakata. Mereka mungkin sudah gila saat bilang Sasuke bisa memanfaatkan Sakura dengan baik. Sasuke tak merasa dirinya semalang itu sampai harus memeloroti uang seorang gadis.
"Aku antar ya." Sakura sudah berjalan ke arah mobil berwarna merah cabenya.
Sasuke menggeram tak suka. Dia tak bisa tak memikirkan pandangan orang padanya jika Sakura mengantarnya pulang dengan mobil. Lagi pula Sasuke memiliki motor. Meski bukan motor besar nan mahal.
"Sasuke-kun?" Sakura menoleh dengan raut bertanya saat menyadari Sasuke tak mengikutinya.
"Aku bawa motor. Pulanglah Sakura." Ketus Sasuke menyetater motornya.
Pria itu benar-benar mengerang kesal saat Sakura duduk nyaman diboncengan bahkan memeluk pinggangnya. Gadis ini pasti sudah gila, batin Sasuke.
"Apa yang kau lakukan?" Geram Sasuke.
"Pulang." Jawab Sakura enteng yang membuat Sasuke makin meradang.
"Kau punya mobil. Aku tak akan mengantarmu pulang."
"Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang. Setelah itu aku akan naik taxi ke sini untuk mengambil mobilku." Sasuke merasa akan sekarat terkena serangan darah tinggi mendengar jawaban Sakura.
"Kau sialan Sakura." Geram Sasuke melajukan motornya.
"Aku mencintaimu Sasuke-kun." Gumam gadis itu senang seraya bersandar dipunggung Sasuke.
Tbc...
